Professional Documents
Culture Documents
Obesitas, Pola Diet, Dan Aktifitas Fisik Dalam Penanganan Diabetes Melitus Pada Masa Pandemi Covid-19
Obesitas, Pola Diet, Dan Aktifitas Fisik Dalam Penanganan Diabetes Melitus Pada Masa Pandemi Covid-19
1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
Artikel Review
Obesitas, Pola Diet, dan Aktifitas Fisik dalam Penanganan Diabetes Melitus
pada Masa Pandemi Covid-19
Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia
ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus (DM) can increase the risk of death in Covid-19 patients.
Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease or disorder characterized by high blood sugar
levels accompanied by impaired carbohydrate, lipid, and protein metabolism as a result of
insulin function insufficiency. This multi-etiology disease is caused by several main
determinants includes obesity, diet patterns, and physical activity. The incidence of DM cases
globally continues to increase significantly. The results of Basic Health Research (Riskesdas)
show that the prevalence of DM increased from 6.9% in 2013 to 8.5% in 2018 according to
the blood sugar examinations. The prevalence of DM is not only increasing in the adult age
group but also in the adolescent age group. The purpose of writing this article is to
scientifically examine the handling of DM from obesity factors, dietary patterns, and physical
activity. Results: Patients with diabetes mellitus experience insulin function insufficiency due
to disruption of insulin production in the pancreas, so insulin has difficulty converting glucose
into energy. Blood glucose levels have a significant relationship with the amount of fat in the
body associated with obesity, diet, and energy intake from physical activity. The success of
handling DM by controlling various determinants also determined by psychosocial conditions
and support from the family. Conclusion: Management of DM can be carried out optimally
with a healthy lifestyle, namely by maintaining normal nutritional status and preventing
obesity, setting a healthy diet through a balanced diet, and doing physical activity, especially
by exercising regularly.
ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit diabetes melitus (DM) dapat meningkatkan risiko kematian pada
pasien Covid-19. Diabetes melitus merupakan merupakan penyakit atau gangguan
metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Penyakit
dengan multi etiologi ini disebabkan oleh beberapa determinan utama mencakup obesitas, pola
diet, dan aktifitas fisik. Insiden kasus diabetes melitus secara global terus meningkat secara
signifikan di berbagai negara. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah
meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% di Indonesia. Prevalensi penyakit ini tidak hanya
meningkat pada kelompok usia dewasa namun juga pada kelompok usia remaja yaitu usia 15
tahun. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menelaah secara ilmiah penanganan DM
dari faktor obesitas, pola diet, dan aktifitas fisik. Hasil: Penderita diabetes melitus mengalami
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 |1
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
insufisiensi fungsi insulin akibat terjadinya gangguan atau produksi insulin dalam pankreas,
sehingga insulin mengalami kesulitan dalam mengubah glukosa menjadi energi. Kadar glukosa
dalam darah memiliki hubungan signifikan dengan jumlah lemak dalam tubuh yang terkait
dengan obesitas, pola makan, serta pengambilan energi dari aktifitas fisik. Keberhasilan
penanganan diabetes melitus dengan mengontrol berbagai determinan juga ditentukan oleh
kondisi psikososial serta dukungan dari keluarga. Kesimpulan: Penanganan diabetes melitus
dapat dilakukan secara optimal melalui pengaturan pola hidup sehat yaitu dengan
mempertahankan status gizi normal dan mencegah obesitas, pengaturan pola makan yang sehat
melalui asupan gizi seimbang, serta melakukan aktifitas fisik terutama dengan berolahraga
secara rutin.
