Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Keanekaragaman Vegetasi Riparian Sungai Polimaan,

Minahasa Selatan – Sulawesi Utara


(Riparian Vegetation Diversity of Polimaan River, South Minahasa- Sulawesi
Utara)

Winda Puspita Bental1), Ratna Siahaan1)*, Pience V. Maabuat1)


1) Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT, Manado 95115
*Email korespondensi: ratna245_siahaan@yahoo.com

Diterima 5 Februari 2017, diterima untuk dipublikasikan 28 Februari 2017

Abstrak

Degradasi riparian akibat aktivitas manusia dapat menyebabkan penurunan


vegetasi riparian yang akan berdampak pada fungsi dalam mempertahankan kualitas
air sungai, habitat hidupan liar dan menurunkan jasanya bagi kesejahteraan manusia.
Penelitian vegetasi riparian Sungai Polimaan dilakukan untuk menganalisis
keanekaragaman vegetasi riparian Sungai Polimaan. Penelitian dilakukan dari
Desember 2016 sampai Maret 2017 di sepanjang sungai dari hulu, tengah hingga hilir
Sungai Polimaan. Metode analisis vegetasi transek petak sistematik dilakukan pada
tingkat rumput, semai, pancang, tihang dan pohon. Vegetasi riparian yang ditemukan
di Sungai Polimaan sebanyak 665 individu, 68 spesies, 41 suku. Keanekaragaman
vegetasi riparian (H’) secara keseluruhan tergolong sedang untuk tingkat rumput
(1,55), pancang (1,53), tihang (1,64) dan pohon (1,76) dan tergolong tinggi pada
tingkat semai (3,59). Upaya pengelolaan zona riparian diperlukan untuk
mempertahankan keanekaragaman vegetasi riparian di Sungai Polimaan.
Kata kunci: keanekaragaman, Sungai Polimaan, vegetasi riparian.

Abstract

Riparian degradation due to human activities can lead to decreased riparian


vegetation that affects riparian function to maintain river quality, wildlife habitat and
riparian services for human well-being. The riparian vegetation research of the
Polimaan River was conducted to analyze the diversity of riparian vegetation of the
Polimaan River. The study was conducted from December 2016 to March 2017 along
river from upper, middle to down the Polimaan River. Method of systematic transect
vegetation analysis was carried out at the levels of grass, seedling, stake, banana and
tree. The riparian vegetation found in the Polimaan River consisted of 665 individuals,
68 species, 41 families. Riparian vegetation diversity (H ') could be classified into
middle diversity for grass (1.55), sapling (1.53), poles (1.64) as well as tree (1.76), and
high diversity for seedlings (3.59). Riparian zone management are required to
preserve the diversity of riparian vegetation of Polimaan River.
Key words: biodiversity, Polimaan River, riparian vegetation

PENDAHULUAN fungsi ekologis dan manfaat penting


bagi keberlanjutan kehidupan
Riparian adalah ekosistem organisme dan kesejahteraan
peralihan (ecotone) yang memiliki manusia. Keberadaan vegetasi
28 JURNAL BIOSLOGOS, FEBRUARI 2017, VOL. 7 NOMOR 1

