Penelitian Gizi Dan Makanan: (The Journal of Nutrition and Food Research)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Penel Gizi Makan 2021, 44(1):31-44 ISSN 02159717

e-ISSN 2338-8358
PENELITIAN GIZI DAN MAKANAN
(The Journal of Nutrition and Food Research)

SISTEM PENYELENGGARAAN MAKAN PAGI DAN STATUS GIZI SANTRIWATI


PONDOK PESANTREN PUTRI MBAH RUMI
(BREAKFAST SERVICE MANAGEMENT AND NUTRITIONAL STATUS AT MBAH RUMI
ISLAMIC BOARDING SCHOOL)

Siti Choiriyah, Farohatus Sholichah, Widiastuti

Program Studi Gizi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan, Universitas Islam Negeri Walisongo
Jl. Prof. Dr. Hamka, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah 50184, Indonesia
E-mail: siti26choiriyah@gmail.com

Diterima: 14-05-2020 Direvisi: 10-06-2021 Disetujui: 20-06-2021

ABSTRACT
Breakfast in Islamic boarding schools affects fitness, nutritional status, and santri’s concentration. The purpose
of the study was to analyze the system of breakfast service management at Mbah Rumi Islamic Boarding
School, including input, process, output, and outcome. The inputs include budget and infrastructure. The
process of food service includes menu and foodstuff planning, purchasing, reception, storage, cooking,
distributing, and serving. The output data is breakfast energy content, while the outcome data include breakfast
energy intake and nutritional status. The research uses mix method (qualitative and quantitative) and case
study design with 61 santriwati respondents aged 19-22 years in high school and college, 1 administrator, and
3 catering managers. Respondents took by random sampling. The input and process data were collected by
interview and observation. Output data breakfast energy content obtained by food weighing using a digital food
scale, then calculated using Nutrisurvey and TKPI 2017. The outcome breakfast energy intake was obtained by
evaluating food waste using the Comstock method. The outcome nutritional status was taken through
anthropometric measurements. Data were analyzed univariate and bivariate using statistical applications. The
budget for food service management is 80 percent of the total cost and the facilities are deficient. The food
service process is managed by the catering. The breakfast energy content is 23.05% RDA of recommendation
15-30% RDA. However, the santriwati breakfast energy intake is 14.1% of the RDA. The major of santriwati
(62.3%) had normal nutritional status. Pearson correlation test showed that there was no significant relation
(p=0.101) between breakfast energy intake and nutritional status.

Keywords: breakfast service management, food service, breakfast energy intake, nutritional status

ABSTRAK
Penyelenggaraan makan pagi di pesantren mempengaruhi kebugaran, status gizi, dan konsentrasi belajar
santriwati. Tujuan penelitian adalah menganalisis sistem penyelenggaraan makan pagi di Pondok Pesantren
Putri Mbah Rumi, meliputi input, proses, output, dan outcome. Input penyelenggaraan makan terdiri atas
anggaran dan sarana prasarana. Data proses penyelenggaraan makan meliputi perencanaan menu,
perencanaan kebutuhan bahan makanan, pembelian bahan, penerimaan, penyimpanan, pengolahan, distribusi,
dan penyajian. Data kandungan energi makan pagi merupakan output penyelenggaran makan, sedangkan
data outcome terdiri atas asupan energi makan pagi dan status gizi santriwati. Metode penelitian menggunakan
mix method. Penelitian menggunakan desain case study padaa 61 santriwati berusia 19-22 tahun pada tingkat
SMA dan mahasiswa, 1 pengurus, serta 3 pengelola catering. Responden santriwati diambil dengan random
sampling. Pengumpulan data input dan proses penyelenggaraan makan dilakukan secara kualitatif. Data output
yaitu kandungan energi pada menu makan pagi diperoleh dengan penimbangan berat makanan, kemudian
dihitung nilai kalorinya menggunakan nutrisurvey dan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) 2017. Data
outcome yaitu asupan energi diperoleh dengan mengevaluasi sisa makanan menggunakan metode Comstock.
Data outcome berupa status gizi diambil melalui pengukuran antropometri. Analisis dilakukan terhadap data
kualitatif dan kuantitatif. Input anggaran penyelenggaraan makanan 80% dari biaya total dan sarana kurang
memadai. Proses penyelenggaraan makanan dilakukan oleh pihak catering. Kandungan energi pada makan
pagi sebesar 23.05% AKG, telah sesuai anjuran yaitu sebesar 15-30% AKG. Namun, energi makan pagi yang
terasup oleh santriwati sebesar 14.1% AKG. Mayoritas santriwati (62.3.0%) berstatus gizi normal. Hasil uji
Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan energi makan pagi dengan status gizi (p=0.101).
[Penel Gizi Makan 2021, 44(1):31-44]

