Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

PODCASTS GENDER EQUALITY ; THE RELEVANCE OF THE THEORY AND

PRACTICE OF GENDER EQUALITY IN SOCIETY


A Group Of 68 Kuliah Kerja Nyata Reguler From House To-77
Universitas Islam Negeri Walisongo
kkn77regulerdr68@gmail.com
Mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Regular Online from House To-77 group of 68
UIN Walisongo Semarang attempt the activities of the poscast on gender equality, with the
theme of the Relevance of the Theory and Practice of Gender Equality in Society, together with
the informant, namely Muhammad Nasir, chairman of the Forum of the Genre Kabupaten
Demak, on November 5, 2021 at the residence of the speaker. The activity was carried out dith
the hope is able to provide understanding and knowledge on who is the course that witnessed the
poscast , so the impact on behavior to prevent or minimize the occurrence of bias of gender on
self - own, people of another and who is the course which was on about and the environment.
Muhammad Nasir in the discussion were invited to the youth, men in particular to better
appreciate the female, "let's respect women, women are also entitled to a decent place, now is not
the longer the time the men limit the mobility of women". It was delivered because of the many
gender bias that happens, women are people most affected by and experience it.
Talking gender bias, it happens because of the absence of understanding that still favor a specific
gender, so women are experiencing outages impact of that understanding. Following the impact
of the presence of gender bias;
1. Subordination (subordinated women)
Women are often considered to be weak and not able to do certain things, for example,
decision making in the family, whether we realize it or not the decision was often decided
by men, that is, a husband or a father in the house.
2. Stereotype (pelebelan)
Talking gender bias, women often get pelebelan, for example, girls will be given the shirt
is pink, while the son-a boy given the shirt color blue or red. Indirectly it has been
considered that the girls are identical with the things muted or feminine, while men are
the people that masculine.
3. Violence
Often women become victims of sexual violence, because not a few who think that
women are sexual objects sheer.
4. Load double (double burden)
Domestic is the task of women, that's how the understanding of which is still embedded,
so that women's economic lower class should bear a double burden when he choose to
work to add income to the family finances.
5. Marginalization
Marginalization by reason of gender still occurs in Indonesia, for example, women who
work to increase the income of the family finances are often placed in the lower sector,
for example employees of the plant, because it is women earn salaries that bit yet again
when the women filed a leave of absence because the pregnant reason or another because
of the biological.
Quoted from the coil, the period of time during 10 years (2010-2019), the number of violence
against women as much as 2.775.042 case. That is 760 cases per day or 31 cases per hour.
Along 2011-2020, recorded violence sexual in the realm of the private and community 49.643
case, it is very concerning as women do not have the space safe in everyday life, a lot of anxiety
and concern.
As for how that can be done to minimize and scrape the absence of bias and gender inequality is
as follows;
1. Build self-awareness with the literature of gender equality.
Consciousness can not be obtained easily, and certainly requires effort to get it, so the
need for efforts to build awareness with reading, discussion, or follow the activity or
activities of gender equality.
2. Stop doing stereotypes
Labeling against a person it is not good, especially just based on assumptions or on things
that can't be accounted for truth.
3. Realized and mark adannya gender bias.
When there gender bias on women or men, we should be able to realize and mark that it
is not supposed to happen and lasts a long time.
4. Change injustice.
Gender inequality should not take place continuously, the need for the termination and
pemangkaasan such injustice, so that women and men can live quietly as it should be.
These things can be done to seek to minimize the occurrence of gender bias on women.
Awareness of gender equality should be understood either male or female, because it will be
useless when only women understand, while still in the same understanding.
PODCAST KESETARAAN GENDER ; RELEVANSI TEORI DAN PRAKTEK
KESETARAAN GENDER DI MASYARAKAT
Kelompok 68 Kuliah Kerja Nyata Reguler Dari Rumah Ke-77
