Professional Documents
Culture Documents
Tingkat Keberhasilan Moulting Dan Kelulusan Hidup Kepiting Bakau
Tingkat Keberhasilan Moulting Dan Kelulusan Hidup Kepiting Bakau
ABSTRACT
The existence of the provisions of the Ministry of Marine Affairs and Fisheries that the
capture and / or expenditure of crabs (Scylla spp.) with the provisions of the size of the carap
above 15 (fifteen) cm or weight above 200 (two hundred) grams per tail becomes a challenge
in the soft carapas (soca) crab business that generally using crabs with an average weight
below 150 grams. This study aims to determine the success rate of moulting and survival rate
crab (Scylla serrata Forskal) with different salinity treatment using crabs weighing above 200
gr. This study used Completely Randomized Design with 5 (five) treatments and used 3 (three)
replications, analysis of variance (ANOVA) at 95% confidence level was used to analyzing
the data obtained. If there was a significant difference (P <0.05) then proceed with LSD test
(Least Significant Differences) with 95% confidence level. The results of this research showed
that the highest moulting success rate was obtained from the treatment with salinity of 10 ppt.
While the highest survival rate (SR) was obtained from the treatment with salinity 30 ppt.
1
Moh Sayuti. et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 013 – 016 ISSN: 2301-7163
usaha pemeliharaan kepiting soka. Kepiting cm. kemudian keranjang plastik tersebut
bakau memiliki toleransi terhadap salinitas dirangkai. Keranjang yang sudah dirakit
yang besar yaitu sekitar 15−35 ppt dimasukkan dalam bak pemeliharaan yang
(Davenport and Wong, 1987). Scylla diisi air sesuai dengan salinitas sesuai
serrata mampu hidup sampai pada salinitas perlakukan, ketinggian air ± 7-10 cm.
di bawah 5 ppt sehingga merupakan hewan Pemeliharaan kepiting dilakukan secara
hiperosmoregulator yang dapat bertahan di individual, satu keranjang diisi satu
bawah salinitas air laut (Tangkrock-olan kepiting, sehingga tingkat kelangsungan
and Ketpadung, 2010). hidupnya dapat mencapai 100% (Agus,
Penelitian ini bertujuan untuk 2008).
mengetahui tingkat keberhasilan moulting Pengamatan
dan kelulusan hidup kepiting bakau (Scylla Parameter yang diamati dalam
serrata Forskal) dengan perlakuan salinitas penelitian ini adalah fase moulting
berbeda dengan menggunakan kepiting (persentase), mortalitas dan SR kepiting
bakau (Scylla serrata Forskal) yang bakau (Scylla serrata Forskal) serta
beratnya di atas 200 gr. parameter kualitas air.
1. Persentase Moulting
METODOLOGI PENELITIAN Persentase moulting kepiting
Waktu dan Tempat Penelitian sampel dihitung dengan rumus :
Penelitian ini dilakukan selama 30
hari dimulai dari tanggal 12 Oktober s/d 12 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖 𝑚𝑜𝑢𝑙𝑡𝑖𝑛𝑔
% 𝑚𝑜𝑢𝑙𝑡𝑖𝑛𝑔 = 𝑥 100%
November 2017 di Instalasi Budidaya Laut 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
(IBL) Politeknik Kelautan dan Perikanan
Sorong. Alat dan Bahan Alat yang 2. Tingkat Kelulusan hidup (SR)
digunaka dalam penelitian ini terdiri dari Tingkat Kelulusan hidup sampel kepiting
hand refraktometer untuk mengukur bakau dihitung dengan rumus (Effendi,
salinitas air, pH meter untuk mengukur pH 1979):
air, DO meter untuk mengukur kadar 𝑁𝑡
SR = 𝑥 100%
oksigen terlarut dalam air, Termometer 𝑁𝑜
untuk mengukur suhu, gunting untuk Keterangan :
pemotong tali, keranjang sebagai wadah SR = Kelulushidupan
pemeliharaan kepiting, pipa sebagai tempat Nt = Jumlah kepiting bakau pada akhir
pemeliharaan (rangkaian rakit), tali sebagai penelitian (ekor)
pengikat. Sedangkan bahan berupa kepiting No = Jumlah kepiting bakau pada awal
bakau menggunakan rata-rata berat di atas penelitian (ekor)
200 gr.
Metode Penelitian Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian ini menggunakan
eksperimen dengan 5 (lima) perlakuan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
(salinitas 10, 15, 20, 25 dan 30 ppt) dengan (lima) perlakuan dan 3 (tiga) kali ulangan,
3 (tiga) kali ulangan, sehingga terdapat 15 setiap ulangan terdapat 10 (sepuluh) hewan
buah unit percobaan. Setiap ulangan uji. Analysis of variance (ANOVA) pada
terdapat 10 (sepuluh) hewan uji (kepiting taraf kepercayaan 95% digunakan untuk
bakau) yang berasal dari Kelompok menganilis data yang didapatkan. Jika ada
Perikanan Karaka Distrik Aimas, perbedaan nyata (P<0,05) maka dilanjutkan
Kabupaten Sorong, Papua Barat. dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Persiapan Wadah Pemeliharaan dengan taraf kepercayaan 95%.
