Professional Documents
Culture Documents
Respon Benih Ikan Sidat Terhadap rElGH Melalui Perendaman Dan Oral, Boyun Handoyo, 2012
Respon Benih Ikan Sidat Terhadap rElGH Melalui Perendaman Dan Oral, Boyun Handoyo, 2012
BOYUN HANDOYO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan in saya menyatakan bahwa tesis “Respons benih ikan sidat terhadap
hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang melalui perendaman dan
oral” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukkan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Boyun Handoyo
C151100081
ABSTRACT
BOYUN HANDOYO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Akuakultur
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Dosen Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
Dr. Dinamella Wahjuningrum, S.Si., M.Si.
Judul Tesis : Respons benih ikan sidat terhadap hormon
pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang
melalui perendaman dan oral
Nama : Boyun Handoyo, S.Pi
NIM : C151100081
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc Dr. Ir. Nur Bambang P.U, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah TESIS ini berhasil diselesaikan. Penelitian
dilaksanakan sejak bulan November 2011 sampai Mei 2012 dengan tema tentang
rekayasa pada budidaya ikan sidat. Judul penelitian ini adalah “Respons benih
ikan sidat terhadap hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang melalui
perendaman dan oral”.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini tidak semata
didapatkan sendiri, melainkan dengan bantuan orang-orang sekitar. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc. selaku Pembimbing I yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis selama melakukan penelitian sampai dengan
penyusunan karya ilmiah ini dan atas dukungan materil dan spiritual
selama perkuliahan dan penelitian.
2. Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan penelitian
sampai dengan penyusunan karya ilmiah ini.
3. Dr. Dinamella Wahjuningrum, S.Si., M.Si. selaku penguji luar komisi atas
saran dan pengarahannya dalam memperbaiki penulisan tesis.
4. Bapak Supriyadi M.Si. selaku Kepala BBAT Jambi ketika penulis
memulai studi S2 yang telah memberikan nasehat, motivasi, dan dukungan
dalam penyelesaian studi S2 yang penulis lakukan.
5. Bapak Dr. Elang Ilik Martawijaya selaku Direktur IPB Press yang
berperan dalam kerjasama pembiayaan studi S2 yang penulis lakukan
melalui pemberian beasiswa bagi penulis.
6. Istriku Eka Rachmayanti, telah memberikan kasih sayang, perhatian, doa
dan segala dukungan yang sangat berarti. Anak-anakku (Tsamarah Kinasih
Handoyo dan Husna Maharani Handoyo) yang menjadi penyemangat
hidup dan penyimpan harapan penulis.
7. Ayahku Mashudi, Ibunda Sri Nursiyati serta adikku Yovi Andriyani yang
telah memberi nasehat, kasih sayang, doa restu, dukungan moril dan
materil.
8. Ayah mertua Kasiran, Ibu mertua Lastariyah serta adik iparku Rahma dan
Wawan yang juga telah memberikan dukungan dan doanya.
9. Ibu Lina Mulyani dan Bapak Dedi Supriyadi yang telah banyak membantu
selama penelitian.
10. Bapak Agus Somamihardja (PT. SURI TANI PEMUKA) atas bantuan
pakan yang diberikan dalam penelitian ini.
11. Bapak Suci Antoro yang telah memberikan beberapa bahan penelitian
(terutama HP 55) dan nasehat selama penelitian.
12. Ibu Irmawati dan Siti Subaidah yang banyak memberikan ilmu rGH-nya
sehingga memperlancar penyelesaian tesis ini.
13. Teman-teman S1 (Angkatan 45), S2, dan S3 di Laboratorium Reproduksi
dan Genetika Organisme Akuatik, teman-teman Ilmu Akuakultur 2010.
14. Teman-teman dan seluruh staff BBAT Jambi yang telah memberikan
dukungan dalam penyelesaian studi S2 penulis.
15. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian karya
ilmiah ini. Dengan harapan, karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca pada umumnya.
Boyun Handoyo
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5
2.1. Ikan Sidat................................................................................. 5
2.2. Hormon Pertumbuhan/Growth Hormone (GH)….................. 10
2.3. Protein GH Rekombinan......................................................... 13
2.4. Pengujian Aktivitas GH Rekombinan pada Ikan.................... 14
III. BAHAN DAN METODE.................................................................... 16
3.1. Ikan Uji.................................................................................. 16
3.2. Produksi Protein GH Rekombinan........................................ 16
3.3. Analisis SDS PAGE.............................................................. 17
3.4. Pembuatan Pakan Uji............................................................ 18
3.5. Penelitian 1: Penentuan Dosis Protein rElGH Terbaik
dengan Pemberian Melalui Perendaman............................... 20
3.6. Penelitian 2 : Penentuan Dosis Pemberian Protein rElGH
yang Terbaik dengan Pemberian Secara Oral....................... 21
3.7. Penelitian 3 : Penentuan Metode Terbaik antara Pemberian
rElGH Melalui Perendaman, Pakan dan Kombinasinya....... 22
3.8. Analisis Hepatosimatic Index (HSI)...................................... 23
3.8. Analisis Ekskresi Amoniak (TAN)....................................... 23
3.9. Analisis Proksimat Pakan dan Komposisi Tubuh................. 23
3.10. Analisis Tingkat Ekspresi IGF-I............................................ 24
3.11. Analisis Statistik.................................................................... 24
IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 25
4.1. Hasil........................................................................................ 25
4.1.1. Pemberian Protein rElGH melalui Perendaman........... 25
4.1.2. Pemberian Protein rElGH Secara Oral......................... 26
4.1.3. Pemberian rElGH Melalui Perendaman dan Oral........ 28
4.2. Pembahasan............................................................................ 32
4.2.1. Pertumbuhan (Biomassa Panen dan SGR)................... 32
4.2.2. Sintasan/SR................................................................... 34
4.2.3. Konversi Pakan, Retensi Protein dan Lemak,
Komposisi Tubuh........................................................ 34
4.2.4. Ekskresi Amoniak (TAN)............................................. 37
. 4.2.5. Nilai Hepatosomatic Index (HSI)................................. 37
4.2.6. Tingkat Ekspresi IGF-I................................................. 38
4.2.7. Perbandingan antar Metode Pemberian rElGH
Melalui Perendaman, Pakan dan Kombinasinya......... 39
V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 41
