Professional Documents
Culture Documents
Analisis Komposisi Sampah Organik Dan Anorganik Serta Dampak Terhadap Lingkungan Pesisir Kota Palu Sulawesi Tengah James Yosep Walalangi
Analisis Komposisi Sampah Organik Dan Anorganik Serta Dampak Terhadap Lingkungan Pesisir Kota Palu Sulawesi Tengah James Yosep Walalangi
SEKOLAH PASCASARJANA
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
James Yosep
Walalangi NRP
C252090021
ABSTRACT
JAMES YOSEP WALALANGI. Study on Marine and Coastal Resources
Management Under direction of ARIO DAMAR and HEFNI EFFENDI.
Organic and inorganic garbage heap in Palu City has exceeded the capacity
of the service and the existing waste management facilities so that garbage piling
up in landfills while (TPS), and location-location of residential areas around the
watershed that eventually the waste to the sea. Comprehensive research is needed
to formulate the management of such waste. It is given because the higher the
level of human activity residing in the city of Palu, has brought the issue of
marine pollution in the Gulf of Palu, namely through the garbage dump along the
Watershed (DAS) Palu which empties into the sea. It can be seen through the
rubbish heaps of the sea at low tide, be it in the estuaries and bays along the coast
of Palu. So far the management of coastal waste less attention than the garbage in
the city. It is time for the attention given to the coastal environment is given the
function of these coast systemic interplay of other ecosystems. Integrated
management and sustainable coastal environment will preserve it so that its
function will be maintained properly and as intended. The success of this
integrated waste management depends on community participation, as the main
producer of waste.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Tesis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RIWAYAT HIDUP
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ario Damar, M.Si Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil
Ketua Anggota
Diketahui,
i
ii
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih
dan kemurahanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini
dengan judul “ANALISIS KOMPOSISI SAMPAH ORGANIK DAN
ANORGANIK SERTA DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN PESISIR
KOTA PALU SULAWESI TENGAH”.
Penulisan hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi magister (S-2) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Melalui hasil penelitian ini penulis berusaha untuk memberikan informasi
ilmiah mengenai analisis komposisi sampah organik dan anorganik yang
terdeposit serta dampak terhadap lingkungan di pesisir teluk Kota Palu. Dalam
penulisan hasil penelitian ini, penulis menyadari bahwa begitu banyak kekurangan
dan keterbatasan. Untuk itu diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan isi dari hasil penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini
bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
LAMPIRAN.........................................................................................................viii
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................................3
1.4 Kerangka Penelitian......................................................................................3
2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................6
2.1 Gambaran Umum Sampah............................................................................6
2.2 Karakteristik Sampah....................................................................................8
2.3 Dampak Sampah Terhadap Lingkungan Pesisir.........................................10
2.4 Parameter Kualitas Perairan........................................................................14
2.5 Pengelolaan Sampah...................................................................................18
3. METODE PENELITIAN..................................................................................23
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................23
3.2 Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel...............................................23
3.3 Teknik Pengambilan Sampel......................................................................25
3.4 Identifikasi Sampel Air dan Makrozoobenthos..........................................28
3.5 Analisa Data................................................................................................30
iii
iv
4.4 Analisis Kualitas Perairan Teluk Kota Palu................................................45
4.5 Analisis Dampak Sampah Bagi Lingkungan Pesisir...................................48
4.6 Pengelolaan Sampah Dengan Pendekatan Refuse Storage, Refuse
Collection, Refuse Disposal Serta 3R+P (Reduce, Reuse, Recycle and
Participant)................................................................................................52
4.7 Persepsi Masyarakat Terhadap Sampah di Sungai dan Pesisir...................55
4.8 Identifikasi Dampak Biologi Sampah Terhadap Makrozoobenthos Di
Pesisir Kota Palu........................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA
iv
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
vi
vi
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
viii
LAMPIRAN
Halaman
viii
1
1. PENDAHULUAN
diterapkannya teknologi tepat guna untuk mengolah sampah menjadi bahan yang
bernilai (DKPKP, 2010).
Penumpukan sampah pada lingkungan pesisir berimplikasi terhadap
pendangkalan dan penyempitan daerah aliran sungai, menurunnya kualitas
perairan serta berdampak signifikan terhadap kualitas lingkungan. Dampak dari
hal tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yang
bermukim pada daerah sekitar sungai (Azwar, 1996).
Kompleksitas permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya
memerlukan kajian yang komprehensif terhadap pengelolaan sampah pada daerah
pesisir dan aliran sungai. Aktivitas antropogenik pada daerah pesisir yang
beragam membuat wilayah ini memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap
pencemaran. Untuk meminimalkan pencemaran akibat dampak dari sampah
tersebut maka diperlukan analisa terhadap pengelolaan sampah yang ada di daerah
aliran sungai maupun di pesisir pantai Kota Palu (DKPKP, 2010).
pencemar (organik dan anorganik) suatu perairan dan pesisir pantai (Coe dan
Rogers, 1997).
Untuk mengukur jumlah kepadatan sampah (organik dan anorganik) dapat
dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah dengan cara penilaian cepat
(rapid pollution assessment) yang dilakukan dengan memanfaatkan data yang ada
mengenai kondisi-kondisi sumber pencemar, jumlah penduduk dan lain
sebagainya. Untuk kemudian dilakukan perhitungan total dari jumlah sampah
yang masuk melalui sungai maupun yang langsung dibuang ke pesisir pantai. Cara
kedua dilakukan dengan langsung melakukan pengukuran beban pencemaran pada
muara sungai yang masuk pada perairan pesisir. Untuk menghitung kapasitas
asimilasi dilakukan dengan melalui suatu pendekatan hubungan antara kualitas air
dengan beban limbah (Fardiaz, 1992).
