Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com
KONSELING GIZI PADA PASIEN DENGAN STATUS GIZI OBESITAS

Jeannete Claudia Wulandari1, Engelien Milannia Gigir2, Lesda Lybaws3


1,2,3
Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana
472018041@student.uksw.edu

ABSTRACT
Nutritional counseling is not only intended for individuals who have problems, but it is
needed for individuals who are healthy in order to maintain their health optimally or have an ideal
body weight condition. This practicum has the aim that the practitioner understands the management
of nutritional counseling which includes the goals and objectives of nutritional counseling as well as
nutritional counseling steps. The procedure used in this practicum is doing a role play with a group
of practitioners who have discussed together. After the role play, the practitioner and the group
discuss the steps in counseling and the distribution of the roles of the counselor and client among
group members. Furthermore, a Standardized Nutritional Care Process (PAGT) form is made by the
practitioner and his group to determine the nutritional diagnosis and interventions that must be
carried out. After doing this practicum, the practitioner can understand the management of
nutritional counseling which includes the goals and objectives of nutritional counseling as well as
nutritional counseling steps. Practice getting cases of obesity that occur in adolescents, the purpose
of nutritional counseling is to discuss dietary changes following dietary intake recommendations to
treat obesity in these clients. Meanwhile, the target of nutritional counseling for obese adolescents is
aimed at clients and families. Furthermore, the practitioner knows the steps taken in nutritional
counseling, which consists of building the basics of counseling, exploring problems, establishing a
diagnosis, planning nutritional interventions, obtaining commitment and conducting monitoring and
evaluation.244 words
Keyword: Basics of counseling, nutritional interventions, Standardized Nutritional Care Process
(PAGT)

ABSTRAK
Konseling gizi tidak hanya diperuntukan untuk individu yang memiliki masalah, tapi
diperlukan untuk individu yang sehat agar dapat mempertahankakn kesehatannya secara optimal atau
memiliki kondisi berat badan ideal. Praktikum ini memiliki tujuan agar praktikan memahami tata
laksana konseling gizi yang meliputi tujuan dan sasaran konseling gizi serta langkah-langkah
konseling gizi. Prosedur yang digunakan pada praktikum ini yaitu, dilakukannya role play bersama
teman sekelompok praktikan yang sudah berdiskusi bersama. Setelah role play, praktikan bersama
kelompoknya berdiskusi mengenai langkah-langkah dalam konseling dan dibaginya peran konselor
dan klien antar anggota kelompok. Selanjutnya, dibuat form Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
oleh praktikan dan kelompoknya untuk mengetahui diagnosis gizi dan intervensi yang harus
dilakukan. Setelah melakukan praktikum ini, praktikan dapat praktikan memahami tata laksana
konseling gizi yang meliputi tujuan dan sasaran konseling gizi serta langkah-langkah konseling gizi.
Praktikan mendapatkan kasus obesitas yang terjadi pada remaja, tujuan dari konseling gizi untuk
mendiskusikan perubahan pola makan mengikuti rekomendasi asupan makan untuk mengatasi
keadaan obesitas pada klien tersebut. Sedangkan pada sasaran konseling gizi pada remaja obesitas
ditujukan pada klien dan keluarga. Selanjutnya praktikan mengetahui langkah-langkah yang dilakukan
di konseling gizi, yang terdiri dari membangun dasar-dasar konseling, menggali permasalahan,
2

