Professional Documents
Culture Documents
Buku 3 Pedoman Lapangan 04022022
Buku 3 Pedoman Lapangan 04022022
Buku 3 Pedoman Lapangan 04022022
BUKU 3
2022
Pemutakhiran
Kerangka Geospasial
& Muatan Wilayah
Kerja Statistik
Naskah:
Badan Pusat Statistik
Penyunting:
Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei
Desain Cover:
Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei
Diterbitkan oleh:
© Badan Pusat Statistik
Dicetak oleh:
-
Sensus Pertanian 2023 (ST2023) akan dilaksanakan kembali oleh BPS pada
tahun 2023. Salah satu upaya dalam mencapai data berkualitas adalah tersedianya
kerangka induk wilayah kerja statistik (wilkerstat) yang mutakhir. Sejak SP2020, BPS
telah memelihara dua jenis kerangka induk yaitu Blok Sensus (BS) dan Satuan
Lingkungan Setempat (SLS) dimana wilayah BS dibentuk berdasarkan homogenitas
muatan dari SLS. Mengingat dinamisnya perubahan SLS dari tahun ke tahun, maka
kegiatan pemutakhiran diperlukan untuk memperoleh wilkerstat yang berkualitas.
Deputi Bidang
Metodologi dan Informasi Statistik,
Imam Machdi
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun dalam Road Map ST2023,
penyusunan kerangka geospasial dilaksanakan di tahun 2021 dan 2022. Pada tahun
2021, telah dilaksanakan Studi Penyusunan Kerangka Geospasial ST2023, yang
dilanjutkan dengan penyusunan kerangka geospasial. Tahun 2022 diselenggarakan
Pemutakhiran Kerangka Geospasial dan Muatan Wilkerstat ST2023 yang bertujuan
untuk memutakhirkan kerangka geospasial pertanian, yaitu berupa area/lahan yang
memiliki potensi pertanian; serta memutakhirkan peta dan muatan wilkerstat sampai
level satuan lingkungan setempat terkecil (SLS) dan blok sensus (BS), sebagai dasar
untuk pelaksanaan ST2023.
Hasil dari seluruh kegiatan ini adalah terciptanya kerangka geospasial dan
kerangka muatan wilkerstat yang mutakhir.
No Kegiatan Tanggal
1 Penyiapan peta WA, WB, WS (layout dan print) 1 Januari – 28 Februari 2022
Bab ini menjelaskan konsep dan definisi yang digunakan dalam kegiatan
Pemutakhiran Kerangka Geospasial dan Muatan Wilkerstat ST2023 yaitu:
1. Konsep dan definisi terkait kerangka geospasial;
2. Konsep dan definisi terkait muatan wikerstat;
3. Konsep dan definisi terkait peta digital.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa).
b. Blok Sensus
Blok sensus (BS) adalah wilayah kerja pencacahan setiap petugas pemeta
yang merupakan bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan. BS dibedakan menjadi
3 jenis, yaitu:
1. BS Biasa (B)
BS Biasa memiliki muatan sekitar 150 (minimum 120 dan maksimum 180)
rumahtangga/bangunan sensus bukan tempat tinggal (BSBTT)/bangunan
sensus tempat tinggal kosong (BSTT kosong) atau kombinasi ketiganya
Wilayah non SLS adalah bagian wilayah desa yang tidak termasuk dalam
cakupan SLS. Wilayah tersebut bisa berupa wilayah bervegetasi pertanian, wilayah
bervegetasi bukan pertanian, lahan terbuka, kawasan terbangun pemukiman,
kawasan terbangun bukan pemukiman, dan wilayah perairan.
1. Wilayah bervegetasi pertanian, adalah daerah yang arealnya diusahakan
untuk budidaya tanaman pangan, perkebunan dan holtikultura. Contohnya:
sawah, ladang, tegal atau huma, dan perkebunan.
2. Wilayah bervegetasi bukan pertanian, adalah daerah yang arealnya
tidak diusahakan untuk budidaya tanaman pangan dan holtikultura.
Contohnya: hutan lahan kering, hutan lahan basah, semak dan belukar,
padang rumput, alang-alang, dan sabana, rumput rawa.
3. Lahan terbuka, adalah lahan tanpa tutupan baik yang bersifat alami, semi
alami maupun artifisial. Contohnya lahan terbuka pada kaldera (kawah hasil
letusan gunung berapi), lahar dan lava, hamparan pasir pantai, beting pantai
(bagian darat terluar ke arah laut), gumuk pasir, dan lain-lain.