Banyak pihak yang akan dirugikan dengan terjadinya pencemaran ini
antara lain nelayan, sektor wisata, pemerintah kota, dan masyarakat Kota Palu
secara keseluruhan. Keberhasilan pengelolaan sampah ini tergantung pada
partisipasi masyarakat, sebagai penghasil utama sampah. Partisipasi masyarakat
berupa pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik dalam proses
pewadahan merupakan proses awal menghadapi pencemaran di Kota Palu ini.
Adapun alur pemikiran ini secara ringkas diperlihatkan pada Gambar 1.
5
Principle
Analisis Kualitas Air Componen
Sungai dan Air Laut t Analysis
(PCA)
2. TINJAUAN PUSTAKA
(3) Menggangu pelayaran dan nelayan, karena sampah dapat tersangkut pada
propeler mesin perahu dalam operasional penangkapan ikang.
Berdasarkan asalnya limbah dikelompokkan menjadi dua yaitu limbah
organik dan limbah anorganik. Jenis limbah organik ini terdiri atas bahan-bahan
yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah
ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah
pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya
dari pestisida dan herbisida, begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan
(Said, 1987).
Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan
mengendap ke dalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan
mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya (Angela, 2008). Sedangkan
limbah rumah tangga menurut Said (1987) dapat berupa padatan seperti kertas,
plastik dan lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng bekas
dan lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi
misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah yang berdaya racun tinggi
tersebut menurut Chang (2008) tergolong (B3) yaitu Bahan Berbahaya dan
Beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung
bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus dan
sebagainya. Sedangkan limbah anorganik ini terdiri atas limbah industri atau
limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang
sulit terurai dan tidak dapat diperbaharui (Slamet, 1994).
Effendi (2003) menyatakan bahwa air limbah industri dapat mengandung
berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut adalah garam anorganik seperti
magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan pertambangan
dan industri. Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga
(Wardhana, 2001) yaitu seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan
aluminium. Berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi tiga
(Wardhana, 2001) yaitu :
8
1. Limbah Industri
Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena
limbah ini mempunyai kadar pencemar yang beracun. Umumnya limbah ini
dibuang di sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang
warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya
MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah
pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat (Wardhana, 2001).
3. Limbah Pabrik
Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau
perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya
asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka
akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup
pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk
juga manusia (Wardhana, 2001).
ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak
tepat.
Dampak pencemaran terhadap lingkungan berupa cairan dari limbah–
limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya sehingga mengandung
virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama kelamaan
akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau menggunakan air
untuk kegiatan sehari-hari, sehingga menusia akan terkena dampak limbah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga
menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah rumah
tangga ke sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air
tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga
dapat meresahkan para penduduk (Soemarwoto, 1999).
Penumpukan sampah di daerah intertidal juga dapat mengakibatkan
munculnya masalah lingkungan fisik (bau tidak sedap, menurunnya estetika),
kimia (gas metan, CO2, CO), biologis (kesehatan masyarakat). Sampah
merupakan habitat bagi berkembangnya bakteri patogen tertentu seperti
Salmonella Typhosa, Entamoeba Coli, Escherichia Coli, Vibrio Cholera, Shigella
Dysentriae, Entamoeba Hystolyca dan lain-lain yang menimbulkan penyakit pada
manusia (Slamet, 1994).
Coe dan Rogers (1997) mengemukakan bahwa sebagai akibat dari
buangan sampah anorganik yang tidak dapat didegradasi oleh bakteri, baik itu
sampah terapung maupun tenggelam, dapat mengganggu kehidupan ekosistem
pesisir dan organisme laut itu, khususnya tentang pola pergerakan organisme laut
tersebut saat mereka mencari makan.
Penambahan bahan-bahan organik dan anorganik dari sampah akan dapat
meningkatkan kadar kekeruhan dalam air akibat bertambahnya padatan
tersuspensi, meningkatnya turbiditas atau berkurangnya tingkat kecerahan air
yang dapat mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam perairan, dan akibat
selanjutnya akan menurunkan suhu dan produktifitas perairan dimana terdapat
banyak jenis-jenis organisme yang hidup dan berkembang baik di estuari maupun
disekitar lingkungan pesisir pantai (Laurie et.al., 2008).
12
(DO), BOD5, COD, padatan tersuspensi, logam berat, bahan radio aktif dan
organisme perairan.
(Allison et.al., 2007). Akibat yang ditimbulkan oleh adanya padatan tersuspensi
dapat mengurangi kemampuan pemurnian alami (self purification) dengan
mengurangi fotosintesis dan menutupi organisme dasar (Azwar, 1996).
Jose (2002) menyatakan bahwa padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak mengendap langsung.
Mahida (1999) juga menambahkan bahwa air buangan industri mengandung
jumlah padatan tersuspensi yang sangat bervariasi tergantung pada jenis
industrinya. Besarnya kandungan padatan tersuspensi menurut Leandro et.al.,
(2001) akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga dapat
mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis. Sedangkan padatan terlarut
adalah padatan yang memiliki ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Padatan
terlarut terdiri dari senyawa organik yang larut dalam air. Air buangan industri
umumnya banyak mengandung zat pencemar terlarut yang sering mencemari
perairan dan sangat berbahaya bagi kehidupan disekitarnya (Leandro et.al., 2001).
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah
larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan. Kadar nitrat di perairan yang tidak
tercemar biasanya lebih tinggi dari kadar amonium. Kadar nitrat-nitrogen pada
perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0.1 mg/l. Kadar nitrat lebih dari 5
mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari
aktifitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-nitrogen yang lebih dari 0.2 mg/l
dapat mengakibatkan terjadinya eutroifikasi (pengayaan) perairan yang
selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat
(blooming) (Wardoyo, 1995).
Nitrit (NO2) Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia
dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Sumber
nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit di perairan
relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat (Wardoyo, 1995).
Amonia (NH3) bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah bentuk
transisi dari amonia. Amonia banyak digunakan dalam proses produksi urea,
industri bahan kimia serta industri bubur kertas dan kertas (pulp dan paper).
Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0.1 mg/l (Husnah, 2006) .
tidak mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan. Seperti
kata pepatah menurut Hadiwiyoto (1983) bahwa pencegahan penyakit akan lebih
baik dari pada mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi
penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada
mengolah/memusnakan sampah. Karena bagaimanapun mengolah/memusnahkan
sampah pasti akan menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih
berbahaya dari sampah yang dimusnakan.
Perbedaan penanganan sampah menurut Hadiwiyoto (1983) yaitu : (1)
dengan cara didaur ulang. Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang
semula bukan apa-apa sehingga bisa menjadi barang yang lebih bernilai
ekonomis. (2) dengan cara pembakaran. Cara ini adalah cara yang paling mudah
untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan
dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan
menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Kelebihan cara membakar ini
juga menurut Haeruman (1979) adalah mudah dan tidak membutuhkan usaha
keras, membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil, dapat digunakan
sebagai sumber energi baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan pencairan
logam.
Hadiwiyoto (1983) juga mengemukakan bahwa pengelolaan sampah
adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan
masalah masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penanganan sampah antara lain: (1) pengumpulan sampah, (2)
tahap pemisahan, (3) tahap pembakaran, dan (4) tahap penimbunan sampah. Hal
ini sangat memerlukan penanganan karena masalah sampah berkaitan dengan
masalah lingkungan hidup dalam wujud nyata dan mengganggu kehidupan
manusia
Menurut Brown et.al., (2003) banyak cara yang dapat ditempuh dalam
pengelolaan sampah diantaranya yang dianggap terbaik hingga sekarang adalah
sistem penimbunan dan pemadatan secara berlapis (sanitary landfill) untuk
mencegah sampah tidak terekspos lebih dari 24 jam. Sedangkan menurut Russell
(2005) pengelolaan sampah dapat dilihat mulai dari sumbernya sampai pada
tempat pembuangan akhir. Usaha pertama adalah mengurangi sumber sampah dari
21
3. METODE PENELITIAN
Keterangan:
Batas Kabupaten Batas Kecamatan Kelurahan
Jalan Utama Jalan Lain Sungai
Zona Sungai Palu Zona Laut Teluk Palu Zona Pesisir Palu
Lokasi Penelitian
d
ac b K
Keterangan :
K = Kuadran c = Jarak antara kuadran d = Panjang line transek
a = Panjang Kuadran b = Lebar Kuadran
dapat dilihat pada Gambar 5. Terdapat hanya 4 kuadran di sungai utama Kota Palu
ini diasumsikan bahwa dalam sehari terdapat dua kali pasang dan dua kali surut
yakni pada pukul 06.00 WITA, 12.00 WITA, 18.00 WITA dan 24.00 WITA
sehingga saat pengambilan sampel dapat mewakili keadaan pasang surut tersebut.
Pengambilan sampel dalam kuadran dilakukan pada saat air laut surut di
daerah intertidal. Setelah tali plastik yang digunakan sebagai pengganti meteran
diletakan secara horizontal/sejajar dengan garis pantai. Kuadran kemudian
diletakkan satu per satu. Sampah laut padat diambil, dibersihkan lalu dikumpulkan
ke dalam karung atau kantung plastik yang berukuran besar. Sampah-sampah
yang telah dikumpulkan, kemudian disortir menurut kategori/jenis yang sudah
ditentukan. Setelah sampel sampah dipilah-pilah berdasarkan lokasi penelitian,
maka jumlah (potongan), kepadatan dan komposisi sampah dihitung, kemudian
dicatat menurut kategori / jenisnya seperti yang di perlihatkan pada Tabel 3 dan
Tabel 4.
Disamping itu, dalam kuadran juga diamati apakah ada organisme makro
zoobenthos yang mengkolonisasi sampah atau tidak. Jika ada organisme yang
mengkolonisasi sampah laut maka itu akan difoto, diambil dan dimasukan ke
dalam kantung plastik. Selanjutnya organisme tersebut diidentifikasi di
Laboratorium Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako Palu.
27
SAMPAH ANORGANIK
Nama Lokasi : Kota : Provinsi :
PALU SULTENG
Tempat: Pukul: Jumlah Kuadran :
Panjang Transek: 30 m Lebar Transek: 2 m Luas Area : m
Kategori Sampah Anorganik Jumlah Potongan Berat (g)
Plastik
Aluminium
Kaca
Kain / Tekstil
Karet
Kertas
Styloform
Total
Jumlah berat sampah laut per meter persegi =
Jumlah potongan sampah laut per meter persegi =
SAMPAH ORGANIK
Nama Lokasi : Kota : Provinsi :
PALU SULTENG
Tempat: Pukul: Jumlah Kuadran :
Panjang Transek: 30 m Lebar Transek: 2 m Luas Area : m
Kategori Sampah Organik Jumlah Potongan Berat (g)
Total
Jumlah berat sampah laut per meter persegi =
Jumlah potongan sampah laut per meter persegi =
28
Keterangan :
Jembatan
Badan aliran sungai
Garbage trap
Bantaran sungai Kecamatan Palu Timur
Bantaran sungai Kecamatan Palu Barat
Keterangan :
A1-A4 B1-B4 C1-C4 = Lokasi Kecamatan Palu Timur
KA1-KA3 KB1-KB3 = Lokasi Kecamatan Palu Barat
= Lokasi Sungai
= Lokasi Sampel Air Sungai
= Lokasi Sampel Air Laut
jumlah pelajar, mahasiswa dan sarana pendidikan di Kota Palu dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut :
Tabel 6 . Jumlah Pelajar, Mahasiswa dan Sarana Pendidikan Kota Palu
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah Sarana
Pendidikan
1. TK 6.377 130
2. SD 37.914 178
3. SLTP/MTS 18.049 61
4. SLTA/MA 10.244 22
5. SMK 7.027 22
6. Perguruan Tinggi Negeri (PTN) 26.693 2
7. Pergfuruan Tinggi Swasta (PTS) 6.827 5
Jumlah 113.131 420
Sumber : BAPPEDA Kota Palu (2011)
Dari tabel diatas terlihat bahwa banyaknya penduduk pelajar Kota Palu
terbesar adalah pelajar SD sebanyak 37.914 orang/jiwa selanjutnya mahasiswa
perguruan tinggi. Sarana pendidikan juga merupakan tempat produksi sampah
dengan jumlah sarana sebanyak 420 serta pelajar/mahasiswa sebanyak 113.131
orang/jiwa yang tersebar di Kota Palu yang tentunya mempengaruhi jumlah
produksi sampah di Kota Palu.
