Public Private Partnership Dalam Penyediaan Infrastruktur Pelayanan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.

php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

Public Private Partnership Dalam Penyediaan Infrastruktur Pelayanan


Publik: Pengalaman Indonesia dan India
Muhammad Tang Abdullah
Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia 90245
E-mail: muhtangabdullah@yahoo.co.id
Received: 28 April 2020; Revised: 21 Oktober 2020; Accepted: 27 Oktober 2020

Abstract
This study is based on the fact that there are several weaknesses that the government has in the provision
of public service infrastructure, both in Indonesia and India. Some of these weaknesses include limited
capacity of apparatus resources, budget shortages, management and technology weaknesses in the
provision of public service infrastructure. This article aims to see how a public private partnership is
conceptually and how the experiences of the Indonesian and Indian states in putting this concept into
practice. This study uses qualitative research methods with library research techniques. Literature study
is applied with data analysis techniques in several stages. Through this literature study method, it was
found that public private partnership is strongly associated with the concept of new public management
and governance. There are many forms of public private partnership such as BOT (Build Operate and
Transfer), BT (Build and Tranfer), BTO (Build, Transfer, and Operate), BLT (Build, Lease, and
Transfer), BOO (Build, Own, and Operate), ROO (Rehabilitate, Own, and Operate), ROT (Rehabilitate,
Own, and Transfer), DOT (Develop, Operate, and Transfer), and CAO (Contract, Add, and Operate).
But the overall form is essentially aimed at providing infrastructure and public services can be more
efficient, effective and economical. In practice, both in Indonesia and India, has had a noticeable effect
such as the opening of new jobs for residents because this public private partnership has long been
applied in various development sectors, especially in the service of basic community needs, such as
education, health, transportation, public housing, social services, and clean water supply.

Keywords: Public Private Partnership; Governance; Public Service

Abstrak
Kajian ini didasarkan pada fakta adanya beberapa kelemahan yang dimiliki oleh pemerintah dalam
penyediaan infrastruktur pelayanan publik, baik di Indonesia maupun India. Beberapa kelemahan
tersebut meliputi keterbatasan kapasitas sumberdaya aparatur, kekuragan anggaran, kelemahan
manajemen dan teknologi dalam pengadaan infrastruktur pelayanan publik. Artikel ini bertujuan untuk
melihat bagaimana public private partnership secara konseptual dan bagaimana pengalaman negara
Indonesia dan India dalam mempraktekkan konsep tersebut tersebut. Kajian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan teknik studi kepustakaan. Studi kepustakaan diterapkan dengan teknis
analisis data dalam beberapa tahap. Melalui metode studi kepustakaan ini ditemukan bahwa public
private partnership sangat terkait dengan konsep new public management dan governance. Terdapat
banyak bentuk public private partnership seperti BOT (Build Operate and Transfer), BT (Build and
Tranfer), BTO (Build, Transfer, and Operate), BLT (Build, Lease, and Transfer), BOO (Build, Own, and
Operate), ROO (Rehabilitate, Own, and Operate), ROT (Rehabilitate, Own, and Transfer), DOT
(Develop, Operate, and Transfer), dan CAO (Contract, Add, and Operate). Namun keseluruhan bentuk
tersebut pada hakekatnya bertujuan agar penyediaan infrastruktur dan pelayanan publik bias lebih efisien,
efektif dan ekonomis. Dalam prakteknya baik di Indonesia maupun India telah memberi efek yang nyata
seperti terbukanya lapangan kerja baru bagi warga karena public private partnership ini sudah sejak lama
diterapkan dalam berbagai sektor pembangunan, terutama pada pelayanan kebutuhan dasar masyarakat,
seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, transportasi, perumahaan rakyat, soaial, dan penyediaan air
bersih.

