Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Puspa Sari., et al., JEKK.

2 (2) 2017 78

Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas

JEKK 2 (2), 2017, 78-88

Faktor-Faktor Risiko Status Imunisasi Dasar Tidak Lengkap pada Anak


(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas II Kuala Tungkal)
Yundri*, Mexitalia Setiawati**, Suhartono***, Henry Setyawan***, Kamilah Budhi**
*
Dinas Kesehatan Kabupaten Tungkal, **RSUP Dr. Kariadi Semarang, ***Fakultas Kesehatan
Masyarakat Undip

ABSTRACT

Background : Basic immunization is a program conducted to protect the body from disease.
Mother behavior, health care and environmental factor serve as a benchmark in the basic
immunization status. This study aimed to analyze the risk factors of incomplete basic
immunization in children.
Methods : The research used observational analytic and cross sectional study supported by
qualitative approach of in-depth interview method. The research population was all mothers
with children aged 12 to 24 months with sample size of 92 respondents. Sampling method was
conducted by purposive random sampling. Data collection was done by interviewing and the
measuring instrument used is a questionaire. Data was analyzed by univariate, bivariate and
multivariate.
Results : Multivariate analysis showed poor maternal knowledge (p=0.0001) and lack of
supportive attitudes of mothers toward immunization (p=0.0001), is a risk factor for
incomplete basic immunization status in children. While mother's age, mother's education,
mother's occupation, mother's perception of health facility condition, mother's perception on
immunization staff role, number of child in the household and information media are not the
risk factors of incomplete basic immunization status in children. A qualitative approach with
in-depth interviews indicates that poor knowledge of immunization and the lack of supportive
attitude of mothers toward immunization resulting in an incomplete basic immunization
status.
Conclusion : Risk factors for incomplete basic immunization status in children are poor
mother's knowledge and lack of supportive attitudes of mothers toward immunization.

Keywords: Immunization; qualitative approach; knowledge; behavior; attitude

Penulis korespondensi : zamabadaza@gmail.com

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017 79

Pendahuluan mempertahanakan daya tahan tubuh anak


terhadap TB8 dan penelitian Nyoman
Imunisasi dasar adalah upaya untuk Giasarwan menyatakan bahwa faktor
meningkatkan kekebalan secara aktif status imunisasi pada anak mempengaruhi
terhadap suatu penyakit yang diakibatkan terjadinya kasus campak.9
oleh virus dan bakteri sehingga apabila Prevalensi tuberkulosis di Kab.
suatu saat terpajan dengan penyakit Tanjung Jabung Barat tahun 2016
tersebut tidak akan sakit atau hanya meningkat dibanding tahun 2015 dengan
mengalami sakit ringan. Imunisasi dasar penemuan tersangka tuberkulosis sebanyak
lengkap tersebut meliputi BCG, DPT-HB- 583 kasus sedangkan tahun 2015 sebanyak
Hib 1, DPT-HB-Hib 2, DPT-HB-Hib 3, 326 kasus. Sedangkan angka prevalensi
polio 1, polio 2, polio 3, polio 4 dan penyakit campak di Kabupaten Tanjung
campak dengan rentang usia dibawah 1 Jabung Barat tahun 2016 meningkat
tahun.1 dibanding tahun 2015 dengan penemuan
Penyakit yang diakibatkan oleh kejadian campak sebanyak 122 kasus
virus dan bakteri menyebabkan banyak sedangkan tahun 2015 sebanyak 98
kasus kematian di dunia dan penyakit kasus.10
tersebut semestinya dapat dicegah dengan Poliomielitis merupakan suatu
cara imunisasi. Pemberian imunisasi penyakit infeksi yang disebabkan oleh
dilakukan sebagai upaya dalam mencegah virus polio dan dapat mengakibatkan
bahaya dari penyakit tersebut serta terjadinya kelumpuhan. 50%-70% dari
menangkal komplikasi yang menyertainya. kasus polio adalah umur 3-5 tahun.
Di Indonesia, jumlah kasus meninggal Poliomelitis merupakan penyakit pada
PD3I diantaranya adalah penyakit susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
pneumonia sebanyak 496 kasus 1 dari 3 virus polio tipe 1,2,3. Secara klinis
(CFR<1tahun = 0,11%), difteri sebanyak penyakit polio adalah anak dibawah umur
16 kasus (CFR = 4,04%), tetanus 15 tahun yang menderita lumpuh layuh
neonatorum sebanyak 54 kasus (CFR= akut (Acute Flaccid Paralysis/AFP)
64,3%) dan campak sebanyak 8 kasus.2,3 Campak adalah infeksi akut yang
Dampak jika tidak mendapatkan disebabkan oleh virus campak dan sangat
imunisasi lengkap adalah timbulnya angka menular.Manusia merupakan satu-satunya
kesakitan dan kematian akibat terserang hospes alami virus ini. Virus morbili
tuberkulosis, poliomelitis, campak, sangat peka terhadap temperatur. Virus
hepatitis b, difteri pertussis dan tetanus campak termasuk family paramyxovirus
neonatorum.4,5 Penelitian Sukmawati yang berukuran diameter 140 milimikron.
mengatakan ada hubungan imunisasi Virus ini tidak tahan panas dan akan mati
dengan kejadian ISPA pada balita di Kab. pada PH kurang dari 4,5.12
Maros.6 Studi penelitian Yossiee Imaruah Hepatitis adalah infeksi yang terjadi
menyatakan bahwa terdapat hubungan pada hati yang disebabkan oleh virus
antara Pemberian imunisasi BCG dengan Hepatitis B (VHB). Penyakit ini bisa
angka kejadian penyakit TB Paru pada menjadi acut atau kronis dan dapat pula
anak.7. menyebabkan radang hati, gagal hati,
Penelitian Eni Noviyani, yang serosis hati, kanker hati, dan kematian.
menghubungkan lingkungan, kepatuhan Penyebaran perinatal merupakan masalah
pengobatan, memutus transmisi serta yang besar di negara-negara di mana
status nutrisi diperoleh hasil bahwa terdapat prevalensi infeksi virus hepatitis
pencegahan penularan TB dari dewasa B yang tinggi dengan prevalensi Hbs Ag
terhadap anak tidak mendukung yang tinggi. Hampir semua bayi yang
pencegahan penularan TB sehingga dilahirkan dari ibu HbsAg positif akan
pemberian imunisasi diharapkan dapat

