Professional Documents
Culture Documents
Herawati Revisi Jurnal 18 Mei 2018 EDIT
Herawati Revisi Jurnal 18 Mei 2018 EDIT
*Email: h.herawati@unpad.ac.id
Abstract
Conventional fish cultivation system for nilem fish which is currently mostly done with high density of stocking
in order to produce high production as well. This will of course have an impact on the availability of dissolved
oxygen in aquaculture ponds that will result in decreased production. The use of high oxy aeration stone can
increase the dissolved oxygen level in the conventional fish farming cultivation system so that the productivity
of fish nilem will increase also with the reduction of mortality rate of the nilem fish. This study aims to
determine the extent of the effect of adding high oxy aeration rock to increase dissolved oxygen levels that can
support the success and productivity in conventional fish farming system nilem. The research was conducted
in the Physiology Laboratory of Animal Water of FPIK Unpad with experimental method of Completely
Random Design with three treatments: fish density of 100, 200 and 300 fish/m 2 and four replications. The
results obtained the use of high oxy aeration stones had an effect on the dissolved oxygen content during the
study on each treatment 8.1 – 8.6 mg/L and 200 fish/m2 gives the best results shown from the growth rate of
daily weight and the highest survival during the study of 2.7% and 75.4%.
2
Heti Herawati et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 001 – 005 ISSN: 2301-7163
uji F pada taraf kepercayaan 95%. oksigen terlarut yang cukup tinggi dan
Apabila terdapat perbedaan antar cenderung stabil pada media pemeliharaan
perlakuan digunakan uji jarak berganda serta pakan dimakan dengan baik oleh ikan.
Duncan (Gasperz 1991).
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Bobot Ikan
Nilem pada Perlakuan Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN No Perlakuan Laju Pertumbuhan (%)
Konsentrasi DO 1 A 2,3
Hasil pengukuran oksigen terlarut 2 B 2,7
(DO) selama penelitian ditiap-tiap 3 C 2.5
perlakuan dapat dilihat dalam tabel 1.
Selama penelitian diukur kandungan Pertumbuhan terjadi apabila ikan
oksigen terlarut setiap hari untuk hidup pada lingkungan yang optimum
mendapatkan data yang lebih akurat. (suhu, pH dan oksigen) serta kebutuhan
Hasil pengukuran kandungan oksigen makanan yang mencukupi. Hasil
terlarut selama penelitian menunjukkan penelitian menunjukkan bahwa nilai laju
kondisi yang baik dengan nilai DO rata- pertumbuhan harian mengalami
rata sebesar 8,1–8,6 mg/L. Hal tersebut penurunan dengan meningkatnya jumlah
menunjukkan apabila dibandingkan padat penebaran. Hal ini mungkin
dengan nilai parameter budidaya disebabkan karena pada padat penebaran
menurut kelayakan pustaka masih layak tinggi ikan semakin berdesakan sehingga
untuk pertumbuhan ikan nilem. harus bersaing untuk mendapatkan
pakan. Kekurangan pakan akan
Laju Pertumbuhan memperlambat laju pertumbuhan ikan
Laju pertumbuhan bobot harian ikan dan ruang gerak juga merupakan faktor
uji yang dipelihara selama penelitian luar yang mempengaruhi laju
menunjukkan pertumbuhan yang baik pada pertumbuhan spesifik, dengan adanya
setiap perlakuan akan tetapi perlakuan ruang gerak yang cukup luas ikan dapat
padat penebaran ikan 200 ekor/m2 bergerak secara maksimal. Pendapat ini
memberikan hasil yang paling baik. Pada sesuai dengan pendapat Rahmat (2010
akhir periode pemeliharaan (45 hari), bobot dalam Azhari 2017) mengatakan bahwa
ikan pada perlakuan B memiliki bobot rata- pada padat penebaran yang tinggi ikan
rata sebesar 4,07 gram atau pertambahan mempunyai daya saing di dalam
bobot tubuh ikan mencapai 183%, memanfaatkan makanan, dan ruang
sedangkan pada perlakuan C dan perlakuan gerak, sehingga akan mempengaruhi laju
A hanya mencapai masing-masing 2,80 pertumbuhan ikan tersebut. Hal ini
gram dan 2,09 gram atau bertambah sebesar menunjukkan bahwa masing-masing
94,4% dan 44%. ikan memiliki jumlah padat penebaran
Laju pertumbuhan bobot harian tertentu. Penyebab lainnya adalah diduga
tertinggi diperoleh pada perlakuan B (padat pada kepadatan tinggi ikan akan bersaing
penebaran 200 ekor/m2) yaitu 2,7%, dan untuk memperoleh oksigen terlarut.
terendah pada perlakuan C (padat
penebaran 300 ekor/m2) yaitu 2,3%. Kelangsungan Hidup
Sedangkan pada perlakuan A (padat Pada penelitian yang dilaksanakan
penebaran 100 ekor/m2) adalah 2,5% (Tabel selama 45 hari pemeliharaan, terjadi
1). Laju pertumbuhan bobot harian yang kematian yang relatif cukup tinggi pada
tinggi pada perlakuan B, menunjukkan seluruh perlakuan. tingkat kelangsungan
bahwa padat penebaran ini memberikan laju hidup ikan uji setiap perlakuan selama
pertumbuhan bobot harian terbaik pada ikan penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
nilem. Hal ini diduga karena kertersediaan Kelangsungan hidup tertinggi sebesar
3
Heti Herawati et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 001 – 005 ISSN: 2301-7163
A B C
4
Heti Herawati et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 001 – 005 ISSN: 2301-7163