Professional Documents
Culture Documents
Gallery Tumela', M. Mardhiansyah, Tuti Arlita?
Gallery Tumela', M. Mardhiansyah, Tuti Arlita?
Gallery Tumela', M. Mardhiansyah, Tuti Arlita?
ABSTRACT
Keywords: Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen, Piper betle Linn., Seed Quality
2
pengaruh perendaman benih sengon HASIL DAN PEMBAHASAN
3
diasumsikan bahwa persentase benih (R5). Hal ini dikarenakan kandungan
berkecambah semakin tinggi. zat aktif yang terkandung didalam
Perbedaan yang terjadi pada larutan air rendaman daun sirih
setiap perlakuan disebabkan ketika tersebut lebih banyak dan kosentrasi
proses penyimpanan di dalam larutan air daun sirih semakin tinggi
amplop kertas, benih sengon sehingga benih yang direndam dalam
4
Hasil penelitian proses persemaian kondisi benih
membuktikan waktu yang optimal terlindung dari kerusakan yang
bagi kecepatan perkecambahan benih berpengaruh terhadap kecepatan
sengon adalah perendaman daun benih sengon berkecambah. Waktu
sirih selama 30 menit (R3). Benih optimal yang didapat dalam pnelitian
sengon yang mendapat perlakuan ini membuktikan lamanya
tersebut menunjukkan bahwa benih perendaman daun sirih tidak
sengon lebih cepat berkecambah semestinya lebih baik lamanya
mencapai 2,73 hari dibandingkan perendaman yang dilakukan diduga
dengan perendaman daun sirih bisa merusak kandungan zat aktif
selama 10 menit (Ri) yang yang terdapat didalam daun sirih.
menunjukkan benih sengon paling Benih sengon yang diberi
lama berkecambah, dimana perlakuan dengan air rendaman daun
membutuhkan waktu berkecambah sirih secara umum tidak mengalami
3,97 hari. Lamanya benih sengon perubahan bentuk dan keadaan
yang mendapat perlakuan morfologisnya tidak banyak berubah.
perendaman dengan air rendaman Benih yang tidak mengalami
daun sirih selama 10 menit untuk perubahan bentuk, mempengaruhi
berkecambah diduga karena waktu kondisi cadangan makanan yang ada
yang dibutuhkan benih untuk di dalam benih sengon tetap terjaga
menyerap zat terkandung didalam air dengan baik. Benih terjaga dari
rendaman daun sirih tidak maksimal. infeksi mikroorganisme memiliki
Tabel 2. Rerata kecepatan benih simpanan energi yang cukup, yang
berkecambah terkandung di dalam cadangan
Perlakuan
Kecepatan benih makanan untuk proses
berkecambah (hari)
R3 2,73 a perkecambahan. Sesuai dengan yang
R4 3,18 b dinyatakan oleh Sutopo (2004) di
Rs 3,20 bc
dalam jaringan penyimpanannya
R2 3,42 bc
3,97 c
benih memiliki karbohidrat, protein,
RI
Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh hurufkecil lemak, dan mineral, dimana bahan
yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut uji bahan ini diperlukan sebagai bahan
DNMRT pada taraf 5%.
baku dan energi bagi embrio pada
Lamanya perendaman daun
sirih yang dilakukan tidak diikuti saat perkecambahan dan didukung
oleh Worker dan Ruckman (1968)
dengan peningkatan kecepatan benih
berkecambah, hal ini ditunjukkan yang mengemukakan bahwa bentuk
benih berpengaruh terhadap
dari hasil penelitian waktu yang
kecepatan pertumbuhan dan
optimal bagi kecepatan benih sengon
berkecambah adalah lama waktu
produksi, karena bentuk benih
menentukan besarnya kecambah.
perendaman daun sirih selama 30
C. Waktu Benih Berkecambah
menit (R3). Hal tersebut dikarenakan
selama proses perendaman benih Mencapai 80%
Waktu benih berkecambah
sengon lebih optimal mendapat
mencapai 80% adalah parameter
antiseptik dari kandungan minyak
untuk menyatakan lamanya waktu
atsiri pada daun sirih. Daun sirih
bersifat antiseptik dan
(hari) yang dibutuhkan benih untuk
yang
desinfektan
dapat mencapai 80% dari total benih
mampu melindungi
benih dari infeksi yang berkecambah. Waktu untuk
sengon
mikroorganisme sehingga
menyatakan batas 80% dihitung
JOM Faperta UR Vol.3 No.2 Oktober 2016
5
berdasarkan jumlah benih yang penelitian dihentikan, sehingga pada
berkecambah setiap hari hingga pengamatan waktu yang diperlukan
mencapai 80% dari total benih yang benih untuk berkecambah mencapai
berkecambah. Hasil pengamatan 80% ini tidak dianalisis ragam.
terhadap waktu benih sengon Benih yang tidak mampu
6
DAFTAR PUSTAKA Worker, Jr. G.F. and Ruckman.
Atmosuseno, B.S. 1998. Budidaya, 1968. Variation In Protein
Kegunaan dan Prospek Levels In Grain Sorghum In
Sengon. Jakarta: Penebar The Southwest Desert.
Swadaya. Agron. J. 60: hlm. 48-487.
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih.
Penerbit Angkasa. Bandung.
Kamil, J. 2003. Teknologi Benih 1.
Angkasa Raya. Padang.
Krisnawati, H., Varis, E., Kallio, M.
dan Kanninen, M. 2011.
Paraserienthes falcataria
(L.) Nielsen: Ekologi,
Silvikultur dan
Produktivitas. CIFOR,
Bogor, Indonesia.
Nalina, T. and Rahim, Z.H.A. 2007.
The Crude Aqueos Extract
or Piper betle L. and its
Antibacterial Effect Toward
Streptococcus Mutans.
American Journal of
Biotechnology and
Pengendaliannya. Buletin
Penelitian Hutan No.
632/2002. Puslitbang Hutan
dan KA. Bogor.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih.
PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Syukur, C. dan Hernani. 2002.
Budidaya Tanaman Obat
Komersial. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Tekrony, D.M. and Egi, D.B. 1992.
Relationship of Seed Vigor
to Crop Yield: A Review Crp
Sci. 31:616-822.