Kata kunci: penyelenggaraan makan pagi, asupan energi makan pagi, status gizi

31
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 31-44

PENDAHULUAN karena memproduksi lebih dari 50 porsi makanan

P
dan dalam pelaksanaannya membutuhkan
erkembangan pondok pesantren yang
pengelolaan penyelenggaraan makanan11.
pesat menyebabkan siswa atau santri
Perencanaan sistem penyelenggaraan makanan
semakin banyak dan pihak pondok
harus memperhatikan berbagai faktor seperti jenis
pesantren menyediakan asrama sebagai
dan jumlah konsumen yang dilayani, biaya, dan
tempat tinggal santri 1. Berdasarkan Statistik
pemilihan bahan.12 Namun, dalam pelaksanaannya
Data Pondok Pesantren yang bersumber dari
sistem penyelenggaraan makanan pondok masih
Pangkalan Data Pondok Pesantren
perlu mengoptimalkan perencanaan sehingga
Kementerian Agama, jumlah pondok pesantren
dapat memenuhi asupan dan status gizi santri.13
di Indonesia adalah sebanyak 26975 yang
Pondok Pesantren Mbah Rumi merupakan
tersebar di 34 provinsi. Jawa Tengah
salah satu pondok pesantren putri di Kecamatan
merupakan provinsi dengan pondok pesantren
Ngaliyan, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah
terbanyak ke-empat setelah Jawa Barat,
dengan jumlah santriwati sebanyak 154 santriwati.
Banten dan Jawa Timur dengan jumlah
Berdasarkan studi pendahuluan mengenai uji
sebanyak 3787 pondok pesantren dan jumlah
kesukaan terhadap makan pagi kepada 39 subjek
santri yang menetap di pondok pesantren
penelitian, diperoleh hasil bahwa mayoritas
sebanyak 166.605 santri2. Pihak pondok
santriwati (65.8%) kurang meyukai tekstur
pesantren juga menyediakan fasiltas lain
makanan yang disajikan, dikarenakan tekstur nasi
seperti pendidikan dan makanan 1.
keras dan sayur lembek. Sebanyak 79.5%
Berdasarkan penelitian di Mojokerto
santriwati kurang menyukai rasa masakan karena
menyatakan mayoritas santri remaja di Pondok
hambar serta sebanyak 78.1% santriwati kurang
Pesantren Roudhotul Hidayah Mojokerto
menyukai variasi makanan karena sering terdapat
mempunyai status gizi kurus3. Hasil penelitan
pengulangan menu dan bahan makanan. Oleh
lain menunjukkan bahwa mayoritas santri
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
remaja di Banda Aceh mengalami malnutrisi
analisis sistem penyelenggaraan makan pagi di
berupa gizi kurang atau underweight4.
Pondok Pesantren Putri Mbah Rumi.
Kecukupan asupan karbohdrat dan protein
serta kebiasaan sarapan mempengaruhi status
gizi siswa pondok.5 Sarapan atau makan pagi METODE
juga merupakan hal yang penting dalam Metode penelitian yang digunakan adalah mix
menjaga status gizi dan kebugaran jasmani method yaitu campuran antara metode kualitatif
individu serta meningkatkan konsentrasi 6. dan kuantitatif. Penelitian menggunakan desain
Pada penelitian tahun 2014 di Makassar case study untuk penelitian kualitatif dan desain
menunjukkan bahwa sarapan di Pondok penelitian cross sectional digunakan dalam
Pesantren Modern Ulul Albab Kota Makassar penelitian kuantitatif. Lokasi penelitian adalah
sudah memenuhi anjuran energi sarapan tetapi Pondok Pesantren Putri Mbah Rumi, Semarang,
masih terdapat santri yang tidak teratur Jawa Tengah. Berdasarkan studi pendahuluan
sarapan7. terhadap makan pagi kepada 39 santriwati,
Asupan sarapan yang cukup diperoleh hasil bahwa mayoritas santriwati
mempengaruhi kemampuan menghafal santri ( 65,8% ) kurang meyukai tekstur makanan yang
karena 30 persen energi sarapan atau 300-500 disajikan, dikarenakan tekstur nasi keras dan sayur
kkal dapat menyediakan energi selama 2-3 jam lembek. Sebanyak 79,5 persen santriwati kurang
di pagi hari 8. Asupan yang cukup dipengaruhi menyukai rasa masakan karena hambar serta
oleh ketertarikan santri terhadap menu yang sebanyak 78,1 persen santriwati kurang menyukai
disajikan 9. Semakin menarik makanan, maka variasi makanan karena sering terdapat
daya terima akan semakin tinggi10. Mutu pengulangan menu.
organoleptik yang baik seperti hidangan yang Variabel sistem penyelenggaraan makan pagi
menarik dapat dihasilkan dari proses yang diteliti pada penelitian ini meliputi input,
pengolahan sesuai syarat. Keberhasilan proses, output, dan outcome. Input
penyelenggaraan makanan institusi dipengaruhi penyelenggaraan makan yang diteliti adalah
perencanaan yang baik yaitu tersedianya menu anggaran dan sarana prasarana. Data terkait
yang baik dan kuantitas yang cukup. proses penyelenggaraan makan meliputi
Penyelenggaraan makanan pondok pesantren perencanaan menu, perencanaan kebutuhan
termasuk penyelenggaraan makanan massal, bahan makanan, pembelian bahan, penerimaan,

32
Sistem penyelenggaraan makan pagi dan status gizi santriwati ...(Choiriyah S; dkk.)

penyimpanan, persiapan bahan makanan, kuantitatif untuk memperoleh data terkait output
pengolahan, distribusi, dan penyajian. dan outcome penyelenggaraan makan. Sebelum
Kandungan energi pada menu makan pagi dilakukan proses pengumpulan data, keseluruhan
merupakan data output, sedangkan data responden dipastikan kebersediaannya dengan
outcome terdiri atas asupan energi makan pagi informed consent.
dan status gizi santriwati. Penelitian berlangsung pada bulan April-Mei
Pada penelitian ini, terdapat tiga jenis 2019. Penelitian melibatkan 6 orang enumerator
responden yaitu pengurus pondok pesantren, gizi untuk pengumpulan data asupan energi dan
pengelola penyelenggaran makanan, dan status gizi santriwati. Pengumpulan data input
santriwati. Pengurus pondok pesantren (anggaran) dengan bendahara memerlukan waktu
berjumlah 25 orang. Namun, pemilihan selama 3 hari dan dilakukan secara kualitatif
pengurus pondok pesantren sebagai responden menggunakan panduan wawancara. Pengumpulan
dilakukan dengan purposive sampling, yaitu data terkait proses penyelenggaraan makan
hanya pengurus di bagian perencanaan dengan pengelola dilakukan selama 4 hari
anggaran makan santriwati (bendahara), yang menggunakan panduan wawancara dan lembar
berjumlah 1 orang. Pengurus atau bendahara observasi. Panduan wawancara terkait proses
merupakan sampel penelitian kualitatif untuk penyelenggaraan makan disusun berdasarkan
memperoleh data input penyelenggaraan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
makan. Menurut Sugiyono (2016), purposive 1096/Menkes/Per/VI/2011. Terkait output, data
sampling merupakan teknik sampling yang kandungan energi diambil dari menu makan pagi
lebih sering digunakan dalam penelitian selama 2 hari, kemudian diambil nilai rata-ratanya.
kualitatif. Purposive sampling merupakan teknik Tidak terdapat siklus menu pada lokasi penelitian.
pengambilan sampel menggunakan Menu makan pagi terdiri atas lauk dan sayur yang
pertimbangan tertentu14. Terkait pengelola dibungkus dalam plastik, kemudian dibungkus
penyelenggaraan makanan (catering), bersama nasi menggunakan kertas minyak. Data
dilakukan pemilihan dengan total sampling output yaitu kandungan energi pada menu makan
karena jumlahnya hanya 3 orang. Pengelola pagi diperoleh dengan penimbangan berat
penyelenggaraan makanan (catering) makanan menggunakan timbangan makanan
merupakan sampel penelitian kualitatif untuk digital, kemudian dihitung nilai kalorinya
memperoleh data terkait proses menggunakan nutrisurvey dan Tabel Komposisi
penyelenggaraan makan. Sementara itu, Pangan Indonesia (TKPI) 2017. Sementara itu,
populasi responden santriwati sebanyak 154 data outcome yaitu asupan energi diperoleh
santriwati, sehingga perhitungan jumlah sampel dengan melakukan evaluasi sisa makanan.
dilakukan dengan rumus Slovin: Evaluasi sisa makanan pada menu makan pagi
dilakukan dengan metode Comstock. Metode
n= Comstock merupakan metode penaksiran visual
mengenai banyaknya sisa makanan pada setiap
golongan makanan, sehingga dapat diketahui
n= jumlah makanan yang terasup15. Data status gizi
santriwati sebagai outcome penelitian diperoleh
n = 61 reponden dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan,
Keterangan: n = jumlah sampel kemudian dilakukan perhitungan Indeks Massa
Tubuh (IMT). Pengukuran berat badan dilakukan
N = jumlah populasi menggunakan timbangan berat badan digital,
d2 = presisi (presisi ditetapkan sedangkan tinggi badan diukur menggunakan
10% dengan tingkat kepercayaan stadiometer.
95%). Analisis data kualitatif dilakukan
menggunakan analisis isi dengan cara
Berdasarkan perhitungan dengan rumus pengelompokan dan pendefinisian bagian-bagian.
Slovin tersebut, diperoleh jumlah sampel Analisis input dan proses penyelenggaraan makan
sebesar 61 santriwati. Penentuan 61 dari 154 dibandingkan dengan standar Peraturan Menteri
santriwati dilakukan dengan random sampling Kesehatan Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011,
yaitu menggunakan undian. Usia santriwati kemudian dilakukan interpretasi hasil. Terkait
berkisar antara 19-22 tahun. Santriwati pada analisis data kuantitatif, data output berupa
penelitian ini merupakan sampel penelitian kandungan energi dianalisis univariat dengan