Kata Kunci : Public Private Partnership; Governance; Pelayanan Publik


Link DOI : http://dx.doi.org/10.31314/pjia.9.2.102-114.2020

102 Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), Under the license CC BY-SA 4.0
ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

PENDAHULUAN pengarahannya, Presiden RI mensyaratkan


Menelaah kondisi pelayanan publik agar PSN tersebut dilakukan dalam bentuk
di Indonesi sekarang ini, maka akan partnership yakni pelibatan BUMN dan
ditemukan banyak variasi penilaian dari BUMD serta pihak swasta dalam berbagai
berbagai pihak. Penilaian terhadap kondisi aspek pengerjaannya misalnya investasi
riil pelayanan publik oleh sebagian pihak teknologi, anggaran, dan lahan proyek
menyimpulkan bahwa wajahnya sudah (bareksa.com, 2018)
tampak “buram”. Wajah “buram” Oleh karena itu menurut Abdullah
pelayanan publik banyak ditemui dalam (2016) bahwa berbagai kelemahan dalam
berbagai laporan hasil penelitian dan berita organisasi pemerintahan tersebut di atas,
keluhan publik di media massa. Bahkan bisa dirinci dengan indikasi antara lain: (1)
dapat dilihat langsung fakta carut marutnya makin berkurangnya anggaran; (2)
manajemen pelayanan publik, termasuk kelemahan manajemen; dan (3) aparatur
infrastruktur pelayanan itu sendiri yang yang tidak profesional. Seiring pergeseran
masih jauh dari situasi yang memuaskan. paradigma pemerintahan di awal tahun
Wajar kemudian jika Suryadi (2010), 1990an yakni government ke governance
menyatakan bahwa pelayanan publik yang sebagai wujud manifestasi dari pendekatan
disediakan oleh birokrasi pemerintah di new public management, sudah disadari
semua jenis dan level pemerintahan berada bahwa dalam tubuh pemerintah terdapat
dalam kondisi “patologis”. berbagai kelemahan dalam melaksanakan
Dalam pengadaan barang-barang fungsi dan perannya sebagai public
publik seperti infrastruktur jalan tol, services and goods delivery. Atas d..asar
jaringan air minum, listrik, pelabuhan, dan inilah, sehingga mendorong lahirnya
bandara, serta bangunan perkantoran untuk konsep kemitraan (partnership) dengan
memfasilitas aktivitas dan mobilitas pihak lain (swasta dan masyarakat).
ekonomi masyarakat juga mengalami Konsep ini selanjutnya dikenal oleh
persoalan, baik dalam hal sumber daya kalangan akademisi sebagai model public
maupun manajemen pengadaannya. Oleh private partnership.
karena itu menurut Utama (2010), Fenomena dan persoalan terkait
pemerintah seharusnya mengembangkan ketiga kelemahan di atas, rupanya telah
model kerjasama dengan pihak swasta menjadi fenomena umum yang melanda
sebagaimana yang telah lama dilakukan sebagian besar negara di dunia terutama
oleh negara-negara Eropa dalam berbagai pada negara-negara sedang berkembang
bidang pembangunan. seperti Indonesia dan India. Misalnya
Darmin Nasution, Menteri Negara kasus di Indonesia, model public private
Koordinator Bidang Perekonomian tahun partnership ini sudah berlangsung sejak
2018 yang lalu merilis tentang adanya 222 tahun 1974 ketika proyek pembangunan
Proyek Strategis Nasional (PSN) yang jalan tol dimulai. Meskipun ketika itu
diimplementasikan mulai tahun ini. PSN fokus kerjasama lebih banyak pada bidang
yang dimaksud terdiri atas 69 proyek jalan, infrastrutktur fisik. Regulasi tentang model
51 bendungan, 29 kawasan ekonomi kerjasama pemerintah dan swasta ini
khusus atau kawasan industri atau kawasan pertama kali diatur dalam Peraturan
pariwisata, 11 proyek energi, 10 Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang
pelabuhan, dan delapan proyek air bersih Investasi Pemerintah. Meskipun