4. Kawasan terbangun pemukiman, adalah daerah yang mengalami
subsitusi penutup lahan alami maupun semi alami dengan areal yang
digunakan sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian, dan tempat
kegiatan yang mendukung kehidupan orang.
Kode wilayah kerja statistik dibuat sedemikian rupa mengikuti tingkatan dari
wilayah administrasi pemerintahan yang bersangkutan, mulai dari provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, desa/ kelurahan, BS dan SLS.
a. Desa/Kelurahan
Nama
Kode Keterangan
Pulau/Kepulauan
1
Sumatera
2
3
Jawa
4 Nomor Cadangan
Bali, Nusa Tenggara 5
Kalimantan 6
Sulawesi 7
Maluku 8
Papua 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Biasa/Khusus/Persiapan
Kode BS
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
Kode identitas SLS/non SLS terdiri dari 14 atau 16 angka (digit) dengan
rincian sebagai berikut:
1. Digit pertama sampai sepuluh menunjukkan kode wilayah desa/kelurahan.
2. Digit sebelas menunjukkan kode wilayah SLS/non SLS seperti pada
klasifikasi yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, sebagai berikut:
Wilayah SLS 0
Wilayah bervegetasi pertanian 1
Wilayah bervegetasi bukan pertanian 2
Lahan terbuka 3
Kawasan terbangun pemukiman 4
3. Digit dua belas, tiga belas, dan empat belas menunjukkan nomor urut
wilayah SLS/non SLS mulai 001, 002, 003, dan seterusnya
4. Digit lima belas dan enam belas menunjukkan kode wilayah SLS hasil
pemekaran selama periode 2019-2020 contoh 01, 02, 03, dst.
5. Contoh kode identitas SLS/non SLS 14 digit: 11010100010001
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
Batas alam adalah batas wilayah yang terbentuk oleh alam, misalnya sungai,
pantai dan danau. Sedangkan batas buatan adalah batas wilayah yang dibentuk oleh
manusia, misalnya jalan raya, rel kereta api, dan saluran irigasi.
Perkebunan tebu 32
Perkebunan teh 33
Perkebunan karet 34
Perkebunan lainnya 35
Kebun/tanaman
4
Campuran
Hutan lahan
6
basah
Semak belukar 7
Padang rumput 8
Lahan terbangun 9
Lahan terbuka 10
Perairan Tambak 11
Perairan lain 12
Lainnya 13
a. Sawah
b. Tegalan
Tegalan adalah lahan bukan sawah (lahan kering) yang ditanami tanaman
semusim atau tahunan dan terpisah dengan halaman sekitar rumah serta
penggunaannya tidak berpindah-pindah.
Ladang adalah lahan bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami
tanaman musiman dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim,
kemudian akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi (berpindah-pindah).
Kemungkinan lahan ini beberapa tahun kemudian akan dikerjakan kembali jika
sudah subur.
Hutan lahan kering adalah hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat
lahan kering yang dapat berupa hutan dataran rendah, perbukitan, dan
pegunungan, atau hutan tropis dataran tinggi.
Hutan lahan basah adalah hutan yang tumbuh berkembang pada habitat
lahan basah berupa rawa payau dan gambut. Wilayah lahan basah
berkarakteristik unik yaitu:
1. Dataran rendah yang membentang sepanjang peisisir;
2. Wilayah berelevasi rendah;
3. Tempat yang dipengaruhi pasang surut untuk wilayah dekat pantai;
g. Semak Belukar
h. Padang Rumput
i. Lahan Terbangun
j. Lahan Terbuka
Lahan terbuka adalah lahan tanpa tutupan tanaman atau tutupan buatan
(seperti bangunan, jalan, dan lain-lain). Biasanya lahan tersebut berupa tanah
kosong, gumuk pasir, daerah sekitar kawah, hamparan pasir pantai, dan
sejenisnya.
k. Tambak
m. Lainnya
2.2.2. Keluarga
Keluarga adalah seseorang atau kelompok orang yang terdaftar dalam Kartu
Keluarga (KK), tidak termasuk mereka yang terdaftar dalam KK tetapi tidak tinggal
bersama keluarga tersebut. jika tidak memiliki KK, konsep keluarga mengacu pada UU
No. 52 tahun 2009, yang menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Urban farming juga dapat diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam atau
berternak secara mandiri, di wilayah perkotaan dengan lahan terbatas, yang kemudian
hasilnya diolah untuk dikonsumsi sendiri atau didistribusikan ke tempat lain.