Kata kunci: aktifitas fisik, covid-19, diabetes melitus, obesitas, pola diet
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 |2
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
(puasa selama minimal 8 jam tanpa asupan melitus menurut hasil pemeriksaan gula
kalori) yaitu ≥126 mg/dl, 2) pemeriksaan darah meningkat dari 6,9% pada 2013
glukosa plasma sewaktu yaitu ≥200 mg/dl, menjadi 8,5% di Indonesia. Peningkatan
3) pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl prevalensi DM di Indonesia terus meningkat
2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral setiap tahun dimana Provinsi DKI Jakarta,
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, Provinsi Kalimantan Timur, dan Provinsi
dan 4) pemeriksaan Hemoglobin glikat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
(HbA1C) dimana jika nilainya lebih dari menempati provinsi dengan prevalensi DM
6,5 % dapat diidentikkan dengan terjadinya tertinggi secara berturut-turut pada penduduk
diabetes dengan gejala sering lapar, sering kelompok umur ≥15 tahun maupun
haus, sering buang air kecil dalam jumlah penduduk semua umur menurut provinsi
banyak, dan berat badan turun (1,2,10,11). (13,14).
Prevalensi penyakit DM terus Peningkatan prevalensi DM menjadi
meningkat seiring dengan lonjakan kasus di beban bagi perekonomian negara. Efek
berbagai negara Covid-19 (5). Insiden spesifik yang ditimbulkan dari DM dalam
kasus diabetes melitus di seluruh dunia jangka panjang yaitu terjadinya retinopati,
meningkat 102,9% dari 11.303.084 kasus nefropati dan neuropati, serta berisiko tinggi
pada tahun 1990 menjadi 22.935.630 kasus terkena penyakit lain termasuk jantung,
pada tahun 2017 di seluruh dunia (12). penyakit arteri perifer dan serebrovaskular,
Sebelum masa pandemi Covid-19, sekitar obesitas, katarak, disfungsi ereksi, dan Non-
422 juta orang di seluruh dunia menderita alcoholic Fatty Liver Diseases (NAFLD).
diabetes dengan kontribusi terbesar berasal Selain itu penderita DM berisiko lebih tinggi
dari negara berpenghasilan rendah dan terkena beberapa penyakit menular, termasuk
menengah, dimana sebanyak 1,6 juta tuberculosis (TB) dan Covid-19 (2,5,12).
kematian di dunia secara langsung Pandemi Coronavirus Disease 2019
dikaitkan dengan diabetes setiap tahun. (COVID-19) di seluruh dunia termasuk di
Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi Indonesia menyebabkan dampak infeksi
570 juta pada tahun 2030 dan menjadi 700 yang lebih parah pada penderita dengan
juta pada tahun 2045, dan meningkat secara penyakit komorbid termasuk DM. Kondisi
signifikan selama masa pandemi Covid-19 ini semakin parah oleh obesitas, pola makan
(1,3,12). Organisasi International Diabetes yang tidak sehat, dan kurangnya aktifitas
Federation (IDF) memperkirakan angka fisik yaitu memiliki pola hidup sedentari
prevalensi DM di dunia pada tahun 2019 (sedentary lifestyle) (6,7,12,15).
pada usia 20-70 tahun adalah sebesar 9,3%, Pola hidup sedentari (sedentary
dimana prevalensi DM pada laki-laki lifestyle) yaitu pola hidup dengan aktifitas
sedikit lebih tinggi (9,65%) dibandingkan fisik yang kurang sehingga menyebabkan
pada perempuan (9%). Tiga negara dengan kelebihan berat badan dan obesitas
prevalensi DM tertinggi di dunia adalah merupakan faktor penyebab terjadinya yang
China (116,4%), India (77,0%), dan Amerika dapat dimodifikasi, disamping faktor lainnya
Serikat (31,0%). Sedangkan Indonesia seperti pola makan yang tidak seimbang,
menduduki peringkat ketujuh dengan riwayat toleransi glukosa terganggu atau
prevalensi sebesar 10,7% (13). Hasil Riset terganggu glukosa darah puasa dan merokok.