dan sanitasi. Estimasi nilai investasinya sebelumnya sudah terbit Peraturan
lebih dari Rp. 4.100 triliun. Dalam Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang
Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 103
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha pada rencana program pelayanan dan
dalam Penyediaan Infrastruktur. Dalam monitoring akibat dari dilimpahkannya
perpres ini, unit pemerintah atau badan tanggung jawab public service kepada
yang berwewenang secara aktif swasta.
memfasilitasi kerjasama pemerintah dan
swasta adalah Badan Perencanaan METODE PENELITIAN
Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Fokus kajian adalah penggambaran
dalam hal ini dibawah kendali Direktorat terhadap model public private partnership
Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan secara konseptual dan penerapan konsep
Swasta. tersebut di Indonesia dan India. Agar fokus
Menurut Utama (2010) bahwa dapat dipahami secara komprehensif dan
Perpres Nomor 67 Tahun 2005 tersebut di mendalam maka digunakan metode
atas kemudian direvisi menjadi Perpres pendekatan kualitatif dengan teknik studi
Nomor 13 Tahun 2010. Salah satu aspek kepustakaan (library research).
yang penting dalam revisi perpres ini Teknik studi kepustakaan menurut
adalah apresiasi terhadap ide atau inovasi Zed (2004) adalah kegiatan yang
dari pihak swasta dalam proposal yang mengharuskan peneliti memperoleh data
diajukan terkait dengan pembangunan yang bersumber dari berbagai literatur,
infrastruktur dan penyediaan pelayanan tidak hanya buku-buku tetapi juga dapat
lainnya. berasal dari sumber bacaan lain yang dapat
Pada dasarnya secara konseptual menunjang penelitian, seperti laporan
model public private partnership memiliki penelitian, artikel jurnal, dan dokumen
beberapa keuntungan di dalam prakteknya. kebijakan (peraturan perundang-undangan)
Beberapa keuntungan yang dimaksud dan program pemerintah. Tentu semua
seperti dikutip dari European Commision pustaka yang dimaksud di sini hanya
(2003) adalah (1) percepatan dari berkaitan dengan penerapan model public
penyediaan modal untuk pembangunan private partnership dalam berbagai aspek
infrastruktur; (2) adanya pengalihan bidang pelayanan dan penyediaan barang
tanggung jawab desain dan konstruksi publik, baik di Indonesia maupun India.
kepada pihak swasta dan dikombinasikan Adapun analisis data kualitatif ini
dengan pembiayaan oleh pemerintah; (3) dilakukan dalam beberapa tahap, yakni (1)
adanya pengurangan biaya yang tidak perlu penyusunan data; (2) klasifikasi data; (3)
selama masa penggunaan proyek yang pengolahan data; dan (4) penafsiran atau
dilakukan oleh pemerintah swasta; (4) penyimpulan.
adanya alokasi resiko kepada pihak yang
paling berkompeten untuk menanganinya HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga pihak swasta akan memperbaiki Governance dan Public Private
kualitas manajemennya dan menampilkan Partnership
berdasarkan pengalaman internasional; (5) Jika mengacu pada teori barang-
pihak swasta diharapkan akan lebih barang publik (public goods theory), maka
mampu untuk menghasilkan pendapatan pada dasarnya fungsi pelayanan publik
tambahan pada masa operasional sehingga merupakan tanggungjawab pemerintah
subsidi pemerintah dapat dikurangi; (6) dalam menyediakannya, sedangkan untuk
pemerintah akan berperan sebagai barang privat (private atau economic
regulator dan akan memfokuskan perannya goods), maka sektor swastalah yang
104 Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

