Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Ida Bagus Made Juniartha dkk, Pengaruh Kepemimpinan Transfomasional ...

181

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP


ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) MELALUI
MEDIASI KEPERCAYAAN KEPADA ATASAN DAN KEPUASAN KERJA
(Studi pada Pegawai Tetap Balai Diklat Industri Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia)

Ida Bagus Made Juniartha1


I Made Wardana2
Made Surya Putra3
1
Balai Diklat Industri Denpasar
2,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana
email: madesuryaputra@gmail.com

Abstract: The Effect of Transformational Leadership on Organizational Citizenship Behavior (OCB)


with The Mediation of Followers’ Trust in Leader and Job Satisfaction. This study aims to analyze the
effect of transformational leadership on organizational citizenship behavior (OCB) with the mediation of
followers’ trust in leader and job satisfaction. The populations involved in this study are the permanent
employees of Industrial Training Centre of Ministry of Industry, which consisted of 175 employees. This
research sample is equal to population. Furthermore, this study used internet survey method in collecting
the data. A total 175 questionnaires were handed out with a total 148 valid questionnaires for a return rate
of 85%. Data are analyzed by using Partial Least square (PLS) with the support of SMARTPLS 2.0
software. The results showed that transformational leadership has no effect on OCB, transformational
leadership has a positive effect on follower’s trust in their leader and job satisfaction, follower’s trust in
their leader and job satisfaction has a positive effect on OCB. The findings indicate that the influence of
transformational leadership on OCB is indirect, mediated by the follower’s trust in their leader and job
satisfaction.

Keywords: transformational leadership, trust in leader, job satisfaction and organizational citizenship
behavior (OCB).

Abstrak: Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Organizational Citizenship Behavior


(OCB) dengan Mediasi Kepercayaan kepada Atasan dan Kepuasan Kerja. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap organizational citizenship
behavior (OCB) dengan mediasi kepercayaan kepada atasan dan kepuasan kerja. Populasi pada penelitian
ini adalah pegawai tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian yang berjumlah 175 orang.
Jumlah sampel penelitian ini sama dengan populasi. Lebih lanjut penelitian ini menggunakan metode
internet survey dalam pengumpulan data. Sebanyak 175 kuesioner disebarkan dan hanya 148 kuesioner
yang kembali atau sebesar 85%. Data dianalisis menggunakan Partial Least square (PLS) dengan
software SMARTPLS 2.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional tidak
berpengaruh terhadap OCB, kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kepercayaan
kepada atasan dan kepuasan kerja, kepercayaan kepada atasan dan kepuasan kerja berpengaruh positif
terhadap OCB. Hasil temuan mengindikasikan bahwa pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap
OCB adalah tidak langsung, dimediasi oleh kepercayaan pegawai kepada atasan dan kepuasan kerja.

Kata Kunci : kepemimpinAan transformasional, kepercayaan kepada atasan, kepuasan kerja dan organi-
zational citizenship behavior (OCB)

PENDAHULUAN Birokrasi 2010 – 2025. Balai Diklat Industri juga


melakukan reposisi yang ditandai dengan perubahan
Balai Diklat Industri mulai melakukan reformasi struktur organisasi, perubahan dan penambahan tugas
birokrasi sejak diberlakukannya Perpres No. 81 pokok dan fungsi serta perluasan area pelayanan.
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Organisasi harus mampu beradaptasi untuk menjaga
182 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 2, Agustus 2016

kelangsungan hidupnya dalam kondisi lingkungan et al. (2011) menyatakan bahwa semakin banyak
bisnis yang berubah dengan cepat dan merupakan organisasi merubah paradigma kepemimpinannya
dinamika organisasi sehari-hari (Bolognese, 2002). menjadi transformasional dari kepemimpinan
Organisasi seringkali perlu melakukan perubahan transaksional agar organisasi dapat mencapai
terhadap metode kerja, kebijakan dan prosedur untuk tujuannya. Pemimpin transformasional memperhatikan
dapat bertahan dalam persaingan (Seppälä et al., kebutuhan pengembangan diri para pengikutnya,
2012). Reformasi birokrasi dan reposisi Balai Diklat memandu bawahannya untuk melihat dan
Industri seperti yang dijelaskan sebelumnya memecahkan masalah dengan sudut pandang yang
merupakan langkah organisasi dalam rangka baru, serta mampu memotivasi pengikutnya untuk
membenahi diri menuju organisasi yang lebih efektif. mencapai tujuan-tujuan bersama dengan bekerja
Peran Organizational Citizenship Behavior lebih keras (Robbins dan Judge, 2013:382).
(OCB) dianggap vital dan sangat menentukan kinerja Bennis dan Nanus (1985), menyatakan bahwa
organisasi dalam reformasi birokrasi sebagaimana pemimpin efektif adalah orang yang mendapatkan
saat ini sedang dijalankan di berbagai instansi kepercayaan dari para pengikutnya. Yukl (1989)
pemerintahan termasuk di Balai Diklat Industri. menyatakan bahwa, salah satu alasan utama
Podsakoff et al. (2000) menyatakan bahwa OCB mengapa pengikut termotivasi oleh pemimpin
memiliki peranan penting bagi keefektifan organisasi, transformasional untuk tampil melampaui harapan
karena dengan OCB organisasi dapat beradaptasi adalah bahwa pengikut percaya dan menghormati
dengan baik terhadap lingkungan bisnis yang selalu pemimpinnya. Instansi pemerintah umumnya belum
berubah. Prihatsanti dan Dewi (2010) menyatakan memiliki kompetensi yang jelas pada suatu jabatan,
bahwa, organisasi dapat berubah menjadi lebih baik sehingga penunjukan seorang pejabat tidak
apabila anggota organisasi mampu menunjukkan didasarkan pada suatu kompetensi, melainkan
kerja sama tim. Kerja sama tim dapat ditampilkan berdasarkan daftar urut kepangkatan (DUK), begitu
oleh individu yang menampilkan perilaku extra-role pula yang terjadi di Balai Diklat Industri. Kondisi
yang disebut juga sebagai OCB, dengan demikian tersebut menyebabkan munculnya kemungkinan
sangat penting bagi organisasi untuk membentuk pejabat yang ditunjuk tidak memiliki latar belakang
OCB karyawan, karena tanpa OCB, organisasi pendidikan, pengalaman ataupun kemampuan yang
menjadi tidak maksimal dalam mencapai visi dan mendukung pekerjaan pada jabatan yang
misinya atau bahkan dapat menghambat didudukinya. Hal ter sebut mengakibatkan
perkembangan organisasi. kepercayaan bawahan terhadap atasan menjadi
Data evaluasi kinerja pegawai menunjukkan, rendah. Podsakoff et al., (1990) menyatakan,
terdapat pegawai yang memiliki rata-rata jam kerja kepercayaan kepada pemimpin adalah tingkat
kurang dari 7,5 jam per hari sebanyak 18% dan masih keyakinan dan loyalitas kepada pemimpin.
banyak pegawai yang memiliki rata-rata jam masuk Mohammad et al. (2011) mengkaji penelitian
kerja kurang dari 7.30 sebanyak 32% (Ropeg, 2014). empiris yang menyatakan kepuasan karyawan
Data tersebut menunjukkan masih adanya sikap tidak merupakan faktor penting yang mempengaruhi OCB.
disiplin dan kooperatif pegawai terhadap peraturan Podsakoff et al. (1990) menyatakan bahwa hampir
organisasi, dimana sikap disiplin dan kooperatif semua penelitian kepemimpinan transformasional
merupakan indikasi terciptanya OCB yang mewakili mendalilkan bahwa pemimpin transformasional
dimensi conscientiousnes yakni dengan indikatornya meningkatkan kepuasan pengikut, sehingga kepuasan
adalah efisiensi penggunaan waktu dan melebihi muncul sebagai mediator potensi dampak perilaku
prasyarat minimum (Ahmed et al., 2012). Fenomena- pemimpin transformasional terhadap OCB pengikut.
fenomena tersebut menunjukkan rendahnya tingkat Pengikut dari atasan yang transformasional
OCB di Balai Diklat Industri, oleh karena itu perlu memiliki rasa hormat, kesetiaan, kepercayaan dan
kiranya dicari akar permasalahan penyebab kekaguman terhadap atasan dan termotivasi untuk
rendahnya tingkat OCB di Balai Diklat Industri. melakukan OCB (Lian dan Tui, 2012). Pengaruh
Organ et al. (2006:8) menyatakan OCB kepemimpinan transformasional terhadap OCB
merupakan perilaku individual yang tidak diatur dalam dimediasi oleh kepercayaan terhadap atasan pengikut
organisasi dan tidak secara langsung dihargai melalui (Podsakoff et al., 1990). Gaya kepemimpinan
sistem penggajian formal namun sangat berpengaruh transformasional memiliki pengaruh positif dan
pada efisiensi dan efektifitas organisasi. Keefektifan signifikan terhadap kepuasan karyawan (Voon et al.,
peran seorang pemimpin sangatlah diperlukan agar 2011). Menurut Robbins dan Judge (2013:84),
OCB para pegawai ditunjukkan dengan baik. Ismail kepuasan karyawan merupakan faktor utama untuk
Ida Bagus Made Juniartha dkk, Pengaruh Kepemimpinan Transfomasional ... 183

memunculkan OCB karyawan. Berdasarkan uraian 4) Individualized Consideration adalah pemimpin


sebelumnya, penelitian ini membahas pengaruh dengan perilaku yang melihat bawahan sebagai
kepemimpinan transformasional terhadap OCB yang individu dengan kemampuan, aspirasi dan
merupakan pengaruh langsung, dengan mediasi kebutuhan yang berbeda-beda.
kepercayaan kepada pemimpin dan kepuasan kerja. Gaya kepemimpinan transformasional pada
Subjek penelitian adalah pegawai tetap pada Balai penelitian ini diukur dengan menggunakan Multi-
Diklat Industri Kementerian Perindustrian Republik leadership Questionnaire (MLQ) dari Bass dan
Indonesia (RI). Avolio (1995).