5.1. Kesimpulan............................................................................. 41
5.2. Saran....................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 42
LAMPIRAN.................................................................................................... 49
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kandungan vitamin A (IU/100 gram), eicosapentaenoic acid/EPA dan
docosahexaenoic acid/DHA (mg/100 gram) pada beberapa bahan
makanan (Suitha 2008).............................................................................. 5
2 Komposisi pakan ikan sidat pada berbagai stadia berdasarkan ukuran
ikan (Tomiyama & Hibiya, 1977) ............................................................. 9
3. Tingkat pemberian pakan/feeding rate (FR), prosentase air dan lemak
pada pembuatan pakan pasta pada pendederan ikan sidat (Tomiyama &
Hibiya, 1977)............................................................................................. 10
4. Beberapa pengujian aktivitas hormon pertumbuhan rekombinan yang
telah dilakukan pada ikan.......................................................................... 15
5. Proksimat dan kandungan energi pakan yang digunakan dalam
penelitian................................................................................................... 19
6. Desain percobaan penentuan dosis perendaman hormon pertumbuhan
rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) pada ikan sidat........................ 21
7. Desain percobaan penentuan dosis rElGH dalam pakan pada ikan
sidat............................................................................................................ 22
8. Metode pemberian rElGH berbeda pada perlakuan yang digunakan
dalam penelitian......................................................................................... 22
9. Biomassa, laju pertumbuhan (SGR), sintasan (SR) dan tingkat konversi
pakan (FCR) ikan sidat (glass eel) yang diberi perendaman rElGH dan
kontrol selama 2 bulan pemeliharaan........................................................ 26
10. Biomassa, laju pertumbuhan (SGR), sintasan (SR) dan tingkat konversi
pakan (FCR) ikan sidat (elver) yang diberi pakan rElGH dan kontrol
selama 2 bulan pemeliharaan..................................................................... 27
11. Respons pemberian rElGH dengan metode pemberian berbeda pada
benih ikan sidat terhadap laju pertumbuhan (SGR), biomassa panen,
sintasan (SR), tingkat konversi pakan (FCR), retensi pakan, dan
ekskresi amoniak (TAN)............................................................................ 30
12. Kandungan proksimat ikan sidat ukuran glass eel (awal pemeliharaan),
ikan kontrol dan ikan yang telah diberi perlakuan rElGH dengan
metode berbeda.......................................................................................... 30
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Penyebaran benih ikan sidat di perairan Indonesia (dimodifikasi dari
Tesch 1911& Aoyama 2009).................................................................... 6
2. Siklus produksi ikan sidat di alam dan budidaya (dimodifikasi dari FAO
2012).......................................................................................................... 7
3. Perkembangan pendapat tentang mediasi GH dalam mempengaruhi
pertumbuhan (dimodifikasi dari Ohlsson et al. 2009)............................. 11
4. Mekanisme hormon pertumbuhan (GH) dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan beberapa fungsi lain (dimodifikasi dari Sanches 1999;
Moriyama 2000; Wong et al. 2006; Debnanth 2010)................................ 12
5 Benih ikan sidat ukuran glass eel (A) dan elver (B) yang digunakan
dalam penelitian......................................................................................... 16
5. Proses penyalutan (coating) hormon pertumbuhan rekombinan ikan
kerapu kertang (rElGH) dengan menggunakan HP 55 (hypromellose
phthalate) .................................................................................................. 18
6. Proses pembuatan pakan pasta yang mengandung hormon pertumbuhan
rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH)................................................. 19
7. Proses perendaman ikan uji dalam hormon pertumbuhan rekombinan
ikan kerapu kertang (rElGH) yang dilakukan dalam penelitian ini.......... 20
8. Pertumbuhan ikan sidat (Anguilla sp.) yang diberi perlakuan
perendaman rElGH dengan dosis berbeda pada awal pemeliharaan (hari
pertama)..................................................................................................... 25
9. Pertumbuhan ikan sidat (Anguilla sp.) yang diberi perlakuan rElGH
secara oral dengan dosis berbeda, dan frekuensi pemberian 2
hari/minggu selama 2 bulan pemeliharaan................................................ 27
10. Ikan sidat hasil percobaan perlakuan pemberian rElGH dengan metode
pemberian yang berbeda : A) perendaman + pakan ; B) pakan saja; C)
perendaman saja; D) kontrol..................................................................... 28
11. Pertumbuhan ikan sidat yang diberi perlakuan rElGH melalui
perendaman, pakan, dan kombinasi perendaman dan
pakan.......................................................................................................... 29
12. Nilai hepatosomatic indeks (HSI) ikan sidat (Anguilla sp.) ikan kontrol
dan yang diberi perlakuan rElGH melalui peendaman dan pakan. Ikan
dipelihara selama 4 bulan.......................................................................... 31
13. Level ekspresi IGF/β-aktin ikan sidat pada jam ke-0 (sebelum diberi
rELHP secara oral), dan 24 jam setelah diberi rElGH secara oral............ 31
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil analisis SDS-PAGE protein rekombinan hormon pertumbuhan
ikan gurami (rOgGH), ikan mas (rCcGH) dan ikan kerapu kertang
(rElGH)...................................................................................................... 49
2. Hasil analisis IGF-I pada hati ikan sidat yang diberi perlakuan rElGH
dengan pertumbuhan terbaik dan kontrol.................................................. 50
3. Abstrak Sebagian dari tesis yang telah diseminarkan dalam
INDOAQUA & FITA 2012 pada tanggal 8-11 Juni 2012 di Makassar..... 51
4. Profil bahan penyalut (coating) rGH HP55 yang digunakan dalam
penelitian ini.............................................................................................. 53
I. PENDAHULUAN
Ikan sidat merupakan jenis ikan yang sangat dicari di pasar internasional.