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 Selain itu DM dapat dipengaruhi oleh
menunjukkan bahwa prevalensi diabetes faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 |3
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga untuk kategori kegemukan, dan obesitas jika
DM, riwayat persalinan dengan berat badan IMT > 30 kg/m2 (18,20). Indeks Massa
lebih dari 4000 gram (7,13). Penanganan Tubuh (IMT) yang berlebihan dapat
DM yang optimal terutama pada masa mengalami hambatan dalam pengambilan
pandemi Covid-19 ditekankan melalui glukosa ke dalam otot dan sel lemak sehingga
manajemen faktor yang dapat dimodifikasi hal ini menyebabkan glukosa dalam darah
terutama melakukan pola hidup sehat yaitu meningkat (21). Penderita DM yang
mencakup upaya untuk mencapai dan mengalami obesitas biasanya memiliki
mempertahankan status gizi normal untuk peradangan kronis tingkat rendah yang
mencegah obesitas, menerapkan pola makan menjadi predisposisi terhadap risiko infeksi
dengan prinsip gizi seimbang, serta yang lebih tinggi dan berdampak lebih fatal
melakukan aktifitas fisik dengan berolahraga hingga dapat menyebabkan kematian
secara rutin sesuai usia. Kepatuhan penderita (22,23). Peradangan sistemik yang diinduksi
DM dalam menerapkan pola hidup sehat oleh obesitas menurunkan imunitas bawaan
dipengaruhi oleh pendidikan dan dan adaptif dengan cara yang sama seperti
pengetahuan, serta adanya dukungan dari yang dipengaruhi oleh immunosense (24).
lingkungan terutama keluarga (16,17). Obesitas pada penderita DM
Tujuan dari penulisan tinjauan literatur ini menyebabkan gangguan metabolisme dan
yaitu untuk mengulas secara ilmiah mengenai resistensi insulin (25). Akumulasi lemak
penanganan diabetes melitus berdasarkan dalam tubuh akan menghasilkan asam lemak
determinannya yaitu obesitas, pola makan, bebas yang digunakan untuk cadangan
dan aktifitas fisik pada masa pandemi Covid- energi. Jumlah asam lemak non esterified,
19. gliserol, hormon, sitokin, penanda
proinflamasi, dan zat lain yang terlibat dalam
TINJAUAN LITERATUR pengembangan resistensi insulin meningkat.
Pengendalian Obesitas dalam Penanganan Kelebihan asam lemak bebas akan
Diabetes Melitus mengganggu pengambilan glukosa oleh otot
Obesitas salah satu penyebab utama sehingga dapat menyebabkan hiperglikemia.
terjadinya DM tipe 2. Penderita DM yang Selain itu insufisiensi insulin dapat
mengalami obesitas memiliki risiko lebih menghambat pengambilan glukosa ke
besar untuk terkena penyakit penyerta dalam otot dan sel lemak sehingga terjadi
lainnya termasuk potensi yang tinggi peningkatan glukosa dalam darah. Jika
terpapar Covid-19. Selain itu faktor tidak dilakukan pengendalian terhadap
imunitas pasien juga menjadi penentu risiko obesitas pada penderita DM yaitu dengan
dari paparan virus tersebut. Kegemukan menurunkan IMT hingga mencapai normal
dan obesitas terjadi ketika akumulasi lemak (18,5-25,0 kg/m2) maka peningkatan
berlebih. Indikator yang paling mudah glukosa dalam darah akan terus terjadi dan
dikenali adalah berat badan lebih dimana menyebabkan dampak yang lebih
terjadi distribusi lemak yang memicu merugikan (26,27).