Universitas Islam Negeri Walisongo
kkn77regulerdr68@gmail.com
Mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Reguler Daring dari Rumah Ke-77 kelompok 68
UIN Walisongo Semarang melakukaan kegiatan poscast kesetaraan gender, dengan tema
Relevansi Teori dan Praktik Kesetaraan Gender di Masyarakat, bersama narasumbernya yaitu
Muhammad Nasir, ketua Forum Genre Kabupaten Demak, pada 5 November 2021 di kediaman
narasumber. Kegiatan tersebut dilakukan dengan harapan mampu memberikan pemahaman dan
pengetahuan pada siapa saja yang menyaksikan poscast tersebut, sehingga berdampak pada
perilaku untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya bias gender pada diri sendiri, orang lain
dan siapa saja yang berada di sekitar dan lingkungannya.
Muhammad Nasir dalam diskusi tersebut mengajak kepada para pemuda, laki-laki
khususnya untuk lebih menghargai perempuan, "mari kita saling menghargai perempuan,
perempuan juga berhak mendapatkan tempat yang layak, sekarang bukan lagi saatnya para lelaki
membatasi ruang gerak perempuan". Hal tersebut disampaikan lantaran dari sekian banyak bias
gender yang terjadi, perempuan adalah orang yang paling terdampak dan mengalaminya.
Berbicara bias gender, hal tersebut terjadi karena adanya pemahaman yang yang masih
mengunggulkan jenis kelamin tertentu, sehingga perempuan mengalami pemadaman dampak
adanya pemahaman tersebut. Berikut dampak adanya bias gender;
1. Subordinasi (menomorduakan perempuan)
Perempuan kerapkali dianggap lemah dan tidak mampu melakukan hal-hal tertentu,
misalnya saja pengambilan keputusan dalam keluarga, disadari atau tidak keputusan itu
kerapkali diputuskan oleh laki-laki, yaitu suami atau bapak yang ada di rumah tersebut.
2. Stereotype (pelebelan)
Berbicara bias gender, perempuan kerap kali mendapatkan pelebelan, misalnya anak
perempuan akan diberikan baju berwarna pink, sedangkan anak-anak laki-laki diberikan
baju warna biru atau merah. Secara tidak langsung hal tersebut telah menganggap bahwa
anak perempuan identik dengan hal-hal kalem atau feminim, sedangkan laki-laki adalah
orang yang maskulin.
3. Kekerasan
Kerapkali perempuan menjadi korban kekerasan seksual, lantaran tidak sedikit yang
menganggap bahwa perempuan adalah objek seksual belaka.
4. Beban ganda (double burden)
Domestik adalah tugas perempuan, begitulah pemahaman yang sampai sekarang masih
tertanam, sehingga perempuan ekonomi kelas bawah harus menanggung beban ganda
ketika ia memilih bekerja untuk menambah pemasukan keuangan keluarga.
5. Marjinalisasi
Peminggiran dengan alasan jenis kelamin masih terjadi di Indonesia, misalnya
perempuan yang bekerja untuk menambah pemasukan keuangan keluarga kerapkali
ditempatkan di sektor rendah, misalnya pegawai pabrik, karena hal itu perempuan
mendapatkan gaji yang sedikit belum lagi ketika perempuan mengajukan cuti lantaran
hamil atau alasan lain karena biologis.
Dikutip dari kumparan, kurun waktu selama 10 tahun (2010-2019), jumlah kekerasan terhadap
perempuan sebanyak 2.775.042 kasus. Artinya 760 kasus per hari atau 31 kasus per jam.
Sepanjang 2011-2020, tercatat kekerasan seksual di ranah privat dan komunitas 49.643 kasus,
hal ini sangat memprihatikan seolah perempuan tidak memiliki ruang aman dalam kehidupan
sehari-hari, banyak kecemasan dan kekhwatiran.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dan mengikis adanya bias serta
ketidakadilan gender adalah sebagi berikut;
1) Membangun kesadaran diri dengan literatur kesetaraan gender.
Kesadaran tidak dapat diperoleh dengan mudah, dan tentunya membutuhkan usaha untuk
mendapatkannya, sehingga perlu adanya upaya untuk membangun kesadaran dengan
membaca, mengikuti diskusi, atau mengikuti kegiatan atau aktivitas kesetaraan gender.
2) Berhenti melakukan stereotip
Pelabelan terhadap seseorang itu tidaklah baik, apalagi hanya berdasarkan asumsi atau
pada hal-hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3) Menyadari dan menandai adannya bias gender.
Ketika terjadi bias gender pada perempuan atau laki-laki, seharusnya kita mampu
menyadari dan menandai bahwa hal tersebut tidak seharusnya terjadi dan berlangsung
lama.
4) Merubah ketidakadilan.
Ketidakadilan gender tidak boleh berlangsung terus menerus, perlu adanya
pemberhentian dan pemangkaasan ketidakadilan tersebut, sehingga perempuan dan laki-
laki dapat hidup dengan tenang seperti semestinya.
Hal-hal tersebut dapat dilakukan untuk mengupayakan meminimalisir terjadinya bias gender
pada perempuan. Kesadaran kesetaraan gender harus dipahami baik laki-laki ataupun
perempuan, karena akan percuma ketika hanya perempuan yang memahami, sedangkan lagi
masih di pemahaman yang sama.

You might also like