KAJIAN PUSTAKA Kepercayaan Terhadap Atasan


Kepemimpinan Transformasional Kepercayaan kepada atasan/pemimpin adalah
Robbins dan Judge (2013:382) mendefinisikan tingkat keyakinan dan loyalitas kepada pemimpin
pemimpin transformasional sebagai pemimpin yang (Podsakoff et al., 1990). Mahdi (2008:160)
mampu menginspirasi bawahannya untuk menyatakan, kepercayaan terhadap atasan adalah
mengutamakan kepentingan organisasi dan memiliki sikap tidak ragu-ragu dari seseorang karyawan
pengaruh besar bagi bawahannya. Pemimpin kepada atasannya atas kebijakan yang dilakukan
transformasional memperhatikan kebutuhan atasan tersebut. Robbins dan Judge (2013:388)
pengembangan diri bawahannya, memandu menyatakan, kepercayaan adalah atribut utama yang
bawahannya untuk melihat dan memecahkan terkait dengan kepemimpinan, mengabaikan hal
masalah dengan sudut pandang baru, serta dapat tersebut dapat menyebabkan efek samping yang
memotivasi bawahannya mencapai tujuan-tujuan serius pada kinerja kelompok.
bersama dengan kerja keras. Menurut Robbins dan Adams et al. (2008) mengukur kepercayaan
Judge (2013:382) kepemimpinan transformasional terhadap atasan dengan menggunakan 4 faktor antara
terdiri dari 4(empat) komponen, yaitu: lain:
1) Idealized Influence atau disebut juga pemimpin 1) Kompetensi (Competence), sejauh mana orang
yang kharismatik adalah perilaku pemimpin yang tersebut menunjukkan keterampilan, kompetensi
mampu menyampaikan visi dan misi, dan karakteristik yang memungkinkan mereka
menumbuhkan kebanggaan, respek dan untuk memiliki pengaruh.
kepercayaan bawahan. Idealized Influence 2) Integritas (Integrity), sejauh mana orang
dibedakan menjadi attributed idealized tersebut dipandang terhormat dan kata-kata
influence dan behavioural idealized influence mereka sesuai tindakan.
(Bass dan Avolio, 1995). Idealized Influence 3) Kebajikan (Benevolence), sejauh mana orang
Attributes mengacu pada persepsi pengikut tersebut dipandang benar-benar peduli dan
mengenai karakteristik seorang pemimpin yang prihatin.
menggambarkan seorang pemimpin merupakan 4) Prediktabilitas (Predictability), sejauh mana
panutan teladan, dikagumi dan dihormati oleh perilaku seseorang konsisten
pengikutnya, sedangkan Idealized Influence
Behaviours mengacu pada persepsi pengikut Kepuasan Kerja
terhadap perilaku yang tampak dari para Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan
pemimpin yang menggambarkan seorang positif mengenai pekerjaan yang merupakan hasil
pemimpin yang dapat dipercaya dan memiliki dari sebuah evaluasi karakteristiknya (Robbins dan
standar moral dan etika yang tinggi (Bass & Judge, 2013:74). Kepuasan kerja terbagi dalam dua
Avolio, 1995) dimensi, dimensi intrinsik dan dimensi ekstrinsik
2) Inspirational Motivation adalah perilaku (Weiss et al., 1967).
pemimpin yang dapat menyampaikan tujuan dan Spector (1997:15) mengatakan bahwa kepuasan
visi bersama melalui simbol-simbol sehingga kerja intrinsik mencerminkan tugas pekerjaan itu
bawahan fokus dan terinspirasi untuk mencapai sendiri dan bagaimana orang-orang merasakan
tujuan demi kemajuan organisasi. pekerjaan yang mereka lakukan. Weiss et al. (1967)
3) Intellectual Stimulation adalah pemimpin berpendapat bahwa kepuasan kerja intrinsik meliputi
dengan perilaku yang mampu meningkatkan proses kerja itu sendiri. Weiss et al. (1967) membagi
kemampuan bawahan dalam hal inovasi, dimensi kepuasan kerja intrinsik ke dalam beberapa
kecerdasan, rasionalitas kreativitas dan faktor sebagai berikut: ability, activity, achievement,
pemecahan masalah. authority independence, responsibility, social
184 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 2, Agustus 2016

status, security, variety, moral values, social sosial (social exchange theory) menyatakan bahwa
service, creativity dan utilization. ketika sesorang merasa puas pada pekerjaannya,
Spector (1997:15) mendefinisikan kepuasan mereka akan membalasnya. Pembalasan tersebut
kerja ekstrinsik sebagai aspek kerja yang tidak bisa berupa perasaan memiliki (sense of belonging)
berhubungan langsung atau sedikit berhubungan yang kuat terhadap tempatnya bekerja dan
dengan melakukan tugas pekerjaan. Weiss et al. memunculkan perilaku seperti OCB. Konovsky dan
(1967) menyatakan bahwa kepuasan kerja ekstrinsik Pugh (1994) juga menyatakan bahwa kepercayaan
memperhatikan aspek-aspek kerja yang berhubungan menjadi salah satu komponen kunci dalam pertukaran
dengan ruang lingkup pekerjaan tetapi tidak termasuk sosial. Para peneliti telah membahas fakta bahwa
dalam proses kerja itu sendiri, seperti kepuasan kepemimpinan transformasional menciptakan
terhadap gaji, kepuasan terhadap pengawasan. Weiss perasaan positif dan motivasi tinggi di antara
et al. (1967) membagi dimensi kepuasan kerja karyawan (Bass dan Avolio , 1995)
ekstrinsik ke dalam beberapa faktor sebagai berikut Bennis dan Nanus (1985), menyatakan bahwa
: advancement, compensation, company policies pemimpin yang efektif adalah orang yang
and practices, supervision-human relations, mendapatkan kepercayaan dari para pengikutnya.
supervision-technical, recognition, co-workers Salah satu alasan utama mengapa pengikut
dan working conditions. termotivasi oleh pemimpin transformasional untuk
tampil melampaui harapan adalah bahwa pengikut
Organizational Citizenship Behavior (OCB) percaya dan menghormati pemimpinnya (Yukl, 1989).
Robbins dan Judge (2013:27) serta Organ et al. Mohammad et al. (2011) telah mengkaji penelitian
(2006:8) mendefinisikan OCB sebagai perilaku pilihan empiris yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja
secara suka rela dan bukan merupakan bagian dari karyawan merupakan faktor penentu penting dari
pekerjaan formal, tidak secara langsung dihargai perilaku ekstra peran (OCB). Podsakof et al. (1990)
melalui sistem penggajian formal namun sangat menyatakan bahwa hampir semua model
berpengaruh pada efisiensi dan efektifitas organisasi. kepemimpinan transformasional mendalilkan bahwa
Ahmed et al. (2012) membagi OCB menjadi 5 (lima) pemimpin transformasional meningkatkan sikap kerja
komponen, yaitu: dan kepuasan pengikut.
1) Altruism adalah perilaku seseorang yang Penelitian ini membandingkan peran mediasi
memiliki inisiatif tinggi untuk memberikan kepercayaan kepada atasan dan kepuasan kerja
bantuan dan pertolongan pada rekan kerjanya dalam hubungannya antara kepemimpinan
tanpa diminta. transformasional dan OCB. Hubungan antara
2) Courtesy adalah perilaku seseorang yang kepercayaan kepada atasan dan kepuasan kerja tidak
menghindari konflik antar anggota organisasi. dibahas pada penelitian ini, karena keduanya
3) Sportsmanship adalah kerelaan individu merupakan satu kelompok sikap yang secara sendiri
menerima ketetapan organisasi walaupun dalam atau bersamaan mampu mempengaruhi perilaku
kondisi tidak wajar. OCB.
4) Conscientiousness adalah pengabdian pada Berdasarkan latar belakang masalah, dan
pekerjaan yang sangat tinggi dan melebihi landasan teori sebelumnya, maka dapat digambarkan
standar pencapaian. model kerangka konseptual penelitian seperti Gambar 1.
5) Civic Virtue adalah perilaku individu yang selalu
berusaha ter libat dalam setiap aktivitas Hubungan Kepemimpinan Transformasional
organisasi. dengan OCB
Gaya kepemimpinan transformasional memiliki
Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian hubungan yang positif dan signifikan terhadap OCB
OCB dapat dikaitkan dengan teori pertukaran (Lian dan Tui, 2012). Jha (2014) menemukan bahwa
sosial (social exchange theory) ( Blau, 1964 dalam pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB
Jha, 2014). Teori ini menunjukkan bahwa perilaku adalah positif dan signifikan. Penelitian yang
OCB akan muncul ketika seorang karyawan dilakukan oleh Andrew dan Zares (2015) pada
mengalami perasaan positif dan afinitas terhadap karyawan sektor publik di Guadalajara, Mexico
organisasi, dengan demikian individu termotivasi untuk menemukan bahwa persepsi karyawan terhadap
menanggapi permintaan organisasi. Konovsky dan kepemimpinan transformasional berpengaruh positif
Pugh (1994) melalui pendekatan teori pertukaran terhadap OCB.
Ida Bagus Made Juniartha dkk, Pengaruh Kepemimpinan Transfomasional ... 185