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017 80

terkena infeksi pada bulan ke-2 dan ket-3 Nibung dan Desa Teluk Sialang. Sehingga
kehidupannya.14 dari data tersebut capaian imunisasi dasar
Difteri adalah penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas II Kuala
yang sangat berbahaya yang menyerang Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat
terutama daerah saluran pernafasan bagian belum mencapai target yang telah
atas. Penularan biasanya terjadi melalui ditetapkan.21
percikan ludah dari orang yang membawa Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk
kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu, membuktikan beberapa faktor karakteristik
bisa juga ditularkan melalui benda atau dan perilaku ibu sebagai faktor risiko
makanan yang terkontaminasi. Kematian status imunisasi dasar anak.
umumnya terjadi pada individu yang
belum mendapat imunisasi.4 Metode
Pertusis atau yang lebih dikenal
orang awam sebagai “batuk rejan” atau Jenis penelitian dalam penelitian
“batuk 100 hari” merupakan salah satu ini adalah observational analitik dengan
penyakit menular saluran pernapasan yang rancangan penelitian cross sectional.
sudah diketahui adanya sejak tahun 1500- Lokasi penelitian di wilayah kerja
an. Penyebab dari pertusis adalah kuman Puskesmas II Kuala Tungkal, Kabupaten
gram(-) bordetella pertusis. Etiologi Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.
penyebabnya adalah bordetella pertusis.15 Pengumpulan data dilakukan pada bulan
Tetanus neonatorum disebabkan Juli sampai dengan agustus 2017. Populasi
oleh basil clostridium tetani, yang masuk dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu
ke tubuh melalui luka. Penyakit ini yang mempunyai anak usia 12-24 bulan.
menginfeksi bayi baru lahir yang salah Pada penelitian ini teknik dalam
satunya disebabkan oleh pemotongan tali pengambilan sampel yaitu teknik sampling
pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus probabilitas secara random sampling.22
tetanus neonatorum banyak ditemukan di Besar sampel dalam penelitian ini adalah
negara berkembang khususnya negara 92 responden.
dengan cakupan persalinan oleh tenaga Dalam pendekatan kualitatif,
kesehatan yang rendah. Menurut status penetapan sampel kualitatif tidak ada
imunisasi sebanyak 32 kasus (60%) terjadi sampel acak tetapi berdasarkan pada
pada kelompok yang tidak diimunisasi.16 kriteria penyesuaian. Dalam hal ini peneliti
Tuberkulosis paru adalah penyakit sebagai instrumen utama dalam penelitian
infeksius yang menyerang parenkim paru. pendekatan kualitatif.23 Peneliti dalam
TB paru dapat menular melalui penelitian ini mengambil 5% dari sampel
udara.17,18,20 kuantitatif sehingga didapatkan 5
Cakupan imunisasi dasar di informan. Teknik pengumpulan data
Indonesia belum mencapai target diambil dari kohort bayi wilayah kerja
Millennium Development Goals (MDGs) Puskesmas II Kuala Tungkal dan data
yang ditetapkan ≥93% yaitu sebesar primer yang dilakukan dalam bentuk
91,1%. Di Provinsi Jambi sebesar 87,4%, survey penelitian.
di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Pengambilan sampel dengan
sebesar 89 % dan wilayah kerja Puskesmas purposive sampling dengan cara memilih
II Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung sampel diantara populasi sesuai dengan
Jabung Barat sebesar 78 %. Wilayah kerja kriteria yang dikehendaki peneliti.24
Puskesmas II Kuala Tungkal tersebut Semua yang memenuhi kriteria inklusi dan
meliputi 5 desa/kelurahan yang eksklusi dimasukkan dalam penelitian
diantaranya adalah Kelurahan Tungkal berdasarkan data sekunder dari buku
Harapan, Kelurahan Tungkal IV Kota, register imunisasi. Kriteria inklusi dalam
Kelurahan Sriwijaya, Kelurahan Sungai penelitian ini adalah anak usia 12-24