b. Penggilingan
2.3.2. Geotagging
2.3.3. Landmark
Petugas terdiri dari pemeta dan pengawas. Setiap pemeta memiliki beban
sekitar 15 BS. Setiap pengawas membawahi 5 pemeta (75 BS).
a. Pengawas
Pengawas merupakan BPS organik atau mitra BPS dengan tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
1. Menerima dokumen dan peta dari admin BPS kabupaten/kota.
2. Mengunjungi kantor desa/kelurahan untuk konfirmasi SLS di dalam
desa/kelurahan.
3. Melakukan identifikasi keberadaan SLS dan mengisi Daftar ST2023-IDSLS.
4. Mengisi perubahan SLS pada daftar PSLS.
5. Menggambarkan posisi/batas indikatif wilayah SLS yang mengalami
perubahan pada Peta WA-2020.
6. Pengawasan lapangan.
7. Melakukan rekonsiliasi sebanyak tiga kali bersama-sama pemeta.
8. Mengisi kartu kendali rekonsiliasi (ST2023-KKR).
9. Melengkapi ST2023-LKP saat rekonsiliasi pertama dan kedua.
10. Sinkronisasi isian ST2023-IDSLS saat rekonsiliasi pertama, kedua, dan ketiga.
11. Sinkronisiasi isian PSLS saat rekonsiliasi pertama, kedua, dan ketiga.
b. Pemeta
Petugas pemeta merupakan mitra BPS dengan tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Melakukan registrasi dan login di Aplikasi Wilkerstat.
2. Membuat project untuk setiap SLS/non SLS dan BS di Aplikasi Wilkerstat.
3. Mengunjungi setiap BS yang menjadi wilayah tugasnya.
4. Mengunjungi setiap SLS yang ada di wilayah tugasnya.
5. Melakukan konfirmasi muatan SLS ke Ketua SLS.
6. Mengisi informasi perubahan SLS pada daftar PSLS.
7. Mengisi informasi muatan pertanian pada ST2023-LKP.
8. Melakukan identifikasi batas SLS dan melaporkan kepada pengawas jika ada
perbedaan antara SLS di peta dengan di lapangan.
9. Melakukan geotagging batas SLS dengan rincian;
a. 4 titik geotagging di batas SLS hanya untuk SLS yang batasnya
berbeda antara lapangan dan Peta WB-2020.
b. 1 kali geotagging di dalam seluruh wilayah SLS dan non SLS.
10. Menggambarkan noktah (titik) lokasi geotagging batas SLS yang berubah
pada Peta WB-2020.
11. Melakukan penggambaran perubahan batas SLS pada Peta WB-2020 hasil
penelusuran.
12. Melakukan geotagging keberadaan lokasi infrastruktur pertanian jika ada.
13. Mendatangi wilayah sampel tutupan lahan, kemudian melakukan geotagging
tutupan lahan.
14. Melakukan rekonsiliasi sebanyak tiga kali bersama-sama pengawas.
15. Memeriksa kelengkapan isian dokumen dan peta, kemudian menyerahkannya
ke pengawas.
Alur kegiatan seluruh petugas digambarkan ke dalam diagram alur berikut ini.
Admin
Pengawas Pemeta
Kab/Kota
Registrasi/Login Aplikasi
Mulai Wilkerstat
Mengunjungi BS
Membuat Identifikasi SLS di dalam BS
token Aplikasi
Wilkerstat
Konfirmasi ke kantor
desa/kelurahan
Mengunjungi Ketua SLS
Alokasi BS
petugas
Konfirmasi SLS 1. Mengisi perubahan SLS pada PSLS
menggunakan ST2023- Pemeta.
IDSLS. 2. Identifikasi batas SLS pada peta
Mengisi perubahan SLS pada 3. Mengisi informasi muatan pertanian
Pembagian PSLS & urban farming pada ST2023-LKP
wilayah tugas Menggambarkan posisi/batas
di SiPW SLS yang mengalami
perubahan pada Peta-WA.
