Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Scanned by TapScanner

PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PADA AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian hubungan umur, paritas, pendidikan dan pekerjaan dengan pemilihan alat
kontrasepsi dalam rahim di Puskesmas Kramatwatu Serang Banten dengan hasil uji statistik yang
signifikan (Ha diterima, Ho ditolak), p-value 0,004< 0,05. Sehingga dengan adanya hasil penelitian ini
diharapkan tenaga kesehatan dapat mengoptimalkan informasi atau penyuluhan-penyuluhan mengenai
pentingnya ber-KB khususnya alat kontrasepsi dalam rahim untuk mensejahterakan keluarga.
Jurnal Kebidanan – Vol 9, No 1 (2020), 31-38
ISSN 2301-8372 (print); ISSN 2549-7081 (online)
DOI: 10.26714/jk.9.1.2020.31-38

Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) pada akseptor


Keluarga Berencana
Mita Meilani,1* Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali2
1
Magister Kebidanan, Universiyas Aisyiyah Yogyakarta; 2Program Studi S1 Komunikasi,
Universiyas Aisyiyah Yogyakarta – Indonesia

Abstract
Family Planning is the most basic and primary preventive health service effort. One of the acceptable
contraceptives in Indonesia is the Contraceptive Intra Uteri Device (IUD), which is the most effective, safe
and comfortable contraception for many women. Use of contraception is still dominated by short-term
contraceptives, especially injections which reach 31.2% and pills 13.4%. While the level of use of the Long-
Term Contraception method, the IUD reaches 4.8%. In 2013, based on the results of the KB prevalence
survey with MKJP of 64.6%. Overall, there were still 16 provinces that reached the position of family
planning prevalence with MKJP lower than the national figure (> 64.6%). This study aims to determine the
relationship of maternal characteristics with the selection of contraceptives Intra Uteri Device (IUD) on
family planning acceptors at the Kramatwatu Health Center in Serang, Banten. This quantitative study uses
a cross sectional approach with 82 acceptor respondents and uses a check list instrument. The results of
the research prove that with the results of statistically significant tests showing that there is a relationship
between maternal age, maternal parity, maternal education and occupation with the selection of
contraceptives intra uteri device on family planning acceptors with p-value 0.004 <0.05, p-value 0.007 <0
.05, p-value 0.006 <0.05 and p-value 0.007 <0.05. The conclusion in this study there is a relationship
between maternal characteristics with the IUD selection so that health workers can optimize counseling
about family planning, especially the use of intra uterine devices (IUD).

Keywords: contraception intra uterine device; parity; education; age

Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama.
Salah satu alat kontrasepsi yang dapat diterima di Indonesia adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) yang merupakan alat kontrasepsi yang paling efektif, aman dan nyaman bagi banyak wanita.
Penggunaan kontrasepsi masih di dominasi oleh alat kontrasepsi jangka pendek terutama suntikan yang
mencapai 31,2 % dan pil 13,4%. Sedangkan tingkat pemakaian metode Kontrasepsi Jangka Panjang
yaitu AKDR mencapai 4,8%. Pada tahun 2013, berdasarkan hasil survey prevalensi KB dengan MKJP
sebesar 64,6%. Secara keseluruhan masih 16 provinsi mencapai posisi prevalensi KB dengan MKJP lebih
rendah dari angka nasional (>64,6%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan karakteristik
ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pada akseptor KB di Puskesmas Kramatwatu
Serang Banten. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan 82
responden akseptor KB dan menggunakan instrumen check list. Hasil penelitian membuktikan bahwa
dengan hasil uji statistik yang signifikan menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur ibu, paritas
ibu, pendidikan ibu dan pekerjaan dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim pada akseptor KB
dengan p-value 0,004<0,05, p-value 0,007<0,05, p-value 0,006<0,05 dan p-value 0,007 < 0,05.

__________
*Korespondensi Penulis: Mita Meilani (email: meilani.mita@yahoo.com), Jl. Raya Cilegon No.KM.8, Pejaten, Kec. Kramatwatu, Serang,

Banten 42616.