33
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 31-44

melakukan perbandingan terhadap anjuran responden santriwati yaitu sebanyak 25 dari 61


kandungan energi sarapan. Sarapan dianjurkan (40,1%) berada pada usia 19 tahun. Oleh karena
mampu memenuhi 15-30 persen dari usia responden berkisar antara 19-22 tahun, maka
kebutuhan energi sehari8. Oleh karena itu, data penilaian status gizi dilakukan menggunakan
kandungan energi pada penelitian ini Indeks Massa Tubuh (IMT). Distribusi frekuensi
dikategorikan menjadi tiga, yaitu kurang (<15% status gizi responden santriwati dan distribusi
dari kebutuhan energi sehari), baik (15-30% frekuensi usia santriwati dapat dilihat pada Tabel 1.
dari kebutuhan energi sehari), dan lebih (≥30% Pada Tabel dapat dijelaskan bahwa mayoritas
dari kebutuhan energi sehari). Berdasarkan santriwati yaitu sebanyak 38 santriwati (62,3%)
Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2019, Angka memiliki status gizi normal. Sebagian besar
Kecukupan Energi pada perempuan dengan santriwati yang mempunyai status gizi normal yaitu
kelompok umur 19-29 tahun adalah 2250 18 santriwati (29,5%) berusia 19 tahun.
kkal/hari16. Sementara itu, data kuantitatif Responden santriwati merupakan mahasiswi dan
berupa asupan energi dan status gizi dianalisis siswa SMA.
univariat dan bivariat. Analisis bivariat terkait Responden pengurus pondok merupakan
hubungan asupan energi makan pagi dan bagian perencanaan anggaraan makanan dan
status gizi dilakukan dengan uji Pearson. Hal bendahara yang bersedia menjadi responden
ini dikarenakan hasil uji Kolmogorov Smirnov penelitian sebanyak satu orang yang berusia 21
menyatakan bahwa data asupan energi tahun, pendidikan terakhir pengurus pondok
berdistribusi normal (p=0.078), sedangkan data bagian perencanaan anggaran adalah SMA dan
status gizi berdistribusi tidak normal (p=0.032). sedang menjalani pendidikan sarjana. Responden
Uji Pearson merupakan uji korelasi antar penyelenggara makanan sebanyak 3 orang yaitu
variabel numerik yang setidaknya salah satu pengelola catering yang bertanggung jawab dalam
data berdistribusi normal 17. proses penyelenggaraan makanan, jenis kelamin
perempuan semua, usia dan pendidikan masing-
HASIL masing (Pengelola 1: 32 tahun, SMP; Pengelola 2:
Responden dalam penelitian ini dibedakan 35 tahun,SMP; Pengelola 3: 49 tahun, SD). Terkait
menjadi 3, yaitu pengurus pondok, pengelola input dan proses penyelenggaraan makan pagi di
penyelenggaraan makanan dan santriwati. Pondok Pesantren Putri Mbah Rumi dari hasil
Responden santriwati dalam penelitian ini observasi dan wawancara disajikan dalam Tabel 2.
berusia antara 19-22 tahun. Namun, mayoritas

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Usia dan Status Gizi Responden Santri
Status Gizi Usia (tahun)
19 20 21 22
n % n % n % n %
Berat badan kurang/ underweight 4 6,6 6 9,9 1 1,7 0 0
Berat badan normal 18 29,5 12 19,7 7 11,5 1 1,6
Berat badan berlebih/overweight 2 3,3 2 3,3 3 4,9 1 1,6
Obesitas I 1 1,6 3 4,9 0 0 0 0
Obesitas II 0 0 0 0 0 0 0 0

34
Sistem penyelenggaraan makan pagi dan status gizi santriwati ...(Choiriyah S; dkk.)

Tabel 2
Hasil Analisis Input dan Proses Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan Variabel Standar Hasil Interpretasi
Makanan
Input Anggaran Penyelenggaraan makanan Biaya makan yang ditetapkan Belum sesuai, karena untuk
institusi non komersil oleh pondok pesantren adalah penyelenggaraan makanan
(service oriented) meng Rp.5.000/makan, tetapi biaya institusi non komersiil
utamakan alokasi dana yang digunakan untuk seharusnya bersifat service
100% dari anggaran penyelenggaraan makan oriented (mengutamakan
sebesar Rp.4.000/makan. pelayanan), dana yang
Jadi, biaya makan adalah digunakan seharusnya 100
sebesar 80% dari total persen dari anggaran makan.
anggaran biaya makan
Saranaprasa - Bangunan tidak tercemar - Bangunan tidak tercemar Lantai sudah sesuai
rana: dan - Dinding rata dan terdapat persyaratan. Bangunan,
-Bangunan mudah dibersihkan lapisan luar tetapi sulit dinding, langit-langit dan
-Dinding - Dinding, dilapisi, dan mudah dibersihkan ventilasi belum sepenuhnya
-Lantai dibersihkan - Lantai bersih, terbuat dari sesuai persyaratan.
-Atap dan - Lantai bersih, terbuat dari bahan kedap air, rata dan
langit-langit bahan kedap air, rata dan kuat
-Ventilasi kuat - Belum terdapat tutup langit
- Langit-langit menutupi atap Langit
dan tinggi minimal 2.4meter -Ventilasi belum cukup
Ventilasi pintu dan jendela
cukup

Proses Perencanaan - Tersedia siklus menu - Menu tidak tetap dan bersifat Belum terdapat perencanaan
menu kondisional menu dan siklus menu dari
- Sering terjadi pengulangan pihak catering maupun pihak
menu pondok pesantren.
Perencanaan Standarisasi jumlah - Bahan dibeli dengan perkiraan Belum terdapat perencanaan
kebutuhan kebutuhan bahan makanan - Belum terdapat kebijakan kebutuhan bahan makanan
bahan pondok dalam pembelian dalam penyelenggaraan
makanan bahan makanan
- Belum terdapat dat
konsumen yang tetap
Pembelian Pembelian melalu rekanan Pihak catering membeli Pembelian langsung ke pasar
bahan jika konsumen lebih dari 40 bahan-bahan yang digunakan
orang. langsung ke pasar tradisional
Aspek halal Bahan yang dgunakan - Tidak diketahui asal bahan Tidak dapat disimpulkan
tertelusur berasal dari bahan segar yang dibeli bahan yang dibeli memenuhi
halal - Tidak diketahui tempat aspek halal atau tidak karena
pemotongan hewan dari pembelian bahan di pasar
bahan hewan potong yang tradisional, beberapa bahan
dibeli tidak terdapat label halal dan
- Pembelian bahan eceran jika hewan potong tidak
sehingga tidak terdapat label diketahui asal rumah potong
halal hewan tersebut.
Penerimaan - Pengecekan bahan sesuai - Bahan makanan dibeli secara Tidak terdapat penerimaan
bahan pesanan langsung ke pasar bahan makanan
makanan - Pencatatan bahan datang
Penyimpana - Bahan makanan tidak - Bahan makanan diletakkan Memenuhi salah satu syarat
n bahan menepel langsung pada langsung pada dapur yaitu terdapat penyimpanan
dinding dan lantai pengolahan dan diletakkan bahan basah dan bahan
- Penyimpanan bahan basah menempel tembok dan lantai disimpan dalam keadaan
terpisah dan dicek suhunya - Terdapat kulkas untuk bersih. Belum terdapat tempat
- Bahan basah disimpan menyimpan bahan makanan penyimpanan bahan
setelah dibersihkan basah suhu tidak dicek makanan khusus antara
- Bahan dengan bau setiap hari bahan makanan kering dan
menyengat - Bahan disimpan dalam segar. Bahan kering
- Tersedia rak khusus bahan keadaan bersih diletakkan langsung pada
kering dan ditempatkan - Bahan berbau menyengat dapur pengolahan dan bahan
secara terkelompok tidak dipisahkan segar langsung dipersiapkan
- Menggunakan sistem first in - Belum terdapat rak khusus setelah dibeli.
first out (FIFO) untuk bahan makanan kering
-Tidak terdapat sistem first in
first out (FIFO) karena bahan
langsung digunakan