menegakkan diagnosis, rencana intervensi gizi, memperoleh komitmen serta melakukan monitoring
dan evaluasi.202 kata
Kata Kunci: Dasar-dasar konseling, Intervensi gizi, Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
PENDAHULUAN
Seorang ahli gizi bukan hanya bekerja untuk menyusun menu pasien di rumah sakit, tetapi
bisa juga menjadi seorang konselor atau melakukan konseling gizi pada klien yang datang. Konseling
gizi adalah suatu proses memberi bantuan kepada orang lain dalam suatu keputusan atau memecahkan
suatu masalah melalui pemahaman fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien (Sukraniti,
Taufiqurrahman, & Iwan, 2018). Sebelum bisa melakukan konseling gizi, seorang ahli gizi perlu
mempelajari beberapa hal yang penting untuk menghadapi kliennya tersebut. Pada konseling gizi,
tidak hanya berkomunikasi satu arah, tetapi dua arah antar konselor dan klien, agar konselor atau ahli
gizi dapat membuat keputusan dan memberikan solusi terbaik untuk kliennya.
Pada praktikum ini, praktikan mendapatkan kasus obesitas, yang dapat dilihat dari IMT klien.
Selain dari IMT, asupan makan seseorang dapat menjadi pacuan terjadinya obesitas. Banyak orang
yang kurang peduli dengan asupan makannya, sehingga tidak memandang makanan tersebut sehat
atau tidak, yang penting nikmat dimakan. Obesitas banyak terjadi di daerah perkotaan, khususnya
pada anak remaja yang sedang dalam kondisi bertumbuh dan berkembang. Berdasarkan hal itu,
obesitas perlu diperhatikan oleh petugas kesehatan, khususnya ahli gizi, karena masalah gizi menjadi
salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang, seperti Indonesia (Imbar, Sineke, &
Rugian, 2019).
Konseling gizi tidak hanya diperuntukan untuk individu yang memiliki masalah, tapi
diperlukan untuk individu yang sehat agar dapat mempertahankakn kesehatannya secara optimal atau
memiliki kondisi berat badan ideal. Dengan demikian, sebagai calon ahli gizi, praktikan mempelajari
dan memahami tata laksana konseling gizi, agar dapat menjadi ahli gizi yang baik dan benar.
Praktikum ini memiliki tujuan agar praktikan memahami tata laksana konseling gizi yang meliputi
tujuan dan sasaran konseling gizi serta langkah-langkah konseling gizi.

METODE
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Maret 2021 pukul 13.00 – 15.00 WIB yang
dilakukan secara daring atau online di GoogleMeet. Alat yang digunakan oleh praktikan adalah
laptop, bolpen dan kertas untuk mencatat. Instrumen atau prosedur yang digunakan pada praktikum
ini yaitu, dilakukannya role play bersama teman sekelompok praktikan yang sudah berdiskusi
bersama. Setelah role play, praktikan bersama kelompoknya berdiskusi mengenai langkah-langkah
dalam konseling dan dibaginya peran konselor dan klien antar anggota kelompok. Selanjutnya, dibuat
form Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) oleh praktikan dan kelompoknya untuk mengetahui
diagnosis gizi dan intervensi yang harus dilakukan.

HASIL
Nn. A adalah remaja berusia 17 Tahun dengan TB 155 cm dan BB 65 kg. Nn. A, saat ini
duduk di kelas 2 di SMA Negeri Salatiga. Nn. A merupakan putri tunggal dari seorang pemilik
swalayan sukses di kota Salatiga. Setiap hari Nn. A berangkat sekolah diantar oleh ayahnya
menggunakan mobil. Nn. A merupakan remaja yang gemar makan dan sangat suka mencoba makanan
baru yang sedang viral. Setiap warung makan yang terkenal enak di Salatiga pasti sudah
dikunjunginya. Kegiatan Nn.A setelah pulang sekolah adalah mengikuti les 4x seminggu selama 2
jam, 1x seminggu mengikuti les piano selama 1 jam. Waktu-waktu kosong lainnya hanya diisi dengan
hunting makanan terutama makanan junk food. Nn.A jarang sekali berolahraga, olahraga yang
dilakukan hanya senam yang dijadwalkan di sekolahnya yaitu setiap hari jumat. Nn. A akhir-akhir ini
sering mengeluh mudah lelah serta susah BAB (Buang Air Besar). Dari data biokimia Nn. A kadar
3

kolesterol Nn.A adalah 189 mg/dL. Dibawah ini merupakan hasil recall 24 jam makanan Nn. A dalam
sehari :
Makan pagi : Nasi goreng 2 porsi, telur ceplok 1 butir, dan susu sapi 1 gelas
Selingan pagi : Bakso komplit 1 porsi, dan teh manis 1 gelas
Makan siang : nasi putih satu porsi, ayam goreng paha atas, sup jagung 1 mangkuk
Selingan sore : bubur kacang hijau 1 porsi, dan es cendol 1 gelas
Makan malam : nasi putih satu porsi, indomie goreng 1 porsi, telur ceplok 1 butir, dan vanilla
frappucino caramel, martabak manis coklat keju.