riparian berdampak penting secara Alat dan Bahan


ekologis bagi sungai. Vegetasi riparian Alat dan bahan yang digunakan
berfungsi antara lain untuk menjaga ialah alat dan bahan yang umum
kualitas air sungai melalui pengaturan digunakan di lapangan dan
suhu air (Mitsch dan Gosselink 1993), laboratorium seperti GPS, kamera
pemasok serasah (Jones et al. 1999) digital, gunting tanaman, pita ukur,
dan penjerapan pencemar dari daratan oven, alkohol dan kertas koran.
(Tourbier 1994), habitat bagi .
organisme (Sparks 1995, Jones et al. Teknik Pengambilan Sampel
1999). Degradasi riparian disebabkan Pengambilan sampel vegetasi
oleh berbagai aktivitas manusia yang riparian di lokasi yang telah terpilih
memanfaatkannya untuk berbagai dilakukan dengan menggunakan
macam kebutuhan manusia akan metode analisis vegetasi transek petak
lahan dan sumberdaya lainnya. Hal ini sistematik. Penempatan petak
dapat mempengaruhi fungsi ekologis penelitian dilakukan pada kedua sisi
sungai. kiri dan kanan sungai. Ulangan
Fungsi dan manfaat riparian sebanyak 3 kali pada tiap stasiun.
yang sangat penting tersebut perlu Jarak ulangan di tiap stasiun kurang
dipertahankan dengan melakukan lebih 10 m. Ukuran petak ditentukan
upaya konservasi riparian. Upaya ini dengan menggunakan kategori
membutuhkan data ilmiah termasuk pengelompokan Istomo dan Kusmana
data keanekaragaman vegetasi (1997), yaitu 1 m x 1m untuk rumput, 2
riparian. Sungai Polimaan, yang m x 2 m untuk semai, 5 m x 5 m untuk
merupakan sungai utama Daerah pancang, 10 m x 10 m untuk tihang dan
Aliran Sungai Polimaan, terletak di 20 m x 20 m untuk pohon. Identifikasi
Kabupaten Minahasa Selatan. Sungai dilakukan di Herbarium Bogoriense -
ini berperan penting sebagai penyedia LIPI, Bogor dan Laboratorium Ekologi,
air irigasi pertanian. Penelitian tentang Jurusan Biologi, FMIPA Universitas
keanekaragaman vegetasi riparian Sam Ratulangi, Manado.
Sungai Polimaan diperlukan sebagai
data base keanekaragaman vegetasi Analisis Data
riparian agar konservasi vegetasi Analisis data kepadatan,
riparian dapat dilakukan. frekuensi, dan Indeks Nilai Penting
digunakan dalam menghitung Indeks
METODE Keanekaragaman Spesies Shannon-
Waktu dan Tempat wiener (H’). Nilai H’ dihitung
Penelitian dilakukan dari bulan berdasarkan rumus Stiling (1992)
Desember 2016 sampai Maret 2017. sebagai berikut:
Lokasi penelitian di Sungai Polimaan
Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. H’ = - ∑ pi ln pi
Metode purposive sampling digunakan
Keterangan:
dalam penentuan lokasi penelitian dari
H’= Indeks Keanekaragaman Spesies
hulu (Stasiun I), tengah (Stasiun II) dan
Shannon-Wiener
hilir (Stasiun III) Sungai Polimaan.
pi= peluang untuk tiap spesies (ni/N)
Stasiun I di Desa Lowian 1, Kecamatan
ni= INP tiap spesies
Maesaan, Stasiun II di Desa Sion,
N=Nilai total INP untuk seluruh spesies
Kecamatan Tompaso Baru dan
Nilai H’ tersebut digunakan
Stasiun III di Desa Torout, Kecamatan
dalam klasifikasi tingkat
Tompaso Baru.
Bental dkk., Keanekaragaman ......… 29