Wadah/ tempat dalam penelitian
berupa keranjang plastik bulat dengan
diameter dan tinggi adalah ± 25 cm X 15
14
Moh Sayuti. et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 013 – 016 ISSN: 2301-7163
15
Moh Sayuti. et al., /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 013 – 016 ISSN: 2301-7163
Data hasil pengamatan kualitas air (2000) The State of World Fisheries
dalam penelitian ini tersaji pada Tabel 3. and Aquaculture.
Harahap, S. R., Masykur, H. and Saputri,
Tabel 3. Hasil Pengukuran Parameter M. (2016) ‘Pengaruh Stimulus
Kualitas Air Pemeliharaan Mutilasi Pada Organ Yang Berbeda
Nilai Kisaran Terhadap Kecepatan Moulting
Parameter
No
Kualitas Air
Rata- Optimum Kepiting Bakau( Scylla serrata )’,
rata [10] Jurnal Perikanan dan Lingkungan,
1 Suhu (0C) 30,85 25-32 5(1).
2 pH 6,9 6,5-8 Karim, M. Y. (2007) ‘Pengaruh Salinitas
3 Oksigen (mg/L) 5,25 >5
Terhadap Metabolisme Kepiting
Tabel 3 menunjukkan hasil Bakau (Scylla olivacea)’, Jurnal
pengukuran parameter kualitas air selama Perikanan, (1), pp. 37–44.
pemeliharaan Kepiting Soka, secara garis Karim, M. Y. (2008) ‘Kajian Osmoregulasi
besar masih menunjukkan kisaran yang Kepiting Bakau (Scylla olivacea) pada
baik untuk mendukung tingkat kehidupan Berbagai Salinitas. Ichthyos’, Jurnal
kepiting bakau (Scylla serrata Forskal) Penelitian Ilmu-Ilmu Perikanan dan
yang dipelihara. Kelautan, 7(1), pp. 21–26.
Kasry, A. (1996) Budidaya Kepiting dan
Simpulan Biologi Ringkas. Jakarta: PT. Bhratara
Perbedaan perlakuan salinitas (10, 15, 20, Niaga Media.
25 dan 30 ppt) pada kepiting bakau (Scylla PERMEN KP, N. 56/Permen-K. (2016)
serrata Forskal) memberikan perbedaan Larangan Penangkapan dan/atau
yang nyata (p>0,05) terhadap tingkat Pengeluaran Lobster (Panulirus spp.),
keberhasilan moulting dan tingkat Kepiting (Scylla spp.), Dan Rajungan
kelangsungan hidup kepiting bakau. (Portunus spp.) Dari Wilayah Negara
Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Rodriguez, E. M., Parado-Estepa, F. D. and
Quinitio, E. T. (2007) ‘Extension of
Agus, M. (2008) ‘Analisis Komparatif Fat nursery culture of Scylla serrata
Crab (Scylla sp) Dengan Sistem (Forsskål) juveniles in net cages and
Massal Dan Single Room Di Tambak’, ponds’, Aquaculture Research, 38(14),
Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan, pp. 1588–1592. doi: 10.1111/j.1365-
pena akuatik, April(1). 2109.2007.01725.x.
Asyhariyati, A. I., Samidjan, I. and Shelly, C. and Lovatelli, A. (2011) Mud
Rachmawati, D. (2013) ‘Pemberian Crab Aquaculture, FAO FISHERIES
Kombinasi Pakan Keong Macan Dan AND AQUACULTURE TECHNICAL
Ikan Rucah Terhadap Pertumbuhan PAPER. doi:
Dan Kelulushidupan Kepiting Bakau 10.1002/9781444341775.ch4.
(Scylla paramamosain)’, Journal of Tangkrock-olan, N. and Ketpadung, R.
Aquaculture Management and (2010) ‘A Comparative Study on the
Technology, 2, pp. 131–138. Blood Osmolality of the Mud Crab (
Davenport, J. and Wong, T. M. (1987) Scylla serrata ) and the Blue
‘Responses of adult mud crabs (Scylla Swimming Crab ( Portunus pelagicu s
serrata) (Foskal) to salinity and low ) Exposed to Different Salinities : A
oxygen tension’, Comp. Biochem Case Study for the Topic “ Osmotic
Physiol, 86 A(1), pp. 43–47. Regulation ” in High School Biology’,
Effendi, M. I. (1979) Metode Biologi 4, pp. 8–14.
Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri.
Food Agriculture Organization of the
United Nations. Fisheries Department.
16