Sebagai komoditas ekspor, pemanfaatan sumberdaya ikan sidat di Indonesia
belum dilakukan dengan optimum, tidak seperti di negara lain (Jepang, China
Taiwan dan negara-negara Eropa). Hal ini terlihat dari belum berkembangnya
industri budidaya ikan sidat, padahal jumlah ikan sidat baik dalam ukuran benih
maupun ukuran konsumsi sangat melimpah di muara sungai-sungai di Indonesia
yang menghadap ke Samudera Pasifik dan Hindia sebagai tempat memijahnya
ikan ini (Affandi 2005). Indonesia memiliki 6 spesies dari 17 spesies ikan sidat
yang ada di dunia (Tomiyama & Hibiya 1977). Kondisi ini sangat menguntungkan
karena sumber benih ikan sidat di dunia masih sangat tergantung hasil tangkapan
dari alam (Tanaka 2006). Demikian pula pemanfaatan ikan untuk tujuan ekspor
masih sangat rendah, terbatas hanya dalam ukuran benih (hasil tangkapan di alam,
sehingga tidak memberikan nilai tambah). Budidaya ikan ini sudah dilakukan,
akan tetapi belum berkembang seperti ikan lain karena teknologinya
pembesarannya belum dikuasai sepenuhnya oleh pembudidaya. Spesies ikan sidat
yang sudah mulai dibudidayakan di Indonesia di antaranya Anguilla bicolor dan A.
marmorata. Kedua spesies ikan sidat tersebut dibudidayakan karena keberadaanya
yang lebih melimpah dibandingkan jenis lain di Indonesia (Affandi 2005).
Selain ketersediaan benih yang terbatas, permasalahan utama dalam
budidaya ikan sidat adalah pertumbuhannya yang lambat, ukuran benih yang tidak
seragam, konversi pakan yang tinggi dan rentan terserang penyakit pada
pendederan benih (glass eel dan elver). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ikan sidat melaui pedekatan faktor eksternal,
diantaranya penelitian pakan, rekayasa wadah/sistem teknologi pembesaran, dan
manipulasi lingkungan pemeliharaan. Solusi melalui faktor internal misalnya
melalui rekayasa genetika masih sulit dilakukan karena teknologi pematangan
gonad, pemijahan, dan pemeliharaan larva belum diketahui dengan baik seperti
pada ikan sidat (Tanaka 2006).
Berbagai pertimbangan tersebut menyebabkan perlunya teknologi sebagai
jalan pintas untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu teknologi yang akan
diujicobakan adalah penggunaan protein rekombinan hormon pertumbuhan (rGH)
dalam sistem produksi benih ikan sidat (Lesmana 2010; Utomo 2010). Hormon
pertumbuhan merupakan hormon polipeptida dengan panjang sekitar 22 kDa yang
diproduksi dari somatotropin di dalam kelenjar pituitari bagian anterior. Hormon
ini merupakan komponen yang penting dalam mengatur banyak aspek fisiologi
seperti pertumbuhan, metabolisme, osmoregulasi, fungsi kekebalan tubuh,
reproduksi, dan merangsang hati untuk menghasilkan insulin-like growth factor-1/
IGF-I (Moriyama et al. 1993, 2000; Li et al. 2003; Promdonkoy et al. 2004;
Reinecke et al. 2005; Wong et al. 2006; Acosta. et al. 2007, 2009; Debnanth
2010). Penggunaan rGH juga merupakan prosedur yang relatif aman, karena yang
dimodifikasi adalah bakteri yang memproduksi rGH saja, sehingga ikan yang
diberikan rGH tidak dikategorikan sebagai organisme genetically modified
organism/GMO (Khoo 2000; Acosta et al. 2007). Hal tersebut karena rGH tidak
ditransmisikan ke keturunan ikan selanjutnya.
Penggunaan teknologi protein rGH untuk mempercepat pertumbuhan ikan
sudah banyak dilakukan di daerah sub tropis pada beberapa spesies ikan yang
berbeda. Pemberian rGH pada ikan rainbow trout dapat meningkatkan
pertumbuhan sebesar 50% dibandingkan dengan ikan kontrol (Sekine et al. 1985).
Pada ikan baronang pemberian rGH selama empat minggu dapat meningkatkan
bobot tubuh sebesar 20% dibandingkan kontrol (Funkenstein et al. 2005).
Pemberian rGH ikan mas sebesar 0,1 µg/g bobot tubuh pada benih ikan nila dapat
meningkatkan bobot tubuh sebesar 53,1% dibandingkan dengan kontrol (Li et al.
2003). Pemberian rGH yang berbeda pada ikan nila melalui teknik penyuntikan
atau injeksi berhasil meningkatkan bobot sebesar 20,94% (rGH ikan kerapu
kertang); 18,09% (rGH ikan mas); 16,99% (rGH ikan gurame) (Lesmana 2010).