Kepercayaan
terhadap atasan

Kepemimpinan
OCB
transformasional

Kepuasan kerja

Gambar 1
Kerangka Konseptual

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan mengacu karyawan daripada kepemimpinan transaksional pada
pada beberapa penelitian diatas sebagai berikut: sektor publik di Malaysia.
H1 : kepemimpinan transformasional mempunyai Hipotesis penelitian dapat dirumuskan mengacu
pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. pada beberapa penelitian diatas sebagai berikut:
H3: kepemimpinan transformasional mempunyai
Hubungan Kepemimpinan Transformasional pengaruh positif dan signifikan terhadap
dengan Kepercayaan terhadap Atasan kepuasan kerja.
Podsakof et al. (1990) menemukan bahwa
pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB Hubungan Kepercayaan terhadap Atasan
adalah tidak langsung, dimediasi oleh kepercayaan dengan OCB
terhadap atasan pengikut. Kepercayaan ditemukan Penelitian Ratnawati dan Amri (2013) yang
memediasi penuh hubungan antara perilaku bertujuan untuk mengetahui pengaruh keadilan
kepemimpinan transformasional dan OCB, kinerja organisasional dan kepercayaan pada atasan
dan komitmen afektif (Goodwin et al., 2011). terhadap OCB dikalangan pegawai negeri sipil
Gillespie dan Mann (2004) menemukan bahwa praktik Kodam Iskandar Muda Banda Aceh menunjukkan
kepemimpinan transformasional memiliki hubungan bahwa keadilan organisasional dan kepercayaan pada
positif dengan kepercayaan anggota tim terhadap atasan berpengaruh positif terhadap organizational
pemimpinnya. Penelitian yang dilakukan oleh citizenship behavior (OCB) pegawai. Aryee et al.
Wuryanti (2015) pada beberapa instansi pemerintah (2002) menemukan bahwa kepercayaan kepada
di kabupaten Konawe Selatan, provinsi Sulawesi supervisor memediasi penuh hubungan antara
Tenggara menemukan bahwa kepemimpinan keadilan interaksional dengan kinerja tugas, OCB
transformasional berpengaruh positif terhadap individu dan OCB organisasi. Konovsky dan Pugh
kepercayaan kepada pimpinan. Hipotesis penelitian (1994) menemukan bahwa kepercayaan kepada
dapat dirumuskan mengacu pada beberapa penelitian supervisor memediasi hubungan antara prosedural
diatas sebagai berikut: justice dan OCB. Hipotesis penelitian dapat
H2: kepemimpinan transformasional mempunyai dirumuskan mengacu pada beberapa penelitian diatas
pengaruh positif dan signifikan terhadap sebagai berikut:
kepercayaan kepada atasan. H4: kepercayaan terhadap atasan mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB.
Hubungan Kepemimpinan Transformasional
dengan Kepuasan Kerja Hubungan Kepuasan Kerja dengan OCB
Gaya kepemimpinan transformasional Krishnan et al. (2009), menemukan bahwa
berhubungan positif dan signifikan terhadap kepuasan kepuasan kerja ekstrinsik dan intrinsik mempunyai
kerja karyawan (Zahari dan Shurbagi, 2012; pengaruh positif signifikan pada OCB pegawai di
Yaghoubipoor et al., 2013). Voon et al. (2011) lembaga pendidikan tinggi publik Malaysia.
menemukan bahwa, kepemimpinan transformasional Kepuasan kerja ekstrinsik dan intrinsik memiliki
lebih penting dalam hal meningkatkan kepuasan kerja hubungan positif signifikan dengan OCB-O tetapi
186 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 2, Agustus 2016

tidak signifikan dengan OCB-I (Mohammad et al., Penelitian dilakukan pada Balai Diklat Industri
2011). Penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
Suyono (2013) pada pegawai pemerintah di Sragen Subjek penelitian adalah pegawai tetap Balai Diklat
menemukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh Industri yang tersebar pada tujuh kantor Balai Diklat
positif terhadap OCB. Hipotesis penelitian dapat Industri di Indonesia. Substansi penelitian berkaitan
dirumuskan mengacu pada beberapa penelitian diatas dengan OCB, kepemimpinan transformasional,
sebagai berikut: kepercayaan terhadap atasan dan kepuasan kerja.
H5: kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap OCB. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri atas variabel eksogen,
Kepercayaan Kepada Atasan Sebagai Mediator yaitu kepemimpinan transformasional (X 1 ) dan
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional variabel eksogen meliputi, kepercayaan terhadap
Terhadap OCB. atasan (Y1 ), kepuasan kerja (Y2) dan OCB (Y3).
Podsakof et al. (1990) menemukan bahwa Variabel-variabel tersebut merupakan variable
pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB unobserve atau variabel laten atau konstruk
adalah tidak langsung, dimediasi oleh kepercayaan multidimensional yang terdiri dari beberapa dimensi.
terhadap atasan pengikut. Hal yang sama juga Tiap-tiap dimensi terdiri atas beberapa indikator
dinyatakan oleh Goodwin et al. (2011) bahwa sebagai variabel terobservasi.
kepercayaan ditemukan memediasi penuh hubungan
antara perilaku kepemimpinan transformasional dan Definisi Operasional Variabel
OCB, kinerja dan komitmen afektif. Penelitian yang Kepemimpinan transfor masional (X 1 ),
dilakukan oleh Lin dan Hsiao (2014) pada perawat merupakan perilaku pemimpin yang mampu
di Taiwan menemukan bahwa kepemimpinan memunculkan rasa bangga dan kepercayaan
transformasional berpengaruh signifikan terhadap bawahan, menginspirasi dan memotivasi bawahan,
kepercayaan pengikut dan kepercayaan pengikut merangsang kreativitas dan inovasi bawahan,
berpengaruh signifikan terhadap OCB. Hipotesis memperlakukan setiap bawahan secara individual
penelitian dapat dirumuskan mengacu pada beberapa serta selalu melatih dan memberi pengarahan kepada
penelitian diatas sebagai berikut: bawahan (Robbins dan Judge, 2013:382, Bass, 1985).
H6: kepercayaan kepada atasan menjadi mediator Variabel kepemimpinan transformasional diukur
pengaruh kepemimpinan transformasional dengan menggunakan dimensi sebagai berikut:
terhadap OCB Attributed idealized influence (X 1.1 ) yaitu
karakteristik seorang pemimpin yang merupakan
Kepuasan Kerja Sebagai Mediator Pengaruh panutan teladan, dikagumi dan dihormati oleh
Kepemimpinan Transformasional Terhadap OCB. pengikutnya, Behavioural Idealized Influence
Podsakof et al. (1990) menemukan bahwa, (X1.2) yaitu perilaku seorang pemimpin yang dapat
pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB dipercaya dan memiliki standar moral dan etika yang
adalah tidak langsung, dimediasi oleh kepuasan kerja. tinggi, Inspirational Motivation (X1.3) yaitu perilaku
Nguni et al. (2006) menemukan bahwa, kepuasan pemimpin yang mampu mengkomunikasikan harapan
kerja tampaknya menjadi mediator dari pengaruh yang tinggi secara jelas dan menarik, membangkitkan
kepemimpinan transformasional pada komitmen semangat kerja, serta menginspirasi bawahan untuk
organisasi dan OCB. Hipotesis penelitian dapat selalu antusias dan optimis dalam mencapai tujuan-
dirumuskan mengacu pada beberapa penelitian diatas tujuan organisasi. Intellectual Stimulation (X1.4 )
sebagai berikut: yaitu perilaku pemimpin yang mampu merangsang
H7: kepuasan kerja menjadi mediator pengaruh kreativitas dan inovasi bawahan, menghargai ide-ide
kepemimpinan transformasional terhadap OCB. bawahan, dan mengar ahkan bawahan untuk
memecahkan masalah secara cer mat.
METODE PENELITIAN Individualized Consideration (X1.5) yaitu perilaku
Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian pemimpin yang member ikan perhatian pada
Penelitian penjelasan (explanatory research) kebutuhan bawahan, menghargai perbedaan
bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara individual serta melatih dan memberi pengarahan
variabel kepemimpinan transformasional, kepada bawahan.
kepercayaan kepada atasan, kepuasan kerja dan Kepercayaan terhadap Atasan (Y 1 ) adalah
OCB melalui pengujian hipotesis tingkat loyalitas dan keyakinan pegawai kepada
Ida Bagus Made Juniartha dkk, Pengaruh Kepemimpinan Transfomasional ... 187