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017 81

bulan, memiliki KMS dan tinggal di Selanjutnya skor yang diperoleh atas item-
wilayah kerja puskesmas II Kuala item dari masing-masing variabel diuji
Tungkal. KMS (Kartu Menuju Sehat) validitas dan reliabilitasnya. Setelah
adalah catatan yang sederhana yang dapat pengujian validitas dengan
digunakan untuk memantau kesehatan dan membandingkan nilai r hitung pada output
pertumbuhan anak. Oleh karena KMS SPSS pada Corrected Item Total
harus disimpan dirumah dan harus selalu Correlation pada level signifikan 5%
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu dengan nilai kritisnya dan dinyatakan
atau fasilitas kesehatan masyarakat bahwa seluruh soal pada variabel
termasuk bidan dan dokter, KMS berisi dinyatakan valid karena nilai r hitung > 0,3
catatan penting tentang pertumbuhan, sehingga dilanjutkan uji reliabilitas.23
perkembangan anak, imunisasi, Untuk menguji reabilitas digunakan Alpha
penanggulangan diare, pemberian kapsul Cronbach data yang diperoleh dari
vitamin A, kondisi kesehatan anak, penelitian dan menunjukkan bahwasanya
pemberian ASI Eksklusif dan makanan seluruh variabel memiliki nilai koefisien
pendamping ASI.25 alpha cronbach’s >0,6 sehingga dinyatakan
Kriteria eksklusi dalam penelitian terbukti reliabel.23
ini adalah anak yang tidak memungkinkan Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
untuk imunisasi yaitu anak dengan distribusi frekuensi faktor karakteristik dan
penyakit sistem imunitas dengan diagnosa perilaku ibu berdasarkan status imunisasi
Dokter. Pengukuran variabel dilakukan dasar anak yang lengkap dan tidak lengkap
dengan wawancara langsung kepada bahwa proporsi status dasar yang tidak
responden menggunakan instrument lengkap pada kelompok ibu umur kurang
penelitian yaitu daftar pertanyaan didalam dari 30 tahun dibanding yang lebih atau
kuesioner yang sebelumnya telah sama dengan 30 tahun, proporsi ibu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan tingkat pendidikan rendah lebih
terlebih dahulu terhadap instrument besar dibanding ibu dengan pendidikan
penelitian tersebut. Responden adalah Ibu tinggi, proporsi ibu yang tidak bekerja
yang mempunyai anak berusia 12 - 24 lebih besar dibanding yang bekerja,
bulan. Data yang terkumpul dalam proporsi ibu dengan pengetahuan kurang
penelitian dianalisis secara univariat, baik lebih besar dibanding pengetahun
bivariat dan multivariat. Analisis univariat baik, proporsi ibu dengan sikap kurang
untuk mengetahui distribusi frekuensi dan mendukung lebih besar diabdning yang
proporsi dari berbagai karakteristik atau mendukung, proporsi ibu dengan persepsi
variabel yang diteliti. Analisis bivariat kurang layak pada fasilitas kesehatan lebih
digunakan yaitu Chi Square digunakan besar dibanding yang layak,proporsi ibu
untuk data berskala nominal, ordinal dengan persepsi kurang baik pada peran
dengan menggunakan Confidence Interval petugas lebih besar dibanding yang baik,
(CI) sebesar 95% (α=0,05). Analisis proporsi ibu dengan jumlah anak kurang
multivariat menggunakan uji Regresi dari 3 lebih besar dibanding yang lebih
Logistic Ganda. Hasilnya disajikan dalam atau sama dengan 3 dan proporsi ibu yang
tabel berdasarkan output computer.24 terpajan media informasi lebih besar
dibanding yang kurang terpajan.
Hasil Hasil analisa bivariat menunjukkan
variabel yang berhubungan dengan status
Sebagai uji pendahuluan diadakan imunisasi dasar adalah tingkat pendidikan
uji validitas dan reliabilitas atas instrumen ibu, pengetahuan ibu dan sikap ibu
penelitian terlebih dahulu yang diketahui terhadap imunisasi. Sedangkan Umur ibu,
melalui setiap item dalam daftar pekerjaan ibu, jumlah anak dalam rumah
pertanyaan (kuesioner) kepada responden. tangga, persepsi ibu pada kondisi fasilitas