menyediakan. Namun pada kenyataannya dilakukan adalah bahwa apabila dengan


terdapat beberapa barang campuran, yaitu dikontrakkan pemerintah bisa menghemat
barang semi publik (quasi public goods) pengeluaran dan memperoleh hasil yang
dan semi privat (quasi private goods). lebih berkualitas, maka pengontrakan kerja
Pelayanan publik meliputi penyediaan adalah lebih baik. Selain itu, manfaat
barang publik murni, semi publik, dan lainnya adalah mendorong sektor swasta
semi privat. Untuk kategori barang dan sektor ketiga untuk berkembang
campuran ini, baik sektor publik maupun (Mahmudi, 2005). Terkait dengan bentuk
swasta dapat sama-sama menyediakan. hubungan kemitraan tersebut, oleh Savas
Oleh karena itulah kemudian untuk (1994) mengemukakan adanya sepuluh
meningkatkan efisiensi dan efektivitas model public private partnership dalam
pelayanan publik, pemerintah daerah dapat praktek pelayanan publik, yaitu:
melakukan program kemitraan dengan a) Government Services, dalam model
sektor swasta (public private partnership) ini pemerintah sepenuhnya menetapkan
atau bisa juga bekerjasama dengan sektor kebijakan, pendanaan serta penyedia
ketiga yaitu dengan organisasi nonprofit pelayanan. Contoh: pelayanan
dan LSM (Mardiasmo, 2002). pertahanan;
Salah satu doktrin dalam paradigma b) Government Vending, dalam model
new public management yakni ini pemerintah sebagai penyedia
menanamkan nilai-nilai persaingan pelayanan, sedangkan kebijakan dan
(competitiveness values) untuk itulah konsumen sepenuhnya berasal dari
organisasi sektor publik perlu mengadopsi konsumen, yaitu masyarakat atau
prinsip-prinsip mekanisme pasar agar organisasi masyarakat. Contoh layanan
tercipta persaingan di lingkungan internal seperti ini adalah kegiatan masyarakat
organisasi (Osborne, 1992). (seperti festival band) yang memerlukan
Tujuan menciptakan persaingan di pengamanan dari pemerintah (dalam hal
sektor publik tersebut adalah untuk ini: polisi);
menghemat biaya (efisiensi) dan c) Intergovernment agreement yaitu
meningkatkan kualitas. Satu di antara kerjasama antara pemerintah daerah
banyak bentuk pengadopsian mekanisme satu dengan pemerintah daerah lainnya.
pasar itu adalah dilakukan mekanisme Contoh: pengelolaan sampah bersama
kontrak, tender kompetitif dalam rangka antara beberapa pemda;
penghematan biaya dan peningkatan d) Contrac yaitu pemerintah
kualitas serta privatisasi. Dalam konteks menetapkan kebijakan dan biaya,
ini, organisasi pemerintah bisa juga pelaksana pihak lain, sedangkan
melakukan kontrak kerjsama dengan pihak masyarakat menjadi konsumen. Contoh
swasta, masyarakat sipil, dan kelompok pelayanan ini, seperti pembangunan
relawan (volunteer). jalan yang dikontrakkan ke kontraktor
Beberapa tugas pelayanan publik swasta;
tertentu yang menjadi tanggung jawab e) Franchise yaitu pihak pemerintah
pemerintah sebenarnya bisa dikontrakkan menetapkan kebijakan publik, swasta
ke pihak swasta atau pihak ketiga untuk sebagai penyedia (produsen) pelayanan,
menanganinya, seperti pemungutan sedangkan masyarakat berperan sebagai
sampah, penarikan pajak, perawatan dan konsumen yang harus membayar
pemeliharaan aset pemerintah, dan pelayanan publik yang di konsumsinya.
sebagainya. Pertimbangan yang perlu Contoh: pelayanan taksi;
Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 105
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