Pemberian rGH dapat dilakukan dengan beberapa metode, di antaranya:
perendaman/imersi (Moriyama & Kawauchi 1990; Acosta et al. 2007),
penyuntikan/injeksi (Promdonkoy et al. 2004; Utomo 2010; Lesmana 2010), dan
melalui pakan (Moriyama et al. 1993; Jeh et al. 1998; Ben-Atia et al. 1999). Pada
ketiga metode tersebut, yang paling aplikatif untuk dilakukan dalam skala massal
adalah dengan metode perendaman pada stadia larva, dan melalui pakan pada
stadia benih.
1.2. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis permasalahan pada ikan sidat yaitu pertumbuhan yang
lambat, konversi pakan yang tinggi, dan rentan terhadap serangan penyakit (Sakai
et al. 1997), maka penggunaan teknologi pemberian rGH dapat dijadikan
alternatif solusi untuk mengatasinya. Beberapa hasil yang signifikan pada
beberapa spesies ikan budidaya dapat dijadikan dasar untuk melakukan aplikasi
penggunaan rGH dalam mempercepat pertumbuhan ikan sidat terutama pada fase
pendederan. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan,
meningkatkan sintasan dan menurunkan konversi pakan pada budidaya ikan sidat
(fase pendederan). Efektivitas pemberian rGH dipengaruhi oleh dosis, metode
pemberian, dan respons ikan terhadap pemberian. Dengan demikian berbagai
tingkat pemberian dosis dan metode pemberian perlu diuji. Selanjutnya juga perlu
dilihat respons benih ikan sidat terhadap pertumbuhan biomassa, sintasan,
konversi pakan dan retensi pakan juga perlu dilakukan karena berkaitan erat
dengan produksi. Komposisi tubuh (uji proksimat) dan tingkat ekskresi amonia
(uji TAN) juga perlu dilakukan untuk melihat efek rGH terhadap keamanan
pangan dan lingkungan. Pengujian level ekspresi IGF-1 juga perlu dilakukan
untuk melihat respon hormonal akibat pemberian rGH sekaligus sebagai
penanda/marka masuknya rGH yang kita berikan kedalam tubuh ikan. Teknologi
ini diharapkan ikut berperan dalam peningkatan produksi dan efisiensi produksi
ikan sidat.
(Tab
Gambar 2 Siklus produksi ikan sidat di alam dan budidaya (dimodifikasi dari
FAO 2012).
Tabel 2 Komposisi pakan ikan sidat pada berbagai stadia berdasarkan ukuran
ikan (Tomiyama & Hibiya 1977).
Stadia Bobot ikan Protein Lemak Serat Abu Kalsium Fosfor
(g) (%) (%) (%) (%)
Glass eel 1 < 0,5 > 49 >3 <1 < 17 > 2,5 > 1,3
Glass eel 2 0,5-3 > 47,5 >3 <1 < 17 > 2,5 > 1,3
Sidat 3-10 > 46 >3 <1 < 17 > 2,5 > 1,3
muda
Sidat > 10 > 45 >3 <1 < 17 > 2,3 > 1,2
dewasa
Keterangan lainnya:
- Kebutuhan vitamin: Vitamin A (oil), cholecalciferol, tocopherol acetate, thiamine nitrate,
pyridoxine hydrochloride, nicotinamide, pantothenic acid calcium, folic acid
cyanocobalamin, Vitamin K3, ribovlavin, d biotin, inositol chloride, ascorbic acid calcium.
- Kebutuhan mineral: Calcium carbonate, fumaric acid iron, potassium chloride, magnesium
sulfate, phosphate of calcium, manganese sulfate, sulfate of copper, sulfate of zinc, calcium
iodate, cobal chloride.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam manajemen pemberian pakan pada
ikan sidat adalah tingkat pemberian pakan pada setiap ukuran (feeding rate), dan
perbandingan antara air, minyak dan pakan pada pembuatan pakan pasta (Tabel 3).
Pada fase pendederan dibutuhkan pakan pasta dengan prosentase air sebesar 140-
160%, tanpa diberikan lemak tambahan. Tingkat pemberian pakan (feeding rate)
pada pendederan ikan sidat berkisar antara 4-10% dari bobot biomassa tubuh ikan
sidat.
Ada beberapa penyakit yang sering menyerang ikan sidat, di antaranya:
Aeromonas hydrophila (penyakit sirip merah/red fin disease), Pseudomonas
anguilliseptica (penyakit bintik merah/red dot disease), dan saprolegnia (sering
disebut sebagai penyakit “jamuran”) oleh pembudidaya ikan sidat, Edwarsiella
tarda, Flexibacter columnaris, Ichthyopthirus multifilis (penyakit bintik
putih/white spot), Trichodina, Vibrio furnissii (rongga perut menggembung/
hidroperitoneum). Beberapa penyakit tersebut menyerang ikan sidat pada fase
pendederan (Tomiyama & Hibiya 1977).
Tabel 3 Tingkat pemberian pakan (FR), prosentase air dan lemak pada pembuatan
pakan pasta untuk pendederan ikan sidat ukuran glass eel dan sidat muda
(Tomiyama & Hibiya 1977).
Keterangan glass eel 1 glass eel 2 sidat muda
Feeding Rate (%) 10 4-6 3-5
Persentase air 140-160 140-160 130-140
Persentase lemak 0 0 3-5
A B
Gambar 5 Benih ikan sidat ukuran glass eel (A) dan elver (B) yang digunakan
dalam penelitian.