atasannya bahwa bawahan dapat mengandalkan Industri dari Biro Kepegawaian Kementerian
tindakan atasannya dan atasan memiliki niat baik Perindustrian RI, dan data dari kuesioner. Data
terhadap bawahannya (Podsakoff et al., 1990). kualitatif dalam penelitian ini meliputi gambaran
Variabel kepercayaan terhadap atasan diukur dengan umum organisasi, karakteristik responden yang
menggunakan dimensi sebagai berikut (Adams et al., meliputi nama, jenis kelamin, usia, masa kerja, dan
2008): Kompetensi (Competence) (Y1.1) yaitu sejauh tingkat pendidikan.
mana orang tersebut menunjukkan keterampilan, Data primer penelitian ini diperoleh melalui
kompetensi dan karakteristik yang memungkinkan penyebaran kuesioner kepada responden. Data
mereka untuk memiliki pengaruh, Integritas sekunder dalam penelitian ini adalah data berupa
(Integrity) (Y1.2) yaitu sejauh mana orang tersebut gambaran organisasi secara umum, data jumlah
dipandang terhormat dan kata-kata mereka sesuai karyawan Balai Diklat Industri dan data evaluasi
tindakan, Kebajikan (Benevolence) (Y1.3 ) yaitu kinerja pegawai Balai Diklat Industri dari Biro
sejauh mana orang tersebut dipandang benar-benar Kepegawaian Kementerian Perindustrian RI.
peduli dan prihatin. Prediktabilitas (Predictability) Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
(Y1.4) yaitu sejauh mana perilaku seseorang konsisten. internet survey. Peneliti mengirim alamat (link
Kepuasan Kerja (Y2) adalah penilaian pegawai website) kuesioner dengan menggunakan email
terhadap aspek-aspek yang terdapat pada lingkungan kepada setiap responden yang ada di 7 satuan kerja
pekerjaannya yang dapat menimbulkan perasaan Balai Diklat Industri di beberapa kota besar di
menyenangkan dilihat berdasarkan dimensi: intrinsik Indonesia.
dan ekstrinsik (Weiss et al., 1967). Kepuasan intrinsik
(Y2.1), yaitu kepuasan kerja yang mencerminkan Populasi dan Sampel
tugas pekerjaan itu sendiri dan bagaimana orang- Populasi penelitian adalah pegawai tetap
orang merasakan pekerjaan yang mereka lakukan. Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian di 7
Kepuasan ekstrinsik (Y2.2), yaitu kepuasan kerja yang (tujuh) kota di Indonesia dengan jumlah 175 orang
tidak berhubungan langsung atau sedikit berhubungan pegawai. Jumlah populasi hanya 175 orang dan
dengan proses kerja itu sendiri. dalam pengumpulan data peneliti menggunakan
1) Organizational Citizenship Behavior (OCB) kuesioner yang disebarkan secara online (internet
(Y3) adalah perilaku yang dimunculkan oleh survey), sehingga populasi sejumlah itu masih
seseorang secara sukarela dan perilaku tersebut memungkinkan diambil seluruhnya menjadi anggota
tidak diwajibkan dalam pekerjaan formal seorang sampel (sensus).
karyawan, tidak secara langsung dan eksplisit
mendapat penghargaan dari sistem imbalan Instrumen Penelitian
formal tetapi mendukung efisiensi dan efektifitas Instrumen penelitian menggunakan
organisasi (Organ et al., 2006:8). Variabel OCB kuesioner yang dikirim melalui intranet. Skala Likert
terdiri dari 5 (lima) dimensi sebagai berikut: 5 titik digunakan sebagai skala pengukuran dengan
Altruism (Y3.1), yaitu perilaku seseorang yang variasi skor: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju,
memiliki inisiatif tinggi untuk memberikan bantuan (3) netral, (4) setuju dan (5) sangat setuju. Peneliti
dan pertolongan pada rekan kerjanya tanpa melakukan uji coba terhadap 30 responden sebelum
diminta, Courtesy (Y3.2), yaitu perilaku individu membuat kuesioner final dan dilakukan uji validitas
yang menghindari konflik antar anggota dan reliabilitas. Uji validitas instrumen dilakukan
organisasi, Sportsmanship (Y3.3), yaitu kerelaan dengan memerikasa product momment correlation
individu menerima ketetapan organisasi dengan cut off e” 0,30 (Hair et al., 2010).
walaupun dalam kondisi tidak wajar, Reliabilitas mengacu pada nilai croanbach’s alpha
Conscientiousness (Y3.4 ), yaitu pengabdian dengan cut off e” 0,60.
pada pekerjaan yang sangat tinggi dan melebihi
standar pencapaian, Civic virtue (Y3.5), yaitu Metode Analisis Data
perilaku individu yang selalu berusaha terlibat Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dalam setiap aktivitas organisasi. dan didukung dengan analisis deskriptif. Teknik analisi
yang digunakan pada penelitian ini adalah Partial
METODE PENELITIAN Least Square (PLS). Uji Sobel (sobel test) dan efek
Jenis data dalam penelitian ini adalah data mediasi juga digunakan dalam penelitian ini untuk
kuantitatif meliputi jumlah karyawan Balai Diklat menguji variabel mediasi (intervening).
Industri, data evaluasi kinerja pegawai Balai Diklat
188 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 2, Agustus 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN diberikan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Karakteristik Responden Industri Kementerian Perindustrian Jakarta, selain
Sebanyak 175 responden yang diundang hanya itu persyaratan rekrutmen untuk pegawai baru hampir
148 atau sebesar 85 % responden yang bersedia semua berpendidikan S1 dan S2. Mayoritas
mengisi kuesioner. Analisis karakteristik responden responden memiliki masa kerja antara 6 tahun sampai
dilihat dari jenis kelamin, umur, masa kerja dan tingkat dengan 10 tahun, yaitu sebesar 36%. Selebihnya,
pendidikan terakhir responden. Berdasarkan jenis memiliki masa kerja kurang atau sama dengan 5
kelamin responden kebanyakan berjenis kelamin laki- tahun sebesar 28%, diatas 21 tahun sebesar 20% ,
laki sebanyak 68%, sedangkan sisanya perempuan antara 11 sampai dengan 15 tahun sebesar 11% dan
sebesar 32 %. Responden dengan usia kurang atau dengan masa kerja antara 16 sampai dengan 20
sama dengan 30 tahun sebesar 33%, responden tahun sebesar 5%. Pegawai yang memiliki masa
dengan usia antara 31 tahun sampai dengan 40 tahun kerja kurang atau sama denga 5 tahun tergolong
sebesar 36%, responden usia 41 tahun keatas cukup tinggi kondisi ini menggambarkan karyawan
sebesar 30%. Tingkat pendidikan responden, yang ada di Balai Diklat Industri tergolong masih
sebagian besar pendidikan terakhirnya adalah belum memiliki pengalaman kerja dan perlu dilakukan
setingkat S1, yaitu sebesar 59%, 22 % berpendidikan peningkatan keterampilan kerjanya.
S2, 16% berpendidikan setingkat SMA dan 3%
berpendidikan D3. Mayoritas pegawai sudah Hasil Analisis Data
berpendidikan setingkat S1 maupun S2, hal ini sangat Analisis data PLS digunakan pada penelitian ini
dipengaruhi oleh kemudahan akses pegawai untuk dan diperoleh model empirik penelitian seperti
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi Gambar 2.
yaitu S1 dan S2 melalui program beasiswa yang

Gambar 2
Model Struktural Penelitian (Inner Model)