Copyright © 2020 Jurnal Kebidanan │ 31


Mita Meilani, Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali

Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan karakteristik ibu dengan pemilihan AKDR sehingga
tenaga kesehatan dapat mengoptimalkan penyuluhan mengenai keluarga berencana khususnya
penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

Kata Kunci: Alat Kontrasepsi dalam Rahim; paritas; pendidikan; umur

Pendahuluan Penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia


Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyara- masih didominasi alat kontrasepsi jangka pendek
kat yang menghimpun dan mengajak segenap terutama kontrasepsi suntik. Kontrasepsi jangka
potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif pendek dapat mengakibatkan angka putus pakai
dalam melembagakan dan membudayakan KB cukup tinggi. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (AKDR) yang merupakan alat kontrasepsi yang
dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya paling efektif, aman dan nyaman bagi banyak
manusia. Tujuan umum dari program KB adalah wanita, alat ini merupakan alat kontrasepsi
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuat- reversible yang paling sering digunakan di seluruh
an sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara dunia dengan pemakaian saat ini mencapai
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu sekitar 100 juta wanita (Glasier & Alisa, 2005).
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat me- Dalam penelitian Friedman, (2015) mengatakan
menuhi kebutuhan hidupnya. Sasaran dalam pro- bahwa remaja yang sudah memiliki anak bisa
gram ini adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan kontrasepsi ini untuk menghindari
menjadi akseptor KB aktif (Sulistyawati, 2012). kehamilan. Sehingga alat kontrasepsi dalam
Tahap selanjutnya program KB menjadi gerak- rahim ini efektif untuk menghindari kehamilan.
an KB yang ditujukan terutama untuk me- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupa-
ningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kan alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas
dilandasi oleh Undang-undang No. 10 tahun lebih unggul dibandingkan alat kontrasepsi jang-
1992 tentang Kependudukan dan Perkembangan ka pendek, tingkat kegagagalannya pun sangat
Keluarga Sejahtera. Keluarga Berencana (Family rendah dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya
Planning, Planned Parenthood) adalah suatu (Tang, Maurer, & Bartz, 2013).
usaha untuk menjarangkan atau merencanakan Pencapaian peserta KB baru di Provinsi
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai Banten tahun 2018 sebesar 463.200 (148,65%)
kontrasepsi. Keluarga berencana dapat me- akseptor terhadap Perkiraan Pemerintah Masya-
ningkatkan kepedulian masyarakat dalam me- rakat (PPM) sebanyak 311.607 peserta KB
wujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera baru.Cakupan akseptor baru untuk AKDR 27.514
(Anggraini, 2012). Pertumbuhan yang tinggi akan (5,97%), MOW 2.561 (0,55%), MOP 1.154
menimbulkan masalah besar bagi suatu negara, (0,25%), Kondom 42.466 (9,17%), Implant 36.513
sehingga usaha harus optimal dalam mem (7,88%), Suntik 221.386 (47,79%), dan Pil 131.606
pertahankan kesejahteraan rakyat (Pinontoan, (28,41%). Badan Keluarga Berencana dan
Solang, & Tombokan, 2014).

32 │ Jurnal Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020)


Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) ....

Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten ini 82 akseptor KB. Teknik pengambilan sampel
Serang, Berdasarkan Perkiraan Pemerintah Ma- menggunakan random sampling secara acak
syarakat (PPM), pencapaian peserta KB aktif dari sistematis. Kriteria inklusi penelitian ini adalah ibu
Pasangan Usia Subur (PUS) di Serang sebanyak yang menjadi akseptor KB, data kontrasepsi yang
275.495 jiwa yang sudah menjadi peserta KB aktif terekam di buku register bidan, ibu yang memiliki
ada 85.890 jiwa. Adapun rincian pemakaian alat suami, dan kriteria ekslusi yaitu data kontrasepsi
kontrasepsinya, AKDR 7.974 orang, Media yang tidak lengkap di buku register serta menolak
Operasi Wanita (MOW) 656 orang, Metode menjadi responden.
Operasi Pria (MOP) 565 orang, Kondom 2346 Instrumen penelitian ini berupa check list yang
orang, Implant 5.522 orang, Suntik 38.948 orang, dibuat oleh peneliti yang berkaitan dengan
dan Pil 29.879 orang. pencatatan data. Alat pengumpulan data yang
Berdasarkan data yang diperoleh pada digunakan dalam penelitian ini adalah data se-
periode 01 Januari - 31 Desember 2018 di kunder dengan melihat buku register KB di
Puskesmas Kramatwatu, yang menjadi pasangan Puskesmas. Variabel bebas (variable indepen-
usia subur 15.763, dan peserta KB aktif adalah dent) adalah umur, paritas, pendidikan, dan
10102 orang yang terdiri dari peserta KB AKDR: pekerjaan. Variabel terikat (variable dependent)
1.037 orang (6,58%), KB MOW: 363 orang (2,3%), adalah pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim.
KB MOP: 57 orang (0,36%), KB Implant: 555 Analisis nivariat dilakukan dengan statistik des-
orang (3,52%), KB Suntik: 6151 orang (39,02%), kriptif untuk mendeskripsikan karakteristik setiap
KB Pil: 1739 orang (11,03%), dan KB Kondom: 200 variabel penelitian. Analisis bivariat mengguna-
orang (1,27%) (Puskesmas Kramatwatu, 2013). kan uji Chi-Square.
Sedangkan cakupan Peserta KB aktif tahun 2018
dari jumlah peserta KB aktif sebanyak 10102 Hasil dan Pembahasan
orang yaitu AKDR (7,19%), MOW (2,51%), MOP Karakteristik responden sebagian besar yang
(0,93%), Implant (3,85%), Suntik (42,62%), Pil tidak memilih alat kontrasepsi dalam rahim yaitu
(12,05%), Kondom (1,38%). Melihat data ter- sebanyak 44 responden (53,7%). Sebagian besar
sebut AKDR masih rendah cakupannya karena karakteristik responden berusia 20-35 tahun
belum mencapai target tahun 2018. yaitu sebanyak 50 responden (61%). Sebagian
besar responden dengan paritas 1-3 anak yaitu
Metode Penelitian sebanyak 44 responden (53,7%). Karakteristik
Desain penelitian yang digunakan pada pe- pendidikan responden didapatkan hasil bahwa
nelitian ini adalah survey analitik dengan pen- sebagian besar responden berpendidikan tinggi
dekatan cross sectional. Populasi dari penelitian (SMA, MA, SMK) yaitu sebanyak 46 responden
ini adalah seluruh ibu yang menggunakan (56,1%). Dan karakteristik responden sebagian
kontrasepsi di Puskesmas Kramatwatu sebanyak besar tidak bekerja sebanyak 44 responden
450 akseptor KB. Jumlah sampel dalam penelitian (53,7%).

Jurnal Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020) Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020) │ 33


Mita Meilani, Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali

Tabel 1.
Hubungan Antara Umur dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
di Puskesmas Kramatwatu Tahun 2018
Ibu Yang Memilih Kontrasepsi
AKDR Total
Umur P-value OR
Ya Tidak
F % F % f %
<20 dan >35 th 8 9,8 24 29,3 32 100
20-35 th 30 36,5 20 24,4 50 100 0,004 0,222
Total 38 46,3 44 53,7 82 100

Tabel 2.
Hubungan antara Paritas dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
di Puskesmas Kramatwatu Tahun 2018
Ibu Yang Memilih Kontrasepsi
AKDR Total
Paritas P-value OR
Ya Tidak
F % F % f %
1-3 anak 27 32,9 17 20,7 44 100
>3 anak 11 13,4 27 33 38 100 0,007 3,898
Total 38 46,3 44 53,7 82 100

Berdasarkan tabel 1 tersebut menunjukkan 32,9 % di bandingkan ibu yang memiliki > 3 anak
bahwa bahwa ibu yang memilih kontrasepsi sebanyak 13,4 %.
AKDR proporsi lebih banyak pada ibu yang Hasil uji statistic (Chi Square) didapatkan nilai
berumur 20-35 tahun sebanyak 36,5 % P = 0,007 yang berarti P ≤ α (0,05) sehingga dapat
dibandingkan ibu yang berusia <20 dan >35 disimpulkan Ho ditolak. Hal ini membuktikan
tahun sebanyak 9,8 %. bahwa ada hubungan antara paritas dengan
Hasil uji statistic (Chi Square) didapatkan nilai pemilihan AKDR. Dengan nilai OR 3,898 berarti
P = 0,004 yang berarti P ≤ α (0,05) sehingga dapat ibu memiliki > 3 anak empat kali berpeluang tidak
disimpulkan Ho ditolak. Hal ini membuktikan memilih AKDR dibandingkan ibu yang memiliki 1-
bahwa ada hubungan antara umur dengan 3 anak.
pemilihan AKDR. Dengan nilai OR 0,222 berarti Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa ibu yang
ibu umur <20 dan >35 tahun satu kali berpeluang tidak menggunakan alat kontrasepsi AKDR pro-
tidak memilih AKDR dibandingkan ibu yang porsinya lebih besar pada ibu yang berpendidikan
berumur 20-35 tahun. Rendah sebanyak 31,7 % di bandingkan dengan
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa ibu pendidikan tinggi sebanyak 12,2 %.
yang memilih kontrasepsi AKDR proporsi lebih
besar pada ibu yang memiliki 1-3 anak sebanyak

34 │ Jurnal Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020)


Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) ....