35
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 31-44

Persiapan - Tersedia alat yang memadai - Terdapat alat untuk persiapan Memenuhi salah satu syarat
- Tersedia standar resep bahan makanan alat persiapan dan persiapan
- Tersedia standar bumbu - Belum terdapat standar resep bumbu.
- Bumbu dipersiapkan sebelum
pengolahan
Pengolahan - Bahan makanan segar dan - Bahan makanan yang Memenuhi salah satu syarat
tidak rusak digunakan dalam keadaan bahan yang digunakan dalam
- Waktu pengolahan sesuai segar dan tidak rusak keadaan segar dna tidak
- Pengolahan kurang tepat rusak
berdasarkan jenis bahan yang
diolah
Distribusi Dilakukan secara terpusat Distribusi dilakukan secara Sentralisasi
atau terbagi dalam beberapa terpusat atau sentralisasi dari
tempat menyesuaikan pihak catering ke pondok
kondisi pesantren

Penyajian - Tersedia standar porsi - Belum terdapat standar porsi Belum memenuhi syarat
- Penyajain dalam wadah dan pemorsian menggunaan proses penyelenggaraan
tertutup, dengan sendok perkiraat ukuran rumah makanan
dan tangga (URT)
sesuai dengan menu yang - Wadah makanan yang
disajikan digunakan kurang tepat
- Penyajian dekat dan cepat - Waktu penyajian makanan
setelah makanan matang
relative lama yaitu ± 2 jam

Pengambilan data input dan proses “kalo belanja langsung ke pasar itu lebih murah
penyelenggaraan makanan menggunakan mbak, kalo pesen kan jatuhe lebih mahal. Kan
metode wawancara pada pengelola sudah langganan jadi lebih murah mbak…”
penyelenggaraan makanan dan observasi pada (Pengelola 1)
saat penyelenggaraan makanan berlangsung. “beras ya tak taruh dapur situ aja mbak
Dalam proses penyelenggaraan makanan di (menunjukkan sudut dapur), kalo bahan lain kan
Pondok Pesantren Putri Mbah Rumi belum dari belanja jam 11 nanti sore udah diracik-racik
terdapat perencanaan seperti belum tersedia soale malam dah dimasak jadi jarang kalo
siklus menu dan perencanaan kebutuhan bahan dimasuke kulkas”
makanan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara (Pengelola 1)
pada pengelola penyelenggaraan makanan
mengenai perencanaan menu dan perencanaan Hasil wawancara mengenai distribusi dan
kebutuhan bahan makanan: penyajian:

“menu ndak direncanakan mbak, kadang ibu-ibu “subuh dah dianter mbak kalo paling telat jam
cuma berbincang besok yang mau dimasak apa enam, nanti yang nganter bapake itu. Kan mbak e
gitu…” ada yang piket malam nanti dipanggil aja dari
(Pengelola 1) gerbang…”
“waduh saya ndak tau apa itu siklus menu
mbak…” (Pengelola 2)
(Pengelola 1) “bungkuse pake ini mbak kertas minyak, nanti
“kalo belanja ya dikira-kira aja mbak, kalo kayak lauk e dibungkus plastik terus taruh dalem e…”
tahu tempe itu semua doyan kalo telur nanti ada
yang alergi tuju anak, ayam juga ada yang alergi. (Pengelola 3)
Jadi seringnya itu saya belanja tahu tempe. Kalo
beras saya beli langsung dua karung itu buat 2
hari masak. Beli gas juga dua itu buat masak Output dan Outcome Penyelenggaraan
sehari mbak…” Makanan
(Pengelola 1) Kandungan Gizi Menu Makan pagi
Kandungan energi pada menu makan pagi
Hasil wawancara mengenai pembelian dan diperoleh dengan penimbangan berat makanan
penyimpanan bahan makanan adalah sebagai menggunakan timbangan makanan digital,
berikut: kemudian dihitung nilai kalorinya menggunakan
nutrisurvey dan Tabel Komposisi Pangan

36
Sistem penyelenggaraan makan pagi dan status gizi santriwati ...(Choiriyah S; dkk.)

Indonesia (TKPI) 2017. Terkait output disarankan. Asupan energi makan pagi
penyelenggaraan makanan berupa kandungan responden santriwati disajikan dalam Tabel 3.
gizi makan pagi santriwati, diketahui bahwa rata- Berdasarkan Tabel 4 mengenai analisis
rata kandungan energi makan pagi sebesar 518.5 univariat, dapat diketahui bahwa rerata asupan
kkal. Artinya, menu makan pagi memberikan energi makan pagi santriwati Pondok Pesantren
kontribusi 23,05 persen dari kebutuhan AKG Putri Mbah Rumi adalah 319.45 kkal dengan
sehingga sudah memenuhi kontribusi energi yang asupan terendah 0 kkal dan tertinggi 519 kkal.
disarankan sebesar 15-30 persen AKG. Data asupan makan pagi mempunyai nilai
Kandungan gizi makan pagi pada Tabel 3. p=0.078 yaitu terdistribusi normal. Pada data
status gizi, rerata status gizi santriwati adalah
Asupan Energi Makan pagi dan Status Gizi 20.30 kg/m2 status gizi terendah adalah 15 kg/m2
Data asupan energi diperoleh dengan dan status gizi tertinggi 28 kg/m2.. Data status gizi
melakukan evaluasi sisa makanan. Evaluasi sisa memiliki nilai p=0.032 yaitu terdistribusi tidak
makanan pada menu makan pagi dilakukan normal.
dengan metode Comstock. Metode Comstock
merupakan metode penaksiran visual mengenai Hubungan antara Asupan Energi dan Status Gizi
banyaknya sisa makanan pada setiap golongan Dalam penelitian ini dilakukan uji korelasi
makanan, sehingga dapat diketahui jumlah Pearson antara asupan makan pagi dengan
makanan yang terasup. Kandungan rata-rata status gizi santriwati di Pondok Pesantren Putri
energi makan pagi yang disajikan adalah 518.5 Mbah Rumi. Uji korelasi Pearson digunakan
kkal atau memenuhi 23,05 persen dari kebutuhan karena dari analisis univarat data asupan energi
AKG sehari. Namun, rata-rata asupan energi terdistribusi normal (p=0.078) dan status gizi
makan pagi santriwati hanya sebesar 319.4 kkal terdistrbusi tidak normal (p=0.032). Hasil uji
atau memenuhi 14,1 persen dari kebutuhan AKG. korelasi Pearson tidak terdapat hubungan yang
Artinya, asupan energi makan pagi santriwati signifikan (r=-0.212) antara asupan energi makan
belum memenuhi kontribusi energi yang pagi dengan status gizi (p>0.05). Ditunjukkan
dengan hasil nilai signifikansi (p= 0.101).

