Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Heti Herawati et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No.

1 : 001 – 005 ISSN: 2301-7163

PENGARUH PADAT TEBAR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS


BUDIDAYA IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii) DENGAN PENGGUNAAN BATU
AERASI HIGH OXY

Heti Herawati1, Rini Yulianti1, Zahidah1, Asep Sahidin1


1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unpad, Jatinangor, Indonesia

*Email: h.herawati@unpad.ac.id

Diterima : Januari 2018. Disetujui : Mei 2018

Abstract
Conventional fish cultivation system for nilem fish which is currently mostly done with high density of stocking
in order to produce high production as well. This will of course have an impact on the availability of dissolved
oxygen in aquaculture ponds that will result in decreased production. The use of high oxy aeration stone can
increase the dissolved oxygen level in the conventional fish farming cultivation system so that the productivity
of fish nilem will increase also with the reduction of mortality rate of the nilem fish. This study aims to
determine the extent of the effect of adding high oxy aeration rock to increase dissolved oxygen levels that can
support the success and productivity in conventional fish farming system nilem. The research was conducted
in the Physiology Laboratory of Animal Water of FPIK Unpad with experimental method of Completely
Random Design with three treatments: fish density of 100, 200 and 300 fish/m 2 and four replications. The
results obtained the use of high oxy aeration stones had an effect on the dissolved oxygen content during the
study on each treatment 8.1 – 8.6 mg/L and 200 fish/m2 gives the best results shown from the growth rate of
daily weight and the highest survival during the study of 2.7% and 75.4%.

Keywords: Nilem, aeration, dissolved oxygen

PENDAHULUAN faktor penting bagi kehidupan ikan, karena


Ikan nilem merupakan salah satu jenis oksigen dibutuhkan dalam proses respirasi,
ikan air tawar potensial yang terkonsentrasi proses pembakaran makanan untuk
di Pulau Jawa khususnya di wilayah melakukan aktifitas seperti pertumbuhan,
priangan yang perlu dikembangkan reproduksi dan lain-lain (Zonneveld dkk
teknologi budidayanya, dan kebutuhan 1991).
masyarakat terhadap protein hewani ikan Menurut Swingle dalam Boyd (1982)
terus meningkat seiring dengan konsentrasi oksigen terlarut yang dapat
peningkatan populasi penduduk. menunjang pertumbuhan dan proses
Kebutuhan ikan termasuk ikan air tawar reproduksi yaitu lebih dari 5 ppm.
yang terus meningkat menjadikan usaha Sedangkan menurut Wardoyo, kadar
budidaya dilakukan dengan sangat intensif. oksigen yang baik bagi kehidupan
Intensifikasi dicirikan dengan masukan organisme perairan adalah antara 2-10 ppm.
nutrien berupa pakan dan bahan kimia Sistem budidaya ikan nilem yang saat ini
lainnya serta tingkat kepadatan ikan yang banyak dilakukan dengan padat penebaran
tinggi. Banyaknya nutrien yang masuk yang tinggi agar dapat dihasilkan produksi
dikhawatirkan akan berdampak negatif yang tinggi pula. Hal tersebut tentu saja
terhadap lingkungan perairan. Peningkatan akan berdampak pada ketersediaan oksigen
padat penebaran dalam system budidaya terlarut dalam kolam budidaya yang akan
konvensional akan menurunkan kualitas air mengakibatkan produksi menjadi menurun.
diantaranya penurunan kandungan oksigen Oksigen terlarut merupakan salah satu
terlarut (Hasan dkk. 2015). Kandungan faktor pembatas, sehingga jika
oksigen terlarut di dalam air merupakan ketersediaannya dalam air tidak mencukupi
1
Heti Herawati et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 001 – 005 ISSN: 2301-7163

kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan Pengamatan Ikan


proses pertumbuhan ikan akan terganggu, A. Pertumbuhan Berat
bahkan akan mengalami kematian. Pertumbuhan yang diamati adalah
Usaha yang dapat dilakukan untuk pertumbuhan berat. Pengukuran berat
mengatasi hal tersebut adalah dengan dilakukan dengan menggunakan
menggunakan aerasi yang dapat timbangan digital, dengan ketelitian
meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam timbangan 0,01 gr. Pengukuran berat
kolam budidaya nilem tersebut. ikan dilakukan setiap 7 hari selama 40
Penggunaan aerasi dapat meningkatkan hari, dengan mengambil 10 ekor tiap
kadar oksigen terlarut dalam kolam kolam kemudian ditimbang. Untuk
budidaya ikan nilem sehingga produktivitas mengetahui pertumbuhan ikan lele pada
budidaya ikan nilem akan meningkat pula saat penebaran hingga panen
dengan berkurangnya tingkat kematian ikan menggunakan rumus :
nilem tersebut. Wm = Wt – Wo (Effendi, 1997)
Keterangan :
Bahan dan Metode Wm : Pertumbuhan mutlak (gr/ekor)
Penelitian dilakukan di Wt : Berat rata-rata akhir ikan (gr/ekor)
Laboratorium Fisiologi Hewan Air Wo : Berat rata-rata awal ikan (gr/ekor)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Unpad pada bulan Juli – Agustus 2017.
Penelitian ini merupakan penelitian B. Laju Pertumbuhan
eksperimental dengan menggunakan Penghitungan laju pertumbuhan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan harian benih ikan lele menggunakan
tiga perlakuan (kepadatan penebaran rumus:
yang berbeda) yaitu 100 ekor, 200 ekor, 𝑔=ln𝑊𝑡−ln𝑊𝑜𝑡𝑋 100%
dan 300 ekor/ m2 dan masing-masing Dimana:
diulang empat kali, dengan model linear Wt = rata-rata bobot ikan pada akhir
RAL: penelitian (g)
Yij = µ + σi + εij Wo = rata-rata bobot ikan pada awal
Dengan: penelitian (g)
i = perlakuan t = waktu pemeliharaan (hari)
j = ulangan g = laju pertumbuhan harian
Yij = data ke-j yang memperoleh Sumber : (Effendi 1997)
perlakuan padat tebar ke-i
µ = Ratan Umum C. Kelangsungan Hidup
σi = Pengaruh perlakuan padat tebar ke-i Kelangsungan hidup dapat
εij = Galat percobaan akibat pengaruh dirumuskan sebagai berikut:
padat tebar ke-I dan ulangan ke-j 𝑆𝑅=𝑁𝑡 𝑁𝑜𝑥 100%
Keterangan:
Parameter yang diamati antara lain SR = Kelangsungan hidup (%)
pengukuran kualitas air meliputi suhu, Nt = Jumlah ikan yang hidup pada
pH (derajat keasaman), dan DO (oksigen akhir penelitian(ekor)
terlarut). Pengukuran dilakukan untuk No = Jumlah ikan yang hidup pada
mempermudah pengelolaan air sehingga awal penelitian(ekor)
ikan tidak mengalami stres atau Sumber : (Effendi 1997)
kematian. Pengkuran kualitas air
dilakukan setiap 8 hari. Suhu, pH dan DO Analisis Data
diukur dengan menggunakan pH meter Analisis data untuk mengetahui
dan DO meter. pengaruh pada tiap perlakuan digunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