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017 82

kesehatan, persepsi ibu pada peran petugas “saya tidak begitu mengerti tentang
imunisasi dan media informasi tidak jenis-jenis pemberian imunisasi dasar
terbukti berhubungan dengan status dan sewaktu bersalin dengan bantuan
imunisasi dasar anak (Tabel 2). bidan, saya pernah mendapat
Proporsi status imunisasi anak yang imunisasi dasar satu kali.”
tidak lengkap lebih besar dibanding “maren tu anak kami sampe umur 2
dengan ibu yang berpendidikan tinggi. bulan cuman imunisasi, seingat kami
Hasil analisa bivariat menunujukkan la.”
bahwa tingkat pendidikan ibu diyatakan “Menurut saya, pemberian imunisasi
berhubungan dengan status imunisasi dasar anak saya sampai berumur 2
dasar anak (p=0,008) dan nilai PR= 1,79 bulan.”
pada 95%CI=1,16-2,78 Artinya ibu yang Proporsi status imunisasi dasar
memiliki tingkat pendidikan rendah anak yang tidak lengkap pada kelompok
berisiko 1,79 kali lebih besar untuk tidak ibu dengan sikap yang kurang mendukung
melengkapi status imunisasi dasar pada terhadap imunisasi lebih besar dibanding
anak dibandingkan dengan ibu memiliki kelompok ibu dengan sikap yang
tingkat pendidikan tinggi. Maka terbukti mendukung terhadap imunisasi. Hasil
pendidikan ibu rendah merupakan faktor analisis bivariat pada variabel sikap ibu
risiko status imunisasi dasar anak (Tabel terhadap imunisasi berhubungan dengan
3). status imunisasi dasar anak (p=0,000) dan
Proporsi status imunisasi dasar nilai PR= 3,08 pada 95%CI= 1,82-5,19.
anak yang tidak lengkap pada kelompok Artinya sikap ibu dalam membutuhkan
ibu dengan pengetahuan kurang lebih imunisasi kurang baik berisiko 3,08 kali
besar dibanding kelompok ibu dengan lebih besar untuk tidak melengkapi status
pengetahuan baik (Tabel 4). Hasil analisis imunisasi dasar pada anak dibandingkan
bivariat pada variabel pengetahuan ibu dengan sikap ibu terhadap imunisasi baik.
dinyatakan berhubungan dengan status Maka terbukti sikap ibu terhadap munisasi
imunisasi dasar (p=0,000) dan nilai PR= kurang baik merupakan faktor risiko status
3,95 pada 95%CI=2,29-6,83. Artinya ibu imunisasi dasar anak (Tabel 5).
memiliki pengetahuan kurang berisiko Hubungan faktor ketidaklengkapan
3,95 kali lebih besar untuk tidak status imunisasi dasar yang dilakukan
melengkapi status imunisasi dasar pada analisis multivariat dengan regresi logistik
anak dibandingkan dengan ibu memiliki menggunakan metode enter dan terbukti
pengetahuan baik. Maka terbukti variabel pengetahuan ibu dan sikap ibu
pengetahuan ibu kurang merupakan faktor terhadap imunisasi berhubungan secara
risiko ketidaklengkapan status imunisasi signifikan terhadap Status imunisasi dasar
dasar anak. anak. Variabel tingkat pendidikan ibu tidak
“selame ni dak pernah dengar berhubungan secara signifikan setelah
imunisasi tu ape artinye. Manfaatnye dianalisa secara multivariat. Berdasarkan
dak tau juge ape.” hasil perhitungan persamaan probability
“saya tidak tahu pengertian imunisasi event hasil analisis uji multiple logistic
dasar begitu juga dengan manfaat regression terbukti bahwa pengetahuan
imunisasi dasar” kurang dan sikap ibu dalam imunisasi,
“palingan taunye cuman imunisasi dak memiliki probabilitas ketidaklengkapan
tau juge name suntikan nye ape, maren status imunisasi dasar anak adalah sebesar
tu pas melahirkannye same bidan 85,91%.
pernah la diimunisasi dah tu dak pegi
pegi lagi kesane.”