Tabel 3
Kandungan Gizi Makan Pagi
AKG Energi
Energi Protein Kontribusi
Hari Ke- Lemak (gr) KH (gr) Perempuan 19-
(kkal) (gr) (%)
22 Tahun (kkal)

1 522 8.3 21.4 72.9 23.2


2250
2 515.1 8.4 21.8 70.7 22.9
Rerata 518.5 8.35 21.6 71.8 23.05

Tabel 4
Asupan Energi Makan Pagi Responden Santri
Kontribusi energi
Hari Ke-1 Hari Ke-2 Rerata Rerata (%)
terhadap AKG (%)
Kandungan energi 522 515.1 518.5 100 23.05
makan pagi
Asupan energi (kkal) 312.5 326.3 319.4 61.6 14.1

Tabel 5
Hasil Analisis Univariat (Numerik) Asupan Makan dan Status gizi
Confident Interval
Variabel Rerata SD Minimal Maksimal Nilai p
(95% CI)
Asupan Energi (kkal) 319.45 131.055 0 519 285.89-353.76 0.078

Status Gizi (kg/m2) 20.30 2.685 15 28 19.62-20.99 0.032

37
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 31-44

BAHASAN dengan usia responden 1 yaitu 32 tahun,


responden 2 berusia 35 tahun dan responden 3
Pondok Pesantren Putri Mbah Rumi
berusia 49 tahun. Tingkat pendidikan pengelola
merupakan pondok pesantren khusus
penyelenggaraan makanan yaitu sampai pada
perempuan. Responden yang digunakan dalam
jenjang sekolah dasar (SD) dan Sekolah
penelitian ini berusia 19-22 tahun. Usia 19-29
Menengah Pertama (SMP). Kurangnya
tahun termasuk kedalam kelompok dewasa
perencanaan kemungkinan dipengaruhi oleh
muda. Pemilihan responden dewasa muda
tingkat pendidikan formal pengelola.
karena mayoritas santriwati berada pada fase
Ketrampilan tenaga pengolahan menunjang
ini. Pada masa dewasa muda adalah masa
proses penyelenggaraan makanan agar
transisi yang membutuhkan asupan gizi yang
berjalan dengan baik. Keterampilan didukung
kompleks. Kebutuhan energi pada usia dewasa
oleh pendidikan formal yang dimiliki
muda yang berkisar 19-29 tahun merupakan
seseorang22.
usia produktif, banyak kegiatan fisik yang
dilakukan sehingga kebutuhan energi pada
Input Penyelenggaraan Makanan
kelompok ini lebih tinggi19 .
Mayoritas status gizi responden yaitu Anggaran Penyelenggaraan Makanan
sebanyak 62,3 persen termasuk dalam kategori Anggaran penyelenggaraan makanan di
normal. Namun, asupan makan pagi santriwati Pondok Pesantren Putri Mbah Rumi berasal
terhadap makanan yang disediakan pondok dari pembayaran biaya makan santriwati
pesantren termasuk dalam kategori kurang. Hal sebesar Rp.5.000 untuk satu kali makan.
tersebut dimungkinkan karena santriwati yang Tetapi, pada penyelenggaraan makanan biaya
dapat mengkonsumsi makanan dari luar makan yang digunakan hanya Rp.4.000 karena
pondok pada siang hari. Menurut penelitian penyisihan Rp.1.000 dari uang makan akan
yang dilakukan di Pondok Pesantren AL-Izzah digunakan untuk uang kas. Jadi dana yang
Kota Batu menyatakan bahwa santri dipakai adalah 80% dari total anggaran makan
mempunyai status gizi normal dikarenakan santriwati. Hal tersebut dikarenakan sebagian
penyediaan makanan tahun ajaran sebelumnya dana akan digunakan sebagai cadangan untuk
berlebihan dan santri tidak pernah berolahraga menutup kekurangan dan dana tidak terkumpul
tetapi pada saat liburan santri akan semua karena santriwati yang telat membayar.
mengurangi makan20. Selain itu, penelitian lain Masalah yang dihadapi dalam perencanaan
menyatakan bahwa status gizi santri di PP UQI anggaran adalah belum teralokasikannya
termasuk dalam kategori normal tetapi semua anggaran23. Pondok pesantren sebagai
konsumsi energi santri dalam kategori kurang. asrama santri merupakan salah satu jenis
Hal tersebut dikarenakan status gizi bukan penyelenggaraan makanan institusi yang
hanya gambaran sementara dari konsumsi bersifat non-komersil atau berorientasi pada
sesorang pada saat diteliti, tetapi juga pelayanan yang tidak bertujuan untuk mencari
merupakan gambaran konsumsi sebelumnya 21. keuntungan12. Biaya penyelenggaraan
Pengurus pondok pesantren dalam makanan yang bersifat service oriented atau
penelitian merupakan satu orang pengurus pada non komersil seharusnya dapat mencapai
bagian anggaran makan santriwati. Pengurus 100 persen dari total anggaran yang
bagian anggaran tersebut merupakan disediakan24.
santriwati senior yang diberi tugas untuk
mengatur anggaran makan santriwati serta Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan
sebagai penghubung pihak pondok dengan Makanan
pihak catering. Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian higiene dan sanitasi ruang
penelitian yang dilakukan Bakri , dkk bahwa dapur sekaligus ruang penyimpanan makanan
dalam perencanaan penyelenggaraan menunjukkan bahwa bangunan dan lantai
makanan harus melibatkan pelajar/mahasiswa sudah sesuai persyaratan tetapi terdapat
agar dapat mempertimbangkan preferensi fasilitas yang belum sepenuhnya sesuai.
makanan yang diinginkan kalangan pelajar dan Bangunan sudah sesuai karena jauh dari
mahasiswa dan memperhatikan keterbatasan kontaminasi. Dinding sudah rata tetapi belum
anggaran11. sepenuhnya memenuhi persyaratan
Penyelenggaraan makanan di Pondok dikarenakan sulit dibersihkan. Pada bagian
Pesantren Putri Mbah Rumi, terdapat 3 lantai, sudah menggunakan bahan yang rata,
pengelola penyelenggaraan makanan yang kedap air tetapi tidak licin sehingga sudah
bersifat outsourcing atau dikelola oleh pihak memenuhi persyaratan. Belum terdapat tutup
luar pondok pesantren. Tidak terdapat ahli gizi pada langit-langit, sehingga belum sepenuhnya
dalam penyelenggaraan makanan tersebut. sesuai dengan persyaratan higiene dan
Semua pengelola berjenis kelamin perempuan