2
Heti Herawati et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 001 – 005 ISSN: 2301-7163

uji F pada taraf kepercayaan 95%. oksigen terlarut yang cukup tinggi dan
Apabila terdapat perbedaan antar cenderung stabil pada media pemeliharaan
perlakuan digunakan uji jarak berganda serta pakan dimakan dengan baik oleh ikan.
Duncan (Gasperz 1991).
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Bobot Ikan
Nilem pada Perlakuan Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN No Perlakuan Laju Pertumbuhan (%)
Konsentrasi DO 1 A 2,3
Hasil pengukuran oksigen terlarut 2 B 2,7
(DO) selama penelitian ditiap-tiap 3 C 2.5
perlakuan dapat dilihat dalam tabel 1.
Selama penelitian diukur kandungan Pertumbuhan terjadi apabila ikan
oksigen terlarut setiap hari untuk hidup pada lingkungan yang optimum
mendapatkan data yang lebih akurat. (suhu, pH dan oksigen) serta kebutuhan
Hasil pengukuran kandungan oksigen makanan yang mencukupi. Hasil
terlarut selama penelitian menunjukkan penelitian menunjukkan bahwa nilai laju
kondisi yang baik dengan nilai DO rata- pertumbuhan harian mengalami
rata sebesar 8,1–8,6 mg/L. Hal tersebut penurunan dengan meningkatnya jumlah
menunjukkan apabila dibandingkan padat penebaran. Hal ini mungkin
dengan nilai parameter budidaya disebabkan karena pada padat penebaran
menurut kelayakan pustaka masih layak tinggi ikan semakin berdesakan sehingga
untuk pertumbuhan ikan nilem. harus bersaing untuk mendapatkan
pakan. Kekurangan pakan akan
Laju Pertumbuhan memperlambat laju pertumbuhan ikan
Laju pertumbuhan bobot harian ikan dan ruang gerak juga merupakan faktor
uji yang dipelihara selama penelitian luar yang mempengaruhi laju
menunjukkan pertumbuhan yang baik pada pertumbuhan spesifik, dengan adanya
setiap perlakuan akan tetapi perlakuan ruang gerak yang cukup luas ikan dapat
padat penebaran ikan 200 ekor/m2 bergerak secara maksimal. Pendapat ini
memberikan hasil yang paling baik. Pada sesuai dengan pendapat Rahmat (2010
akhir periode pemeliharaan (45 hari), bobot dalam Azhari 2017) mengatakan bahwa
ikan pada perlakuan B memiliki bobot rata- pada padat penebaran yang tinggi ikan
rata sebesar 4,07 gram atau pertambahan mempunyai daya saing di dalam
bobot tubuh ikan mencapai 183%, memanfaatkan makanan, dan ruang
sedangkan pada perlakuan C dan perlakuan gerak, sehingga akan mempengaruhi laju
A hanya mencapai masing-masing 2,80 pertumbuhan ikan tersebut. Hal ini
gram dan 2,09 gram atau bertambah sebesar menunjukkan bahwa masing-masing
94,4% dan 44%. ikan memiliki jumlah padat penebaran
Laju pertumbuhan bobot harian tertentu. Penyebab lainnya adalah diduga
tertinggi diperoleh pada perlakuan B (padat pada kepadatan tinggi ikan akan bersaing
penebaran 200 ekor/m2) yaitu 2,7%, dan untuk memperoleh oksigen terlarut.
terendah pada perlakuan C (padat
penebaran 300 ekor/m2) yaitu 2,3%. Kelangsungan Hidup
Sedangkan pada perlakuan A (padat Pada penelitian yang dilaksanakan
penebaran 100 ekor/m2) adalah 2,5% (Tabel selama 45 hari pemeliharaan, terjadi
1). Laju pertumbuhan bobot harian yang kematian yang relatif cukup tinggi pada
tinggi pada perlakuan B, menunjukkan seluruh perlakuan. tingkat kelangsungan
bahwa padat penebaran ini memberikan laju hidup ikan uji setiap perlakuan selama
pertumbuhan bobot harian terbaik pada ikan penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
nilem. Hal ini diduga karena kertersediaan Kelangsungan hidup tertinggi sebesar

3
Heti Herawati et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 001 – 005 ISSN: 2301-7163

75,4% pada perlakuan A, diikuti oleh aklimatisasi adalah bentuk penyesuaian


perlakuan A sebesar 74,3%, dan fisiologis sebuah organisme pada
perlakuan C sebesar 68,3%. lingkungan baru. Proses aklimatisasi
Kelangsungan hidup merupakan faktor merupakan faktor yang dapat
yang sangat menentukan keberhasilan mempengaruhi kesehatan ikan. Proses
suatu budidaya ikan. penanganan dan transportasi serta
perbedaan kondisi lingkungan baru dapat
menyebabkan gagalnya aklimatisasi
Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan yang dapat mengakibatkan stress
Nilem pada Perlakuan Berbeda (Wendelaar dalam Noga, 2010).
No Perlakuan Kelangsungan
Hidup (%) Parameter Kualitas Air
Hasil Pengukuran parameter
1 A 74,3 kualitas air pada media pemeliharaan
ikan nilem dengan perlakuan A, B dan C
2 B 75,4 selama pemeliharaan 45 hari tersaji pada
Tabel 3. Hasil pengukuran kualitas air
3 C 68,3 antara lain pH, ammonia, suhu dan DO
menunjukkan pada semua perlakuan
sesuai untuk pertumbuhan ikan nilem.
Tingkat kematian yang tinggi Kandungan ammonia pada media
diduga karena proses aklimatisasi tidak pemeliharaan masih cukup baik, seperti
berjalan dengan baik. Tingkat stress yang dikemukakan oleh Gunadi et al.,
dapat sangat mempengaruhi sistem (2002) bahwa kisaran nilai ammonia
imunitas ikan (Collins et al., 1976 dalam yang baik untuk ikan nilem tidak lebih
Noga, 2010). Menurut Noga (2010), dari 0,016 mg/L.