(a)
Sampah plastik
Sampah styrofoam
24 5
12
12 Sampah kain/tekstil
20 Sampah kertas
124
Sampah aluminium
Sampah karet
Sampah kaca
(b) Sampah plastik
28,74
162,56 552,59
Sampah styrofoam
66,78
Sampah kain/tekstil
1779,89
1063,93
Sampah kertas
Sampah aluminium
Sampah kaca
Gambar 5. Jumlah Potongan Sampah (unit/jam) (a) dan Jumlah Berat Sampah
(gr/jam) (b) Berdasarkan Kategori Sampah Anorganik di Sungai
Palu.
38
(a) Buah-buahan
Sayuran
43 2
6 920 Daun
Sabut kelapa
60 Mie
79
Tulang ikan Jeroan ikan Kulit hewan
(b)
919,18 Buah-buahan
482,36
469,98 Sayuran
751,19
578,92 Daun
3053,86
Sabut kelapa
Mie
3792,6
Tulang ikan
1404,12 Jeroan ikan
Kulit hewan
Sampah Kaca
2522
40 Sampah Kain/tekstil
23
33Sampah karet
328
Sampah kertas
38
Sampah styrofoam
Sampah Aluminium
Gambar 7. Jumlah Potongan Sampah (unit/m 2) (a) dan Jumlah Berat Sampah
(gr/m2) (b) Berdasarkan Kategori Sampah Anorganik di
Kecamatan Palu Timur.
40
(a) Buah-buahan
Sayuran
31 Daun
210
8 102 265 4 Sabut kelapa Tinja
56 Tulang ikan Kulit udang Kulit kacang Lamun
397 84 Kulit telur
369 Kayu/ranting
4353
(b) Buah-buahan
630,66 Sayuran
Daun
87,92 2371,43
1579,88 Sabut kelapa
9422,71 Tinja
23801,86
Tulang ikan
7462,01 Kulit udang
Kulit kacang
760,69 Lamun
283,84 815,19 5056,57
Kulit telur
Kayu/ranting
Gambar 8. Jumlah Potongan Sampah (unit/m2) (a) dan Jumlah Berat Sampah
(gr/m2) (b) Berdasarkan Kategori Sampah Organik di Kecamatan
Palu Timur.
41
Sampah Kaca
23 4327
30 74
65
Sampah Kain/tekstil
Sampah karet
709
Sampah kertas
Sampah styrofoam Sampah Aluminium
Sampah styloform
2886,96
Sampah Aluminium
Gambar 9. Jumlah Potongan Sampah (unit/m2) (a) dan Jumlah Berat Sampah
(gr/m2) (b) Berdasarkan Kategori Sampah Anorganik di
Kecamatan Palu Barat.
42
(b) Buah-buahan
Sayuran
556,78
675,2 2433,48 Daun
252,36 647,68
Sabut kelapa
1377,85
Mie
11377,63
Tulang ikan
4678,92
Kulit udang
Kulit hewan
151,19
2100,55 Kulit kacang
3104,04
Lamun
Tinja
Gambar 10. Jumlah Potongan Sampah (unit/m 2) (a) dan Jumlah Berat
Sampah (gr/m2) (b) Berdasarkan Kategori Sampah Organik di
Kecamatan Palu Barat.
43
(a)4000
3000
2000
1000
0
A1A2A3A4B1B2B3B4C1C2C3C4
Stasiun Penelitian
(b)
20000
Jumlah Berat (gr)
15000
10000
5000
0
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4
Stasiun Penelitian
Gambar 11. Grafik Jumlah Rata-Rata Potongan (unit) (a) dan Jumlah Rata-
Rata Berat (gr) Sampah Organik.
44
Jumlah sampah organik yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan jelas
dapat dilihat dalam Tabel 11. Nilai rata-rata jumlah potongan sampah organik
terbanyak terdapat dilokasi A1- A4 yaitu sebanyak 2249.5 diikuti oleh lokasi B1 –
B4 sebanyak 196.33 dan C1-C4 sebanyak 42.5. Sedangkan untuk nilai tertinggi
rata-rata berat potongan sampah terdapat dilokasi B1-B4 yaitu 8795.14 diikuti
oleh lokasi A1-A4 seberat 13341 dan C1-C4 seberat 3191.4.
(a)
Jumlah Potongan
300
200
100
0
A1A2A3A4B1B2B3B4C1C2C3C4
Stasiun Penelitian
(b)
8000
Jumlah Berat (gr)
6000
4000
2000
0
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4
Stasiun Penelitian
Tabel 14. Hasil Analisa Parameter Kualitas Air di Pesisir Teluk Kota Palu
HASIL ANALISA BAKU MUTU
NO PARAMETER SATUAN **
KB 1 KB 2 KB 3 (Alami)
1. Suhu 0
C 30,3 29,8 30,2 Coral : 28-30
Bakau : 28-32
2. Padatan mg/l 32,21 30,55 31,45 Coral : 20
Tersuspensi Bakau :80
3. BOD mg/l 0,65 0,63 0,66 20
4. COD mg/l 1,69 1,71 1,69
5. Turbiditas NTU 38 32 38
6. Salinitas PSU 26 16 28 Coral : 33-34
Bakau : s/d 34
7. NO3 (Nitrat) mg/l 0,05 0,05 0,05 0,08
8. NH3-N mg/l 0,00 0,00 0,00 0,03
9. NO2-N (Nitrit) mg/l 0,03 0,05 0,05
Keterangan : ** = Baku Mutu Air Laut Kep.51/MENLH/2004
merombak bahan organik dalam air melalui proses oksidasi biokimiawi secara
dekomposisi aerobik. Limbah cair yang dihasilkan oleh rumah tangga banyak
mengandung bahan organik yang dicirikan dengan tingginya BOD pada air yang
tercemar limbah.