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)


Nama : Nn. A Berat Badan : 65 kg
Umur : 17 tahun Tinggi Badan: 155 cm
Jenis Kelamin : Perempuan Ahli Gizi : Jeannete Claudia W.

Assessment Intervensi
Terapi Rencana
Identifikasi Diagnosis Gizi
Data Dasar Terapi Diet Edukasi/ MONEV
Masalah
Konseling
Diagnosis Medis NI. 1.3 Jenis diet Tujuan - Perubahan
Obesitas tingkat II Diet rendah energi Konseling asupan energi,
Kelebihan
Mendiskusika lemak total,
Antropometri IMT : asupan energi dalam bentuk
n perubahan karbohidrat dan
BB : 65 kg 27,05kg/m2 makanan biasa, kolesterol
yang berkaitan pola makan
TB : 155 cm (Gemuk pemberian oral, - Perubahan
dengan mengikuti asupan serat
ringan) frekuensi 3 kali
kurangnya anjuran makan - Perubahan cara
Biokimia Kolesterol makan besar dan 2 pengolahan dan
pengetahuan untuk
Kolesterol total : 189 (normal) kali makan selingan. pemilihan
mengenai mengatasi makanan
mg/dL
keseimbangan keadaan
Klinis dan Fisik Konsumsi Tujuan diet
obesitas
Tekanan darah : makanan energi yang - Mencapai dan
120/80 mmHg tinggi natrium, ditandai mempertahankan
status gizi sesuai Materi
Badan mudah lelah, rendah dengan rata- dengan umur dan Konseling
susah BAB, pinggang konsumsi rata asupan kebutuhan fisik.
- Makanan yang
dan pinggul makanan - Untuk mencapai
makanan dianjurkan
status gizi normal.
membesar. tinggi serat dan yang tidak
harian sebesar - Mengurangi asupan
seperti sayur dianjurkan
123%, hasil lab energi. bagi pasien
dan buah - Menurunkan asupan
kadar obesitas
lemak total dan
Kebiasaan Makan Sering - Jenis diet
kolesterol karbohidrat
Gambaran asupan zat mengkonsumsi - Prinsip gizi
- Meningkatkan
sebesar 189 seimbang
gizi adalah makan makanan asupan serat
- Kepatuhan
- Mengupayakan
4

3x/hari, menyukai tinggi energi, mg/dl (normal) peningkatan makan


makanan yang tinggi lemak aktivitas fisik berdasarkan
- Meningkatkan isi leaflet
pengolahannya dan tinggi NI.5.8.2 pengetahuan terkait
menggunakanminyak karbohidrat Kelebihan pemilihan makanan Sasaran
, tidak suka sayur dan yang sesuai. Klien dan
asupan keluarga
jarang mengkonsumsi
karbohidrat Syarat dan Prinsip
buah, mempunyai Metode
berkaitan diet
kebiasaan konsumsi Ceramah
dengan - Energi cukup sesuai dan diskusi
martabak keju apabila kebutuhan
begadang
kurangnya - Protein tinggi 0,8-1,2 Alat
pengetahuan kg/BB.
Leaflet dan
- Lemak sekitar 20-
terkait 30% dari total energi brosur
- Karbohidrat sedang
makanan dan yaitu 50-60% dari Ruang
zat gizi kebutuhan energi Ruang
total konseling
terutama - Vitamin dan mineral gizi
tentang asupan sesuai kebutuhan
gizi.
karbohidrat - Asupan cairan cukup Waktu
60 menit
yang ditandai
Perhitungan
dengan asupan Energi : 2747 kkal
karbohidrat Protein : 103,01 gr
sebesar Lemak : 137,35 gr
119,19% KH : 446,38 gr

NI.5.6.2
Kelebihan
asupan lemak
yang berkaitan
dengan pola
makan pasien
yang memilih
makanan yang
menggunakan
minyak dalam
pengolahan
yang ditandai
5

dengan asupan
lemak sebesar
127,87%
dengan hasil
lab kolesterol
189 mg/dl.