3 kali Rekonsiliasi
Selesai
• Mengirimkan
semua hasil
lapangan ke
BPS kabupaten/
kota.
a. Pemeta
b. Pengawas
Peta Potensi Lahan Pertanian diperoleh melalui beberapa tahapan, mulai dari
penyiapan sampel lahan, pengambilan geotagging di setiap lokasi sampel lahan, dan
pengolahan citra satelit menggunakan metode machine learning. Berikut adalah alur
pembuatan Peta Potensi Lahan Pertanian.
3. Monitoring
Tahapan ini melibatkan BPS Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi untuk melakukan
pemantauan proses geotagging sampel tutupan lahan. Monitoring akan dilakukan
melalui aplikasi web wilkerstat.bps.go.id.
c. BS 027B dan 028B merupakan cakupan wilayah non SLS 4003 Perumahan Graha Keandra,
sehingga kedua BS tersebut dialokasikan untuk pemeta yang sama, yaitu Pemeta 2.
Semua Peta WB-2020 hasil lapangan baik terdapat perubahan batas SLS
maupun tidak, tetap discan dan disimpan untuk selanjutnya akan digunakan pada
proses pengolahan. Tata cara scan peta dibahas di Buku Pengolahan Peta.
a. ST2023-IDSLS
Tata cara pengisian daftar ST2023-IDSLS dapat dilihat pada Bab 5 Tata
Cara Pengisian Dokumen.
disinkronisasi.
b. PSLS
c. Peta 2020-WA
Jika wilayah SLS/non SLS berada pada batas BS yang berbeda, maka
Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon terdiri dari 30 BS dibagi ke dua
pemeta bernama Angga dan Hendra. Angga mendapatkan wilayah kerja mulai dari
001B sampai 016B kecuali 013P karena secara lokasi BS 013P lebih dekat ke wilayah
kerja Hendra. Rincian setiap SLS seperti pada ST2023-LKP digambar berikut. Maka
rincian project yang harus dibuat adalah:
1. 21 project SLS/non SLS dengan nama project sesuai dengan kolom 4b.
2. 15 project Tutupan Lahan dengan nama project sesuai dengan kolom 3.
Gambar 4.4. Contoh Penamaan Project SLS/Non SLS dan Tutupan Lahan
Tata cara pembuatan project dapat dilihat lebih jelas di Bab 6 Aplikasi Wilkerstat.
Tata cara pengisian dokumen tersebut dapat dilihat di Bab 5 Tata Cara
Pengisian Dokumen.
Pemeta melakukan identifikasi batas SLS dengan bantuan peta WB-2020. Jika
terdapat perbedaan batas, maka pemeta melakukan geotagging di 4 titik batas terluar
SLS. Setiap wilayah SLS/Non SLS wajib dilakukan 1 kali geotagging di dalam
wilayahnya.
Beberapa hal terkait geotagging batas SLS adalah sebagai berikut:
1. Pastikan melakukan geotagging pada project yang benar, yaitu sesuai dengan ID
SLSnya dan project dengan kategori SLS/Non SLS. Project dengan kategori
SLS/Non SLS ditandai dengan simbol S di halaman Projects pada Aplikasi
Wilkerstat.
Gambar 4.5. Contoh Tampilan Project dengan Kategori SLS/Non SLS Ditandai
Simbol S
Gambar 4.6. Pemilihan Landmark Kategori dan Tipe Landmark Untuk Batas
Wilkerstat
Batas RT 004
Batas RT 004
x
x
x
Dalam RT 004
x
x
Batas RT 004
x
Batas RT 004
_______
RT 6 _______
RT 7
Gambar 4.9. Pemilihan Landmark Kategori dan Tipe Landmark untuk Infrastruktur
Pertanian
Gambar 4.10. Contoh Tampilan Project dengan Kategori Tutupan Lahan Ditandai
Simbol T
2. Unduh peta Tutupan Lahan ke dalam project Tutupan Lahan sesuai Kode
BSnya. Contoh, jika nama project adalah 017B maka peta tutupan lahan yang
harus ditambahkan ke project adalah dengan IDBS yang berakhiran 017B.
Gambar 4.11. Contoh Unduh Peta Tutupan Lahan ke Dalam Project Tutupan Lahan
Sesuai Kode BSnya
Outline (garis)
Font diperbesar
Lokasi geotagging
Contoh:
Lokasi geotagging
Poligon
3
2
1
Kebun campuran
4
Sawah
Pemukiman
Lokasi geotagging
5
Poligon sampel lahan
13. Jika lahan yang di-geotagging merupakan Lahan Pertanian atau Bukan
Pertanian, maka isikan jenis komoditas dominan yang ada di lahan tersebut.