Tabel 3.
Hubungan antara Pendidikan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
di Puskesmas Kramatwatu Tahun 2018
Ibu Yang Memilih Kontrasepsi
AKDR Total
Pendidikan P-value OR
Ya Tidak
F % F % f %
Rendah 10 12,2 26 31,7 44 100
Tinggi 28 34,1 18 22 38 100 0,006 0,247
Total 38 46,3 44 53,7 82 100

Tabel 4.
Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
di Puskesmas Kramatwatu Tahun 2018
Ibu Yang Memilih Kontrasepsi
AKDR Total
Pekerjaan P-value OR
Ya Tidak
F % F % f %
Bekerja 27 32,9 17 20,7 44 100
Tidak Bekerja 11 13,4 27 32,9 38 100 0,007 3,898
Total 38 46,3 44 53,7 82 100

Hasil uji statistic (Chi Square) di dapatkan P = tidak bekerja empat kali berpeluang tidak
0,006 berarti P <α (0,05) sehingga dapat disimpul- memilih AKDR dibandingkan ibu yang bekerja.
kan Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada Hasil analisis data menunjukkan bahwa res-
hubungan antara pendidikan dengan pemilihan ponden dengan umur 20-35 tahun lebih banyak
alat kontrasepsi AKDR. Dengan nilai OR 0,247 memilih alat kontrasepsi dalam rahim sebanyak
berarti ibu yang berpendidikan rendah satu kali 36,5 %. Hasil uji Chi-Square yaitu p-value me-
berpeluang tidak memilih AKDR dibandingkan nunjukkan hasil 0,004, sehingga dapat disimpul-
ibu yang berpendidikan tinggi. kan bahwa p-values 0,004 < 0,05 dan terdapat
Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa ibu yang hubungan umur dengan pemilihan AKDR di
menggunakan alat kontrasepsi AKDR sama pro- Puskesmas Kramatwatu Serang tahun 2013.
porsinya pada ibu yang bekerja dan tidak bekerja Dengan nilai OR 0,222 berarti ibu umur <20 dan
yaitu sebanyak 32,9 % . Hasil uji statistic (Chi >35 tahun satu kali berpeluang tidak memilih
Square) di dapatkan P = 0,007 berarti P <α (0,05) AKDR dibandingkan ibu yang berumur 20-35
sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak. Hal ini tahun.
membuktikan bahwa ada hubungan antara Umur adalah masa perjalanan hidup sese-
pekerjaan dengan pemilihan alat kontrasepsi orang, mulai dari lahir sampai batas pengumpu-
AKDR. Dengan nilai OR 3,898 berarti ibu yang lan data, tingkat kematangan dan kekuatan

Jurnal Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020) Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020) │ 35