keanekaragaman spesies menurut dipengaruhi oleh penetrasi cahaya


Fachrul (2007) sebagai berikut: matahari yang masuk ke permukaan
- Nilai H’ > 3 menunjukan tanah (Hilwan et al. 2013). Tumbuhan
keanekaragaman species bawah seperti semai juga dapat
tinggi tumbuh dengan baik di zona riparian
- Nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 menunjukan yang lembab dan terbuka. Anakan
keanekaragaman species vegetasi semai ini menunjukkan
sedang adanya upaya pemulihan riparian
- Nilai H’ < 1 menunjukan setelah adanya gangguan.
keanekaragaman species
rendah atau sedikit. Pancang
Keanakaragaman vegetasi
riparian tingkat pancang di Stasiun II
HASIL DAN PEMBAHASAN dan Stasiun III termasuk rendah
Rumput dengan nilai H’ yaitu 0,68 dan 0,00
Indeks Keanekaragaman serta tergolong sedang di Stasiun I
spesies vegetasi riparian pada tingkat dengan nilai H’ yaitu 1,70.
pertumbuhan di Sungai Polimaan Keanekaragaman vegetasi riparian
berdasarkan kategori pengelompokan tingkat pertumbuhan pancang secara
rumput, semai, pancang, tihang dan keseluruhan di lokasi penelitian
pohon. Vegetasi rumput tidak termasuk sedang (H’:1,53). Stasiun I di
ditemukan di Stasiun I bagian hulu. bagian hulu ialah area yang belum
Nilai H’ di Stasiun II, III dan Sungai banyak menerima gangguan akibat
Polimaan (keseluruhan) berturut-turut aktivitas masyarakat setempat,
0,69 (rendah); 1,01 (sedang) dan 1,55 sehingga memungkinkan vegetasi
(sedang). Ketidakhadiran rumput di riparian tingkat pancang dapat tumbuh
Stasiun I disebabkan karena area dengan baik. Semakin meningkatnya
masih tertutup oleh tutupan pohon aktivitas manusia di lokasi penelitian
yang menghambat penetrasi cahaya Stasiun II dan III menyebabkan
ke permukaan tanah untuk vegetasi berkurang dan
pertumbuhan rumput. Persaingan yang mengakibatkan semakin rendahnya
cukup ketat dalam mendapatkan unsur indeks keanekaragaman. Pola
cahaya menyebabkan rumput tumbuh pemanfaatan lahan pertanian yang
kurang optimal (Hani dan Effendi semakin meningkat ke hilir
2009). mengakibatkan perubahan zona
riparian.
Semai
Nilai Indeks H’ tingkat semai di Tihang
Sungai Polimaan tergolong tinggi Keanekaragaman vegetasi
(3,59). Indeks keanekaragaman pada tingkat tihang di Stasiun I termasuk
stasiun lainnya termasuk sedang, yaitu sedang (H’: 1,59) tetapi di Stasiun II
Stasiun I (2,54), Stasiun II (2,45) dan dan III termasuk rendah (H’: 0,6 dan 0).
Stasiun III (2,74). Vegetasi semai di Vegetasi riparian tingkat tihang tidak
lokasi penelitian termasuk tinggi ditemukan di lokasi penelitian Stasiun
karena lokasi penelitian dengan ciri III, sehingga nilai H’ sangat rendah.
tanah yang lembab, berair dan cahaya Keadaan lokasi Stasiun I masih cukup
matahari yang cukup memungkinkan baik, sehingga pertumbuhan vegetasi
vegetasi tingkat semai tumbuh dengan riparian tingkat pancang maupun
baik. Keanekaragaman vegetasi semai tihang masih baik. Indeks
30 JURNAL BIOSLOGOS, FEBRUARI 2017, VOL. 7 NOMOR 1