Selanjutnya untuk kandungan nitrat air sungai nilai tertinggi terlihat pada
stasiun KA 2 (3,21 mg/l) dan yang terendah pada stasiun KA 3 (3,18 mg/l).
Sedangkan kandungan nitrat dalam air laut memiliki nilai rata-rata 0,05 mg/l
disetiap stasiun KB 1 sampai KB 3. Secara keselurah parameter kualitas air sungai
masih baik, sedangkan untuk air laut padatan tersuspensi cukup tinggi atau dengan
kata lain telah melewati ambang batas baku mutu air laut untuk kualitas
pertumbuhan karang.
KL 1,5
0,5 SAP 1
0,5 3
0 BCNOD
-0,5 3
-1 KA T2 R SHS O B
-1,5
T S S
-2 KB 3
-2,5
KB 1
-5 0 5
-- axe 1 (75% ) -->
Tabel 15. Matriks Korelasi Sampah Organik dan Anorganik Dengan Parameter Kualitas Air
T 1 0.8122 -0.7601 -0.7593 -0.7690 0.8431 -0.8575 0.2397 0.4713 0.1605 0.7609 0.4204 -0.2239
TSS 0.8122 1 -0.9839 -0.9873 -0.8402 0.9787 -0.9682 0.7090 0.6608 0.4109 0.9666 0.6474 -0.4857
BOD -0.7601 -0.9839 1 0.9992 0.8951 -0.9875 0.9796 -0.8005 -0.7681 -0.5516 -0.9934 -0.7676 0.3833
COD -0.7593 -0.9873 0.9992 1 0.8783 -0.9850 0.9752 -0.7934 -0.7569 -0.5243 -0.9882 -0.7468 0.4174
TR -0.7690 -0.8402 0.8951 0.8783 1 -0.9251 0.9423 -0.7133 -0.8322 -0.7409 -0.9363 -0.8948 -0.0590
SL 0.8431 0.9787 -0.9875 -0.9850 -0.9251 1 -0.9981 0.7154 0.7700 0.5171 0.9865 0.7500 -0.3200
NO3 -0.8575 -0.9682 0.9796 0.9752 0.9423 -0.9981 1 -0.7011 -0.7695 -0.5373 -0.9846 -0.7637 0.2690
NO2 0.2397 0.7090 -0.8005 -0.7934 -0.7133 0.7154 -0.7011 1 0.7594 0.8062 0.8111 0.8621 -0.1996
SOP 0.4713 0.6608 -0.7681 -0.7569 -0.8322 0.7700 -0.7695 0.7594 1 0.7290 0.7866 0.8898 0.0380
SAP 0.1605 0.4109 -0.5516 -0.5243 -0.7409 0.5171 -0.5373 0.8062 0.7290 1 0.6253 0.9429 0.4110
SOB 0.7609 0.9666 -0.9934 -0.9882 -0.9363 0.9865 -0.9846 0.8111 0.7866 0.6253 1 0.8199 -0.2799
SAB 0.4204 0.6474 -0.7676 -0.7468 -0.8948 0.7500 -0.7637 0.8621 0.8898 0.9429 0.8199 1 0.2100
KL -0.2239 -0.4857 0.3833 0.4174 -0.0590 -0.3200 0.2690 -0.1996 0.0380 0.4110 -0.2799 0.2100 1
52
pemulung melakukan pekerjaan yang berguna dengan didasari oleh tiga fungsi
pemulung yaitu :
1). Memulung merupakan sumber kehidupan/mata pencarian bagi
masyarakat yang kurang mampu.
2). Pemulung dapat mengurangi jumlah bahan yang perlu dibuang.
3). Pemulung sebagai bentuk daur ulang, melestarikan materi, energi serta devisa
daerah.
Dengan demikian, pemulung merupakan tahap pertama dalam sistem daur
ulang untuk kategori sampah anorganik sedangkan untuk sampah organik
biasanya dijadikan pupuk kompos oleh pemulung yang mendapatkan bahan
mentah dari sampah dan mengubahnya menjadi komoditi sehingga dapat
menguntungkan keseluruhan sistem pengelolaan sampah walaupun menimbulkan
juga masalah-masalah lain.
Pengelolaan sampah di pesisir Kota Palu sangatlah diperlukan karena Kota
Palu saat ini memiliki rencana pembangunan Center Point Teluk Palu dan
Kawasan Pesisir Teluk Palu (BAPPEDA Kota Palu, 2010). Pembangunan Center
Point Teluk Palu (CPTP) dan Kawasan Pesisir Teluk Palu dilatarbelakangi oleh
hasil kajian revitalisasi kawasan Teluk Palu. Teluk Palu secara alamiah telah
menjadi landmark kawasan bagi Kota Palu, serta dapat menjadi andalan untuk
dipromosikan pada skala nasional bahkan skala internasional. Teluk Palu
memiliki potensi wisata luar biasa yang dapat menunjang perekonomian
masyarakat yang berada di sekitar Teluk Palu, bahkan Kawasan Teluk Palu dapat
menjadi primadona pendapatan daerah yang secara administrasi memiliki
Kawasan Teluk Palu. Potensi ini kini tinggal membutuhkan keseriusan
pengelolaan untuk mewujudkannya menjadi kawasan wisata kebanggaan bersama.