Pakan uji dibuat dengan cara mencampurkan rElGH yang sudah dilakukan
penyalutan (coating) sebelumnya ke dalam pakan. Penyalutan pakan dilakukan
dengan metode seperti yang dilakukan oleh Promdonkoy et al. (2004),
menggunakan HP 55 (Shinetsu, Japan) sehingga terbentuk matriks rElGH-HP55
(Gambar 6). HP 55 tersebut memiliki nama dagang Hypromellose Pthalate
(Hydroxypropylmethylcellulose Pthalate). Profil HP 55 yang digunakan dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 5 Proksimat dan kandungan energi pakan yang digunakan dalam penelitian
Tabel 7 Desain percobaan penentuan dosis rElGH dalam pakan pada ikan sidat
4.1. Hasil
120
A (120 mg/L)
100 a
Bobot biomassa total (gram)
b B (12 mg/L)
80
c C (1,2 mg/L)
60
D (0,12 mg/L)
40
E (Kontrol
BSA)
20
G (Kontrol)
0
H1 H15 H30 H45 H60
Lama pemeliharaan (hari)
Tabel 9 Biomassa, laju pertumbuhan (SGR), sintasan (SR) dan tingkat konversi
pakan (FCR) ikan sidat (glass eel) yang diberi perendaman rElGH dan
kontrol selama 2 bulan pemeliharaan.
Perlakuan dosis (mg rElGH/L)
Parameer uji
K1 K2 120 12 1,2 0,12
Biomassa 73,66±2,6c 72,93±1,8c 78,01±1,7c 101,2±0,8a 94,46±2,2 b 76,66±3,4c
panen (g)
SGR (%) 1,98±0,0c 2,04±0,0bc 2,18±0,0b 2,56±0,0a 2,41±0,0a 2,05±0,0bc
SR (%) 94,4±5,4b 93,3±1,8b 92,2±1,4c 98,8±1,0a 97,8±1,0a 91,8±3,7b
FCR cacing 13,1±0,1a 13,0±0,0a 12,7±0,2b 9,8±0,0d 10,4±0,02c 12,7±0,0b
FCR pakan 2,7±0,02a 2,7±0,01a 2,5±0,01c 2,2±0,02e 2,3±0,02d 2,6±0,02b
Keterangan: SGR= Specific Growth Rate; SR= Survival Rate; FCR= Feed Convertion Rate; K1=
dosis 0; K2= dosis 0 + Shock salinitas + BSA. Huruf superskrip berbeda pada baris yang sama
menunjukan berbeda nyata secara statistik (P < 0,05).
50
Dosis 30
45
40 b
b
35
30
25
20
H0 H15 H30 H45 H60
Lama pemeliharaan (hari)
Gambar 10 Pertumbuhan ikan sidat (Anguilla sp.) yang diberi perlakuan rElGH
secara oral dengan dosis berbeda, dan frekuensi pemberian 2
hari/minggu selama 2 bulan pemeliharaan. Dosis pemberian rElGH
dalam mg/kg pakan. Tanda a dan b menunjukkan berbeda nyata secara
statistik (P< 0,05).
Pemberian pakan pada ikan yang diberi perlakuan rGH melalui perendaman
juga lebih efisien, dilihat dari nilai konversi pakan/FCR pakan yang lebih rendah
58,1% jika dibandingkan ikan kontrol (Tabel 10).
Tabel 10 Biomassa, laju pertumbuhan (SGR), sintasan (SR) dan tingkat konversi
pakan (FCR) ikan sidat (elver) yang diberi pakan rElGH dan kontrol
selama 2 bulan pemeliharaan.
Parameter yang Perlakuan dosis (mg rElGH/kg pakan)
diamati K (0) 0,3 3 30
Biomassa panen (g) 36,32±0,97b 38,97±2,9b 53,94±4,17a 60,18±1,38a
SGR (%) 0,800±0,07b 0,911±0,13b 1,421±0,04a 1,620±0,06a
SR (%) 73,33±2,22a 75,56±4,44a 74,81±10,5a 80,00±6,67a
FCR pakan 6,12±0,00a 5,57±0,01a 4,22±0,02b 3,87±0,08c
Keterangan: Huruf superskrip berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata secara statistik
(P<0,05).
4.1.3. Pemberian rElGH Melalui Perendaman dan Oral
Semua perlakuan baik pemberian melalui perendaman pada glass eel, secara
oral melalui pakan (elver), dan kombinasi antara perendaman dan pakan
menghasilkan respons pertumbuhan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol (Gambar 11).
A B
C D
30
20
10
0
H0 H15 H30 H45 H60 H75 H90 H105 H120
Hari pemeliharaan
Tabel 12 Kandungan proksimat ikan sidat ukuran glass eel (awal pemeliharaan),
ikan kontrol dan ikan yang telah diberi perlakuan rElGH dengan
metode berbeda.
Kadar Kadar Kadar Karbohidrat
Sampel ikan
abu protein lemak Serat kasar BETN
Ikan kontrol 14,74 53,62 23,90 0,61 7,13
Ikan (perendaman) 12,45 46,77 29,03 0,39 11,36
Ikan (pakan) 12,94 46,64 28,66 0,47 11,29
Ikan (perendaman+pakan) 12,48 45,78 30,02 0,14 11,58
Gambar 13 Nilai hepatosomatic indeks (HSI) ikan sidat (Anguilla sp.) ikan
kontrol dan yang diberi perlakuan rElGH melalui peendaman dan
pakan. Ikan dipelihara selama 4 bulan.