PLS secara garis besar melalui 2 (dua) tahapan konstruk, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas
antara lain: evaluasi model pengukuran dan evaluasi dilakukan untuk melihat nilai reliabilitas blok-blok
model struktural. indikator konstruk dengan composite reliability.
Hasil Model Pengukuran (Outer Model) Konstruk pada penelitian ini terdiri dari 4 (empat)
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk konstruk multidimensional yang bersifat reflektif
mengevaluasi model pengukuran. Uji validitas yang antara lain: kepemimpinan transformasional,
dilakukan adalah convergent validity dan kepercayaan terhadap atasan, kepuasan kerja dan
discriminant validity terhadap indikator-indikator OCB. Proses dan tahapan pengujian konstruk
Ida Bagus Made Juniartha dkk, Pengaruh Kepemimpinan Transfomasional ... 189

multidimensional yang bersifat reflektif dalam PLS merupakan nilai korelasi tertinggi pada variabel
sama dengan konstruk unidimensional, hanya saja latennya antara lain: indikator pada dimensi
pada tahap menggambar model penelitian, seluruh kepuasan kerja ekstrinsik (KK_E16, KK_E18
indikator yang ada di dimensi konstruk ditarik dan KK_E20), indikator pada dimensi kepuasan
semuanya ke konstruk higher order. Jika pada kerja intrinsik (KK_I1, KK_I2 dan KK_I6),
pengujian validitas konvergen dan diskriminan (proses indikator pada dimensi individualized
algoritma) terdapat indikator di salah satu konstruk consideration konstruk kepemimpinan
(apakah indikator yang di higher order atau yang transformasional (KT_IC17), indikator pada
ada di dimensi konstruk) harus dibuang karena skor dimensi conscientiousness konstruk OCB
loadingnya rendah, maka indikator tersebut harus (OCB_CN15 dan OCB_CN21), indikator pada
dibuang di kedua jenjang (di higher order dan di dimensi benevolence konstruk kepercayaan
dimensi konstruk) kepada atasan (T_B11), indikator pada dimensi
(1) Convergent Validity competence konstruk kepercayaan kepada
Hasil pengujian Convergent Validity atasan (T_C5) dan indikator pada dimensi
menunjukkan bahwa terdapat 2(dua) indikator predictability konstruk kepercayaan kepada
yang memiliki nilai outer loading kurang dari atasan (T_P17). Hasil tersebut menunjukkan
0.5 dan nilai T-Statistic kurang dari 1.96 yaitu bahwa model pengukuran belum memenuhi
indikator pada dimensi kepuasan kerja ekstrinsik persyaratan validitas diskriminan, oleh karena
(KK_E19) dan indikator pada dimensi itu selanjutnya dilakukan pengujian ulang tanpa
predictability untuk variabel kepercayaan mengikutkan indikator-indikator tersebut. Hasil
terhadap atasan (T_P16). Selanjutnya model pengujian ulang menunjukkan masih terdapat 1
dilakukan pengujian ulang tanpa mengikutkan (satu) indikator yang memiliki nilai korelasi lebih
2 (dua) indikator tersebut. Hasil pengujian ulang rendah dari nilai korelasi indikator lain pada
menunjukkan bahwa semua indikator sudah variabel latennya, yaitu indikator pada dimensi
memiliki nilai loading lebih besar dari 0,5 dan kepuasan kerja intrinsik (KK_I12), selanjutnya
atau nilai T-Statistic lebih besar dari 1,96. dilakukan pengujian lagi tanpa mengikutkan
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan indikator tersebut. Hasil pengujian kali ini
bahwa pengujian model pengukuran memenuhi menunjukkan bahwa semua indikator sudah
validitas konvergen memiliki nilai korelasi tertinggi pada variabel
(2) Discriminant Validity latennya masing-masing. Berdasarkan hasil
Discriminant validity dilakukan dengan analisis dapat dikatakan bahwa discriminant
melihat skor cross loading. Discriminant validity terpenuhi.
validity terpenuhi apabila skor loading masing- (3) Composite Reliability
masing indikator dalam satu konstruk Composite reliability diterima, apabila lebih
mengumpul pada konstruk yang dimaksud. Hasil besar dari 0,70. Hasil uji composite reliability
pengujian discriminant validity menunjukkan ditampilkan pada Tabel 1.
bahwa terdapat beberapa indikator yang bukan

Tabel 1
Hasil Uji Composite Reliability
Variabel Composite Reliability
Kepemimpinan Transformasional 0.9417
Kepercayaan kepada Atasan 0.9531
Kepuasan Kerja 0.904
OCB 0.9373

Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai composite Hasil Model Struktural (Inner Model)
reliability ke empat variabel yang membentuk model Nilai Q2 predictive-relevance (Q2) digunakan
penelitian semuanya diatas 0,70. Hal ini berarti bahwa untuk melihat Goodness of Fit (GoF) model
semua indikator refleksif yang membentuk model struktural (inner model). Nilai Q2 dapat dihitung dari
penelitian adalah reliabel. nilai-nilai R2 variabel endogen yang digunakan dalam
penelitian yang ditampilkan pada Tabel 2.
190 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 2, Agustus 2016

Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai composite Hasil Model Struktural (Inner Model)
reliability ke empat variabel yang membentuk model Nilai Q2 predictive-relevance (Q2) digunakan
penelitian semuanya diatas 0,70. Hal ini berarti bahwa untuk melihat Goodness of Fit (GoF) model
semua indikator refleksif yang membentuk model struktural (inner model). Nilai Q2 dapat dihitung dari
penelitian adalah reliabel. nilai-nilai R2 variabel endogen yang digunakan dalam
penelitian yang ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2
2
R Variabel Endogen
Variabel R Square
Kepemimpinan Transformasional
Kepercayaan kepada Atasan 0.7162
Kepuasan Kerja 0.5196
OCB 0.6421

Nilai Q2 predictive-relevance diperoleh dengan memiliki arti bahwa 95,12% variasi pada variabel
rumus: OCB dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan
Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R22 ) ( 1 – R32 ) transformasional, kepercayaan terhadap atasan dan
Q2 = 1 – (1 – 0,7162) (1 – 0,5196) (1 – 0,6421) kepuasan kerja dan 4,88 % dijelaskan oleh variabel
Q2 = 1 – (0,2838) (0,4804) (0,3579) ’! Q2 = 1 – lain di luar model penelitian.
0,0488’! Q2 = 0,9512
Hasil perhitungan memperlihatkan nilai Hasil Pengujian Hipotesis
predictive-relevance sebesar 0,9512. Hasil tersebut Hasil pengujian hipotesis ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis
Original Sample T
Hubungan antar variabel Keterangan
Sample Mean Statistics
Kepemimpinan transformasional -> OCB 0.6897 0.6999 11.8925 Signifikan
(tanpa melibatkan variabel mediasi)
Kepemimpinan transformasional -> OCB 0.0545 0.0778 0.3433 Tidak Signifikan
Kepemimpinan Transformasional -> 0.8463 0.8434 30.6245 Signifikan
Kepercayaan kepada atasan
Kepemimpinan transformasional -> Kepuasan 0.7209 0.7168 15.6901 Signifikan
kerja
Kepercayaan kepada atasan -> OCB 0.3821 0.3675 3.3018 Signifikan
Kepuasan kerja-> OCB 0.4336 0.4233 4.2511 Signifikan

Hasil pengujian hipotesis pada Tabel 3 kepercayaan terhadap atasan berpengaruh positif
menunjukkan bahwa hipotesis H1: kepemimpinan terhadap OCB dapat diterima dan hipotesis H5:
transformasional berpengaruh positif terhadap OCB kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap OCB
tidak dapat diterima (ditolak), hipotesis H2: dapat diterima.
kepemimpinan transformasional berpengaruh positif Pengujian variabel mediasi dianalisis dengan Uji
terhadap kepercayaan terhadap atasan dapat Sobel (Sobel test). Variabel mediasi pada penelitian
diterima, hipotesis H3: kepemimpinan ini adalah variabel kepercayaan terhadap atasan dan
transformasional berpengaruh positif terhadap variabel kepuasan kerja. Hasil uji sobel ditunjukkan
kepuasan kerja dapat diterima, hipotesis H4: pada Tabel 4 berikut :
Ida Bagus Made Juniartha dkk, Pengaruh Kepemimpinan Transfomasional ... 191

Tabel 4
Hasil Uji Sobel
T-
Variabel
ab b2Sa2 a2Sb2 Sa2Sb2 Sab Statis Ket
Mediasi
tic
Kepercayaan
0.4561632 0.000242826 0.010118227 0.000011808 0.101847244 4.479 signifikan
kepada atasan
Kepuasan
0.3713662 0.000567207 0.005754454 0.000023667 0.079657566 4.662 signifikan
Kerja

Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel mediasi yang rumit begitu pula di Balai Diklat Industri
kepercayaan terhadap atasan dan kepuasan kerja Kementerian Perindustrian. Kemungkinan hal
memiliki peran mediasi yang signifikan dengan nilai tersebut merupakan salah satu faktor yang
t-statistik 4,479 (>1,96) untuk variabel kepercayaan mengakibatkan perbedaan temuan pada penelitian
terhadap atasan dan 4,662 (>1,96) untuk variabel ini dimana kepemimpinan transformasional tidak
kepuasan kerja. mampu mempengaruhi OCB secara langsung.
Hasil uji mediasi menunjukkan bahwa hipotesis Podsakof et al. (1990) menjelaskan bahwa
6 (H6) yang menyatakan bahwa kepercayaan perilaku kepemimpinan transaksional ditemukan
kepada atasan menjadi mediator pengaruh dalam proses pertukaran jangka pendek, atau bersifat
kepemimpinan transformasional terhadap OCB dapat memberi dan menerima antara pemimpin dan
diterima, demikian pula dengan hipotesis 7 (H7) yang pengikutnya. Podsakof et al. (1990) juga
menyatakan bahwa kepuasan kerja menjadi mediator menyatakan bahwa manajer mempertimbangkan
pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap baik perilaku in role ataupun extra role ketika
OCB dapat diterima. mengevaluasi kinerja pegawai, manajer juga
mengakui prestasi pegawai pada kedua area tersebut,
PEMBAHASAN perilaku in role maupun extra role. Hal tersebut
Pengaruh Kepemimpinan transformasional menyebabkan pegawai melihat kinerja OCB sebagai
terhadap OCB sarana memperoleh pengakuan maupun
Uji hipotesis membuktikan bahwa kepemimpinan penghargaan, dan hal tersebut memotivasi pegawai
transformasional tidak berpengaruh terhadap OCB. untuk melakukan OCB. Kondisi ini pula yang terjadi
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa baik atau di Balai Diklat Industri, atasan akan
buruknya penerapan kepemimpinan transformasional mempertimbangkan perilaku in role maupun extra
di Balai Diklat Industri tidak mempengaruhi OCB role ketika mengevaluasi kiner ja pegawai.
secara langsung. Hasil penelitian ini bertentangan Pelaksanaan Promosi pegawai di Balai Diklat Industri
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lian dan Tui belum memiliki standar penilaian khusus, pegawai
(2012), Jha (2014), Andrew dan Zares (2004) yang dipromosikan berdasarkan usulan dari atasannya dan
membuktikan bahwa gaya kepemimpinan atasan menilai pegawai tersebut tidak hanya
transformasional memiliki hubungan positif yang berdasarkan perilaku in role tapi juga berdasarkan
signifikan terhadap OCB bawahan. perilaku extra role.
Menur ut Robbins dan Judge (2013), Perbedaan hasil temuan ini juga dapat dijelaskan
kepemimpinan transformasional memiliki efektifitas bahwa instansi pemerintah khususnya di kementerian
yang berbeda pada berbagai situasi. Kepemimpinan perindustrian diberlakukan perputaran jabatan
transformasional memiliki pengaruh yang lebih besar minimal setiap 3 (tiga) tahun, sehingga proses
pada kelompok pengikut yang lebih kecil penerapan kepemimpinan transformasional terlalu
dibandingkan pada organisasi yang komplek. singkat. Pegawai tidak memiliki cukup waktu untuk
Kepemimpinan transformasional lebih efektif ketika mengadopsi dan beradaptasi terhadap pelaksanaan
pemimpin dapat berinteraksi dengan karyawan dan kepemimpinan tr ansformasional. Kurangnya
membuat keputusan secara langsung dibandingkan interaksi antara atasan dan bawahan, atasan tidak
ketika pemimpin harus melaporkan terlebih dahulu bisa membuat keputusan secara langsung dan
kepada dewan direktur atau berurusan dengan terhalang oleh sistem birokrasi yang rumit serta masa
struktur birokrasi yang rumit. Kebanyakan organisasi jabatan yang singkat mengakibatkan pelaksanaan
pemerintah di Indonesia memiliki struktur birokrasi kepemimpinan transformasional belum dirasakan
192 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 2, Agustus 2016

oleh pegawai, sehingga persepsi pegawai terhadap mampu menumbuhkan perilaku ekstra peran atau
kepemimpinan transformasional masih berada pada OCB pegawai.
katagori cukup. Perilaku-perilaku OCB masih tetap Ketika pengikut percaya kepada atasannya,
ditunjukkan oleh pegawai walaupun kepemimpinan mereka melakukan interaksi berkualitas tinggi yang
transformasional belum dirasakan pegawai. menyebabkan pengikut merasa diberdayakan dan
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional percaya diri. Hal tersebut dapat meningkatkan
terhadap Kepercayaan kepada Atasan perasaan loyal pengikut terhadap organisasi. Sebagai
Uji hipotesis membuktikan bahwa kepemimpinan hasilnya mereka akan melakukan lebih banyak hal
transformasional berpengaruh positif terhadap positif di tempat kerja termasuk OCB. Penelitian ini
kepercayaan kepada atasan. Dalam pr oses sesuai dengan Aryee et al. (2002) menemukan
memotivasi pengikut untuk mengimplementasikan visi bahwa, kepercayaan kepada supervisor mempunyai
bersama, pemimpin transformasional merupakan role pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB individu
model bagi pengikutnya yang memunculkan dan OCB organisasi. Konovsky dan Pugh (1994) juga
kegigihan dan pengorbanan pengikutnya ketika menemukan bahwa kepercayaan kepada supervisor
dibutuhkan. Melalui pengamatan terhadap pemimpin, mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
pengikut mengembangkan kepercayaan kepada OCB.
pemimpinnya karena komitmen pribadi pemimpin Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap OCB
untuk mencapai visi tersebut. Penelitian ini sejalan Uji hipotesis membuktikan bahwa kepuasan kerja
dengan Podsakof et al. (1990), Goodwin et al. pegawai memberikan pengaruh positif terhadap
(2011), Gillespie dan Mann (2004) menyatakan OCB. Pegawai yang puas terhadap pekerjaannya
bahwa praktik kepemimpinan transformasional memiliki perilaku OCB yang tinggi, begitu pula
memiliki hubungan positif signifikan dengan sebaliknya. Pegawai yang mendapatkan kepuasan
kepercayaan anggota tim terhadap pemimpinnya. kerja, akan termotivasi untuk melakukan pekerjaan-
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional pekerjaan yang bukan merupakan deskr ipsi
terhadap Kepuasan Kerja pekerjaannya. Kepuasan kerja intrinsik antara lain:
Uji hipotesis membuktikan bahwa kepemimpinan pekerjaan yang memungkinkan melakukan hal-hal
transformasional mempunyai pengaruh positif pada yang berbeda dari waktu ke waktu, pekerjaan yang
kepuasan kerja. Semakin baik gaya kepemimpinan mendapat pengakuan di masyarakat atau komunitas,
transformasional pemimpin maka semakin baik pula pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dikuasi
tingkat kepuasan kerja pegawai di Balai Diklat dan kepuasan kerja ekstrinsik antara lain: cara atasan
Industri, begitu pula sebaliknya. Pemimpin memperlakukan bawahan dengan baik, kemampuan
transformational menciptakan kebanggaan dan atasan membuat keputusan yang baik, peraturan
kepercayaan bawahan, memberi inspirasi dan perusahan benar-benar dijalankan, kesempatan untuk
motivasi kepada bawahan, menumbuhkan kreativitas pengembangan diri dan kesempatan untuk mendapatkan
dan inovasi bawahan, memperlakukan bawahan promosi akan meningkatkan OCB para pegawai.
sebagai individual serta selalu memberi arahan Pegawai yang merasa puas cenderung
kepada bawahan, menciptakan perasaan positif membicarakan hal-hal positif mengenai organisasinya,
bawahan terhadap pekerjaannya. Penelitian ini menolong rekan kerjanya yang lain dan berusaha
sejalan dengan Zahari dan Shurbagi (2012), Voon et mencapai hasil melampaui syarat pekerjaannya, hal
al. (2011) dan Yaghoubipoor et al. (2013) yang tersebut dilakukan karena mereka ingin memberikan
membuktikan bahwa pemimpin transformasional balasan terhadap pengalaman baik yang mereka
memiliki pengikut yang lebih puas dengan pekerjaannya. rasakan (Robbins dan Judge, 2013:84). Hasil
Pengaruh Kepercayaan kepada Atasan penelitian ini sejalan dengan Sunaryo dan Suyono
terhadap OCB (2013) bahwa, kepuasan kerja memiliki hubungan
Uji hipotesis membuktikan bahwa kepercayaan positif signifikan pada OCB. Krishnan et al. (2009)
kepada atasan berpengaruh positif terhadap OCB. menyatakan kepuasan kerja ekstrinsik dan kepuasan
Ini berarti bahwa semakin tinggi kepercayaan kerja intrinsik berpengaruh positif signifikan terhadap
pegawai kepada atasannya maka semakin tinggi pula OCB staf.
tingkat OCB yang ditunjukkan oleh pegawai di Balai Peran Mediasi Kepercayaan kepada Atasan
Diklat Industri, begitu pula sebaliknya. Hasil tersebut pada pengaruh Kepemimpinan Transformasional
mengindikasikan bahwa pegawai yang percaya terhadap OCB
bahwa atasannya memiliki kompetensi, integritas, Hasil analisis menunjukkan bahwa kepercayaan
perhatian kepada bawahan dan berprilaku konsisten kepada atasan memediasi hubungan antara kepemimpinan
Ida Bagus Made Juniartha dkk, Pengaruh Kepemimpinan Transfomasional ... 193