4.4. Rekonsiliasi
Output yang diperoleh dari setiap kegiatan rekonsiliasi adalah sebagai berikut:
1. Konfirmasi daftar SLS hasil dari kantor desa/kelurahan dan hasil lapangan.
2. Daftar ST2023-IDSLS sudah terisi untuk desa yang sudah dikunjungi.
3. Daftar ST2023-LKP sudah terisi untuk wilayah yang sudah dikunjungi.
4. Pengawas menambahkan wilayah SLS baru di Daftar ST20203-LKP pemeta.
5. Perbaikan ST2023-IDSLS berdasarkan hasil rekonsiliasi.
6. Geotagging infra, batas, dan tutupan lahan yang sudah dikerjakan.
7. Finalisasi batas perubahan SLS pada Peta WB-2020.
8. Kartu kendali rekonsiliasi (ST2023-KKR) yang sudah terisi dan ditandatangani
pengawas dan pemeta.
Kode SLS/non SLS yang digunakan di seluruh dokumen adalah 4 digit hasil
renumbering, akan tetapi d iseluruh peta masih menggunakan 4 digit kondisi
SP2020. Oleh karena itu, perlu diperhatikan cara pembacaan antara kode SLS pada
dokumen dan kode SLS pada peta.
Berikut ini adalah contoh ST2023-LKP dimana suatu SLS dari kondisi SP2020
pecah menjadi RT 005 dan RT 006. Pada Master SLS hasil renumbering SLS tersebut
diberikan kode 0031 dan 0032, sedangkan Peta SLS masih menggunakan 4 digit
kondisi SP2020, yaitu 0031 untuk kedua SLS tersebut. Dengan kata lain, untuk
merelasikan antara kode hasil renumbering dengan peta harus menggunakan 4 digit
dari kode kondisi SP2020.
Gambar 4.20. Ilustrasi Membandingkan Kode SLS SP2020 dengan Kode SLS
Renumbering di ST2023-LKP
Berdasarkan contoh kasus tersebut, berikut adalah Peta WS-2020 dengan kode
SLS SP2020 0031 yang dimaksud. Pada pojok kanan atas tertera kode wilayah lengkap
mulai dari kode provinsi (32), kode kabupaten (09), kode kecamatan (111), kode desa
(001), dan kode SLS (0031).
Tata cara penomoran SLS/Non SLS baru yang ditemukan di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Penomoran menggunakan 4 digit melanjutkan nomor hasil renumbering.
2. Digit pertama menunjukkan kode SLS/non SLS sebagai berikut:
Wilayah SLS 0
Lahan terbuka 3
Wilayah perairan 6
3. Digit kedua, ketiga, dan keempat menunjukkan nomor urut wilayah SLS/non
SLS. Nomor berurutan sesuai dengan jenis SLS atau non SLS dalam satu desa.
4. Contoh penomoran SLS dan non SLS Baru:
Terdapat 1 SLS baru (RT 011) dan 1 non SLS Baru (Pasar Kamis yang merupakan
Kawasan Terbangun Bukan Pemukiman) di Desa Mekar. Sebelumnya Desa Mekar
memiliki 10 SLS dan 1 non SLS (Sawah yang merupakan Wilayah Bervegetasi
Pertanian). Nomor Urut SLS terakhir pada desa tersebut adalah 0010. Nomor urut
non SLS terakhir di desa tersebut adalah 1001. Maka penomoran kode SLS dan
non SLS sebagai berikut:
Jika dalam pembagian wilayah tugas ternyata ada desa tertentu yang dialokasikan ke
beberapa pengawas, maka kunjungan ke kantor desa dapat dilakukan oleh beberapa
pengawas secara bersama-sama, kemudian menyepakati salah satu pengawas yang
ditunjuk untuk melakukan pengisian Daftar ST2023-IDSLS. Pengisian Nama Petugas pada
dokumen ST2023 dituliskan semua pengawas di desa tersebut. Contoh: Adit, Aldi. Kedua
pengawas tetap membubuhkan tanda tangan di dokumen ST2023-IDSLS setelah selesai
pencacahan.
1. Ditemukan
- SLS yang mengalami perubahan fungsi lahan (misalnya, SLS yang seluruh
wilayahnya terkena gusur pembangunan jalan tol, waduk, dan lain-lain). Kode
SLS dimutakhirkan. Jenis SLS/non SLS menyesuaikan kondisi terbaru dan kode
SLS melanjutkan nomor urut terakhir SLS/nonSLS dalam satu desa.