Dalam penelitian ini juga diukur level ekspresi IGF-I. Deteksi level
ekspresi IGF-I dapat dijadikan penanda untuk melihat efektivitas pemberian
rElGH terhadap ikan yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level
ekspresi IGF-I pada ikan sidat perlakuan meningkat sebesar 21,91% lebih tinggi
daripada kontrol pada 24 jam setelah diberi pakan yang mengandung rElGH
(Gambar 14).
1
0,9
0,8
0,7
IGF / β-actin
0,6
0,5
0,4 0,89
0,73
0,3 0,64 0,61
0,2
0,1
0
Kontrol (0 jam) Perlakuan (0 jam) Kontrol (24 jam) Perlakuan (24 jam)
Perlakuan (jam pengambilan sampel)
Gambar 14 Level ekspresi IGF/β-aktin ikan sidat pada jam ke-0 (sebelum diberi
rELHP secara oral), dan 24 jam setelah diberi rElGH secara oral.
Tingginya tingkat ekspresi IGF-1 akibat hormon pertumbuhan rekombinan
(rElGH) yang diberikan menunjukkan bahwa aktivitas rElGH melibatkan IGF-1.
Hasil analisis elektroforesis IGF-1 dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2. Pembahasan
5.1. Simpulan
Pemberian rElGH dengan dosis yang tepat pada ikan sidat melalui
perendaman, pakan maupun kombinasi keduanya (via perendaman + pakan) dapat
meningkatkan pertumbuhan ikan sidat secara signifikan. Dosis perendaman
terbaik (menghasilkan respons pertumbuhan dan SR tertinggi, serta FCR
terendah) adalah 12 mg/L rElGH. Pada penelitian kedua pemberian rElGH secara
oral melalui pakan, dosis terbaik adalah 30 mg rElGH/kg pakan. Pada penelitian
ketiga, respons pertumbuhan tertinggi didapatkan pada perlakuan (kombinasi
perendaman dan pakan). Pemberian rElGH mampu menghemat penggunaan
pakan dengan menurunkan tingkat konversi pakan secara signifikan. Selain itu,
pemberian rElGH juga dapat meningkatkan retensi protein, retensi lemak,
hepatosomatic index (HSI), tingkat ekspresi gen IGF-I dan mampu menurunkan
ekskresi amoniak (TAN).
5.2. Saran
Acosta JR, Morales R, Morales M, Alonso M, Estrada MP. 2007. Pichia pastoris
Expressing recombinant tilapia growth hormone accelerates the growth of
tilapia. Biotechnology Letter, 29:1671-1676.
Acosta JR, Estrada MP, Carpio Y, Ruiz O, Morales R, Martinez E, Valdes J,
Borroto C, Besada V, Sanchez A, Herrera F. 2009. Tilapia somatotropin
polypeptides : potent enhancers of fish growth and innate immunity.
Biotechnologia Aplicada, 26:267-272.
Affandi R. 2005. Strategi pemanfaatan sumberdaya ikan sidat (Anguilla spp.) di
Indonesia. Jurnal lktiologi Indonesia, 5:77-81.
Alimuddin, Lesmana I, Sudrajat AO, Carman O, Faizal I. 2010. Production and
bioactivity potential of three recombinant growth hormones of farmed fish.
Indonesian Aquaculture Journal, 5:11-16.
AOAC, 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official
Agricultural Chemist. AOAC, Inc., Washington.
Aoyama J. 2009. Life history and evolution of migration in catadromous eels
(genus Anguilla). Aquaculture Bioscience Monograph (ABSM), 2:1-42.
Arnesen AM, Toften H, Agustsson T, Stefansson SO, Handeland SO, Björnsson
BT. 2003. Osmoregulation, feed intake, growth and growth hormone levels
in Atlantic salmon (Salmo salar L.) transferred to seawater at different
stages of smolt development. Aquaculture, 222:167-187.
Bin X, Kang-xen M, Ying-li X, Hong-zhi M, Zen-hui L, Yong D, Shan L, Rao W,
Pei-jun Z. 2001. Growth promotion of red sea bream, Pagrosomus major,
by oral administration of recombinant eel and salmon growth hormone.
Chinese Journal of Oceanology and Limnology, 19:141-146.
Björnsson BT, Hemre GI, Bjørnevik M, Hansen T. 2000. Photoperiod regulation
of plasma growth hormone levels during induced smoltification of under
yearling Atlantic salmon. General Comparative Endocrinology, 119:17–25.
Blackshear PJ. 1984. Systems for polyacrylamide gel electrophoresis. Methode
Enzymology, 104:237–255.
Bollag DM, Rozycki MD, Edelstein SJ. 1996. Protein Methods 2nd Edition.
Wiley-Liss Inc., New York.
Calduch-Giner JA, Sitia-Bobadilla A, Alvarez-Pellitero P, Perez-Sanchez J, 1995.
Evidence for a direct action of GH on haemopoietic cells of a marine fish,
the gilthead sea bream (Sparus aurata). Journal Endocrinology, 146:459–
467.
Carpio Y, León K, Acosta J, Morales R, Estrada MP. 2007. Recombinant tilapia
Neuropeptide Y promotes growth and antioxidant defenses in African
catfish (Clarias gariepinus) fry. Aquaculture, 272:649–655.
Cogburn LA, Liau SS, Rand AL, McMurtry JP . 1989. Growth, metabolic and
endocrine responses of broiler cockerels given a daily subcutaneous
injection of natural or biosynthetic chicken growth hormone. American
Institute of Nutrition, 0022:213-1223.
Cook JT, McNiven MA, Richardson GF, Sutterlin AM. 2000. Growth rate, body
composition and feed digestibility/conversion of growth enhanced Atlantic
salmon (Salmo salar). Aquaculture, 188:15–32.