ekspresi penyakit penyerta lainnya terutama Berbagai studi sebelumnya
DM (18,19). World Health Organization menunjukkan bahwa obesitas secara
(WHO) mengkategorikan Indeks Massa signifikan dapat memperburuk kesehatan
Tubuh (IMT) berdasarkan indeks penderita DM (7,21,28,29). Martina dan
antropometri yaitu mencapai >25 kg/m2 Adisasmita melaporkan hasil studinya pada
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 |4
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
tahun 2019 yaitu dengan menganalisis Kecukupan gizi pada penderita DM menjadi
data Indonesian Family Life Survey (IFLS)- mutlak terlebih jika penderita DM juga
5 melaporkan bahwa individu yang obese terpapar Covid-19. Manajemen diet pasien
memiliki risiko 1,63 kali lebih tinggi DM dengan infeksi Covid-19 menjadi bagian
terkena DM dibandingkan mereka yang dari prosedur pengobatan yang harus
tidak obese. Risiko DM meningkat 13,4% dipenuhi untuk membantu pemulihan
pada individu yang obesitas dan memiliki kesehatan tersebut (34,35). Kerentanan yang
aktivitas fisik yang rendah (7). Lam, et al lebih tinggi serta dampak negatif yang
pada tahun 2020 juga menguraikan bahwa ditimbulkan dari paparan Covid-19 bagi
obesitas dan diabetes melitus secara penderita DM mengharuskan adanya
bersinergis dapat menyebabkan gangguan perubahan perilaku terutama pola makan.
metabolisme dalam pancreas yang dapat Studi yang dilakukan oleh Nowakowski, et al
memodulasi karsinogenesis pankreas (28). pada tahun 2020 di Polandia pada 124
Keparahan tersebut semakin meningkat jika penderita DM tipe 1 (n=90) dan DM tipe 2
penderita DM terpapar infeksi, terutama (n=24) menunjukkan bahwa lebih dari 60%
Covid-19. Santos, et al pada tahun 2021 responden menyatakan mulai mengonsumsi
juga telah menelaah bahwa infeksi virus makanan yang lebih bergizi dan teratur
dapat mengaktifkan respons stres selama pandemi Covid-19 (34). Desnita, et al
terintegrasi, termasuk aktivasi serin kinase, pada tahun 2020 juga melaporkan bahwa
yang menginduksi fosforilasi serin IRS‑1 salah satu upaya untuk mencegah komplikasi
(Insulin Receptor Substrate 1) dan penyakit yang lebih serius dan meningkatkan
resistensi insulin (29). Besarnya dampak imunitas penderita DM pada masa pandemi
negatif yang ditimbulkan akibat obesitas Covid-19 di Kota Padang, dilakukan edukasi
terhadap penderita DM, maka perlu adanya mengenai pentingnya manajemen diet untuk
perlakuan terhadap pengendalian obesitas. meningkatkan pengetahuan penderita DM
Bramante, Lee, dan Gudzune melaporkan mengenai gizi (35).
bahwa lebih dari 90% penderita diabetes Pengaturan pola makan pada
mengalami kelebihan berat badan atau penderita DM ditujukan dengan
obesitas maka diperlukan upaya mengurangi asupan gula dan lemak akan
penanganan melalui berbagai pendekatan menurunkan pemasukan glukosa dalam
mencakup pemberian edukasi dan tubuh, sehingga pemakaian energi dalam
konseling mengenai perubahan perilaku tubuh akan mengambil cadangan energi
sedentari menjadi perilaku hidup sehat, yang tersimpan. Jika glukosa yang
manajemen diet, mengikuti program digunakan diubah menjadi energi, akan
penurunan berat badan, dan melalui menurunkan kadar glukosa dalam darah
manajemen pengobatan (25,30,31). (36). Sumber makanan dan minuman yang
perlu dihindari pada penderita DM adalah
Pola Diet dalam Penanganan Diabetes makanan atau minuman yang mengandung
Melitus gula tinggi seperti kental manis, sirup tinggi
Pola diet secara langsung berkaitan dengan gula, aneka kue yang menggunakan tinggi
status gizi (32,33). Pemenuhan asupan gula, serta aneka makanan yang mengandung
makanan secara seimbang pada penderita indeks glikemik yang tinggi dan menaikkan
DM merupakan faktor utama dalam kandungan gula darah (37–39). Penerapan
mencegah terjadinya paparan Covid-19. gizi seimbang menjadi solusi yang tepat
