Professional Documents
Culture Documents
Final Report - DPKE D - Group 1
Final Report - DPKE D - Group 1
Disusun Oleh:
Group 1
Methyl Ethyl Ketone (MEK) is the second ketone compound in the aliphatic ketone
homolog group after acetone, which is an important commercially produced ketone compound.
MEK is widely used in various industrial purposes including the paint industry, electroplating,
metal degreasing, printing, and many more. This compound has a high solubility in water and
various organic solvents, so it is widely used as a solvent in industry. Methyl ethyl ketone (MEK)
is produced by dehydrogenation of 2-butanol. The compound 2-butanol is the main raw material
used in the MEK manufacturing process. Organic compounds belonging to this type of secondary
alcohol are obtained from the hydration process of 2-butene using an acid catalyst. MEK is
produced commercially from SBA (Secondary butyl alcohol) which is catalytically dehydrated
over an active copper alloy supported on kieselguhr or pumice. The high activity, selectivity and
stability make this system one of the available industrial catalysts for alcohol dehydrogenation.
Through mass balance calculations in this plant design, it was found that the production of Methyl
Ethyl Ketone (MEK) from the dehydrogenation of 2-butanol with a production capacity of 1250
kg MEK/hour requires raw materials in the form of 2-butanol as much as 1289.13 kg/hour, and
absorption solvents. and extraction of 1835 kg of water and 771,4128 kg of TCE, respectively.
ABSTRAK
Metil Etil Keton (MEK) adalah senyawa keton kedua dalam kelompok homolog keton
alifatis setelah aseton merupakan senyawa keton yang penting diproduksi secara komersial. MEK
banyak digunakan dalam berbagai keperluan industri diantaranya industri cat, electroplating,
metal degreasing, percetakan, dan masih banyak lagi. Senyawa ini memiliki kelarutan yang tinggi
dalam air dan berbagai pelarut organik, sehingga banyak digunakan sebagai solvent dalam industri.
Metil etil keton (MEK) diproduksi dengan dehidrogenasi 2-butanol. Senyawa 2-butanol
merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan MEK. Senyawa organik
yang termasuk dalam jenis alkohol sekunder ini diperoleh dari proses hidrasi 2-butena dengan
menggunakan katalis asam. MEK diproduksi secara komersial dari SBA (Secondary butyl alcohol)
yang mengalami dehidrasi katalitik di atas campuran tembaga aktif yang didukung pada kieselguhr
atau batu apung. Aktivitas, selektivitas, dan stabilitas yang tinggi menjadikan sistem ini sebagai
salah satu katalis industri yang tersedia untuk dehidrogenasi alcohol. Melalui perhitungan neraca
massa pada desain pabrik ini, didapatkan bahwa produksi Metil Etil Keton (MEK) dari
dehidrogenasi 2-butanol dengan kapasitas produksi sebesar 1250 kg MEK/jam membutuhkan
bahan baku berupa 2-butanol sebanyak tahun1289,13 kg/jam, dan pelarut absorpsi dan ekstraksi
masing-masing sebanyak 1835 kg Air dan 771,4128 kg TCE.
Metil Etil Keton (MEK) adalah senyawa keton kedua dalam kelompok homolog keton
alifatis setelah aseton merupakan senyawa keton yang penting diproduksi secara komersial. MEK
merupakan cairan yang tidak berwarna, mudah terbakar, mempunyai bau seperti aseton dan larut
dalam sebagian besar solvent organik. MEK merupakan pelarut yang mempunyai titik didih dan
viskositas rendah (Kirk-Othmer, 1995).
Kegunaan MEK, antara lain sebagai pelarut dalam proses penghilangan impuritas
pengolahan minyak bumi (solvent dewaxing), bahan pelindung (coating), pelarut organik, bahan
pembantu pada pembuatan isopropil keton, dan lain sebagainya.