38
Sistem penyelenggaraan makan pagi dan status gizi santriwati ...(Choiriyah S; dkk.)

sanitasi. Hal tersebut dikarenakan belum ada produk pangan dan memerlukan waktu
pembuangan asap sehingga tidak dipasang penulusuran yang panjang.29 maka, belum
langit-langit agar asap bisa keluar. Ventilasi dapat dilakukan analisis lebih lanjut sehingga
belum mencukupi karena hanya terdapat satu tidak dapat disimpulkan bahwa pembelian
pintu. Persyaratan hygiene dan sanitasi yang bahan makanan memenuhi aspek halal atau
baik yaitu memliki bangunan yang tidak tidak.
tercemar, dinding yang rata dan tidak lembab, Pihak catering untuk pondok melakukan
lantai yang rata, kuat, tidak licin dan berwarna pembelian bahan makanan sistem langsung
terang serta mudah dibersihkan. Atap harus sehingga tidak terdapat penerimaan bahan
ditutup oleh langit-langit dan ventilasi yang makanan. Pada catering belum terdapat
cukup25. tempat penyimpanan sesuai penyimpanan
yang baik untuk bahan makanan karena bahan
Proses Penyelenggaraan Makanan yang dibeli akan segera dipersiapkan untuk
diolah. Penyimpanan bahan basah hanya
Proses penyelenggaraan makanan di
dalam kulkas bersama dan bahan kering
Pondok Pesantren Putri Mbah Rumi belum
diletakkan dilantai tanpa ada pembatas atau
sepenuhnya optimal dikarenakan berbagai
rak khusus karena kurangnya sarana dan
faktor yang mempengaruhi. Penyelenggaraan
prasarana. Meskipun bahan yang dibeli akan
makanan di Pondok Pesantren Putri Mbah
langsung diolah, setiap bahan makanan
Rumi bersifat kondisional, belum terdapat
memerlukan perlakuan khusus untuk menjaga
perencanaan menu untuk mengatur variasi
kualitas bahan makanan26.
makanan yang disajikan. Menu yang disajikan
Persiapan makanan yang dilakukan sudah
tergantung pada pihak catering, sehingga
tepat tetapi waktu persiapan relative lama
banyak terdapat keluhan dari santriwati bahwa
dengan waktu pengolahan karena kurangnya
menu yang disajikan kurang bervariasi serta
tenaga. Alat yang digunakan sudah memadai
penggunaan bahan yang diulang-ulang. Tidak
dan dalam kondisi baik. Pengolahan bahan
terdapat orang yang mengatur
makanan di catering sudah baik dan tepat
penyelenggaraan makanan di pondok,
karena langsung diolah setelah dibeli. Bahan
bendahara pondok hanya memberikan
yang digunakan dalam keadaan segar dan
anggaran makan ke pihak catering dan
tidak rusak. Waktu dan jenis pengolahan sudah
melakukan pesanan jumlah makanan Tidak
sesuai dengan bahan makanan yang diolah.
adanya siklus menu dalam penyelenggaraan
Tetapi pada bahan sayur, waktu pengolahan
makanan akan menimbulkan kebosanan pada
yang digunakan terlalu lama sehingga menjadi
santriwati dan karyawan karena bahan yang
lembek. Persiapan dan pengolahan bahan
digunakan hampir sama dan selalu ada setiap
makanan sudah baik tetapi belum memenuhi
hari. Keterbatasan dana juga akan
aspek hygiene dan sanitasi menurut
mempengaruhi variasi makanan27. Tidak
Permenkes RI nomor 1096 25. Belum terdapat
adanya siklus menu mengakibatkan tidak
standarisasi resep, bumbu, prosedur dan waktu
terdapatnya perencanaan kebutuhan bahan
sehingga penentuan resep, bumbu dan
makanan28.
pengolahan masih menggunakan perkiraan
Pembelian bahan makanan yang
serta URT.
dilakukan pihak catering adalah dengan cara
Distribusi makanan sebelum disajikan
pembelian langsung ke pasar. Pembelian
dilakukan relative lama setelah pengolahan, hal
bahan secara langsung ke pasar bertujuan
tersebut karena kurangnya tenaga sehingga
untuk mendapatkan bahan segar dengan harga
lama dalam proses pembungkusan. Pada saat
yang terjangkau karena sudah berlangganan.
disajikan makanan sudah tidak hangat lagi.
Pihak catering melakukan pembelian bahan
Seharusnya terdapat pembagian tugas tenaga
makanan tanpa catatan dan pembelian bahan
pengolahan agar waktu lebih efisien 9.
dilakukan dengan perkiran. Hal tersebut dapat
Penyajian makanan di Pondok Pesantren Putri
terjadi karena kurangnya tenaga dan
Mbah Rumi dengan cara makanan dibagikan
pengetahuan pihak catering karena bukan
dalam jumlah besar dan dibungkus kertas
berlatar belakang pendidikan Gizi. Metode
minyak. Sedangkan lauk dan sayur dibungkus
tersebut kurang sesuai dengan Rotua &
dalam plastic kemudian dibungkus bersama
Siregar (2017), bahwa pembelian bahan
nasi. Hal tersebut kurang sesuai dengan
makanan langsung ke pasar dapat dilakukan
prinsip penyajian oleh Kemenkes (2011),
jika jumlah konsumen yang dilayani kurang dari
bahwa makanan yang disajikan harus dalam
40 konsumen.12 Kriteria makanan halal bersifat
wadah yang terpisah25, namun hal tersebut
umum dan sangat berkaitan dengan teknis
dilakukan karena keterbatasan anggaran.