Mita Meilani, Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali

seseorang akan lebih dewasa dipercaya dari Hasil analisis data menunjukkan bahwa
orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini responden memilih kontrasepsi AKDR proporsi
adalah bagian dari pengalaman dan kematangan lebih besar pada ibu yang memiliki 1-3 anak
jiwa. (Nursalam, 2003). Hal ini sesuai dengan sebanyak 32,9 %. Hasil uji Chi-Square yaitu p-
pernyataan Hartanto (2004) mengatakan bahwa value menunjukan hasil 0,007, sehingga dapat
Pasangan usia subur adalah antara 20-30 tahun disimpulkan bahwa p-values 0,007 < 0,05 dan
merupakan periode usia yang paling baik terdapat hubungan paritas dengan pemilihan
melahirkan dan jumlah anak 2 orang dan jarak AKDR di Puskesmas Kramatwatu Serang tahun
antara kelahiran antara 3-4 tahun, sedangkan 2013. Dengan nilai OR 3,898 berarti berarti ibu
usia 30 tahun terutama diatas 35 tahun sebaik- memiliki > 3 anak empat kali berpeluang tidak
nya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 memilih AKDR dibandingkan ibu yang memiliki 1-
orang anak, alat kontrasepsi yang sesuai untuk 3 anak.
usia 20-35 tahun salah satunya adalah alat
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup
kontrasepsi dalam rahim dengan metode per-
yang dipunyai oleh seorang wanita. (BKKBN,
lindungan jangka panjang.
2006). Menurut (Mochtar, 2012), primipara
Dari hasil penelitian didapatkan ibu yang adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
berusia 19 tahun yang memilih alat kontrasepsi bayi hidup pertama kali sedangkan multipara
dalam rahim berjumlah 3 orang, yang berusia 38 adalah wanita yang pernah melahirkan bayi
tahun berjumlah 5 orang, sedangkan yang beberapa kali sampai 5 kali dan grande multipara
berusia 30 tahun berjumlah 15 orang, yang adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali
berusia 25 tahun 8 orang dan yang berusia 34 atau lebih hidup atau mati.
tahun 7 orang. Pada penelitian ini sebagian besar Pada hasil penelitian ini ditemukan ibu yang
ibu yang berusia antara 20-35 tahun memilih alat memiliki kategori paritas 1-3 anak lebih banyak
kontrasepsi AKDR. Hal ini mungkin dapat di- yang menggunakan alat kontrasepsi AKDR
pengaruhi oleh beberapa faktor-faktor lain se- dikarenakan ingin meningkatkan kesejahteraan
perti ibu yang berusia > 30 tahun sebaiknya dalam keluarga salah satunya dengan meng-
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 gunakan alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas
orang anak dan kontrasepsi yang sesuai untuk tinggi yaitu AKDR dengan perlindungan jangka
usia 20-35 tahun salah satunya adalah ko- panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan
ntrasepsi AKDR dengan metode perlindungan Hartanto (2004) pada ibu multípara yang berusia
jangka panjang. Penggunaan alat kontrasepsi dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamil-
meningkat pada umur 30-34 hal ini disebabkan an dengan menggunakan alat kontrasepsi jenis
karena wanita tidak menginginkan lebih banyak Pil, AKDR, suntik, susuk dan kondom. Pada usia
anak sehingga kontrasepsi ini digunakan sebagai 20-30 tahun dianjurkan untuk menjarangkan
upaya dalam mencegah kehamilan yang tidak kehamilan, cara kontrasepsi yang dianjurkan
diinginkan (Mosher, Moreau, & Lantos, 2016). adalah AKDR, susuk, suntik, pil, kondom. Sesudah

36 │ Jurnal Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020)


Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) ....

usia 30 tahun atau pada fase mengakhiri memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi
kesuburan dianjurkan menggunakan kontrasepsi pengetahuan baru, khususnya tentang hal-hal
mantap, AKDR, susuk, suntik, pil KB, dan kondom. yang berhubungan dengan pemilihan alat kon-
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ibu trasepsi AKDR. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang tidak menggunakan alat kontrasepsi AKDR Notoatmodjo (2007) pendidikan merupakan fase
proporsinya lebih besar pada ibu yang ber- kunci dalam pembangunan dan merupakan
pendidikan rendah sebanyak 31,7 %. Hasil uji Chi- komponen utama kesejahteraan yang ber-
Square yaitu p-value menunjukan hasil 0,006, pengaruh terhadap penurunan jumlah fertilitas,
sehingga dapat disimpulkan bahwa p-values morbiditas, pemberdayaan wanita, kualitas pen-
0,006 < 0,05 dan terdapat hubungan pendidikan duduk, proses demokrasi, pendewasaan usia
dengan pemilihan AKDR di Puskesmas Kramat- perkawinan, penekanan jumlah penduduk, pe-
ningkatan gizi dan peningkatan hidup anak.
watu Serang tahun 2013. Dengan nilai OR 0,247
Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu
berarti ibu yang berpendidikan rendah satu kali
aspek sosial yang umumnya berpengaruh pada
berpeluang tidak memilih AKDR dibandingkan
tingkat pendapatan keluarga sebagai faktor
ibu yang berpendidikan tinggi.
ekonomi.
Pendidikan adalah usaha untuk membantu
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ibu
individu, kelompok atau masyarakat dalam
yang menggunakan alat kontrasepsi AKDR sama
meningkatkan atau mengembangkan penge-
proporsinya pada ibu yang bekerja dan tidak
tahuan secara optimal. Pendidikan mempe-
bekerja yaitu sebanyak 32,9 %. Hasil uji statistic
ngaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
(Chi Square) di dapatkan P = 0,007 berarti P <α
seseorang makin mudah orang tersebut untuk
(0,05) sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak. Hal
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
ini membuktikan bahwa ada hubungan antara
maka seseorang akan cenderung untuk men- pekerjaan dengan pemilihan alat kontrasepsi
dapatkan informasi, baik dari orang lain maupun AKDR. Dengan nilai OR 3,898 berarti ibu yang
dari media massa (Notoatmodjo, 2010). Pen- tidak bekerja empat kali berpeluang tidak
didikan diperkirakan ada kaitannnya dengan memilih AKDR dibandingkan ibu yang bekerja.
pengetahuan ibu tentang KB IUD, hal ini di-
Menurut penelitian Yalew, Zeleke dan Teferra
hubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu
(2015) mengatakan bahwa status pekerjaan me-
bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
rupakan faktor yang signifikan dengan pemilihan
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas
alat kontrasepsi jangka panjang. Status pekerjaan
dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah dapat menjadi prediktor yang penting dalam
(Notoatmodjo, 2010). pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim. Status
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang ibu yang berkerja 4 kali lebih besar dalam
semakin mudah orang tersebut mendapatkan pemilihan alat kontrasepsi dibandingkan dengan
informasi. Pendidikan seorang ibu yang rendah ibu yang tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan teori

