Professional Documents
Culture Documents
Manajemen Mutu Dalam PBJ
Manajemen Mutu Dalam PBJ
PENGADAAN BARANG/JASA
Training Online, 14 - 16 September 2020
Hari Pertama
1. 3.
2.
4.
5.
DENI DANASENJAYA
Professional Background:
PT. Reksadaya Indonesia, Managing Partner, 2014 till now
Associate Consultant & Trainer, in several consulting firms & professional course provider, 2010 till now
Islamic Relief Indonesia, Logistic & Procurement Manager, 2006 - 2009
PT. Citra Transport Logistic, Assistant Manager, 2003 - 2006
Freelance Expert & Project Team Support, thru various consultant firms & individual assignment, 2000 - 2003
PT. Inter-Pacific Bank Tbk., Trade Finance Officer, 1995 - 1999
PT. Bank Niaga Tbk., Exim Staff, 1993 - 1995
Association Membership:
Humanitarian Logistics Association (HLA), Ordinary Member
Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Ordinary Member
Ikatan Ahli Pengadaan Indonesia (IAPI), Ordinary Member
Practitioners Background:
Part Time Consultant & Trainer for LKPP, IAPI, & ALI, 2016 till now
Assessors & Certification Mentor for Supply Chain & Procurement Management modules, in several LSP &
TUK, 2016 till now
Consultant Partner in subject of Supply Chain, Procurement, & Strategic Management, in several Foreign
Direct Company, International Non-Profit Organization, Multinational Company, BLU, BUMN, BUMD,
Ministry, & State Institutions, 2010 till now.
Associate Consultant & Trainer in subject of Supply Chain, Procurement, & Strategic Management, for many
Corporate University BUMN/BUMD, consulting firms, & professional course provider, 2010 till now
DENI DANASENJAYA
Praktisi SCM, Procurement, & Strategic Management
denids1@yahoo.com
+62-811-955-705
Education Background:
Master Degree in Management, Post Graduate Program, Bogor Institute of Agriculture (IPB), Bogor, 2003
Bachelor Degree in Management, Mahardhike Schools of Economics, Surabaya, 2001
Diploma in Banking, Administration Science, University of Indonesia, Depok, 1993
Professional Certification:
Project Management Professional (PMP), Project Management Institute, on-going learning
Supply Chain Analyst (CSCA), ISCE Alliance, on-going learning
Certified Calculation of Domestic Component Levels (TKDN), BNSP, on-going learning
Certified HSSE - General Expertise, BNSP
Certified Program in Public Procurement (CPPP), Procurement Learning, World Bank Institute
Certified Program in Contract Management (CPCM), Procurement Learning, World Bank Institute
Certified Workplace Assessor, LSP Pengadaan Indonesia, BNSP
Certified Government Procurement Expert (Ahli Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Author: Deni Danasenjaya
BATASAN RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN
Misi, visi, & tujuan UU No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi & Penilaian
Kesesuaian:
1) Meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan
usaha yang sehat & transparan dalam perdagangan,kepastian usaha, &
kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi.
2) meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, &
masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan,
kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup.
3) meningkatkan kepastian, kelancaran, & efisiensi transaksi perdagangan barang/
jasa di dalam negeri & luar negeri.
Link: www.bsn.go.id
STANDARISASI ISO
ISO adalah singkatan dari The International Standard Organization yang kemudian
singkatannya di ubah menjadi International Organization for Standardization namun
penyebutannya tetap ISO, sebagai Organisasi Internasional untuk standardisasi yang
menetapkan standar yang berlaku secara internasional di bidang industrial & komersial
dunia, dimana ISO memberikan spesifikasi kelas dunia untuk semuanya, mulai dari
produk, layanan, sistem kualitas, keamanan, efektifitas, efisiensi, & akuntabilitas,
sehingga perdagangan antar negara-negara di dunia berjalan dalam kesepahaman
standarisasi yang sama.
ISO memiliki perwakilan dari seluruh badan standardisasi nasional setiap negara untuk
mengukur mutu sebuah organisasi secara seragam & bersifat universal, rtinya, setiap
organisasi yang ingin dikategorikan sebagai world class organization dapat diukur
kredibilitasnya dengan standar ISO.