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017
83

Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan faktor osiodemografi dan perilaku ibu dengan
status imunisasi dasar anak (N=92)
Status Imunisasi Dasar Anak
Tidak
Karakteristik dan perilaku ibu Kategori Lengkap
lengkap
f % f %
< 30 tahun 19 44,2 24 55,8
1. Umur ibu
≥ 30 tahun 24 49,0 25 51,0
Rendah (<SMA) 24 63,2 14 36,8
2. Tingkat pendidikan ibu
Tinggi (≥SMA) 19 35,2 35 64,8
Bekerja 18 51,4 17 48,6
3. Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja 25 43,9 32 56,1
Kurang baik 32 82,1 7 17,9
4. Pengetahuan ibu
Baik 11 20,8 42 79,2
5. Sikap ibu terhadap Kurang mendukung 31 73,8 11 26,2
imunisasi Mendukung 12 24,0 38 76,0
6. Persepsi ibu terhadap Kurang Layak 37 48,7 39 51,3
fasilitas kesehatan Layak 6 37,5 10 62,5
7. Persepsi ibu terhadap peran Kurang baik 31 50,8 30 49,2
petugas Baik 12 38,7 19 61,3
8. Jumlah anak dalam rumah >=3 anak 17 43,6 22 56,4
tangga 1-2 anak 26 46,7 27 53,3
9. Media informasi Kurang terpajan 9 47,4 10 52,6
Terpajan 34 46,6 39 53,4

Tabel 2. Analisa bivariat faktor karakteristik dan perilaku ibu terhadap


status imunisasi dasar anak
Variabel yang dihubungkan 95%CI PR p Value
1. Umur ibu 0,71-1,72 1,11 0,646
2. Pendidikan ibu 1,16-2,78 1,79 0,008
3. Pekerjaan ibu 0,76-1,81 1,17 0,480
4. Pengetahuan ibu 2,29-6,83 3,95 0,000
5. Sikap ibu terhadap imunisasi 1,82-5,19 3,08 0,000
6. Persepsi ibu terhadap fasilitas kesehatan 0,66-2,55 1,29 0,415
7. Persepsi ibu terhadap peran petugas imunisasi 0,79-2,18 1,31 0,271
8. Jumlah anak dalam rumah tangga 0,57-1,39 0,89 0,604
9. Media informasi 0,59-1,74 1,02 0,951

Tabel 3. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status imunisasi dasar anak
Status Imunisasi Dasar Total
Tingkat Pendidikan Tidak
Lengkap P Value PR (95%CI)
Lengkap n %
n % n %
Rendah 24 63,2 14 36,8 38 100 0,008 1,79(1,16-2,78)
Tinggi 19 35,2 35 64,8 54 100
Jumlah 43 46,7 49 53,3 92 100

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017 84

Tabel 4. Hubungan antara pengetahuan ibu terhadap imunisasi dengan status imunisasi
dasar anak
Status Imunisasi Dasar Total
Pengetahuan Tidak Lengkap Lengkap
P Value PR (95%CI)
ibu n %
n % n %
Kurang 32 82,1 7 17,9 41 100 0,000 3,95 (2,29-6,83)
Baik 11 20,8 42 79,2 51 100
Jumlah 43 46,7 49 53,3 92 100

Tabel 5. Hubungan antara sikap ibu terhadap imunisasi dengan status imunisasi
dasar anak
Status Imunisasi Dasar Total
Sikap Ibu Terhadap Tidak PR
Lengkap P Value
Imunisasi Lengkap n % (95%CI)
n % n %
Kurang mendukung 31 73,8 11 26,2 42 100 0,000 3,08 (1,82-
Mendukung 12 24,0 38 76,0 50 100 5,19)
Jumlah 43 46,7 49 53,3 92 100

Tabel 6. Hasil analisis model akhir (step 2) uji multiple logistic regression faktor
ketidaklengkapan status imunisasi dasar anak
Faktor ketidaklengkapan status imunisasi dasar anak B Exp(B) P value
1. Pengetahuan ibu kurang 2,376 10,759 0,000
2. Sikap ibu terhadap imunisasi kurang mendukung 1,461 4,312 0,009
Konstanta -2,027