Contoh: nama semula SLS RT 001 RW 01 berubah menjadi nama non SLS
Waduk.
- Non SLS yang seluruh wilayahnya telah terbentuk SLS (tidak merubah wilayah
poligon peta yang ada). Kode SLS dimutakhirkan. Jenis SLS menyesuaikan
kondisi terbaru dan kode SLS melanjutkan nomor urut terakhir SLS dalam satu
desa.
- SLS mengalami pemekaran namun nama SLS induk tidak digunakan lagi. Kode
SLS dimutakhirkan. Kode SLS baru hasil pemekaran melanjutkan nomor urut
terakhir SLS dalam satu desa.
Contoh: RT 010 RW 01 mengalami pemekaran menjadi RT 001 RW 05 dan RT
002 RW 05. Nama SLS RT 010 RW 01 tidak digunakan lagi.
3. Gabung
4. Baru
Contoh SLS baru yang terbentuk dari sebagian wilayah beberapa SLS
RT 018 RW 001 merupakan SLS baru hasil pemekaran yang wilayahnya berasal
dari sebagian RT 013 RW 001 dan sebagian RT 014 RW 001. Namun secara
proporsi jumlah penduduk yang lebih dominan berasal dari RT 014 RW 001.
5. Pindah
Kode 5 (pindah) digunakan untuk menampung informasi SLS/non SLS yang tidak
ditemukan di lapangan karena wilayahnya masuk ke dalam wilayah desa di
sebelahnya. Pindah SLS/non SLS yang dimaksud disini secara bentuk, posisi, dan
batas SLS tidak berubah, hanya berubah identitas wilayah administrasinya.
• Di desa asal, nama SLS pada kolom (6) ditambahkan kode desa tujuan.
• Di desa tujuan, nama SLS pada kolom (2c) ditambahkan kode desa asal.
Kolom 9 diisi oleh pengawas setelah dapat informasi lapangan dari pemeta.
Daftar PSLS adalah daftar yang digunakan sebagai lembar kerja dalam
melakukan pemutakhiran SLS yang mengalami perubahan. Informasi perubahan
SLS diperoleh saat kegiatan pemutakhiran SLS.
Jika tidak ada perubahan SLS baik berdasarkan informasi dari kantor desa
maupun dari lapangan, tuliskan NIHIL pada dokumen Daftar PSLS pemeta dan
pengawas.
Gambar 5.5. Contoh Daftar PSLS Pengawas Tidak Ada Perubahan SLS
Keterangan Pada bagian kanan bawah terdapat keterangan petugas. Tuliskan nama,
Pengisi Daftar tanggal pengisian dan tanda tangan petugas updating pada tempat yang
tersedia.
Kode 1 – Ditemukan Kode 2, untuk SLS/non SLS a. SLS ditemukan dan tidak
induk yang mekar berubah nama dan cakupan
wilayahnya tidak perlu
ditulis pada Daftar PSLS.
b. SLS ditemukan dan nama
Ketua SLS berubah, tidak
perlu dicatat di PSLS.
(Gabung).
Desa Sigulai terdapat wilayah SLS dan non SLS yang bersebelahan, yaitu Dusun
Sinar Mutiara (0003) dan wilayah transmigrasi Sigulai (4002). Wilayah
transmigrasi tersebut kemudian disahkan menjadi bagian dari wilayah Dusun
Sinar Mutiara, sehingga dilakukan penggabungan SLS/non SLS. Penggabungan ke
wilayah SLS Dusun Sinar Mutiara sehingga kode SLS/non SLS yang digunakan
adalah 0003, sedangkan kode 4002 sudah tidak digunakan. Secara batas wilayah,
kedua wilayah SLS/non SLS dilakukan merging.
Keluarga pertanian adalah seseorang atau sekelompok orang yang terdaftar dalam Kartu
Keluarga (KK), tidak termasuk mereka yang terdaftar dalam KK tetapi tidak tinggal
bersama keluarga tersebut yang sekurang-kurangnya ada satu anggota keluarga yang
mengusahakan produk pertanian (menanggung risiko sendiri) dengan tujuan
sebagian/seluruh dijual atau memperoleh pendapatan/keuntungan. Khusus untuk keluarga
yang menanam padi dan palawija (tanaman pangan), walaupun seluruh hasilnya untuk
dikonsumsi sendiri, dikategorikan sebagai keluarga pertanian.