keanekaragaman pada Stasiun II dan 2015). Keanekaragaman vegetasi


III tergolong rendah akibat adanya riparian di lokasi penelitian tergolong
perubahan riparian menjadi lahan sedang untuk tingkat rumput (1,55),
pertanian. Secara keseluruhan, pancang (1,53), tihang (1,64) dan
keanekaragaman vegetasi riparian di pohon (1,76) serta tergolong tinggi
Sungai Polimaan tingkat tiang pada tingkat semai (3,59). Semai
termasuk sedang (H’:1,64) dan hal ini merupakan tumbuhan bawah yang
menunjukkan keanekaragaman berfungsi sebagai penahan pukulan air
vegetasi riparian tingkat tihang di hujan dan aliran permukaan sehingga
Sungai Polimaan masih terjaga. meminimalkan bahaya erosi. Semai
Walaupun demikian pemanfaatan juga sering dijadikan sebagai indikator
riparian di Sungai Polimaan tetap perlu kesuburan tanah dan penghasil
dikendalikan terutama di bagian hulu serasah dalam meningkatkan
untuk mempertahankan fungsi riparian kesuburan tanah.
dalam mempertahankan kualitas air Keanekaragaman vegetasi
sungai. riparian Sungai Polimaan perlu dijaga
dan dipertahankan mengingat fungsi
Pohon dan manfaat vegetasi riparian yang
Indeks keanekaragaman pada penting dalam mempertahankan
tingkat pohon di Stasiun I dan Stasiun kualitas air sungai yang dimanfaatkan
II tergolong sedang (H’: 1,05 dan 1,1). oleh masyarakat setempat untuk
Indeks keanekaragaman H’ di Stasiun mengairi sawah mereka. Penurunan
III sangat rendah karena tidak keanekaragaman vegetasi riparian
ditemukannya pohon. juga dapat berdampak pada
Keanekaragaman vegetasi riparian penurunan kualitas air.
tingkat pohon di lokasi penelitian
Sungai Polimaan termasuk sedang KESIMPULAN
(1,76). Keanekaragaman vegetasi Vegetasi riparian yang
riparian pada tingkat pohon yang ditemukan di Sungai Polimaan
sangat rendah di Stasiun III terutama Kabupaten Minahasa Selatan,
disebabkan pohon tidak ditemukan Sulawesi Utara sebanyak 665 individu,
akibat peningkatan aktivitas 68 spesies dalam 41 suku.
masyarakat setempat seperti Keanekaragaman vegetasi riparian
pertanian, permukiman dan Sungai Polimaan tergolong sedang
pertambangan pasir dan batuan. Pola untuk tingkat rumput (1,55), pancang
pemanfaatan zona riparian untuk (1,53), tihang (1,64) dan pohon (1,76)
kebutuhan masyarakat setempat serta tergolong tinggi pada tingkat
seperti pertanian, lahan permukiman, semai (3,59).
industri, dan penguatan tebing menjadi
penyebab hilangnya vegetasi riparian DAFTAR PUSTAKA
(Malanson 1995, Maryono 2005). Fachrul MF (2007) Metode sampling
bioekologi. Edisi ke-1. Bumi
Indeks Keanekaragaman Vegetasi Aksara, Jakarta
Riparian Sungai Polimaan Hani A, Effendi R (2009) Potensi
Tingkat keanekaragaman permudaan alam tingkat semai
spesies menunjukkan tingkat stabilitas (Khaya antotecha) di Hutan
ekosistem. Semakin tinggi indeks Penelitian Pasir Hantap,
keanekaragaman, maka semakin stabil Sukabumi, Jawa Barat. Bogor.
ekosistem tersebut (Ismaini et al.
Bental dkk., Keanekaragaman ......… 31

Mitra Hutan Tanaman l4(2): 49- Jones EBD, Helfman GS, Harper JO,
56 Bolstad PV (1999) Effects of
Hilwan A, Mulyana D, Pananjung WG riparian forest removal on fish
(2013) Keanekaragaman jenis assemblages in Southern
tumbuhan bawah pada tegakan Appalachian streams.
sengon buto (Enterolobium Conservation Biology 13 (6):
cyclocarpum Griseb.) dan 1454-1465
trembesi (Samanea saman Maryono A (2005) Menangani banjir,
Merr.) di lahan pasca tambang kekeringan dan lingkungan.
batubara PT Kitadin, Embalut, Gadjah Mada University Press,
Kutai Kartanagara, Kalimantan Yogyakarta
Timur. Departemen Silvikultur, Malanson GP (1995) Riparian
Fakultas Kehutanan Institut landscapes. Cambridge
Pertanian Bogor, Bogor University Press, Cambridge
Istomo, Kusmana C (1997) Penuntun Mitsch WJ, Gosselink JG (1993)
praktikum Ekologi Hutan. Wetlands. Edisi ke-2. Van
Laboratorium Ekologi Hutan, Rostrand Reinhold, New York
Fakultas Kehutanan, Institut Stiling P (1992) Ecology theories and
Pertanian Bogor, Bogor application. 2nd Edition.
Ismaini L, Masfiro L, Rustandi, Dadang Prentice Hall International Inc,
S (2015) Analisis komposisi New York
dan keanekaragaman Sparks RE (1995) Need for ecosystem
tumbuhan di Gunung Dempo, management of large rivers and
Sumatera Selatan. UPT Balai their floodplans. Bio Science
Konservasi Tumbuhan Kebun 45(3): 168-182
Raya Cibodas. Lembaga Ilmu Tourbier JT (1994) Open space
Pengetahuan Indonesia (LIPI). through storm water
Prosiding Seminar Nasional management. J Soil and Water
Masyarakat Biodiversitas Cons 49(1): 14-21
Indonesia 1(6): 1397-1402

You might also like