Oleh karena itu berbagai jenis sampah di pesisir Kota Palu ini untuk
pengelolaan tersebut terdapat 3 hal pokok dalam mengurangi sampah yakni :
1). Penyimpanan sampah (refuse storage)
2). Pengumpulan sampah (refuse collection)
3). Pembuangan sampah (refuse disposal) termasuk pengangkutan sampah dan
sekaligus pemusnahan sampah.
54
a. Pendapatan Masyarakat
Korelasi antara pendapatan masyarakat dengan pencemaran sampah adalah
semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang/keluarga diasumsikan semakin
banyak juga sampah yang dihasilkan sebagai hasil akhir dari suatu aktivitas.
Gambar 15 (a) menjelaskan bahwa pendapatan masyarakat/responden secara
persentase jumlah pendapatan di bentaran sungai kecamatan Palu Timur dimulai
dari sebagian besar berpenghasilan per-bulannya Rp.500.000-Rp.1.000.000 (65%)
kemudian berturut-turut penghasilan sebesar Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 (20%),
Rp.2.000.000-Rp.3.000.000 (10%), Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 (5%) dan yang
terakhir adalah lebih dari Rp.5.000.000 (0%). Gambar 15 (b) menunjukkan bahwa
masyarakat/responden yang berada disepanjang pesisir pantai kecamatan Palu
Timur rata-rata berpenghasilan sebesar Rp.500.000-Rp.1.000.000 (70%)
kemudian berturut-turut Rp.1.000-000-Rp.2.000.000 (20%), Rp.2.000.000-
Rp.3.000.000 (10%) yang terakhir Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 dan yang
berpenghasilan lebih dari Rp.5.000.000 masing-masing (0%).
Gambar 16 (a) memperlihatkan bahwa nilai persentase pendapatan
masyarakat/responden di bentaran sungai kecamatan Palu Barat lebih variatif. Hal
ini dapat dilihat dari besaran nilai persentase pendapatan Rp.500.000-
Rp.1.000.000 (80%) berturut-turut Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 (15%),
penghasilan lebih dari Rp.5.000.000 (5%) terakhir Rp.2.000.000-Rp.3.000.000
dan Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 sebesar (0%). Gambar 16 (b) berturut-turut
menunjukan variatif nilai persentase tertinggi mulai dari pendapatan sebesar
Rp.500.000-Rp.1.000.000 (40%), Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 (30%),
Rp.2.000.000-Rp.3.000.000 (25%), Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 (5%) dan yang
terakhir penghasilan lebih dari Rp.5.000.000 sebesar (0%).
57
5% 0% Rp.1.000.000- Rp.2.000.000
Rp.2.000.000- Rp.3.000.000
10% Rp.3.000.000- Rp.4.000.000
20% < Rp.5.000.000
65%
70%
a Rp.500.000- Rp.1.000.000
0% 5% Rp.1.000.000- Rp.2.000.000
0%
Rp.2.000.000- Rp.3.000.000
15% Rp.3.000.000- Rp.4.000.000
< Rp.5.000.000
80%
b Rp.500.000-
5% 0%
Rp.1.000.000
Rp.1.000.000-
25% 40% Rp.2.000.000
Rp.2.000.000-
Rp.3.000.000
30%
Rp.3.000.000-
Rp.4.000.000
< Rp.5.000.000
a 1 kg
0% 5% 5%
2kg
25%
3kg
65%
4kg
< 5kg
b 1 kg
0% 0%
10% 2kg
15%
3kg
75%
4kg
< 5kg
a 1 kg
0% 0%
10% 2kg
15%
3kg
75%
4kg
< 5kg
b 1 kg
0%
0%
5% 20% 2kg
3kg
75%
4kg
< 5kg
a. Penanganan/Pengelolaan Sampah
Konsep pengelolaan sampah diempat lokasi penelitian yakni bentaran
sungai kecamatan Palu Timur dan Palu Barat serta pesisir kecamatan Palu Timur
dan Barat memiliki persoalan yang mendesak dan cukup sulit untuk diatasi seperti
kurangnya fasilitas TPS (Tempat Pembuangan Sementara) serta kurang
berfungsinya distribusi pengangkutan oleh armada/truk sampah yang
memungkinkan masyarakat langsung membuang sampahnya ke sungai atau ke
pesisir pantai dengan alasan lebih mudah dijangkau.
Diagram persentase dalam Gambar 19 (a) (b) dan Gambar 20 (a) (b)
memperlihatkan bahwa dalam penanganan/pengelolaan sampah setiap hari
diempat titik lokasi penelitian yaitu di bentaran sungai kecamatan Palu Timur dan
Palu Barat serta pesisir kecamatan Palu Timur dan palu Barat ini sangat
bervariasi. Lokasi bentaran sungai kecamatan Palu Timur dan pesisir pantai
kecamatan Palu Barat lebih memilih buangan sampahnya secara langsung ke
sungai atau ke lingkungan pesisir pantai. Hasil persentasi dalam Gambar 19 (a)
dan Gambar 20 (b) menunjukkan masing-masing lokasi tersebut yaitu 90% dan
80%. Hasil lain menunjukan bahwa dalam penanganan sampah masyarakat di
bentaran sungai kecamatan Palu Barat dan pesisir pantai kecamatan Palu Timur
lebih memilih untuk membuang sampahnya ke TPS. Persentasi dalam Gambar 19
(b) dan Gambar 20 (a) memperlihatkan masing-masing lokasi penelitian yaitu
43% dan 55%. Responden lainnya juga dalam lokasi ini memilih membuang
sampahnya secara langsung ke sungai dan pesisir pantai atau membuat lubang
kemudian dibakar.
Lokasi pengambilan data responden di Kecamatan Palu Timur dan
Kecamatan Palu Barat memperlihatkan beragamnya pola atau tingkah laku dalam
penanganan/pengelolaan sampah di masing-masing wilayah tersebut.