Pembahasan
berhubungan secara bermakna terhadap
Hasil penelitian menunjukkan imunisasi dasar lengkap pada balita
bahwa tingkat pendidikan ibu (p=0,21).28
berhubungan secara signifikan dengan Hasil penelitian menunjukkan
status imunisasi dasar anak. Hal ini bahwa tingkat pengetahuan ibu
sejalan dengan penelitian yang dilakukan berhubungan secara signifikan dengan
oleh Asfaw bahwa Ibu dari bayi yang status imunisasi dasar anak dan sejalan
pendidikan rendah 4,1 kali berisiko dengan penelitian yang dilakukan
terhadap ketidaklengkapan imunisasi Norlijah tentang risk factors associated
dasar anak.26 dan sejalan dengan with incomplete immunisation in
penelitian Riska Harmasdiani bahwa hospitalised infants menunjukkan
tingkat pendidikan ibu rendah memiliki hubungan yang bermakna antara
risiko 9,28 kali terhadap ketidakpatuhan pengetahuan (p=0,005) dengan status
pemberian imunisasi dasar lengkap.27 imunisasi.29
Namun tidak sesuai dengan penelitian Hasil analisis bivariat menunjukkan
yang dilakukan oleh Fitriyanti Ismet di untuk variabel sikap ibu terhadap terbukti
Kabupaten Bone Bolango yang sebagai faktor risiko terhadap status
menyatakan bahwa pendidikan ibu tidak imunisasi dasar anak yang tidak lengkap.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Dian Palupi Kusuma Wardani yang

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017 85

menyatakan bahwa sikap ibu yang Hasil wawancara mendalam dengan


mendorong ibu untuk membawa balita ke responden menunjukkan bahwa alasan
posyandu dengan nilai odds ratio sebesar ibu tidak pergi ke posyandu bukan karena
4,64; yang menunjukkan bahwa ibu yang tidak terpajan media informasi tetapi
memiliki sikap positif akan mendorong karena sikap dan pengetahuan ibu yang
sebesar 4,64 kali lebih besar untuk kurang baik.
membawa anaknya ke posyandu
dibandingkan dengan ibu yang memiliki “taulah kalok ade orang mau
sikap negatif.(30) dan sejalan dengan imunisasi waktu tu tapi dak pegi takut
penelitian Ahmad Rizani menunjukkan je budak ni demam”.
hasil analisis bivariat antara sikap ibu “Saya mengetahui tentang jadwal
dengan pemberian imunisasi dasar imunisasi yang telah ditetapkan
memiliki hubungan yang bermakna hanya saja saya punya pikiran untuk
dengan hasil yang signifikan (p = 0,000) tidak pergi membawa anak imunisasi
dengan status imunisasi.31 dikarenakan takut anak saya
Hasil analisa multivariat dengan demam”.
uji regresi logistik dengan metode enter
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dan Persepsi ibu pada kondisi fasilitas
sikap terhadap imunisasi berhubungan kesehatan tidak berhubungan dengan
secara bermakna sebagai faktor ketidaklengkapan imunisasi. Hal ini
ketidaklengkapan imunisasi sedangkan dikarenakan fasilitas kesehatan
tingkat pendidikan ibu tidak berhubungan menunjang dalam pemanfaatan pelayanan
secara signifikan sehingga probabilitas kesehatan dari yang termahal sampai
terjadinya status imunisasi dasar yang termurah ataupun dari yang paling mudah
tidak lengkap. Sedangkan umur ibu, dijangkau maupun yang sulit dijangkau.
pekerjaan ibu, jumlah anak dalam rumah Hasil wawancara mendalam
tangga, media informasi, persepsi ibu menunjukkan bahwa persepsi ibu tidak
pada kondisi fasilitas kesehatan dan pergi ke posyandu bukan karena kondisi
persepsi ibu terhadap petugas imunisasi fasilitas kesehatan yang kurang baik
tidak berhubungan dengan tetapi karena sikap, motivasi dan
ketidaklengkapan imunisasi. pengetahuan ibu yang kurang baik.34
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemajanan media “kalok puskemas cukup bagusla,
informasi tidak berhubungan dengan biakpun agak kecik dan kurang luas
status imunisasi dasar anak. Pada tapi lumayanla”.
penelitian ini, media informasih bukanlah “Menurut saya, kondisi Puskesmas
faktor yang berhubungan dengan cukup bagus walaupun ruangan
ketidaklengkapan imunisasi.32 Hal ini pelayanannya kurang luas”.
kemungkinan terjadi karena sebagian
besar responden sudah mendapat Variabel persepsi ibu terhadap
informasi jadwal imunisasi yang baik petugas imunisasi juga tidak berhubungan
melalui petugas kesehatan, kader maupun dengan ketidaklengkapan status imunisasi
masyarakat disekitar. Namun tidak dasar anak. Hal ini disebabkan petugas
sejalan dengan penelitian Abel bahwa imunisasi memberikan pelayanan,
tidak ada hubungan antara mengetahui menyiapkan alat dan bahan yang
jadwal imunisasi dengan diperlukan dalam kegiatan imunisasi,
statusimunisasi(p=0,8;OR=1,06; melakukan penjelasan dan penyuluhan
95%CI=0,67-1,67).33 saat imunisasi ataupun memeriksa dan