Link: www.iso.org
STANDARISASI ISO
Secara umum ada sekitar 9 jenis standar ISO yang dikeluarkan oleh Organisasi Internasional ini & banyak yang
telah diterapkan di di berbagai institusi/organisasi di Indonesia, beberapa jenis ISO adalah sebagai berikut:
1) ISO 5001: standar yang diterapkan pada sistem manajemen energi sehingga perusahaan memiliki sistem
untuk meningkatkan kinerja, efisiensi , & konsumsi energi
2) ISO 9001: merupakan sistem manajemen kualitas yang paling banyak digunakan, di mana karakteristiknya
adalah pendekatan proses yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas manajemen kualitas.
3) ISO 14001: merupakan standar yang terkait dengan sistem manajemen lingkungan. Sejumlah aspek yang
harus dipenuhi dalam standar ini adalah pengelolaan limbah, penghematan energi, penghematan air, &
penghematan BBM.
4) ISO 16949: spesifikasi teknis untuk sistem manajemen mutu di industri otomotif. Konsep standar ini adalah
peningkatan berkelanjutan, kontrol rantai pemasok, serta tindakan pencegahan & perbaikan.
5) ISO 17025: standar yang berkaitan dengan laboratorium atau lembaga pengujian. Standar ini tujuannya
untuk memastikan keakuratan hasil pengujian di bidang kesehatan, produksi, perdagangan, & perlindungan
konsumen.
6) ISO 22000: merupakan standar yang terkait dengan sistem manajemen keamanan pangan. Standar ini
ditujukan untuk perusahaan di sektor makanan & minuman, yang diharuskan untuk melakukan kontrol
internal, dimana setiap produk harus memiliki proses & rencana kontrol.
7) ISO 27001: standar sistem manajemen keamanan informasi atau Sistem Manajemen Keamanan Informasi
(SMKI). Standar ini diterapkan untuk perusahaan di bidang aplikasi IT/MIS & sejenisnya.
8) ISO 28000: merupakan standar terkait sistem keamanan rantai pasokan untuk perusahaan berisiko tinggi,
seperti bank, pertambangan, hotel, & lainnya.
9) ISO 37001: merupakan sebuah standar untuk menyusun, menerapkan, memelihara, serta meningkatkan
program kepatuhan terhadap upaya anti-penyuapan, pungutan liar, & korupsi.
AMERICAN SOCIETY FOR TESTING & MATERIALS (ASTM)
Link: www.astm.org
AMERICAN SOCIETY OF MECHANICAL ENGINEERS (ASME)
Organisasi nirlaba internasional yang mengembangkan & menerbitkan kode & standar untuk industri
fabrikasi engineer to order. ASME didirikan pada tahun 1911. Berbeda dengan ASTM & ANSI,
standarisasi yang dikembangkan oleh ASME mengikuti keunikan & kekhususan proses dari setiap
tipikal manufaktur fabrikasi dengan membentuk komite untuk setiap standar induk, misalnya ada
Komite ASME Boiler & Pressure Vessel, kemudian membentuk komite lainnya untuk berbagai kode &
standar, seperti; ASME B31, Pressure Piping, dll.
Untuk menghindari duplikasi standar, ASME juga melakukan penyelarasan dengan ANSI, ASME, ISO,
& berbagai regulator standarisasi di berbagai negara di seluruh dunia. Kode ASME mengandung 11
kelompok kategori, dengan perincian sebagai berikut:
Bagian I - Power Boilers
Bagian II - Material Specifications
Bagian III - Rules for Construction of Nuclear Power Plant Components
Bagian IV - Heating Boilers
Bagian V - Nondestructive Examination
Bagian VI - Recommended Rules for Care & Operation of Heating Boilers
Bagian VII - Recommended Rules for Care of Power Boilers
Bagian VIII - Pressure Vessels
Bagian IX - Welding & Brazing Qualifications
Bagian X - Fiber-Reinforced Plastic Pressure Vessels
Bagian XI - Rules for In-Service Inspection of Nuclear Power Plant Components
Link: www.asme.org
AMERICAN NATIONAL STANDARD INSTITUTE (ANSI)
Lembaga nirlaba swasta yang mengawasi pengembangan standar konsensus sukarela untuk
produk, jasa, proses, sistem, & personal dalam kegiatan manufaktur, didirikan pada tanggal 19
Oktober 1918 di Amerika Serikat. ANSI memberikan akreditasi untuk setiap standar produk
manufaktur yang dikembangkan oleh seluruh perwakilan dari lembaga standarisasi lainnya, riset
akademis, riset industri, instansi pemerintah, penemu independen, kelompok konsumen, & para
pihak terkait lainnya di seluruh dunia. Salahsatu kode fenomenal ANSI yang berlaku di seluruh dunia
adalah standar pencahayaan yang disebut sebagai lumens.