Penanganan/pengelolaan sampah masyarakat di bentaran sungai Kecamatan Palu
Timur berdasarkan hasil observasi dominan lebih memilih untuk membuang
secara langsung ke sungai atau pesisir pantai di sebabkan karena menurut
masyarakat lebih mudah atau lebih praktis untuk dilakukan setiap hari, selain itu
tidak tersedianya TPS yang memadai dilingkungan mereka telah menjadikan
alasan ini tepat untuk dilakukan. Alasan lainnya yaitu letak pemukiman penduduk
63
yang jarakanya relatif lebih dekat ke arah sungai bila di bandingkan dengan lokasi
pemukiman penduduk di Kecamatan Palu Barat yang jaraknya relatif jauh dari
arah sungai.
Kondisi pemukiman di Kecamatan Palu Barat yang relatif jauh dari sungai
ini lebih memilih membuang sampahnya ke TPS terdekat kemudian membuat
lubang tempat penimbunan atau pembakaran sampah. Masyarakat di Kecamatan
Palu Barat lebih memilih untuk membuat TPS atau tempat-tempat sampah umum
di rumah mereka masing-masing dan juga aktif dalam melakukan program
kebersihan secara swadaya yakni dengan menyewa tenaga pengangkut sampah di
sekitar lingkungan mereka.
Masyarakat dengan pengetahuan yang baik akan arti penting kebersihan
lingkungan sepanjang bentaran sungai Kota Palu dan pesisir pantai kebanyakan
memilih untuk melakukan upaya pengurangan sampah dengan berbagai cara
seperti mengumpulkan, membakar atau menimbun sampah. Masyarakat mulai
peduli akan arti penting dari kebersihan lingkungannya bahkan beberapa
responden menyarankan agar adanya kegiatan-kegiatan penghijauan serta
berinisiatif dengan memberikan retribusi tambahan untuk pengangkutan sampah
sekitar lingkungan mereka. Alasan masyarakat melakukan hal tersebut karena
keterbatasan armada pengangkutan sampah dari pemerintah kota di lingkungan
tempat tinggal mereka. Akan tetapi beberapa reaponden memiliki pandangan yang
berbeda responden mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain selain
membuang sampah secara langsung ke dalam sungai atau ke pesisir pantai.
Pandangan yang berbeda ini biasanya adalah tanggapan dari responden yang
belum mengetahui akan dampak lingkungan yang kotor.
Hasil data responden menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis penyakit
yang sering dialami oleh masyarakat dilokasi penelitian ini seperti diare, gatal-
gatal pada kulit, batuk, pilek dan demam. Dengan informasi mengenai dampak
pencemaran di Kota Palu mendatang diharapkan pandangan dan pengetahuan
orang akan arti penting lingkungan pesisir pantai terus membaik agar tetap terjaga
keseimbangan ekosistem di lingkungan pesisir Kota Palu.
64
0%
10%
Dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS)/te
Dibuat lubang penampungan kemudian dibakar
90%
43%
10%
10% Dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS)/tem
Dibuat lubang penampungan kemudian dibakar
80%
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan diantaranya :
1. Jenis sampah yang terdeposit di Sungai Palu dan pesisir Kota Palu terdiri atas
sampah organik dan anorganik yakni sampah plastik, sampah karet, sampah
kertas, sampah styrofoam, sampah kaca, sampah kain/tekstil dan sampah
aluminium dan sampah organik yang berupa sisa-sisa sayuran, buah-buahan,
dedaunan, sabut kelapa, mie, jeroan ikan, tulang ikan, ranting/kayu, kulit
udang, kulit hewan, kulit kacang, lamun, kulit telur dan tinja.
2. Jumlah rata-rata potongan (nilai tertinggi) jenis sampah organik berada di
pesisir Kecamatan Palu Timur yakni di pesisir Kelurahan Lere dan Kelurahan
Silae sedangkan jumlah rata-rata berat potongan jenis sampah organik berada
di pesisir kecamatan Palu Barat yakni di pesisir Kelurahan Besusu dan
Kelurahan Talise. Jumlah rata-rata potongan dan berat (nilai tertingi) jenis
sampah anorganik berada di pesisir kecamatan Palu Barat.
3. Dampak pencemaran sampah organik dan anorganik terhadap kualitas
perairan disungai dan pesisir Kota Palu berdasarkan hasil Analisa Komponen
Utama (Principal Component Analysis-PCA) memiliki korelasi yang saling
berkaitan antara parameter kualitas perairan dengan sampah yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan pesisir Kota Palu.
4. Metode pengelolaan sampah baik di sungai maupun di pesisir Kota Palu
belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya ketersediaan sarana
pembuangan sampah di Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur.
69
5.2 Saran
Mengacu pada hasil pengamatan dan pembahasan serta kesimpulan diatas
maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Aimee AK., Erica F., Melanie M., Johnson B., Victor Simon A., Catherine M.,
2008. Distribution And Abundance Of Anthropogenic Marine Debris
Along The Shelf And Slope Of The Us West Coast. National Marine
Fisheries Service, USA. J Marine Pollution 51 (2008) 108–121.
Allison RA., Walker TA., Chiew FHS., O” Neill IC., McMahon TA., 2007. From
roads to rivers : Gross Pollutan Removal From Urban Waterways. J
Catchment Hydrology 17 (2007) ; 98-157.
Angela S., Monica F., Costa., 2008. Methods Applied In Studies Of Benthic
Marine Debris. Laboratory of Ecology and Management of Estuarine and
Coastal Ecosystems, Oceanography Department, Federal University of
Pernambuco Brazil. J Marine Pollution 56 (2008) 226–230.
Azwar A., 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Edisi ke-5. Mutiara
Sumber Widya. Jakarta.
Brown, SL., Cox R., Feunteun E., Thorin S., Lefeurvre JC., 2003. Overview of
the EUROSAM project and a Decision Support System. J Continental
Shelf Research 23 (2003);1617-1634.
Barnes 2005., In Proc. 11th Int. Bryozool. Assoc. Conf. Smithsonian Tropical
Res. Inst. Panama.