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 |5
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
dalam penanganan DM terutama pada masa pengaturan pola makan untuk mencegah
pandemi Covid-19 dimana jumlah kalori pertambahan berat badan berlebihan yang
ditentukan oleh usia dan jenis kelamin. berdampak terhadap terjadinya obesitas pada
Penerapan ‘isi piringku’ setiap kali konsumsi penderita DM (25). Oleh karena itu edukasi
makan juga menjadi penting pada penderita gizi seimbang terhadap pasien DM sangat
DM dan menerapkan 4 (empat) pilar gizi penting untuk merubah perilaku makan
seimbang yaitu mengkonsumsi makanan yang lebih sehat. Edukasi mengenai gizi
beraneka ragam dan bergizi seimbang dengan seimbang secara efektif diberikan sejak fase
membatasi asupan gula sebanyak 4 sendok awal kehidupan (43). Hal ini sangat penting
makan (50 gram) per orang per hari, dilakukan karena pembentukan imunitas
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, tubuh dimulai terbentuk terutama pada
memantau berat badan secara teratur, dan periode pemberian ASI eksklusif yang
melakukan aktifitas fisik (40). Studi diteruskan dengan pemberian makananan
sebelumnya melaporkan bahwa terdapat pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat (44–
bermacam tipe diet yang dapat diterapkan 46). Pola asuh gizi yang diperoleh seseorang
pada penderita DM, salah satunya adalah tersebut akan menentukan status gizi pada
diet mediterania yang menganjurkan masa selanjutnya, dan membentuk perilaku
konsumsi minyak zaitun, ikan, sayur- makan yang lebih permanen (47,48). Selain
mayur, kacang-kacangan, dan buah- itu dukungan dari lingkungan terutama
buahan. Studi lainnya melaporkan bahwa keluarga juga berpengaruh secara
diet yang dianjurkan adalah diet keto, yaitu bermakna terhadap kepatuhan diet pada
diet rendah karbohidrat dan tinggi asam penderita DM (48).
lemak. Hal ini ditujukan dengan konsumsi
glukosa yang rendah, maka asam lemak Aktifitas Fisik dan Penanganan Diabetes
dari keto akan mengambil alih glukosa Melitus
sebagai sumber tenaga (30,31,41). Aktifitas fisik menyebabkan pengambilan
Adipositas menjadi prediktor utama energi dengan merubah glukosa dalam
adanya komplikasi penyakit lain yang dapat proses metabolism, sehingga kadar glukosa
ditimbulkan. Asupan makanan yang tidak dalam darah menurun. Kegiatan fisik yang
seimbang dengan aktifitas fisik dapat dilakukan pasien DM dapat menambah
meningkatkan risiko paparan penyakit pemakaian glukosa dalam darah untuk
Covid-19 (32,37,42). Manajemen diet yang diproses menjadi tenaga serta mengurangi
sehat diperlukan untuk mengatur pola tumpukan lemak dalam jaringan adiposa,
makan sehingga penderita DM memperoleh sehingga dapat mencegah terjadinya
gizi seimbang, dimana asupan energi yang obesitas pada penderita DM. Aktifitas fisik
dikonsumsi sebanding dengan aktifitas fisik yang dilakukan secara menyenangkan
yang dilakukan. Kelebihan gizi pada dapat meningkatkan imunitas penderita
penderita DM dapat menyebabkan obesitas. DM. selain itu olahraga yang dilakukan di
Risiko terjadinya obesitas pada penderita DM pagi hari untuk memperoleh paparan sinar
pada masa pandemi covid-19 semakin matahari dapat mencegah risiko penularan
meningkat karena adanya kebijakan Covid-19 (6,49). Aktifitas fisik rutin
pembatasan aktifitas bagi masyarakat di luar terutama dengan melakukan olahraga
rumah sehingga menyebabkan rendahnya dengan memperhatikan usia, frekuensi,
aktifitas fisik. Oleh karena itu perlu intensitas, waktu dan jenis olahraganya,
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 |6
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
akan membantu dalam kontrol glukosa merugikan akibat paparan virus Covid-19
dalam darah. Beberapa bentuk olahraga (6,16).