Metil etil keton (MEK) diproduksi dengan dehidrogenasi 2-butanol. Reaktor di mana
butanol didehidrasi untuk menghasilkan MEK dan hidrogen, menurut reaksi:
CH3CH2CH3CHOH → CH3CH2CH3CO + H2
dengan konversi alkohol ke MEK adalah 88% dan yield dapat diambil sebagai 100%. Pendingin-
kondensor, di mana reaktor off-gas didinginkan dan sebagian besar MEK dan alkohol yang tidak
bereaksi dikondensasikan. Dua penukar digunakan tetapi mereka dapat dimodelkan sebagai satu
unit. Dari MEK yang memasuki unit, 84 % nya terkondensasi, bersama dengan 92 % alkohol.
Hidrogen tidak dapat dikondensasikan dan kondensat diumpankan ke depan ke kolom pemurnian
akhir. Pada kolom absorpsi, MEK dan alkohol yang tidak terkondensasi diserap dalam air. Sekitar
98% MEK dan alkohol dapat dianggap diserap dalam unit ini, memberikan larutan MEK 10 % b/b.
Umpan air ke absorber didaur ulang dari unit berikutnya yaitu ekstraktor. Aliran ventilasi dari
absorber, yang sebagian besar mengandung hidrogen, dikirim ke flare stack.
Pada kolom ekstraksi, di mana MEK dan alkohol dalam larutan dari penyerap diekstraksi
dengan trikloroetilena (TCE). Raffinate, air yang mengandung sekitar 0,5 % b/b MEK, didaur
ulang ke kolom absorpsi. Ekstrak yang mengandung sekitar 20 % berat MEK, dan sejumlah kecil
butanol dan air, diumpankan ke kolom distilasi. Pada kolom distilasi, terjadi pemisahan MEK dan
alkohol dari pelarut TCE. Pelarut yang mengandung sedikit MEK dan air didaur ulang ke kolom
ekstraksi. Pada kolom distilasi kedua, dihasilkan produk MEK murni dari produk mentah dari
kolom pertama. Residu dari kolom ini, yang mengandung sebagian besar 2-butanol yang tidak
bereaksi, didaur ulang ke reaktor.
II. Dasar Teori
Metil etil keton merupakan salah satu jenis senyawa keton yang banyak digunakan dalam
industri dan diproduksi secara komersial. Cairan jernih tidak berwarna yang dikenal dengan nama
2-butanon ini memiliki sifat mudah terbakar, berbau seperti aseton, memiliki titik didih rendah,
serta mudah larut dalam air dan beberapa pelarut organik (McKetta, 1989).
Senyawa MEK banyak digunakan di industri baik dalam skala besar maupun kecil.
Beberapa manfaat atau kegunaan dari senyawa MEK dalam industri adalah sebagai berikut
(American Chemistry Council, 2007).
1. Pelarut dalam proses pembuatan resin, gum, selulosa nitrat, selulosa asetat;
2. Bahan pelapis (coating);
3. Bahan perekat (adhesif) atau lem;
4. Bahan tinta cetak;
5. Bahan kimia intermediate.
MEK banyak digunakan dalam berbagai keperluan industri diantaranya industri cat,
electroplating, metal degreasing, percetakan, dan masih banyak lagi. Senyawa ini memiliki
kelarutan yang tinggi dalam air dan berbagai pelarut organik, sehingga banyak digunakan sebagai
solvent dalam industri (Wirtz, 1989). Kegunaan metil etil keton disajikan pada berikut:
Senyawa 2-butanol merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam proses
pembuatan MEK. Senyawa organik yang termasuk dalam jenis alkohol sekunder ini diperoleh dari
proses hidrasi 2-butena dengan menggunakan katalis asam. Zat ini mudah terbakar, cairan yang
tidak berwarna, dan terlarut sempurna pada pelarut organik polar seperti eter dan alkohol lainnya.
Pada produksi dalam skala besar, kegunaan utama dari 2-butanol adalah sebagai pelopor dari
pelarut industri yaitu metil etil keton.
Dehidrogenasi butil alkohol sekunder pada berbagai katalis oksida logam pada 250-400 °C
menghasilkan pembentukan berbagai jumlah alkohol yang tidak dikonversi, air dan MEK. MEK
diproduksi secara komersial dari SBA (Secondary butyl alcohol) yang mengalami dehidrasi
katalitik di atas campuran tembaga aktif yang didukung pada kieselguhr atau batu apung. Aktivitas,
selektivitas, dan stabilitas yang tinggi menjadikan sistem ini sebagai salah satu katalis industri
yang tersedia untuk dehidrogenasi alcohol (Keshavaraja, 1996).