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017 86

mengisi kartu KMS..32 Komunikasi kesadaran akan pentingnya imunisasi dan


petugas imunisasi diterjemahkan dalam kemandirian masyarakat dalam
pengiriman pesan. Pengiriman pesan melindungi anak dari penyakit yang dapat
pada penerima sehingga dapat diuraikan dicegah dengan imunisasi (PD3I).
dan dipahami. Proses penerimaan pesan
atau komunikasi ini dipengaruhi oleh Daftar Pustaka
berbagai faktor karakteristik individu.35
Hasil wawancara menunjukkan 1. Kementerian Kesehatan RI.2014.
bahwa persepsi ibu tidak pergi ke Peraturan Menteri Kesehatan
posyandu bukan karena peran petugas Republik Indonesia Nomor 42/2013
imunisasi kurang baik tetapi karena sikap, Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
motivasi dan pengetahuan ibu yang Jakarta:Kementerian Kesehatan
kurang baik. RI.pp.17-22.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2014.
“petugas nye baek baekla, dak la Profil Data Kesehatan Indonesia
juge kasar, ramahla. Memang Tahun 2013. Jakarta: Kementerian
kadang banyak diam cuman”. Kesehatan RI.pp.507-508.
“Menurut saya, petugas imunisasi 3. Ranuh, I, Suyitno, H, Hadinegoro, S.
di Puskesmas sikapnya baik dan 2008.Pedoman Imunisasi Di
sopan tetapi memang terkadang Indonesia. Jakarta:Satgas Imunisasi
petugas hanya diam saja” Ikatan Dokter anak Indonesia.pp.222-
225.
Kesimpulan 4. Mulyani. 2013. Imunisasi Untuk
Anak. Yogyakarta : Nuha
Dari hasil penelitian ini Medika.pp.54-55.
kesimpulan yang dapat diambil adalah 5. Cahyono S.2010.Vaksinasi Cara
bahwa ada hubungan yang bermakna Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
antara motivasi ibu terhadap imunisasi Yogyakarta: Penerbit Kanisius.2010.
dengan status imunisasi dasar anak. pp.37-80.
6. Sukmawati.2010.Hubungan Status
Ucapan Terimakasih Gizi, Berat Badan Lahir (BBL),
Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi
Terimakasih kepada Kepala Dinas Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada
Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Barat yang telah memberikan Tunikamaseang Kabupaten Maros.
rekomendasi penelitian beserta Kepala 7. Imarruah Y.2011.Hubungan Kejadian
Puskesmas II Kuala Tungkal yang telah Tuberkulosis Paru pada Anak dengan
membantu dalam pengambilan data Kepatuhan Pemberian Imunisasi BCG
primer maupun sekunder dalam di Puskesmas Parongpong Kabupaten
penelitian ini. Hasil penelitian diharapkan Bandung Barat. Universitas Advent
dapat digunakan sebagai bahan masukan Indonesia.
bagi Instansi Kesehatan Khususnya Dinas 8. Noviyani, E., Fatimah, S.,
Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung Nurhidayah, I.,&Adistie,
Barat dalam penyusunan program F.2015.Upaya Pencegahan Penularan
peningkatan cakupan imunisasi dasar TB dari Dewasa terhadap Anak.Jurnal
lengkap yang lebih efektif dan sebagai Keperawatan Padjadjaran.
bahan informasi yang penting bagi 9. Giarsawan, N.2012.Faktor –Faktor
masyarakat untuk meningkatkan yang Mempengaruhi Kejadian