transformasional dan OCB. Semakin tinggi gaya transformasional, kepercayaan pegawai kepada
kepemimpinan transformasional yang ditunjukkan atasannya dan ketercapaian kepuasan kerja para
dapat meningkatkan kepercayaan kepada atasan, pegawai. Berdasarkan hasil penelitian ini, para
sehingga dapat meningkatkan perilaku OCB pegawai. pengambil kebijakan diharapkan dapat meningkatkan
Berdasarkan hasil analisis juga menunjukkan bahwa kinerja pegawai melalui perilaku extra role atau OCB.
kepercayaan kepada atasan memediasi penuh Secara teoritis, penelitian ini memberikan
hubungan antara kepemimpinan transformasional dan implikasi bahwa gaya kepemimpinan
OCB. Penerapan gaya kepemimpinan transformasional mempengaruhi OCB secara tidak
transformasional tidak mampu mempengaruhi OCB langsung. Hubungan tidak langsung bisa terjadi melalui
secara langsung, tetapi penerapan gaya mediasi kepercayaan pegawai kepada atasannya dan
kepemimpinan transformasional dapat mempengarui kepuasan kerja pegawai, dimana seseorang akan
kepercayaan pengikut kepada atasannya dan melakukan OCB jika terlebih dahulu pegawai percaya
kepercayaan kepada atasan akan mempengaruhi kepada atasannya dan merasa puas terhadap
perilaku OCB. pekerjaannya, karena seseorang yang tidak percaya
Penelitian ini sejalan dengan Podsakof et al. kepada atasannya dan tidak puas terhadap
(1990) menemukan bahwa pengaruh kepemimpinan pekerjaannya cenderung malas untuk melakukan
transformasional pada OCB adalah tidak langsung, OCB.
dimediasi oleh kepercayaan terhadap atasan Keterbatasan Penelitian.
pengikut. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Ada beberapa keterbatasan penelitian ini.
Goodwin et al. (2011) bahwa kepercayaan Peneliti tidak dapat mengamati secara langsung atau
ditemukan memediasi penuh hubungan antara wawancara secara langsung kepada subjek
perilaku kepemimpinan transformasional dan OCB. penelitian sehingga data yang diperoleh hanya
Peran Mediasi Kepuasan Kerja pada pengaruh sebatas persepsi dan pengakuan para responden
Kepemimpinan Transformasional terhadap tanpa dibuktikan langsung sesuai dengan perilaku dan
OCB kinerja karyawan secara riil.
Analisis menunjukkan bahwa kepuasan kerja Kepuasan kerja masing-masing orang pada
pegawai memediasi hubungan antara kepemimpinan kenyataannya dapat dipengaruhi oleh level jabatan
transformasional dan OCB. Gaya kepemimpinan dan jenis pekerjaannya, namun demikian dalam
transformasional yang semakin baik, dapat penelitian ini, kepuasan kerja tidak
meningkatkan kepuasan kerja pegawai, sehingga mempertimbangkan hal itu. Lingkungan, posisi
dapat meningkatkan perilaku OCB pegawai. jabatan, dan jenis pekerjaan pegawai di Balai Diklat
Berdasarkan hasil analisis juga menunjukkan bahwa Industri dianggap akan memberikan tingkat kepuasan
kepuasan kerja memediasi penuh hubungan antara yang sama.
kepemimpinan transformasional dan OCB. Dilihat dari karakteristik responden, hampir
Penerapan gaya kepemimpinan transformasional sebagian besar responden memiliki pendidikan yang
tidak mampu mempengaruhi OCB secara langsung, cukup tinggi yaitu S1 sebanyak 59% dan S2 sebanyak
tetapi penerapan gaya kepemimpinan 22%, sehingga ada kemungkinan temuan pada
transformasional dapat mempengarui kepuasan kerja penelitian ini hanya terjadi pada kondisi dimana
pegawai dan kepuasan kerja akan mempengaruhi responden memiliki pendidikan tinggi. Sampel dari
perilaku OCB.. pegawai blue-collar atau nonprofessional dengan
Penelitian ini sejalan dengan Podsakof et al. pendidikan rendah, kemungkinan gaya kepemimpinan
(1990), menemukan bahwa pengaruh kepemimpinan transformasional tidak mempengaruhi OCB baik
transformasional pada OCB adalah tidak langsung, secara langsung maupun tidak langsung melalui
dimediasi oleh kepuasan kerja. Hal yang sama juga kepercayaan kepada atasan dan kepuasan kerja, oleh
dinyatakan oleh Nguni et al. (2006) menemukan sebab itu, keterbatasan tersebut tentu saja hanya
bahwa, kepuasan kerja menjadi mediator dari dapat dipecahkan melalui penelitian lebih lanjut.
pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB. Penelitian ini melibatkan 2 (dua) variabel mediasi
Implikasi Penelitian yaitu kepercayaan kepada atasan dan kepuasan
Temuan penelitian ini memberikan implikasi kerja. Besar kemungkinan kepercayaan kepada
terhadap pengembangan strategi pengembangan atasan berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang
sumber daya manusia di Balai Diklat Industri tidak dibahas pada penelitian ini karena keterbatasan
Kementerian Perindustrian untuk lebih waktu penelitian, hal tersebut perlu dibuktikan melalui
memperhatikan dimensi-dimensi kepemimpinan penelitian lebih lanjut.
194 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 2, Agustus 2016

SIMPULAN DAN SARAN penelitian selanjutnya disarankan pula untuk mengkaji


Simpulan masing-masing dimensi OCB secara parsial melalui
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil pembedaan OCB kedalam dua hal yaitu OCB-O dan
beberapa kesimpulan. Kepemimpinan transformasional OCB-I seperti pada penelitian Mohammad et al.
tidak berpengaruh terhadap OCB. Peningkatan gaya (2011). Penelitian sebaiknya dilakukan juga pada
kepemimpinan transformasional atasan tidak organisasi berbeda dengan subjek penelitian dari
bermakna terhadap peningkatan perilaku OCB pegawai blue-collar.
pegawai. Kepemimpinan transformasional
berpengaruh positif terhadap kepercayaan kepada REFERENSI
atasan. Penerapan kepemimpinan transformasional Adams, Barbara D., Waldherr, Sonya dan Sartori,
atasan yang semakin tinggi akan meningkatkan Jessic. 2008. Trust in Teams Scale, Trust in
kepercayaan pegawai kepada atasannya. Leaders Scale Manual for Administration
Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif and Analyses. Toronto: Defence Research and
terhadap kepuasan kerja pegawai. Penerapan Development Canada.
kepemimpinan transformasional atasan yang semakin Ahmed, N., Rasheed, A., and Jehanzeb, K. 2012.
tinggi akan meningkatkan kepuasan kerja yang An Exploration of Predictors of Organizational
dirasakan oleh pegawai. Kepercayaan pegawai Citizenship Behaviour and Its Significant Link
kepada atasan berpengaruh positif terhadap OCB to Employee Engagement. International
pegawai. Kepercayaan pegawai kepada atasan yang Journal of Business, Humanities and
semakin tinggi akan meningkatkan OCB pegawai. Technology, Vol 2, No 4, pp. 99-106.
Kepuasan kerja pegawai berpengaruh positif Andrew, Simon A. dan Zares, Filadelfo Le. 2015.
terhadap OCB pegawai. Kepuasan kerja yang Mediating Effect of Organizational Citizenship
dirasakan pegawai yang semakin tinggi akan Behavior on Organizational Performance:
meningkatkan OCB pegawai. Kepercayaan pegawai Empirical Analysis of Publicc Employee in
kepada atasan memediasai pengaruh kepemimpinan Guadalajara, Mexico. EconoQuantum, Vol 12,
transformasional terhadap OCB. Kepuasan kerja No 2.
pegawai memediasi pengaruh kepemimpinan Aryee, S., Budhwar, P. S., & Chen, Z. X. 2002. Trust
transformasional terhadap OCB. Kepemimpinan as a mediator of the relationship between
transformasional tidak berpengaruh langsung organizational justice and work outcomes: test
terhadap OCB, tetapi berpengaruh secara tidak of a social exchange model. Journal of
langsung melalui kepercayaan pegawai kepada Organizational Behavior, Vol 23, pp. 267-285.
atasannya dan kepuasan kerja pegawai. Bass, B. M., & Avolio, B. J. 1995. The Multifactor
Leadership Questionnaire. Palo Alto, CA:
Saran Mind Garden.
Beberapa saran yang diberikan mengacu pada Bennis, W. dan Nanus, B. 1985. Leaders: The
hasil penelitian dan kesimpulan sebagai berikut: strategies for taking charge. New York:
Kepercayaan pegawai kepada atasan terbukti dapat Harper & Row.
memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan Bolognese, Albert F. 2002. Employee Resistance to
transformasional terhadap OCB, sehingga Organizational Change. (online), (http://
manajemen atau pihak yang berwenang disarankan www. n ewfo u n d a ti o n s .co m / Org T h eor y/
untuk lebih selektif dalam memberikan promosi Bolognese721.html).
jabatan untuk mendapatkan pejabat yang memiliki Gillespie, Nicole A. dan Mann, Leon. 2004.
kompetensi yang sesuai dengan jabatannya, memiliki Transformational leadership and shared values:
integritas yang tinggi dan memiliki perhatian terhadap the building blocks of trust. Journal of
bawahannya. Selain itu pejabat atau pimpinan yang Managerial Psychology, Vol 19, No 6, pp.
kompetensinya masih kurang perlu ditingkatkan 588-607.
melalui pelatihan. Kepuasan kerja terbukti dapat Goodwin, Vicki L., J. Lee Whittington, Brian Murray,
memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan Tommy Nichols. 2011. Moderator or Mediator?
transformasional terhadap OCB, sehingga pimpinan Examining the Role of Tr ust in the
atau manajemen disarankan untuk lebih Transformational Leadership Paradigm.
memperhatikan aspek kepuasan kerja baik kepuasan Journal of Managerial Issues Vol. 23, No 4,
kerja intrinsik ataupun ekstrinsik pegawai. Untuk pp. 409-425.
memperdalam kajian tentang OCB maka untuk
Ida Bagus Made Juniartha dkk, Pengaruh Kepemimpinan Transfomasional ... 195