39
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 31-44

Output dan Outcome Penyelenggaraan porsi makanan yang terlalu banyak dan rasa
Makanan yang kurang enak mempengaruhi asupan
Kandungan Gizi Makanan Makan Pagi makan34.
Penelitian Semedi et. al. (2013),
Kandungan energi makan pagi yang
menyatakan pula bahwa semakin tinggi
disediakan di Pondok Pesantren Putri Mbah
kepuasaan terhadap makanan, semakin tinggi
Rumi adalah rata-rata 518.5 kkal atau sebesar
pula asupan makanan seseorang35. Tekstur
23,05 persen dari kebutuhan AKG. Bila
akan mempengaruh rasa.36 Rasa lebih
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi
berpengaruh terhadap asupan dibandingkan
(2019), kandungan gizi makan pagi yang
dengan aroma.37 Rasa merupakan faktor
sediakan dari pihak pondok sudah memenuhi
penentu dalam makanan, karena komponen
kontribusi energi yang disarankan 15-30
lain seperti aroma dan tekstur akan
persen AKG. Makan pagi merupakan hal yang
menentukan rasa makanan tersebut 38.
penting karena dapat membantu pemenuhan
Thayyib dalam makanan disimpulkan
energi sehari-hari bagi individu30. Kandungan
sebagai makanan yang sehat, proporsional,
energi makan pagi sudah sesuai dengan
dan aman serta sebelumnya sudah dinyatakan
anjuran, tetapi menu yang disajikan belum
halal39. Makanan yang dikonsumsi santriwati
sesuai dengan gizi seimbang.
belum sepenuhnya thayyib karena belum
Pada saat diteliti menu pertama yang
proporsional yaitu porsi nasi yang banyak, lauk
disajikan adalah nasi, tumis tahu rambak, bihun
sedikit dan jarang terdapat sayur, belum sesuai
goreng dan kerupuk. Menu kedua berupa nasi,
pedoman gizi seimbang Kemenkes (2014) dan
urap (gudangan), bakwan, ikan asin dan
belum sesuai anjuran kontribusi makan pagi.
kerupuk dengan porsi nasi lebih banyak dari
sayur dan protein. Makan pagi yang
Hubungan antara Asupan Energi Makan pagi
mengandung 30 persen atau 300-500 kkal
dengan Status Gizi
energi dapat memberikan asupan glukosa yang
cukup untuk 2 sampai 3 jam dipagi hari. Energi Hasil uji korelasi Pearson diperoleh nilai
yang cukup meningkatkan daya terima saat p=0.101 menunjukkan bahwa tidak ada
belajar dan meningkatkan saya ingat8. Namun hubungan yang signifikan antara asupan energi
menu yang disajikan belum memenuhi gizi makan pagi dengan status gizi responden.
seimbang dan standar porsi anjuran Kemenkes Penyebab tidak adanya korelasi karena
(2014) untuk usia 19-29 tahun karena penyelenggaraan makanan di Pondok
pengukuran hanya menggunakan URT. Porsi Pesantren Putri Mbah Rumi hanya dilakukan
nasi yang disajikan 2 porsi dari anjuran 1-1,5 pada pagi dan malam hari. Penelitian hanya
porsi untuk sarapan31. Porsi sayur hanya 40 dilakukan dalam dua kali makan pagi saja,
gram dari anjuran 100 gram dan belum sehingga belum menggambarkan asupan
terdapat menu buah. Porsi nasi yang terlalu secara keseluruhan. Tidak dilakukan penelitian
banyak menyebabkan penampilan makanan mengenai uang saku dan makanan dari luar
yang tidak menarik. Penampilan kurang pondok pesantren sehingga dimungkinkan
menarik akan mempengaruhi sisa makanan32. pada siang hari responden dapat menerima
asupan makan yang baik. Responden dapat
Asupan Energi Makan Pagi Responden pula membeli makanan dari luar pondok jika
Santriwati merasa tidak suka dengan menu yang
disajikan. Selain itu, responden dipilih secara
Rata-rata asupan energi santriwati
acak tanpa memperhatikan lamanya menetap
sebesar 14,1 persen belum memenuhi anjuran
di pondok, menyebabkan status gizi santriwati
energi makan pagi yaitu 15-30 persen AKG.
baru belum terpengaruh dengan asupan dari
Hal tersebut berkaitan dengan santriwati yang
pondok. Hal tersebut dikarenakan status gizi
cenderung lebih suka membeli gorengan atau
merupakan gambaran asupan makan dalam
lauk dari luar pondok pesantren karena bosan
jangka panjang sehingga asupan selama dua
dengan menu yang sama. Faktor lain yang
hari belum menggambarkan status gizi
mempengaruhi kurangnya asupan makan pagi
seseorang40. Selain itu, status gizi dipengaruhi
santriwati yaitu nafsu makan pada pagi hari,
oleh keberagaman karakteristik sosio ekonomi
makanan yang sudah tidak hangat karena
responden 41.
penyajian yang lama dan makanan yang tidak
menarik seperti rasa hambar, nasi keras dan
KESIMPULAN
sayur lembek. Penelitian Agustina (2018),
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang Input biaya yang dibayarkan untuk makan
signifikan antara rasa dan suhu makanan pagi adalah Rp. 5.000 tetapi biaya yang
dengan sisa lauk yang disajikan33. Selain itu digunakan untuk kegiatan operasional sebesar

40
Sistem penyelenggaraan makan pagi dan status gizi santriwati ...(Choiriyah S; dkk.)

Rp. 4.000 atau 80 persen dari total biaya yang secara langsung maupun tidak langsung dalam
dibayarkan sehingga belum teralokasi secara penyelesaian artikel ini.
maksimal. Fasilitas serta higiene dan sanitasi
penyelenggaraan makan masih belum RUJUKAN
sepenuhnya memenuhi standar. Proses
1. Yasmadi. Modernisasi Pesantren: Kritik
penyelenggaraan makanan besifat outsourcing,
Nurkholis Majid Terhadap Pendidikan
jumlah tenaga pengolah masih kurang dan
Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press,
belum ada pelatihan serta keterampilan khusus
2005.
dalam penyelenggaraan makanan. Belum
2. Indonesia, Kementerian Agama RI,
tersedia aturan baku dalam proses
Pangkalan Data Pondok Pesantren:
penyelenggaraan makanan Perencanaan
Statistik Data Pondok Pesantren. [Sitasi:
menu, siklus menu dan perencanaan
20 Juni 2021]. Dalam: https://ditpdpontren.
kebutuhan bahan makanan belum dilakukan.
kemenag.go.id/ pdpp/statistik.
Pembelian makanan dilakukan secara
3. Khusniyati E, Sari AK, Rofi'ah I. Hubungan
langsung ke pasar sehingga tidak terdapat
Pola Konsumsi Makanan dengan Status
penerimaan bahan makanan. Belum tersedia
Gizi Santri Pondok Pesantren Roudhotul
penyimpanan bahan makanan secara khusus.
Hidayah Desa Pakis Kecamatan Trowulan
Bahan yang diolah masih dalam keadaan
Kabupaten Mojokerto. Midwiferia.
segar dan baik, tetapi waktu pengolahan
2016;2(2):1-7. doi: https://doi.org/10.
kurang sesuai. Distribusi makanan dengan
21070/mid.v2i2.867.
sistem sentralisasi. Penyajian makanan
4. Yusni Y, Firdalena M. Anthropometry
meliputi standar porsi, wadah dan waktu belum
Analysis of Nutritional Indicators in
sesuai standar. Kandungan energi makan pagi
Indonesian Adolescents. J of Taibah Uni
sudah memenuhi anjuran energi makan pagi
Medical Sciences. 2019;14(5):460-465.
15-30 persen AKG. Asupan energi makan pagi
5. Rosida H, Adi AC. Hubungan Kebiasaan
santriwati belum memenuhi anjuran energi
Sarapan, Tingkat Kecukupan Energi,
makan pagi. Tidak terdapat hubungan antara
Karbohidrat, Protein dan Lemak dengan
asupan energi makan pagi dengan status gizi
Status Gizi Pada Siswa Pondok Pesantren
responden santriwati.
Al-Fattah Buduran, Sidoarjo. J Media Gizi
Indonesia. 2017;12(2):116-122.
SARAN
6. Almatsier S. Prinsip Dasar Imu Gizi.
Saran bagi pihak penyelenggara makanan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
diharapkan kedepannya dapat menggunakan 2009.
anggaran penyelenggaraan makanan dengan 7. Nursyafitri, Sirajuddin, Tamrin A.
optimal. Selain itu, diharapkan pihak Kebiasaan Sarapan dan Kemampuan
penyelenggara makanan dapat menerapkan Menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren
siklus menu, menerapkan penyimpanan yang Moderen Ulul Albab Kelurahan Sudiang
baik, dan menetapkan standar porsi, standar Raya Kecamatan Biringkanaya Kota
resep serta standar bumbu untuk makanan. Makassar. Media Gizi Pangan.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat 2014;18(2):1-6.
meneliti lebih lanjut tentang aspek halal dan 8. Hardinsyah. Masalah dan Pentingnya
meneliti secara keseluaruhan penyelenggaraan Sarapan bagi Anak. Materi Simposium
makan pagi, makan siang, dan makan malam Sarapan Sehat tanggal 16 Juni 2012.
di Pondok Pesantren Putri Mbah Rumi Jakarta: 2012.
Ngaliyan. Kekurangan penelitian ini adalah 9. Diahningtias U. Analisis Penyelenggaraan
tidak menggunakan ethical clearance, tetapi Makanan Tingkat Kesukaan dan Tingkat
keseluruhan responden telah dipastikan Kecukupan Energi dan Zat Gizi Santri di
kebersediaannya dalam menandatangani Pesantren Al-Hamidiyah Depok. Skripsi.
Inform Consent sebelum proses pengumpulan Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2016.
data. 10. Kaenong KM, Dachlan DM, Salam A.
Gambaran Asupan Zat Gizi Makro, Status
UCAPAN TERIMA KASIH Gizi, dan Tingkat Kepuasan Santri Pada
Sistem Penyelenggaraan Makanan di
Ucapan terima kasih kami sampaikan Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin
kepada seluruh responden santriwati yang Makassar. Kesmas Unhas, 2014.
telah bersedia menjadi responden dalam 11. Bakri B, Intiyati A, Widartika. Sistem
penelitian ini. Ucapan teimakasih juga kami Penyelenggaraan Makanan Institusi.
sampaikan kepada seluruh pihak yang terlibat Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018.