Debnanth S. 2010. A review on the physiology of insulin like growth factor-I
(IGF-I) peptide in bony fishes and its phylogenetic correlation in 30
different taxa of 14 families of teleosts. Advances in Environmental Biology,
5:31-52.
Devlin RH, Biagi CA, Yesaki TY, 2004. Growth, viability and genetic
characteristics of GH transgenic coho salmon strains. Aquaculture, 236:
607–632.
Drennon K, Moriyama K, Kawauchi H, Small B, Silverstein J, Parhar I, Shepherd
B. 2003. Development of an enzyme-linked immuno sorbent assay for the
measurement of plasma growth hormone (GH) levels in channel catfish
(Ictalurus punctatus): assessment of environmental salinity and GH
secretogogues on plasma GH levels. General Comparative Endocrinology,
133:314-322.
Dunham RA, 2004. Aquculture and fisheries biotechnology genetic approach.
CABI Publishing. Wallingford. Oxfordshire UK, 372 pp.
Fahmi MR. 2010. Phenotypic platisity kunci sukses adaptasi ikan migrasi : studi
kasus ikan sidat (Anguilla sp.). Prosiding Forum Iovasi Teknologi
Akuakultur 2010, p 9-17.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2012. Anguilla
japonica (Temminck & Schlegel, 1847). Cultured Aquatic Species
Information Programme. Fisheries and Aquaculture Department. [1 Mei
2012]. http://www.fao.org/fishery/ culturedspecies/Anguilla_japonica/en.
Farmanfarmaian, A., Sun, L.Z., 1999. Growth hormone effects on essential amino
acid absorption, muscle amino acid profile, Nretention and nutritional
requirements of striped bass hybrids. Genetic Analysis, 15:107–113.
Fauconneau, B., Mady, M.P., Le Bail, P.Y., 1996. Effect of growth hormone on
muscle protein synthesis in rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) and
Atlantic salmon (Salmo salar). Fish Physiology Biochemistry, 15:49–56.
Fu C, Cui Y, Hung SSO, Zhu Z. 1998. Growth and feed utilization by F4 human
growth hormone transgenic carp fed diets with different protein levels.
Journal of Fish Biology, 53:115–129.
Funkenstein B, Dyman A, Lapidot Z, de Jesus-Ayson EG, Gertler A, Ayson FG.
2005. Expression and purification of a biologically active recombinant
rabbitfish (Siganus guttatus) growth hormone. Aquaculture, 250:504-515.
Gala, R.R., 1991. Prolactin and growth hormone in the regulation of the immune
system. Proc. Sot. Exp. Biol. Med., 198:513-527.
Gahr SA, Roger LV, Weber GM, Shepherd BS, Jeffrey Silverstein JT. Rexroad
CE. 2008. Effects of short-term growth hormone treatment on liver and
muscle transcriptomes in rainbow trout (Oncorhynchus mykiss). Physiology
Genomics, 32:380-392.
Habibi HR, Ewing R, Bajwa, Walker RL. 2003. Gastric uptake of recombinant
growth hormone in rainbow trout. Fish Physiology and Biochemistry,
28:463–467.
Haghighi M, Sharif RM, Sharifpour I, Sepahdari A, Lashtoo AGR. 2011. Oral
recombinant bovine somatotropin improves growth performance in rainbow
trout (Oncorhynchus mykiss). Iranian Journal of Fisheries Sciences,
10:415-424.
Hardiantho D, Alimuddin, Prasetyo AE, Yanti DH, Sumantadinata K. 2011.
Aplikasi Rekombinan Growth Hormon (rGH) Ikan Mas Pada Ikan Nila
Melalui Pakan Buatan. Makalah yang disampaikan dalam Pertemuan
Broodstock Center Nila & Temu Koordinasi Perekayasa Kementrian
Kelautan dan Perikanan pada tanggal 15-17 November 2011.
Harris J, Bird DJ. 2000. Modulation of the fish immune system by hormones
(Mini Review). Veterinary Immunology and Immunopathology, 77:163-176.
Heinsbroek LTN, Van Hooff PLA, Swinkels W, Tanck MWT, Schrama JW,
Verreth JAJ. 2007. Effects of feed composition on life history developments
in feed intake, metabolism, growth and body composition of European eel,
Anguilla anguilla. Aquaculture, 267:175–187.
Irmawati, Alimuddin, Zairin M, Suprayudi MA, Wahyudi AT. 2012. Peningkatan
laju pertumbuhan benih ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) yang
direndam dalam media yang mengandung hormon pertumbuhan ikan mas.
Jurnal Iktiologi Indonesia (in press).
Jeh HS, Kim CH, Lee HK, Han K. 1998. Recombinant flounder growth hormone
from Escherichia coli: overexpression, efficient recovery, and growth-
promoting effect on juvenile flounder by oral administration. Journal
Biotechnology, 60:183-193.
Jonior MZ. 2003. Endokrinologi dan perannya bagi masa depan perikanan
Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan
Endokrinologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor 13 September 2003. 45 hal.
Khoo HW. 2000. Transgenesis: its applications in aquaculture. Asian Fisheries
Science, 8:1-25.
Kelley KW. 1989. Growth hormone. lymphocytes and macrophages. Biochemical
Pharmacology, 38:705-713.
Kobayashi S, Alimuddin, Morita T, Miwa M, Lu J, Endo M, Takeuchi T,
Yoshizaki G. 2007. Transgenic Nile tilapia (Oreochromis niloticus) over -
expressing growth hormone show reduced ammonia excretion. Aquaculture,
270:427–435.