ANSI bersama mitra kerjanya di seluruh dunia mengembangkan, membakukan, menyeragamkan, &
mengkoordinasikan standar produk manufaktur yang berlaku secara internasional.
Link: www.ansi.org
STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis & ditetapkan oleh BSN. SNI berlandaskan pada PP 102
Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional. Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara
para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu:
1. Keterbukaan (Openess)
Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam
pengembangan SNI
2. Transparan / Tidak adaYang di Tutupi (Transparency)
Agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap
pemrograman, perumusan sampai ke tahap penetapannya . Sehingga dapat dengan mudah
memperoleh semua informasi yang berkaitan dengan pengembangan SNI
3. Konsensus & Tidak Memihak (consensus & Impartiality)
Tidak memihak & memiliki konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya
serta diperlakukan secara adil
4. Efektifitas & Relevansi (Effectiveness & Relevance)
Efektif & relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan, karena memperhatikan kebutuhan pasar &
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
5. Penerimaan Semua Pihak (Coherence)
Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar di negara kita tidak
terisolasi dari perkembangan pasar global & memperlancar perdagangan internasional
6. Pemberdayaan & Pengembangan (Development Dimension)
Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik & kepentingan nasional dalam
meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
1. Conformance (Kesesuaian)
❑ Specification
❑ Standardization
❑ Requirement
2. Performance (Kinerja)
❑ Key Performance Indicators
❑ Services Level Agreement
❑ Result Based
PERSPEKTIF MUTU
❑ Grade based
❑ Value based
❑ Compliance based
KRITERIA MUTU
❑ Fisik (bentuk, dimensi/ukuran, & jumlah)
❑ Variabel (spesifikasi, komposisi, & komponen)
❑ Atribut (features, fungsi utama, & fungsi tambahan produk)
❑ Sensorik (rasa, bau, suara)
❑ Kualitas layanan (response, kecepatan, jaminan, kesantunan,
kepuasan, secara umum dinyatakan sebagai services level)
DIMENSI MUTU
1. Fungsi (function)
2. Kesesuaian (conformance)
3. Kehandalan (reliability)
4. Daya tahan (durability)
5. Kualitas yang dirasakan (perceived quality)
6. Kemampuan pelayanan (service ability)
7. Keistimewaan (features)
8. Keindahan/estetika (art/esthetic)
9. Aspek keaslian, keabsahan, & lisensi (originality, legality
& license)
CARA MENILAI MUTU
INTERNAL
1. Quality Assurance / Quality Control
2. Tim Adhok Pemeriksa Mutu
3. Pengguna
EKSTERNAL
1. Perwakilan vendor
2. Konsultan mutu, baik perorangan atau korporasi
3. Regulator (dalam hal memiliki kewenangan melakukan
supervisi mutu)
BUDAYA MUTU (QUALITY CULTURE)
Author: Deni Danasenjaya
COST OF QUALITY
Definisi:
Semua biaya yang timbul dalam penanganan kualitas, sesuai dengan ketentuan regulasi &
standarisasi yang telah ditetapkan, serta target mutu yang ingin dicapai.
Cost of
Conformance
(CC)
(Cost of Good Quality)
Cost of Non
Conformance
(CN)
(Cost of Poor Quality)
COST OF QUALITY
Ada banyak ragam & fungsi garansi, namun secara umum tujuan
garansi sama, yaitu menciptakan & meningkatkan kepuasan
pelanggan. Dalam industri tertentu dimana tingkat product fault
(produk gagal) sangat kecil, misal 1 / 1.000 K, mungkin ada beberapa
pelanggan yang tidak membutuhkan program garansi ini.