Jurnal Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020) Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020) │ 37


Mita Meilani, Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali

(Saifuddin, 2010) bahwa penggunaan alat kontra- Hartanto, H. (2004). Keluarga Berencana dan
sepsi AKDR akan sangat menguntungkan karena Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
sangat efektif dan praktis, dihubungkan dengan Mosher, W. D., Moreau, C., & Lantos, H. (2016).
ibu yang bekerja bahwa dengan memakai alat Trends and determinants of IUD use in the
kontrasepsi AKDR ibu akan aman dari ke- USA, 2002–2012. Human Reproduction,
31(8), 1696–1702. https://doi.org/10.1093/
mungkinan hamil untuk jangka waktu yang relatif
humrep/dew117
lama.
Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan perilaku
Kesimpulan kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Berdasarkan hasil penelitian hubungan umur, Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian


kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
paritas, pendidikan dan pekerjaan dengan pe-
milihan alat kontrasepsi dalam rahim di Pus- Pinontoan, S., Solang, S. D., & Tombokan, S. G.
kesmas Kramatwatu Serang Banten dengan hasil (2014). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam
uji statistik yang signifikan (Ha diterima, Ho
rahim di Puskesmas Tatelu Kabupaten
ditolak), p-value 0,004<0,05, p-value 0,007<0,05, Minahasa Utara. JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan),
p-value 0,006<0,05 dan p-value 0,007 < 0,05. 2(2), 17–23.
Sehingga dengan adanya hasil penelitian ini Sulistyawati, A. (2012). Pelayanan Keluarga
diharapkan tenaga kesehatan dapat mengopti- Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
malkan informasi atau penyuluhan-penyuluhan Tang, J., Maurer, R., & Bartz, D. (2013). Intrauterine
mengenai pentingnya ber-KB khususnya alat device knowledge and practices: A national
kontrasepsi dalam rahim untuk mensejahterakan survey of obstetrics and gynecology
keluarga.[] residents. Southern Medical Journal, 106(9),
500–505.
https://doi.org/10.1097/SMJ.0b013e3182a5
Daftar Pustaka ef0a
Anggraini, Y. M. (2012). Pelayanan Keluarga Be- Yalew, S., Zeleke, B., & Teferra, A. (2015). Demand
rencana. Yogyakarta: Rohima Press. for long acting contraceptive methods and
associated factors among family planning
Friedman, J. O. (2015). Factors associated with
service users, Northwest Ethiopia: A health
contraceptive satisfaction in adolescent
facility based cross sectional study. BMC
women using the IUD. Journal of Pediatric
Research Notes, 8(1), 29. https://doi.org/
and Adolescent Gynecology, 28(1), 38–42.
10.1186/s13104-015-0974-6
https://doi.org/10.1016/j.jpag.2014.02.015
Glasier, A., & Alisa, G. (2005). Keluarga Berencana
dan kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC.

38 │ Jurnal Kebidanan – Vol 9, No. 1 (2020)

You might also like