NC 3.3 berat
badan lebih yang
berkaitan dengan
pola makan yang
salah yang
ditandai dengan
IMT 27,0 kg/m2
(obesitas) dan
rata-rata asupan
energi 123%.

NB.1.1
Kurangnya
pengetahuan
tentang gizi dan
makanan karena
kurangnya
informasi terkait
makanan dan zat
gizi yang
ditandai oleh
kebiasaan pasien
yang suka
mengonsumsi
makanan tinggi
energi, lemak
dan karbohidrat,
serta tidak suka
makan sayur dan
6

jarang makan
buah

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, praktikan dan kelompoknya mendapatkan kasus obesitas pada remaja.
Konseling gizi yang dilakukan pada remaja tidak perlu dampingan orang tua, karena sudah dianggap
mandiri dan dapat berkomunikasi dengan baik. Sehingga pada praktikum ini, dilakukan role play
antar konselor gizi dengan klien yang berusia 17 tahun. Komunikasi yang dilakukan harus komunikasi
terbuka dan dua arah, sehingga konselor mendapatkan semua informasi yang diperlukan dan dapat
memberikan solusi yang tepat bagi klien. Selain itu, sebagai konselor gizi harus memiliki sifat adaptif
sesuai dengan kondisi kliennya, dikarenakan konselor gizi tidak hanya berhadapan dengan kelompok
usia yang sama. Pada kelompok remaja, konselor sebaiknya lebih mendekatkan diri dengan klien dan
mengikuti alur pembicaraannya, karena di usia remaja tersebut masih memiliki sikap yang labil dan
biasanya lebih ingin diperhatikan.
Secara umum, konseling gizi memiliki tujuan, yaitu membantu klien dalam megidentifikasi dan
menganalisis masalah klien serta memberi alternatif pemecahan masalah, mengedukasikan cara hidup
sehat di bidang gizi sebagai kebiasaan hidup klien, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
individu atau keluarga klien tentang gizi (Sukraniti, Taufiqurrahman, & Iwan, 2018). Konseling gizi
pada remaja obesitas sesuai dengan kasus praktikan memiliki tujuan, yaitu untuk mendiskusikan
perubahan pola makan mengikuti rekomendasi asupan makan untuk mengatasi keadaan obesitas pada
klien tersebut. Sedangkan pada sasaran konseling gizi pada remaja obesitas ditujukan pada klien dan
keluarga. Selain diri sendiri, keluarga klien pun memiliki peran terhadap keberhasilan konseling gizi
yang dilakukan, karena dibutuhkan dukungan untuk klien agar tetap semangat dan focus pada tujuan
dari konseling gizi.
Sebelum memulai konseling gizi, praktikan perlu mempelajari tiap langkah dari konseling gizi.
Langkah pertama adalah membangun dasar-dasar konseling, yang bertujuan untuk menciptakan
hubungan baik antar konselor gizi dan klien. Pada langkah ini diperlukan keterampilan komunikasi
konselor, menciptakan suasana yang menyenangkan, membuat hubungan yang positif (rasa percaya,
terbuka, kejujuran), menunjukkan profesionalitas konselor dan menjelaskan tujuan dari konseling gizi.
Langkah kedua, yaitu menggali permasalahan yang dihadapi klien, yang dilakukan oleh konselor
adalah mengumpulkan data yang bisa dilakukan dengan wawancara atau mencatat dokumen yang
dibawa oleh klien. Data yang biasa dikumpulkan oleh konselor, yaitu data antropometri, data
biokimia, data klinis dan fisik, data Riwayat makan serta data Riwayat personal. Selanjutnya langkah
ketiga, yaitu menegakkan diagnosis klien berdasarkan pengkajian masalah yang dilakukan pada
langkah kedua. Tujuan dari langkah ketiga adalah untuk menentukan masalah gizi yang dihadapi klien
(problem), menentukan etiologi (penyebab masalah), menentukan tanda dan gejala masalah tersebut.
Langkah keempat, rencana intervensi gizi, yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang
dialami klien. Pada proses ini dilakukan penghitungan kebutuhan energi dan zat gizi, menetapkan
preskripsi diet dan melakukan konseling gizi. Lalu dilanjutkan dengan langkah kelima, yaitu
memperoleh komitmen klien agar diperoleh kesepakatan antara konselor dan klien. Langkah terakhir
adalah monitoring dan evaluasi untuk mengetahui pelaksanaan intervensi sesuai komitmen dan
mengetahui tingkat keberhasilan konseling (Suryani, Isdiany, & Kusumayanti, 2018).
Pelaksanaan konseling gizi membutuhkan Assessment gizi yang berisikan data dasar dari klien
yang akan melakukan konseling. Berdasarkan tabel hasil, konselor gizi mendapatkan data dasar dari
klien, yaitu diagnosis medis obesitas tingkat II, data antropometri (BB 65 kg dan TB 155 cm), data
biokimia (kolesterol total 189 mg/dL), data klinis (tekanan darah 120/80 mmHg) dan data fisik (badan
7