Produk pertanian meliputi tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dll,
hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias dll), perkebunan (sawit, karet, kakao,
dll), peternakan (sapi, unggas, dll), perikanan (ikan, cumi, udang dll), dan kehutanan
(mahoni, jati, dll)
Untuk SLS bermuatan besar yang terbagi dalam beberapa BS maka pengisian
jumlah muatan diproporsikan untuk masing-masing BS yang menjadi bagian SLS
besar.
Pengisian ST2023-LKP:
Pada contoh ini terdapat kasus SLS duplikat pada Master yaitu:
- [0034] RT 34 RW 13 Dusun Sanggrahan dan [0036] RT 34 RW 13 Dusun Sanggrahan.
- [0035] RT 35 RW 13 Dusun Sanggrahan dan [0037] RT 35 RW 13 Dusun Sanggrahan.
Pengisian ST2023-IDSLS:
Pengisian ST2023-PSLS:
Pada contoh ini terdapat kasus rombak SLS yang terjadi karena ada
pembentukan 1 SLS baru yang berasal dari 2 wilayah SLS di Dusun Sijopak. Dimana
RT 004 RW 009 terbentuk dari sebagian RT 001 RW 009 dan RT 002 RW 009, dengan
proporsi muatan paling besar dari RT 002 RW 009. Ilustrasi peta dan penulisan daftar
seperti berikut ini.
Pengisian ST2023-PSLS:
5.6. Pemeriksaan
1. Periksa apakah dokumen lapangan per desa sudah lengkap meliputi ST2023-
IDSLS, PSLS, ST2023-LKP, Peta, Kartu Kendali Rekonsiliasi.
2. Pastikan setiap desa yang mengalami perubahan SLS (berubah nama, gabung,
atau baru) dilengkapi dengan Daftar PSLS yang sudah terisi.
a. ST2023-IDSLS
c. ST2023-LKP
• Periksa apakah Kolom (6) sampai (11) sudah terisi jika Kolom (5) berkode 1.
• Kolom (7) lebih kecil atau sama dengan kolom (6). Konfirmasi ke petugas jika
jumlah keluarga pertanian lebih besar dibandingkan jumlah keluarga di suatu
BS-SLS.
• Periksa kewajaran isian jumlah keluarga, keluarga pertanian, urban farming,
dan infrastruktur pertanian.
• Cek apakah semua infrastruktur yang tercatat pada ST2023-LKP sudah di-
geotagging.
1. Pastikan identitas SLS/non SLS yang ada pada daftar (ST2023-IDSLS, PSLS,
ST2023-LKP) tercantum pada Peta WB-2020.
Cara Pemeriksaan:
a. Berikan tanda v di depan ST2023-IDSLS Kolom (1) No,
− Jika Kolom (4) identifikasi berkode 1 (ditemukan), 2 (berubah
nama/jenis), dan 4 (baru).
− Pada salah satu baris wilayah SLS hasil gabungan jika Kolom (4) berkode
3.
− Jika Kolom (4) berkode 5 yang merupakan SLS pindahan dari desa lain.
b. Lakukan pengecekan SLS/non SLS yang diberi tanda v pada dokumen Peta
WB-2020. Lakukan konfirmasi ke pemeta jika ada SLS yang tercatat di
ST2023-IDSLS namun belum tergambar di peta atau sebaliknya.
Aplikasi Wilkerstat adalah aplikasi berbasis web dan Android yang dibuat
khusus untuk lingkungan kerja Badan Pusat Statistik (BPS), berfungsi untuk mengenali
batas wilkerstat dan untuk melakukan pengambilan geotagging foto suatu landmark
batas wilkerstat maupun landmark infrastruktur.
Fungsi dari Aplikasi Wilkerstat berbasis web dan Android adalah sebagai
berikut:
1. Versi Android, memiliki fungsi:
a. Mengetahui lokasi dan batas wilayah kerja statistik.
b. Pengambilan posisi koordinat (geotagging) menggunakan kamera HP.
c. Mengirimkan hasil geotagging ke server pusat.
2. Versi Web, memiliki fungsi:
a. Mendaftarkan/mengelola user.
b. Membuat kode token untuk keperluan registrasi petugas lapangan.
c. Mendownload data hasil lapangan (geotagging).
Login ke web
Pemeta sudah
ya Login
terdaftar?