Leedom TA, Uchida K, Yada T, Richman NH, Byatt JC, Collier RJ, Hirano T,
Grau EG. 2002. Recombinant bovine growth hormone treatment of tilapia:
growth response, metabolic clearance, receptor binding and
immunoglobulin production. Aquaculture, 207:359–380.
Leggatt RA, Raven PA, Mommsen TP, Sakhrani D, Higgs D, Devlin RH. 2009.
Growth hormone transgenesis influences carbohydrate, lipid and protein
metabolism capacity for energy production in coho salmon (Oncorhynchus
kisutch). Comparative Biochemistry and Physiology, Part B, 154:121–133.
Lesmana I. 2010. Produksi dan Bioaktivitas Protein Rekombinan Hormon
Pertumbuhan Dari Tiga Jenis Ikan Budidaya. [tesis]. Bogor : Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Li Y, Bai J, Jian Q, Ye X, Lao H, Li X, Luo J, Liang X. 2003. Expression of
common carp growth hormone in the yeast Pichia pastoris and growth
stimulation of juvenile tilapia (Oreochromis niloticus). Aquaculture, 216:
329-341.
Lindholm J. 2006. Growth hormone: Historical notes. Pituitary, 9:5–10.
Keterangan :
M = Marker
1 = protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan gurami (rOgGH)
2 = protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan mas (rCcGH)
3 = protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan kerapu kertang
(rElGH) dengan media 2xYT
4 = protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan kerapu kertang
(rElGH) dengan media 2xYT
Lampiran 2 Hasil analisis IGF-I pada hati ikan sidat yang diberi perlakuan
rElGH dengan pertumbuhan terbaik dan kontrol.
Keterangan :
1 = Marker
2 = β-aktin kontrol pada 0 jam (sebelum diberi rElGH)
3 = β-aktin kontrol (24 jam setelah diberi pakan rElGH dosis 0 mg/kg
pakan)
4 = β-aktin perlakuan (24 jam setelah diberi pakan rElGH dosis 30 mg/kg
pakan)
5 = IGF-1 kontrol pada 0 jam (sebelum diberi rElGH)
6 = IGF-1 perlakuan pada 0 jam (sebelum diberi rElGH)
7 = IGF-1 kontrol (24 jam setelah diberi pakan rElGH dosis 0 mg/kg pakan)
8 = IGF-1 perlakuan (24 jam setelah diberi pakan rElGH dosis 30 mg/kg
pakan)
Lampiran 3 Abstrak Sebagian dari tesis yang telah diseminarkan dalam
INDOAQUA & FITA 2012 pada tanggal 8-11 Juni 2012 di
Makassar.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis rekombinan hormon
pertumbuhan ikan kerapu kertang (rElGH) dicampur dengan pakan buatan untuk
meningkatkan pertumbuhan pada benih ikan sidat (elver). Protein rElGH yang
telah disalut (coating) dengan hipromellosa fitalat (HP55), dicampur dengan
pakan pada dosis berbeda (0; 0,3; 3; dan 30 mg/kg pakan). Elver diberi pakan
mengandung rElGH 2 kali seminggu, sebanyak 6% biomassa. Pemeliharaan ikan
dilakukan selama 60 hari di akuarium volume 18 liter, dengan kepadatan 45
ekor/akuarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot
(60,18±1,38) tertinggi diperoleh pada perlakuan 30 mg/kg, dengan peningkatan
sekitar 65,7% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (36,32±0,97).
Selanjutnya, pemberian rElGH meningkatkan retensi protein (15,50%), dan lemak
(34,48%) sekitar 99% dan 364% dibandingkan masing-masing dengan retensi
protein dan lemak ikan kontrol (nilainya 7,78% (protein) & 7,42 (lemak)). Selain
itu, pemberian rElGH meningkatkan nafsu makan, sedangkan tingkat konversi
pakan (FCR) menurun 5,54 sekitar 33% lebih rendah daripada FCR kontrol yang
tidak diberi rElGH 7,37. Nafsu makan ditunjukkan elver lebih cepat
menghabiskan pakan (3 kali lipat). Dengan demikian pemberian rElGH dosis 30
mg/kg pakan memberikan performa tertinggi, dan aplikasi rElGH dapat berguna
untuk meningkatkan produksi budidaya ikan.
Kata kunci: hormon pertumbuhan, pemberian secara oral, dosis, pertumbuhan,
elver.
ABSTRACT
This study was aimed to determine the dose of giant grouper recombinant growth
hormone (rElGH) mixed in artificial diet to increase growth of eel elver. HP55-
coated rElGH was mixed to diet at different doses (0, 0.3, 3, and 30 mg/kg).
Elver was fed on diet containing rElGH twice daily, 6% fish biomass. Fish rearing
was performed in glass aquarium vol. 18 L liters for 60 days, at density of 45
fish/aquarium. The results showed that higher in growth body weight was
obtained in treatment 30 mg/kg (60.18±1.38), by increment of about 65.7%
compared to control (36,32±0,97). Furthermore, administration of rElGH
increased protein (15.50%) and lipid retentions (34.48%) by 99%, and 364%
compared to control, respectively. In addition, rElGH supplementation increased
appetite, while feed conversion ratio (FCR) decreased 3,87 by 58% compared to
that of control 6.12. Appetite was shown by treated elver ate faster (3 times) than
control. Thus, rElGH administration of 30 mg/kg diet generated higher
performances of elver, and application of rElGH can be useful to increase
aquaculture production.
Waktu :
disintegrasi
dalam larutan
buffer
(bergantung pH)