4. Perawatan Berkala
Biaya perawatan secara berkala yang tertulis dalam jadwal perawatan
berkala di buku service berkala yang di cover atau tidak di cover oleh
garansi, misalnya:
❑ Penyetelan/pemeriksaan system & engine
❑ Material tambahan untuk keperluan servis
❑ Penggantian parts tertentu yang rusak karena faktor pemakaian,
sesuai informasi dalam jadwal perawatan berkala, bahwa setelah
mencapai kurun waktu tertentu harus di ganti.
❑ Periode garansi khusus untuk komponen & biaya perawatan
9. Kerusakan Transportasi
Kerusakan yang terjadi selama dalam perjalanan dari vendor kepada
buyer atau saat transit di suatu tempat & disimpan di tempat
penyimpanan, beserta kerusakan yang ditimbulkannya, tidak ditanggung
oleh garansi. Namun untuk menanggulangi resiko kerusakan dalam
proses transportasi, buyer dapat meminta vendor untuk
mengasuransikan produk tersebut
WARRANTY TIDAK BERLAKU, APABILA: (cont...)
16. Biaya yang Dikeluarkan untuk Persiapan & Pengajuan Klaim Asuransi
Segala biaya yang dikeluarkan untuk pengajuan & persiapan klaim
kepada pihak asuransi, tidak ditanggung oleh warranty.
WARRANTY TIDAK BERLAKU, APABILA: (cont...)
1. Product Campaign
◼ Pada kondisi & situasi tertentu, pihak prinsipal bersama dealer/seller secara
2. Dealer/Seller Goodwill
◼ Dealer/seller tertentu atas ijin & persetujuan dari pihak prinsipal, dapat
memberikan program dealer goodwill sebagai bagian dari kegiatan penjualan
(sales activity) dalam rangka menjaga hubungan baik dengan customer/buyer
mereka, dealer goodwill dapat berlalu untuk customer dengan nilai
pembelian/transaksi tertentu, atas pertimbangan loyalitas konsumen, atau
tujuan menarik minat konsumen
KEBIJAKAN WARRANTY KHUSUS
3. Factory Goodwill
◼ Factory goodwill diberikan apabila, pihak prinsipal menemukan
1. Klausula claim & penalty kepada supplier/vendor, harus selalu merujuk kepada regulasi &
standar yang terkait.
2. Klausula tentang claim & penalty dinyatakan secara jelas dalam kontrak, & berlaku untuk
kondisi apa; terlambat kirim, salah kirim, kurang kirim, produk rusak karena pengiriman, atau
kehilangan saat pengiriman.
3. Supplier/vendor tidak dapat melemparkan tanggung jawab atas kesalahan / kerusakan /
kehilangan kirim, baik kepada; prinsipal/produsen, transporter, tool manufaktur, sub-kon,
dan/atau pihak ketiga lainnya yang terkait dalam proses order tersebut.
4. Claim & penalty dapat berbentuk:
❑ Persentase tertentu
❑ Nilai tertentu
❑ Perjam/perhari
❑ at any cost replacement responsibility
❑ Pengurangan dan/atau postponed order
❑ Postponed payment untuk transaksi yang repeat order
❑ Penurunan nilai evaluasi kinerja
5. Nilai claim & penalty tidak dapat memperhitungkan secara langsung “kerugian immaterial”
terkait dengan; opportunity cost, business risk, & reputation risk, di luar yang di cover oleh
pertanggungan asuransi, kecuali kalau dilakukan gugatan kepada supplier/vendor melalui
proses hukum.
PERTIMBANGAN PENGENAAN PENALTY
1. Kriteria order: hal yang mudah digantikan atau hal yang sulit
digantikan
2. Akses barang: mudah digantikan dengan segera atau membutuhkan
waktu yang lebih lama
3. Efek jera: penalty menimbulkan kesungguhan & rasa tanggungjawab
4. Opportunity cost: kelalaian vendor menimbulkan potensi risiko
kerugian, keterlambatan, & menurunkan reputasi
5. Referensi: regulasi, standarisasi, best practices, & lesson learnt
LAYANAN PURNA JUAL (AFTER SALES SERVICES)