yang direkomendasikan bagi penderita DM
antara lain jalan pagi, aerobik, latihan SIMPULAN
kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan Dari hasil tinjauan literatur maka dapat
(50). disimpulkan bahwa penanganan penyakit
Efek perlindungan aktifitas fisik diabetes melitus pada masa pandemi Covid-
terhadap terjadinya DM terkait dengan 19 dapat dilakukan melalui penerapan pola
peningkatan sensitivitas insulin dan glukosa. hidup sehat yaitu dengan cara: 1)
pada kontrol glikemik. Studi yang dilakukan mempertahankan berat badan ideal untuk
oleh Budi, Saraswati dan Setiawan pada memperoleh status gizi normal, sehingga
penderita DM tipe 2 di wilayah kerja dapat dan mencegah obesitas, 2) menerapkan
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang pola makan yang sehat dengan prinsip gizi
pada tahun 2017 menunjukkan bahwa seimbang untuk memenuhi Angka
aktifitas fisik berkorelasi dengan aktifitas Kecukupan Gizi (AKG) baik kebutuhan
fisik. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa kalori dari zat makro maupun zat gizi mikro
pasien yang melakukan aktifitas fisik yang mencakup vitamin dan mineral yang sesuai
rendah cenderung tidak dapat mengontrol dengan jenis kelamin dan usianya, serta 3)
kadar gula darahnya dibandingkan penderita melakukan aktifitas fisik terutama
DM yang melakukan aktifitas fisik sedang berolahraga secara teratur dengan
dan tinggi (51). Selain faktor status gizi, pola mempertimbangkan usia penderita DM,
diet dan aktifitas fisik, terdapat faktor lain frekuensi, intensitas, waktu, dan jenis
yang mempengaruhi keberhasilan penderita olahraga yang dilakukan. Selain ketiga
DM dalam menangani penyakitnya yaitu faktor utama yang berperan penting dalam
pendidikan, tingkat pengetahuan dan keberhasilan penanganan DM, diperlukan
dukungan sosial dari lingkungan terutama dukungan keluarga dan edukasi secara terus
keluarga (48,52). Studi yang dilakukan oleh menerus mengenai penanganan DM juga
Isnaeni terhadap 52 orang penderita DM di untuk meningkatkan sehingga dapat
RSUD Karanganyar menunjukkan bahwa membentuk kesadaran diri untuk
63,9% responden dengan pengetahuan yang melaksanakan hidup sehat yang selanjutnya
baik cenderung lebih patuh diet (48). Oleh dapat membentuk perilaku hidup sehat
karena itu, berdasarkan berbagai teori yang lebih permanen.
ilmiah dan studi-studi yang telah dilakukan
sebelumnya maka penanganan penyakit UCAPAN TERIMA KASIH
DM secara optimal pada masa pandemi Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Covid-19 harus dilakukan melalui pola Program Studi Gizi Fakultas Kedokteran
hidup sehat dengan mengontrol status gizi dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
agar tidak terjadi obesitas, pengaturan diet, Jakarta yang telah memfasilitasi penulisan
dan melakukan aktifitas fisik secara rutin. artikel ini.
Kepatuhan terhadap pola hidup sehat ini
diharapkan dapat menurunkan risiko KONFLIK KEPENTINGAN
paparan Covid-19 pada penderita DM, atau Penulis menyatakan tidak memiliki konflik
mengurangi dampak kesehatan yang lebih kepentingan dengan pihak manapun dalam
penulisan artikel ini.
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 |7
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 |8
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 |9
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 | 10
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 | 11
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MJNF
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–2942
Disubmit: 01/25/2021; Direview: 07/06/2021; Diterima: 07/19/2021; Diterbitkan: 07/30/2021. DOI: 10.24853/mjnf.2.1.1-12 | 12