Hair, J.F. Jr., Black, W.C., Babin, B.J., and Anderson, leadership effects on teachers’ job satisfaction,
R.E.,. 2010. Multivariate Data Analysis, organizational commitment, and organizational
Seventh Edition. New Jersey: Pearson Prentice citizenship behavior in primary schools: The
Hall. Tanzanian case. School Effectiveness and
Ismail, A., Mohamed, H., Sulaiman, A.Z., Mohamad, School Improvement, Vol 17, No 2, pp. 145-177.
M.H., and Yusuf, M.H. 2011. An Empirical Organ, D.W., Podsakoff, P.M., dan MacKenzie, S.B.
Study of the Relationship between 2006. Organizational Citizenship Behavior:
Transformational Leadership, Empowerment Its Nature, Antecedents, and Consequences,
and Organizational Commitment. Business and SAGE Publications.
Economics Research Journal, Vol 2, No 1, pp. Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B., Paine, J.B., dan
89-107. Bachrach, D.G. 2000. Organizational Citizenship
Jha, Sumi. 2014. Transformational leadership and Behaviors: A Critical Review of the Theoretical
psychological empowerment. South Asian and Empirical Literature and Suggestions for
Journal of Global Business Research, Vol 3, Future Research. Journal of Management, Vol
No 1, pp. 18-35. 26, No 3, pp. 513-563.
Konovsky, M. A., & Pugh, D. S. 1994. Citizenship Podsakoff, Philip M., Scott B. Mackenzie, Robert
behavior and social exchange. Academy of H. Moorman dan Richard Fetter. 1990.
Management Journal, Vol 37, pp. 656-669. Transformational Leader Behaviors and Their
Krishnan R., Arumugam, N., Chandran, V., dan Effects on Follower s’ Trust In Leader,
Kanchymalay, K. 2009. Examining the Satisfaction, And Organizational Citizenship
Relationship between Job Satisfaction and Behaviors, Leadership Quarterly Vol 1, No 2,
Organizational Citizenship Behavior: A Case pp. 107-142.
Study among Non Academic Staffs in A Public Prihatsanti, Unika dan Dewi, Kartika Sari. 2010.
Higher Learning Institution in Malaysia. Global Hubungan Antara Iklim Organisasi Dan
Business Summit Conference, Vol 2, No 43, Organizational Citizenship Behavior (OCB)
pp. 221-232. Pada Guru SD Negeri Di Kecamatan Mojolaban
Lian, L.K., dan Tui, L.G. 2012. Leadership Styles Sukoharjo. Jurnal Psikologi Undip, Vol 7, No
and Organizational Citizenship Behavior: The 1, pp. 11-17.
Mediating Effect of Subordinates Competence Ratnawati dan Amri, Khairul. 2013. Pengaruh
and Downward Influence Tactics. Journal of Keadilan Organisasional, Kepercayaan Pada
Applied Business and Economics, Vol 13, No Atasan Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
2, pp. 59-96. (Organizational Citizenship Behavior). Jurnal
Lin, Rose Su-Jung dan Hsiao, Jui-Kuo. 2014. The Ekonomi Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No 1,
Relationships between Tr ansformational pp. 56-73.
Leadership, Knowledge Sharing, Trust and Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A. 2013.
Organizational Citizenship Behavior. Organizational Behavior, 15th ed, Prentice Hall.
International Journal of Innovation, Ropeg, 2014. Evaluasi Kinerja Pegawai. Makalah
Management and Technology, Vol 5, No 3, pp disajikan dalam Forum Tata Kelola Administrasi
171-174 Ketatausahaan dan SAK – SIMAK BMN
Mahdi, Imam. 2008. Keterkaitan antara Keadilan Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian,
Organisasional, Kepercayaan Terhadap Atasan Yogyakarta 25 September.
dan Perilaku Kewargaan Organisasi: Studi Seppälä, Tuija, Jukka Lipponen, Anat Bardi dan
Kasus pada Pengelola Program Studi Perguruan Anna-Maija Pirttilä-Backman. 2012. Change-
Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Oriented Organizational Citizenship Behaviour:
Swasta (PTS) di Daerah Surakarta. Jurnal An Interactive Product of Openness to Change
Perspektif Ekonomi Vol 1, No 2, pp. 149-166. Values, Work Unit Identification and Sense of
Mohammad, J., Habib, F.Q., dan Alias, M.A. 2011. Power. Journal of Occupational and
Job Satisfaction and Organisational Citizenship Organizational Psychology, Vol 85, No 1, pp.
Behaviour: An Empirical Study at Higher 136-155.
Learning Institutions. Asian Academy of Spector, E.P. 1997. Job Satisfaction, Application,
Management Journal, Vol 16, No 2, pp. 149-165. Assesment, Cause, and Consequences. SAGE
Nguni, Samuel, Sleegers, Peter dan Denessen, Eddie. Publication: London.
2006. Transformational and transactional
196 Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 21, No. 2, Agustus 2016

Sunaryo, Sinto dan Suyono, Joko. 2013. A Test of BKPPD dan BPMP Kabupaten Konawe
Model of Relationship between Public Service Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara). 2nd
Motivation, Job Satisfaction and Organizational Conference in Business, Accounting and
Citizenship Behavior. Society of Interdisciplinary Management. Vol 2, No 1.
Business Research, Vol 2, No 1, pp 384-398. Yaghoubipoor, Ali, Tee , Ong Puay, dan Ahmed,
Voon, M.L., Lo, M.C., Ngui, K.S. dan Ayob, N.B. Elsadig Musa. 2013. Impact of the relationship
2011. The Influence of Leadership Styles on between transformational and traditional
Employee’ Job Satisfaction in Public Sector leadership styles on Iran’s automobile industry
Organizations in Malaysia. International job satisfaction. World Journal of
Journal of Business, Management and Social Entrepreneurship, Management and Sustainable
Sciences, Vol 2, No 1, pp 24-32. Development, Vol 9, Iss 1 pp. 14-27.
Weiss, D. J., Dawis, R. V., England, G. W., dan Yukl, G.A. 1989. Managerial leadership: A review of
Lofquist, L. H. 1967. Manual for the Minnesota theory and research. Journal of Management,
Satisfaction Questionnaire. Minneapolis: Vol 15, No 2, pp. 251-289.
University of Minnesota. Zahari, I., dan Shurbagi, A. 2012. The Effect of
Wuryanti, Yulianti. 2015. Pengaruh Kepemimpinan Organizational Culture and the Relationship
Transformasional, Integritas Perilaku dan between Transformational Leadership and Job
Kepercayaan terhadap Pimpinan dalam Satisfaction in Petroleum Sector of Libya.
Peningkatan Kinerja SDM (Studi BLHKP, International Business Research, Vol 5, No 9,
pp. 89-97.

You might also like