Membuat Token
tidak
Geotagging infrastruktur
pertanian
Pengguna Aplikasi Wilkerstat adalah organik dan non organik BPS. Admin BPS
Kabupaten/Kota (organik BPS) akan menggunakan aplikasi wilkerstat berbasis web,
sedangkan petugas pemeta menggunakan aplikasi berbasis Android. Pengguna non
organik BPS dibatasi hanya untuk petugas yang terdaftar di aplikasi.
3. Pilih “User - Kelola User ” pada menu managemen di menu bar sebelah kiri.
4. Pilih “Add” di sebelah kanan atas tabel “User”.
5. Isikan form pendaftaran secara lengkap.
6. Pilih “Save”.
Saat registrasi mandiri oleh pemeta, diperlukan token yang akan dibuat dan
diberikan oleh Admin BPS Kabupaten/Kota. Tujuan pembuatan token ini adalah untuk
memberikan otoritas bagi para pemeta untuk bisa login/masuk ke dalam wilayah kerja
masing-masing. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Akses wilkerstat pada alamat “wilkerstat.bps.go.id”.
2. Login dengan menggunakan menu “Login Pegawai (SSO)”.
Petugas non organik BPS untuk dapat melakukan login ke Aplikasi Wilkerstat,
harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Ketika akan melakukan registrasi awal,
petugas akan mendapatkan kode token dari Admin Kabupaten/Kota.
Selain peta digital wilkerstat, peta lain yang perlu ditambahkan ke dalam
project adalah peta digital tutupan lahan. Tahapan untuk menambahkan peta
digital tutupan lahan adalah sebagai berikut:
1. Pilih project tutupan lahan yang telah dibuat (ikon T).
2. Pilih “=” pada pojok kanan atas halaman Wilkestat.
3. Pilih “+” pada “Layer Panel”.
4. Pilih “+” pada halaman Wilkestat.
5. Pilih “Polygon Tutupan Lahan”, kemudian klik “Search”.
6. Pilih poligon, dan pilih ikon download.
7. Tampilkan peta yang telah didownload dengan pilih tanda “+” yang
berwarna hijau.
8. Peta akan tampil dan selesai.
Hasil dari geotagging terkadang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Oleh
karena itu, aplikasi ini juga memungkinkan pemeta untuk melakukan perbaikan posisi
dari hasil geotagging dengan cara menggesernya. Tahapan yang dilakukan untuk
melakukan perbaikan posisi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan hasil geotagging yang akan diubah posisinya.
2. Tekan (drag) ikon hasil geotag, geser ke posisi yang diinginkan, kemudian letakan
(drop) sesuai dengan kondisi di lapangan. Contoh: mengubah posisi koperasi tani
jaya menjadi di ujung jalan siliwangi 12.
Tahapan terakhir adalah keluar dari aplikasi (log out) saat aplikasi sudah tidak
lagi digunakan. Tahapan log out adalah sebagai berikut:
1. Pada halaman home aplikasi, pilih ikon garis tiga di kiri atas aplikasi.
2. Pilih “Pengaturan”.
3. Pilih “Log Out”.
4. Pilih “YA” pada dialog box menu log out.
Jika pemeta melakukan logout dari aplikasi, maka data project dan hasil
geotagging di handphone (hp) akan hilang. Jika pemeta ingin menampilkannya lagi,
maka landmark yang telah di upload harus didownload terlebih dahulu dan ditampilkan
kembali kedalam project. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Login.
2. Pilih menu “Project” pada home Aplikasi Wilkerstat.
3. Pilih ikon “download” pada kanan atas aplikasi.
4. Pilih kategori project yang akan di-download.
5. Tunggu sampai proses download selesai.
6. Pilih detil project melalui ikon di kanan sebelah kanan project.
7. Pilih ikon “download” pada kanan atas aplikasi untuk download landmarks.
8. Pilih “YA” pada dialog box “Warning”.
9. Kembali ke halaman “Projects”.
10. Pilih project, akan tampil project beserta landmark yang telah di-geotagging.
Aplikasi ini juga memungkinkan untuk melakukan backup dan restore data
yang telah dikumpulkan oleh pemeta. Tahapan untuk melakukan backup adalah
sebagai berikut:
1. Pilih ikon detil project di kanan nama project yang akan diback up.
2. Pilih ikon “Backup” di sebelah kanan atas aplikasi.
3. Tunggu hingga proses selesai dan klik “OK” pada dialog box “Export project”.