klien mudah lelah, susah BAB, pinggang dan pinggul membesar) serta data kebiasaan klien (klien
menyukai makanan yang pengolahannya menggunakan minyak, tidak suka sayur dan jarang
mengonsumsi buah dan memiliki kebiasaan konsumsi martabak keju saat begadang). Dari hasil data
dasar yang didapatkan oleh konselor gizi, indentifikasi masalah yang dihasilkan adalah IMT klien
27,05 kg/m2 (gemuk ringan), kadar kolesterol yang normal, konsumsi makanan tinggi natrium, rendah
konsumsi makanan tinggi serat (sayur dan buah) serta sering mengonsumsi makanan tinggi energi,
tinggi lemak dan tinggi karbohidrat. Konselor gizi mendapatkan hasil tersebut dari surat rekomendasi
yang diberikan oleh dokter serta hasil recall 24 jam.
Diagnosis gizi pada klien obesitas dapat dibagi menajdi tiga domain, yaitu domain asupan gizi,
domain klinis dan domain perilaku. Diagnosis gizi yang dihasilkan pada domain asupan adalah NI.
1.3, yaitu kelebihan asupan energi yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
keseimbangan energi yang ditandai dengan rata-rata asupan makanan harian sebesar 123%, hasil lab
kadar kolesterol sebesar 189 mg/dl (normal), NI.5.8.2 Kelebihan asupan karbohidrat berkaitan dengan
kurangnya pengetahuan terkait makanan dan zat gizi terutama tentang asupan karbohidrat yang
ditandai dengan asupan karbohidrat sebesar 119,19% dan NI.5.6.2 Kelebihan asupan lemak yang
berkaitan dengan pola makan pasien yang memilih makanan yang menggunakan minyak dalam
pengolahan yang ditandai dengan asupan lemak sebesar 127,87% dengan hasil lab kolesterol 189
mg/dl. Sedangkan pada domain klinis, yaitu NC 3.3 berat badan lebih yang berkaitan dengan pola
makan yang salah yang ditandai dengan IMT 27,0 kg/m2 (obesitas) dan rata-rata asupan energi 123%.
Selanjutnya pada domain perilaku adalah NB.1.1 Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan makanan
karena kurangnya informasi terkait makanan dan zat gizi yang ditandai oleh kebiasaan pasien yang
suka mengonsumsi makanan tinggi energi, lemak dan karbohidrat, serta tidak suka makan sayur dan
jarang makan buah.
Intervensi gizi yang dilakukan berupa terapi diet dan terapi edukasi atau konseling. Pada terapi
diet, pasien mendapatkan jenis diet rendah energi dalam bentuk makanan biasa dengan pemberian
melalui oral, frekuensi yang dilakukan 3 kali makan besar dan 2 kali makan selingan. Pemberian
asupan makan klien dihitung menggunakan rumus Total Energi Expenditur (TEE), dengan hasil
energi 2.747 kkal, protein 103,01 gr, lemak 137,35 gr dan karbohidrat 446,38 gr. Penggunaan rumus
tersebut dikarenakan rumus tersebut memperhatikan faktor aktivitas (FA) seseorang yang berdasarkan
jenis kelamin dan tingkat aktivitas fisik. Tujuan pemberian jenis diet tersebut untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi sesuai dengan umur dan kebutuhan fisik klien, untuk mencapai status gizi
normal pada klien, mengurangi asupan energi, menurunkan asupan lemak total dan karbohidrat,
mengingkatkan asupan serat, mengupayakan peningkatan aktivitas fisik serta meningkatkan
pengetahuan terkait pemilihan makanan yang sesuai.
Selanjutnya adalah syarat dan prinsip diet yang diberikan kepada klien remaja obesitas, yaitu
membutuhkan asupan energi yang cukup sesuai kebutuhan, protein tinggi 0,8-1,2 kg/BB, kandungan
lemak rendah sekitar 20-30% dari total energi, kandungan karbohidrat sedang 50-60% dari kebutuhan
energi total, asupan vitamin dan mineral yang sesuai kebutuhan gizi serta asupan cairan yang cukup.
Pada energi yang diberikan kepada klien obesitas dikurangi 500 kkal/ hari dari hasil TEE yang
diperoleh, karena konselor gizi memberikan diet secara bertahap. Pemilihan jenis diet yang diberikan
kepada klien obesitas, karena didapatkan bahwa klien memiliki kebiasan asupan makanan yang
berlebih, sehingga energi yang masuk ke tubuh klien berlebih. Adapula jenis makanan yang
dianjurkan untuk klien obesitas, yaitu untuk sumber karbohidrat dianjurkan menggunakan jenis
karbohidrat kompleks, seperti nasi, jagung, ubi, singkong, talas, kentang dan sereal. Sedangkan untuk
protein nabati yang dianjurkan adalah tempe, tahu, susu kedelai, kacang-kacangan yang dioleh tanpa
digoreng atau tanpa santan kental serta untuk protein hewani dianjurkan memilih daging tanpa lemak,
ayam tanpa kulit, ikan, telur, daging asam, susu dan keju rendah lemak. Jenis sayuran yang dianjurkan
yaitu, sayuran yang mengandung serat dan diolah tanpa dantan kental dan untuk buah dapat diberikan
8