Carey M., Mary JD., Elizabeth F., Christopher S., Christine W., 2007. Factors
affecting marine debris deposition at French Frigate Shoals,
Northwestern Hawaiian Islands Marine National Monument, 1990–2006.
Marine Debris Program Honolulu-USA. J Marine Pollution 54 (2007)
1162–1169.
Chang YC., Hong MT., 2008. A system dynamic based DSS for sustainable coral
reef management in Kenting coastal zone, Taiwan. J Ecological
Modelling 211(2008);153-168.
Coe JM., Rogers DB., 1997. Marine debris: sources, impacts, and solutions.
University of Virginia- Springer. USA.
Dahuri, R., Rais J., Ginting SP., Sitepu Mj., 2004. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramitha.
Jakarta
Damar A., Setyobudiandi I., Sulistiono., Yulianda F., Kusmana C., Hariadi S.,
Sembiring A., Bahtiar., 2009. Sampling Dan Analisis Data Perikanan
Dan Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan-IPB. Bogor.
Dharma B., 1992. Siput dan kerang Indonesia, Jilid 1. PT. Sarana Graha,
University of California-USA.
Diana L., Watters MM., Yoklavich., Milton SL., Donna MS., 2010. Assessing
marine debris in deep seafloor habitats off California. Fisheries Ecology
Division, Southwest Fisheries Science Center, National Marine Fisheries
Service, USA. J Marine Pollution 60 (2010) 131–138.
DKPKP (Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Palu)., 2010. Data Jumlah
infrastruktur Kebersihan dan Pertaman Kota Palu (Laporan). Palu-
Sulawesi Tengah.
Effendi H., 2003. Telaah Kualitas Air-Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. Kanisius-Yogyakarta.
Husnah, 2006. Inventarisasi Jenis Dan Sumber Bahan Polutan Serta Parameter
Biologi Untuk Metode Penentuan Tingkat Degradasi Lingkungan Sungai
Musi. Laporan Tahunan Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset
Kelautan Perikanan Dan Perairan. Departemen Kelautan Dan Perikanan.
72
Jeff KJ., Liam M., Frances G., 2010. Fatal ingestion of floating net debris by two
sperm whales (Physeter macrocephalus). Humboldt State University,
Department of Biological Sciences, USA. J Marine Pollution xxx (2010)
xxx–xxx.
Jose DB., 2002. The Pollution Of The Marine Environment By Plastic Debris: A
Review. Ecology and Health Research Centre, Otago-New Zealand. J
Marine Pollution 44 (2002) 842–852.
Laurie JB., Matthew SK., Christopher FG., 2008. Incidence of marine debris and
its relationships with benthic featuresin Gray’s Reef National Marine
Sanctuary, Southeast USA. National Oceanic and Atmospheric
Administration, Center for Coastal Monitoring and Assessment, USA. J
Marine Pollution 56 (2008) 402–413.
Laws EA., 1993. Aquatic Pollution, An Introductary Text, Second edition. Inc.
USA.
Leandro B et al., 2001. Marine Debris and Human Impacts on Sea Turtles on
Southern Brazil. Universidade do Vale do Rio dos Sinos-Brazil. J Marine
Pollution 42 (2001) 1330-1334.
Nybakken JW., 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Odum EP., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ke III. T. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Oliver JD., Michael P., Mark AA., Russel B., 2007. Marine Debris Accumulation
in the Northwestern Hawaiian Islands: An examination of Rates and
Processes. J Marine Pollution 54 (2007) 423–433.
Palanisamy S., Neelamani S., Yu-Hwan A., Ligy P., Gi-Hoon H., 2007.
Assessment of the levels of coastal marine pollution of Chennai city,
Southern India. J Water Resour Manage (2007) 21:1187–1206.
Russell HB., 2005. Debris Nets In The San Gabriel River – Design And Physical
Modeling. Plastic Debris, USA. J Marine Pollution 82 (2005) 332–339.
73
Said EG., 1987. Sampah Masalah Kita Bersama. PT. Mediyatama Sarana
Perkasa. Jakarta-Indonesia.
Sheavly SB., Register KM., 2007. Marine Debris & Plastics: Environmental
Concerns, Sources, Impacts and Solutions. J Polym Environ (2007)
15:301–305.
Soeroto B., 1997. Konsepsi Dan Metoda Penelitian Sampah Maritim Dalam
Keterkaitannya Dengan Pendataan Jenis, Kuantitas, Dan Sumber
Penghasil Sampah Sulawesi Utara. Seminar Program Pantai Lestari.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan UNSRAT. Manado.
Tanaka M., Md.Sahidul I., 2009. Impacts Of Pollution On Coastal And Marine
Ecosystems Including Coastal And Marine Fisheries And Approach For
Management: A Review And Synthesis. Faculty of Fisheries Kyoto
University, Kyoto, Japan. J Marine Pollution 48 (2004) 624–649.
Wardoyo, 1995. Pengelolaan Kualitas Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor-
Indonesia.
Weber CI., 1973 Biological Field and Laboratory Methods For Meashuring the
Quality of Surface Waters and Effluents. U.S Env. Prot. Agency.
Welch EB., 1980. Ecological Effect of Waste Water. Cambrige University Press.
London : New York New Rochelle.
William GP., Churnside., Timothy S.. Veenstra., David GF., 2007. Marine debris
collects within the North Pacific Subtropical Convergene Zone. National
Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), USA. J Marine
Pollution 54 (2007) 1207–1211.
Wilhm JF., 1975. Biological Indicator Pollution. In B.A. Whitton (Ed.) River
Ecologi. Blackwell Scientific Publ. Oxford, England.
74
Agustus Oktober
Maret- Juli- Maret- April- Sept- Okt-
Bulan -
SMTR
Sidang Komisi I
Perbaikan
2
Observasi Tahap I
Kolokium
3
Perbaikan
Penelitian
Penulisan Tesis
Seminar
4
Perbaikan
Ujian Tesis
Perbaikan
75
Total 77 4677.2