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017 87

Campak di Wilayah Puskesmas Belief Model and Personal Health


Tejakula I Kecamatan Tejakula Behavior, Charles. B Salck. New
Kabupaten Buleleng. Poltekkes jersey.pp.154
Denpasar. 21. Kementerian Kesehatan RI.2015.
10. Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjung Peraturan Menteri Kesehatan
Jabung Barat. Profil Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Kabupaten Tanjung Jabung Barat HK.02.02/Menkes/52/2015 Tentang
Tahun 2015. Kuala Tungkal: 2016. Rencana Strategis Kementerian
11. Zulkifli, A. 2007. Epidemiologi Kesehatan Tahun 2015 -2019.Jakarta:
Penyakit Polio Universitas Kementerian Kesehatan RI.pp.78-79
Hasanudin. Fakultas Kesehatan 22. Lapau B. 2013. Metode penelitian
Masyarakat. Makassar. Kesehatan. Metode Ilmiah Penulisan
12. Setiawan. 2008. Penyakit Campak. Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta:
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. CV. Buku Obor.
DR. Sulianti Suroso. Fakultas 23. Sugiyono.2011. Metode Penelitian
Kedokteran Universitas Indonesia 1st Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV.
ed. Jakarta: CV. Sagung Seto.pp.133- Alfabeta. Bandung.pp.205-224.
136. 24. Moleong L J. 2000. Metodologi
13. Suriadi & Yuliani, R. 2010. Asuhan Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T
Keperawatan Pada Anak. 2nd ed. Remaja Rsodakarya.
Haryanto, editor. Jakarta: CV. Sagung 25. Mubarak, W.I. 2012. Ilmu Kesehatan
Seto.pp.194-196. Masyarakat Konsep dan Aplikasi
14. Notoadmojo H. 1997. Infeksi Virus dalam Kebidanan. Jakarta: Penerbit
Hepatitis B pada Anak. Yogyakarta: Salemba Medika.pp.236-243.
Senat Univesitas Gadjah Mada.pp.9 – 26. Asfaw.2013. Determinants of Default
11 to Fully Completion of Immunization
15. Suharjo B.2010.Vaksinasi Cara Among Children Aged 12 to 23
Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. 5th Months in South Ethiopia.
ed. Prabawa H, editor. Yogyakarta: 27. Harmasdiyani R. 2015. Faktor-faktor
Kanisius.pp.81-83. yang Mempengaruhi Ibu
16. Prasetyawati. 2012. Kesehatan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar
dan Anak (KIA) Dalam Millenium Lengkap pada Baduta. Studi di
Development Goals (MDGs). Puskesmas Kanigaran Kota
Yogyakarta : Mulia Medika.pp.11-74. Probolinggo. Universitas Airlangga.
17. WHO.2002. Tuberculosis 28. Ismet F.2013.Analisis Faktor-Faktor
Epidemiology and Control. Newdelhi. yang Berhubungan dengan Imunisasi
pp.66-70. Dasar Lengkap pada Balita di Desa
18. Green LW, Kreuter MW.1991.Health Botubarani Kecamatan Kabila Bone
Promotion Planning An Educational Kabupaten Bone Bolango.
and Environtmental Approach, 2nd Universitas Negeri Gorontalo.
edition.Mayfield Publishing 29. Norlijah, Menon B. Azlyna M.2005.
Company. London.pp.151-165. Risk Factors Associated with
19. Blum, Hendrik L.1981.Expanding Incomplete Immunisation in
Health Care Horizon, From General Hospitalised Infants. Department of
Sistem Concept of Health to A Human Growth and Development,
National Policy, Third Party Faculty of Medicine and Health
Publishing Company. California. Sciences, University Putra Malaysia
20. Becker, Marshal.1974.The Health Kuala Lumpur.

©2017, JEKK, All Right Reserved


Yundri., et al., JEKK. 2 (2) 2017 88

30. Kusuma, D. P., Sari, S. P., & edition. Yogyakarta: Gadjah Mada
Nurhidayah, I. 2015. Hubungan Per- University Press.pp.28-29.
sepsi dengan Perilaku Ibu Membawa 33. Negussie A, Kassahun W, Assegid S,
Balita ke Posyandu. Jurnal Kepera- Hagan A. 2014. Factors Associated
watan Padjadjaran. with Incomplete Childhood Immuni-
31. Rizani A, Rafidah. 2014. Hubungan zation in Arbegona District Southern
Persepsi dan Motivasi Ibu dengan Ethiopia. BMC PublicHealth.
Pemberian Imunisasi Combo 3 pada 34. Alamsyah D, Muliawati R.2013.Pilar
bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Dasar Imu Kesehatan Masyarakat.
Batakan Kecamatan Panyipatan. Yogyakarta : Nuha Medika.pp.13-17
Politeknik Kesehatan Banjarmasin.
32. Ewles L, Simnett I. 2013. Promoting
Health, a Practical Guide second

©2017, JEKK, All Right Reserved

You might also like