semua macam buah, kecuali durian, alpukat, buah-buahan yang diolah menjadi manisan atau yang
diolah menggunakan susu full cream atau susu kental manis (Suryani, Isdiany, & Kusumayanti,
2018).
Rencana MONEV yang dilakukan oleh praktikan dan kelompok adalah perubahan asupan
energi, lemak total, kerbohidrat dan kolesterol, perubahan asupan serat serta perubahan cara
pengolahan dan pemilihan makanan klien. Rencana ini dirancang oleh konselor gizi agar tujuan dari
terapi diet pasien berhasil dan membuahkan hasil yang baik.

KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan dapat praktikan memahami tata laksana
konseling gizi yang meliputi tujuan dan sasaran konseling gizi serta langkah-langkah konseling gizi.
Praktikan mendapatkan kasus obesitas yang terjadi pada remaja, tujuan dari konseling gizi untuk
mendiskusikan perubahan pola makan mengikuti rekomendasi asupan makan untuk mengatasi
keadaan obesitas pada klien tersebut. Sedangkan pada sasaran konseling gizi pada remaja obesitas
ditujukan pada klien dan keluarga. Selanjutnya praktikan mengetahu langkah-langkah yang dilakukan
di konseling gizi, yang terdiri dari membangun dasar-dasar konseling, menggali permasalahan,
menegakkan diagnosis, rencana intervensi gizi, memperoleh komitmen serta melakukan monitoring
dan evaluasi.
9

DAFTAR PUSTAKA

Imbar, H. S., Sineke, J., & Rugian, C. (2019). Pengaruh Konseling Gizi Pada Asupan Makan Remaja
Obesitas Di SMP Kristen Woloan Kota Tomohon. GIZIDO Volume 11 No.1 , 23-28.
Sukraniti, D. P., Taufiqurrahman, & Iwan, S. (2018). Konseling Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Suryani, I., Isdiany, N., & Kusumayanti, G. D. (2018). Dietetik Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

You might also like