41
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 31-44

12. Rotua M, Siregar R. Manajemen Sistem 25. Indonesia, Kementerian Kesehatan RI.
Penyelenggaraan Makanan Institusi Dasar. Higiene Sanitasi Jasaboga. Indonesia:
Jakarta: EGC, 2017. Kementerian Kesehatan Republik
13. Ningtiyas F, Prasetyowati I, Astuti IS, Indonesia, 2011.
Muslicha S. Gambaran Sistem 26. Purwaningtiyas S. Gambaran Penyeleng-
Penyelenggaraan Makanan di Pondok garaan Makanan di Pondok Pesantren Al-
Pesantren, Kabupaten Jember. Jurnal Qodiri Kabupaten Jember. Skripsi. Jember:
MTPH. 2018;2(1):25-34. Universitas Jember, 2013.
14. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, 27. Sugirman AK, Syam A, Fatimah S.
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Gambaran Input dan Proses
Alfabeta; 2016. Penyelenggaraan Makanan Santri di
15. Comstock EM, Pierre RG, and Mackieman Pondok Pesantren Hidayatullah Makasar.
YD. Measuring Individual Plate Waste in Skripsi. Makassar: Universitas
School Lunches. J Am Diet Assoc. Hasanuddin, 2013
1981;94:290 -297. 28. Ilmi N, Dachlan DM, Yustini. Gambaran
16. Indonesia, Kementerian Kesehatan RI. Sistem Penyelenggaraan Makanan di
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin
untuk Masyarakat Indonesia. Indonesia: Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas
Kementerian Kesehatan Republik Hasanuddin, 2014.
Indonesia, 2019. 29. Mashudi. Konstruksi Hukum & Respons
17. Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Masyarakat Terhadap Sertifikasi Produk
Kesehatan Edisi 6. Jakarta: Salemba Halal; Studi Socio-Legal Terhadap
Medika, 2014. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
18. Indonesia, Kementerian Kesehatan RI. Obatan, Dan Kosmetika Majelis Ulama
Ambang Batas Indeks Massa Tubuh untuk Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Masyarakat Indonesia. Jakarta: 2015.
Kementerian Kesehatan Republik 30. Sofianita NI, Arini FA, Meiyetriani E. Peran
Indonesia, 2018. Pengetahuan Gizi Dalam Menentukan
19. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Kebiasaan Sarapan Anak-Anak Sekolah
Daur Kehidupan,ed 2. Jakarta: EGC; 2009. Dasar Negeri. J Gizi Pangan.
20. Rokhmah F, Muniroh L, Nindya TS. 2015;10(1):57–62.
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan 31. Indonesia, Kementerian Kesehatan
Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Siswi Republik Indonesia. Pedoman Gizi
SMA di Pondok Pesantren Al-Izzah Kota Seimbang. Indonesia: Kementerian
Batu. J Media Gizi Indones. Kesehatan Republik Indonesia, 2014.
2016;11(1):94-100. 32. Aula LE. Faktor-Faktor yang Berhubungan
21. Masturoh S. Hubungan Tingkat dengan Terjadinya Sisa Makanan pada
Kecukupan Konsumsi dan Status Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji
Kesehatan terhadap Status Gizi Santri Jakarta Tahun 2011. Sripsi. Jakarta: UIN
Putri di Dua Pondok Pesantren Modern di Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Kabupaten Bogor. Tesis. Bogor: Institut 33. Agustina L dan Suzanna P. Hubungan
Pertanian Boogor, 2012. antara Rasa Makanan dan Suhu Makanan
22. Indriyani KS. Analisis Hubungan Tingkat dengan Sisa Makanan Lauk Hewani Pada
Kepuasan Kerja dan Efisiensi Kerja Pasien Anak di Ruang Rawat Inap
Tenaga Pengolah Makanan di RSPAD RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya. Gizi
Gatot Soebroto Jakarta. Skripsi. Bogor: Indonesia. 2018; 3(2):245-253.
Institut Pertanian Bogor, 2015. 34. Anwar I, Herianandita E, Ruslita I.
23. Anggiruling DO. Evaluasi Evaluasi Sistem Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Makanan di Pondok Makanan Lunak dan Analisis Sisa
Pesantren Al-Musyarrofah. Tesis. Bogor: Makanan Lunak di Beberapa Rumah Sakit
Institut Pertanian Bogor, 2016. di DKI Jakarta, Tahun 2011. Gizi Indones.
24. Sinaga T. Pengembangan Model 2012; 35(2):97-108.
Penyelenggaraan Makanan di Sekolah 35. Semedi P, Kartasurya MI, Hagnyonowati.
Dasar Bagi Siswa Keluarga Miskin. Hubungan Kepuasan Pelayanan Makanan
Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Rumah Sakit danAsupan Makanan
2012. dengan Perubahan Status Gizi Pasien

42
Sistem penyelenggaraan makan pagi dan status gizi santriwati ...(Choiriyah S; dkk.)

(Studi di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten 38. Palacio JP, Theis M. Intoduction to
Demak). Gizi Indones. 2013;2(1):32-41. Foodservice, 11th ed. New Jersey:
36. Sappu EEB, Handayani D, Rahmi Y. Pearson Education Inc, 2009.
Pengaruh Substitusi Tepung Terigu 39. Shihab MQ. Wawasan Al-Qur’an Tafsir
dengan Tepung Daun Turi (Sesbania Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat.
grandiflora) terhadap Mutu Daging Nabati. Bandung: Penerbit Mizan, 2000.
Indones J of Human Nutr. 2014;1(2):114- 40. Tika CF. Penyelenggaraan Makanan,
127 Konsumsi Pangan dan Status Gizi Santri
37. Marquecho PC, Graaf de K, Boesveldt S. Putri Pondok Pesantren Darussalam
Olfactory priming for eating behavior – The Bogor. Tesis. Bogor: Institut Pertanian
influence of non-conscious exposure to Bogor, 2012.
food odors on specific appetite, food 41. Niswah I, Damanik M rizal, Ekawidyani KR.
preferences and intake. Food Quality and Kebiasaan Sarapan, Status Gizi, dan
Preference. 2021;90. doi: Kulaitas Hidup Remaja SMP Bosowa Bina
https://doi.org/10.1016/j.foodqual. Insani Bogor. J Gizi dan Pangan.
2020.104156. 2014;9(2):97-102.

43
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 31-44

[ dikosongkan ]

44

You might also like