III. Pembahasan
1. Reaktor
<2> <3>
Reaktor
Sehingga diperoleh jumlah massa komponen aliran masuk sama dengan aliran keluar Reaktor sebesar
1464,5983 kg.
2. Kondensor
<3> <4>
Kondensor
Keluar
No. Komponen BM Aliran <4> Aliran <13>
Fraksi Mol Massa Fraksi Mol Massa
mol (kmol) (kg) mol (kmol) (kg)
1 2-butanol 74 0,0093 0,19 14,0601 0,1299 2,185 161,692
2 MEK 72 0,1366 2,7867 200,6421 0,8701 14,6301 1053,37
3 H2 2 0,854 17,4168 34,8337 0 0 0
Total 1 20,3935 249,5359 1 16,8152 1215,06
Sehingga diperoleh jumlah massa komponen aliran masuk sama dengan aliran keluar
Kondensor sebesar 1464,5983 kg.
3. Absorber
<6>
<4> <7>
Absorber
<5>
Gas terabsorbsi :
MEK = 0,98
2-butanol = 0,98
H2 = 0
Keluaran Absorber:
MEK (aq) = 0,1 b/b
Sehingga dari Tabel III.2.3 diketahui bahwa aliran masuk H2O pada absorber yang
diperoleh sebesar 101,959 kmol. Pada Tabel III.2.4 diperoleh fraksi massa keluaran MEK sebesar
0,1. Untuk total massa aliran masuk sama dengan aliran keluar sebesar 2094,0198 kg.
4. Ekstraktor
<8>
<5> <6>
Ekstraktor
<9>
Sehingga dari Tabel III.2.5 diketahui bahwa aliran masuk TCE pada ekstraktor yang diperoleh
sebesar 5,866 kmol. Pada Tabel III.2.6 diperoleh fraksi massa keluaran MEK sebesar 0,2. Untuk total
massa aliran masuk sama dengan aliran keluar sebesar 2826,3049 kg.
5. Kolom Distilasi I
<10>
<9>
Kolom Distilasi I
<8>
Sehingga dari Tabel III.2.7 dan Tabel III.2.8 diperoleh total massa aliran masuk sama dengan
aliran keluar sebesar 981,821 kg.
6. Kolom Distilasi II
<11>
Sehingga dari Tabel III.2.9 diketahui bahwa aliran masuk 2-butanol pada kolom distilasi II yang
diperoleh sebesar 17,4206 kmol. Pada Tabel III.2.10 diperoleh massa keluaran MEK sebesar 1250
KG. Adapun total massa aliran masuk diperoleh sama dengan aliran keluar sebesar 1425,4706 kg.
IV. Kesimpulan
Produksi Metil Etil Keton (MEK) dari dehidrogenasi 2-butanol dengan kapasitas produksi
sebesar 1250 kg MEK/jam membutuhkan bahan baku berupa 2-butanol sebanyak tahun1289,13
kg/jam, dan pelarut absorpsi dan ekstraksi masing-masing sebanyak 1835 kg Air dan 771,4128 kg
TCE.
DAFTAR PUSTAKA
Coulson and Richardson’s (2005) Chemical Engineering Design, Volume 2, Fifth Edition.
Environmental Protection Agency, (1994) Locating and Estimating Air Emissions from Sources
of Methyl Ethyl Ketone, Amerika Serikat: Environmental Protection Agency.
Keshavaraja, A. et al, (1996) Process for the preparation of methyl ethyl ketone from secondary
butyl alcohol using an improved copper silica catalyst. Council of Scientific and Industrial
Research.
Kirk-Othmer (1981) Encyclopedia of Chemical Technology Vol.19. John Wiley & Sons inc.
New York.
McKetta, J.J. (1989) Encyclopedia of Chemical Processing and Design, Vol. 30, New York: CRC
Press, p. 32.
Wirtz, R., et al, (1989) Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry. 5th edn, Vol. A4,
Weinheim: Wiley-VCH, pp. 477-480.
Yaws, C.L. (1999) Chemical Properties Handbook, Microsoft Excel, Texas: McGraw Hill.