Tabel 3. Nilai Kualitas Air selama Pemeliharaan Ikan Nilem


Parameter Perlakuan Standar

A B C

Dissolved oksigen 8,1 8,3 8,6 >5


(mg/L)
Temperature (°C) 24,5 25,0 25,3 18 - 28

pH 7,5 7,2 7,1 6,5 – 7,5

Ammonia (mg/L) 0,089 0,15 0,08 <0,02

4
Heti Herawati et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 001 – 005 ISSN: 2301-7163

European Inland Fisheries Advisory Farming and Husbandry of Fresh


Commision (1969) menganjurkan untuk Water and Marine Organism. John
ikan Cyprinidae, kenaikan suhu tidak Wiley and Sons. New York.
melebihi dari 6o C di atas suhu perairan Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warm
asal, dengan batas tertinggi 30o C (Wardoyo Water Fish Pond. Auburn
1975 dalam Azhari 2017). Menurut Pescod University Agricultural
(1973) ikan mempunyai toleransi yang Experimenta Satation. Auburn
berbeda-beda terhadap gradien suhu. Hal Alabama.
ini tergantung dari jenis ikan, stadia, daur Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan.
hidupnya, suhu aklimatisasinya, oksigen Yayasan Pustaka Nusatama.
terlarut, musim dan populasi. Suhu yang Yogyakarta. 159 hlm.
baik untuk kehidupan ikan nilem adalah Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan
18–28o C dengan ketinggian yang tepat Percobaan. Bandung : Armico
untuk pemeliharaan ini adalah sampai 800 Goddard, S. 1996. Feed Management in
m di atas permukaan laut, dengan Intensive Aquaculture. Chapman
ketinggian optimal antara 400-700 m and Hall. New York.
(Hardjamulia 1978 dalam Pratiwi dkk Hasan, M., Sumoharjo, Kusdato, H. 2015.
2011). Penelitian ikan nilem pada ukuran 2- Optimalisasi Penggunaan Sistem
3 cm, suhu perairan berkisar 25-30,5o C Aerasi yang Efektif Dalam
(Omang dkk 2017), di Waduk Lahor 29,5– Mempertahankan Ketersediaan
30o C (Lumbanbatu 1979 dalam Omang Oksigen Terlarut. Jurnal
dkk 2017) dan di Waduk Wonogiri pada Aquawarman Vol 1 (1): 28-35.
musim kemarau 26,5–30o C, pada musim Mallya, Y.J. 2007. The Effects of Dissolved
hujan 25,5-28.3o C (Winanto 1982 dalam Oxygen on Fish Growth in
Omang dkk 2017). Aquaculture. Ministry of Natural
Resources and Tourism. Tanzania
Simpulan Noga, E. J., 2010. Fish Disease: Diagnosis
Hasil penelitian menunjukkan and Treatment. Blackwell
bahwa penggunaan batu aerasi high oxy Publishing Inc. England.
memberikan pengaruh terhadap Pescod, M.B. 1973. Investigation of
kandungan oksigen terlarut selama Rational Effluent and Stream
penelitian pada setiap perlakuan berkisar Standar for Tropichal Countries.
antara 8,1–8,6 mg/L dan perlakuan 200 Thailand: AIT, Bangkok. p.59
ekor/m2 memberikan hasil yang paling Omang, Mumpuni. F. S., Muarif. 2017.
baik ditunjukan dari laju pertumbuhan Pengaruh Padat Tebar terhadap
bobot harian dan kelangsungan hidup Pertumbuhan dan Kelangsungan
tertinggi selama penelitian sebesar 2,7% Hidup Ikan Nilem Ukuran 2-3 cm
dan 75,4%. yang dipelihara dalam Happa di
Kolam. 2017. Jurnal Mina Sains
Vol 3(1): 39-45.
Daftar Pustaka Pratiwi, Rostika. R, Dhahiyat. Y. 2011.
Azhari, A., Muchlisin, Z. A., Dewiyanti, I. Pengaruh Tingkat Pemberian Pakan
Pengaruh Padat Penebaran terhadap Laju Pertumbuhan dan
Terhadap Kelangsungan Hidp dan Deposisi Logam Berat pada Ikan
Pertumbuhan Benih Ikan Seurukan Nilem di Karamba Jaring Apung
(Osteochilus vittatus). 2017. Jurnal Waduk Ir. H. Djuanda. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Akuatika Vol 2(2): 1-11.
Perikanan Unsyiah Vol 2(1): 12-19. Zonneveld, N. Huisman, E. A. Boon, J.H.
Bardach, J. E., J. H. Ryther dan W. O. Budidaya Ikan. Gramedia. Jakarta.
McLarney. 1972. Aquaculture : The

You might also like