f) Grant yaitu pihak pemerintah dan Own, and Transfer); dan (6) model konsesi
masyarakat yang menetapkan kebijakan (concession).
dan sekaligus yang membiayai
pelayanan ini. Sedangkan swasta yang Penerapan Public Private Partnership
menjadi penyedia pelayanan. Biaya Strategi public private partnership
yang dikeluarkan pemerintah dianggap merupakan model kemitraan yang
sebagai subsidi; didasarkan pada kerangka penyedia terbaik
g) Voucher, yaitu dalam model ini (best sourcing). Dengan kerangka best
kebijakan atau aturan main ditetapkan sourcing tersebut, diasumsikan bahwa
oleh masyarakat sebagai konsumen, pemerintah dapat mendorong sektor swasta
sedangkan pemerintah memberikan untuk terlibat dalam memberikan
subsidi dan swasta yang menyediakan pelayanan publik tertentu yang mana hal
pelayanan; itu akan lebih meningkatkan efisiensi dan
h) Market yaitu bahwa dalam model efek-tivitas pelayanan (value for money)
ini, konsumen menetapkan aturan main dan memberikan win-win solution baik
dan membiayai semua layanan yang bagi pemerintah maupun pihak swasta.
disediakan, sedangkan swasta Meskipun demikian, model ini tidak
memberikan layanan. Pemerintah sama selalu tepat diterapkan pada semua kondisi.
sekali tidak berperan; Oleh karena dalam suatu dokumen The
i) Voluntary yaitu bahwa dalam Stationery Office (2000), disebutkan
model ini pemerintah dan swasta tidak sejumlah alasan yang mestinya
berperan apapun, semua penyediaan terperhatikan jika ingin mempraktekkan
pelayanan disenggarakan oleh lembaga- model public private partnership ini, yang
lembaga masyarakat (seperti LSM atau meliputi:
organisasi masyarakat); a) Pemerintah menghadapi
j) Self Services yaitu bahwa dalam keterbatasan dana dan sumber daya
model ini baik pemerintah, swasta, atau manusia yang kompeten dalam
lembaga masyarakat tidak berperan apa- menyediakan pelayanan tersebut;
apa, semua penyediaan pelayanan dan b) Pihak swasta dapat memberikan
pembiayaan dilakukan langsung oleh pelayanan dengan kualitas yang lebih
masyarakat. baik dibandingkan bila diberikan oleh
Bentuk kerjasama pemerintah pemerintah;
dengan swasta bisa berupa kontrak kerja, c) Pihak swasta dapat menjamin
tender penyediaan barang atau jasa, atau bahwa pelayanan dapat diberikan lebih
bisa juga berupa business process cepat dibandingkan bila disediakan oleh
outsourcing (OECD, 1997). Menurut pemerintah;
OECD bahwa model kemitraan yang dapat d) Ada dukungan dari pengguna jasa
diadopsi oleh negara-negra berkembang untuk melibatkan pihak swasta sebagai
termasuk Indonesia dan India, antara lain: penyedia pelayanan;
(1) kontrak pelayanan (service contract); e) Ada peluang kompetisi di antara
(2) kontrak pengelolaan (management para calon mitra swasta;
contract); (3) kontrak sewa (lease f) Tidak ada ketentuan perundang-
contract); (4) bangun-kelola-alih milik undangan yang melarang pelibatan
(Build, Operate and Transfer); (5) bangun- pihak swasta dalam penyediaan jasa
kelola-miliki-alih milik (Build, Operate, pelayanan;
106 Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

g) Luaran dari pelayanan dapat Praktek Public Private Partnership:


dengan mudah diukur dan ditetapkan Konteks di Indonesia dan India
tarifnya dengan rasional; Pada awalnya praktek model public
h) Biaya pelayanan dapat diperoleh private partnership ini lebih banyak
kembali melalui penetapan tarif diterapkan dalam program-program yang
penggunaan jasa layanan; terkait dengan pelayanan atau pengadaan
i) Ada peluang inovasi dalam infrastruktur yang bersifat fisik, seperti
penyediaan pelayanan; yang banyak dipraktekkan di Indonesia.
j) Ada rekam jejak (track record) atau Kemudian dalam prakteknya berkembang
pengalaman kemitraan antara ke program-program yang terkait dengan
pemerintah dan swasta yang sudah pelayanan publik sektor sosial, seperti
dilakukan sebelumnya; pendidikan, kesehatan, air bersih dan
k) Ada peluang untuk mendorong sanitasi, pemberdayaan ibu dan anak,
pertumbuhan ekonomi melalui sebagaimana dipraktekkan di India. Untuk
kemitraan tersebut. mengetahui lebih jauh bagaimana praktek
Jika salah satu dari alasan-alasan public private partnership tersebut, pada
tersebut tidak terpenuhi, maka sebaiknya bagian berikut disajikan gambaran singkat
tidak diterapkan, karena model tersebut tentang bagaimana praktek model dikedua
rentan dengan risiko finansial dan resiko negara tersebut berlangsung.
politis, yang dapat membebani masyarakat
pengguna jasa layanan di kemudian hari. - Praktek Public Private Partnership
Kemudian menurut Kouwenhoven di Indonesia
(1993), bahwa sebelum menerapkan public Dalam konteks prakteknya di
private partnership, terdapat sejumlah Indonesia, sejak tahun 1987, pemerintah
prakondisi yang perlu dipersiapkan agar telah mengeluarkan Keputusan Presiden
public private partnership dapat mencapai Nomor 15 Tahun 1987 tentang kemitraan
hasil yang dikehendaki, yang dikenal antara sektor pemerintah-swasta dalam
sebagai “process conditions”. Sejumlah kegiatan investasi dan manajemen
prakondisi yang dimaksuk meliputi: (1) penyediaan prasarana ekonomi seperti
mutual trust; (2) unambiguity and pembangunan sistem jaringan jalan raya,
recording of objectives and strategy; (3) jaringan air bersih perpipaan, pelabuhan
unambiguity and recording of the division laut dan udara, tenaga listrik,
of cost, risks and returns; (4) unambiguity telekomunikasi, dan prasarana lainnya.
and recording of the division of Alhasil dalam pelaksanaan kebijakan
responsibilities and authorities; (5) kepres tersebut telah berhasil memobilisasi
phasing of the project; (6) conflict sumberdaya dari berbagai pihak swasta,
regulation laid down beforehand; (7) baik dari dalam negeri maupun dari pihak
legality; (8) protection of the third parties’ swasta luar negeri untuk kepentingan
interests and rights; (9) adequate support investasi di bidang pelayanan publik.
and control facilities; (10) business and Selanjutnya dalam Tarigan (2003),
market oriented thinking and acting; (11) disebutkan bahwa pada tahun 1998, untuk
internal coordination; dan (12) adequate merespon keterbatasan sektor publik dalam
project organization. penyediaan anggaran untuk pelayanan
publik dan pelibatan usaha swasta dalam
kegiatan investasi prasarana publik yang
juga berkaitan dengan terjadinya krisis
Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 107
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

ekonomi yang berkepanjangan. Pemerintah kemudian proyek tersebut diserahkan


mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor kepada pihak swasta tanpa memperoleh
7 Tahun 1998 untuk menjabarkan cara pembayaran dari pemerintah.
pengaturan dalam rangka kerjasama 3) Kerjasama Bangun, Kelola, Sewa,
kemitraan sektor publik (pemerintah) dan dan Serah (Build, Operate, Leasehold,
swasta. and Transfer, (BOLT)) adalah
Berdasarkan Peraturan Presiden perjanjian antara pemerintah dengan
Nomor 67 Tahun 2005 yang kemudian pihak swasta dengan syarat, sebagai
direvisi menjadi Peraturan Presiden Nomor berikut: (a) pemerintah daerah memiliki
38 Tahun 2015, penyediaan infrastruktur aset (tanah); (b) pihak ketiga
bagi masyarakat meliputi infrastruktur membangun di atas tanah milik
ekonomi dan sosial. Ini meliputi pemerintah daerah; (c) pihak ketiga
infrastruktur transportasi, jalan, sumber mengelola, mengoperasikan dengan
daya air dan irigasi, air minum, sistem menyewakan kepada pihak lain atau
pengelolaan air limbah setempat, sistem kepada pemerintah daerah itu sendiri;
pengelolaan persampahan, telekomunikasi (d) pihak ketiga memberikan kontribusi
dan informatika, konservasi energi, dari hasil sewa kepada pemerintah
fasilitas perkotaan, fasilitas pendidikan, daerah yang besarnya ditetapkan sesuai
fasilitas sarana dan prasarana olahraga dengan kesepakatan; (e) jangka waktu
serta kesenian, fasilitas kesehatan, kerjasama sesuai kesepakatan bersama;
kawasan, pariwisata, lembaga (f) setelah berakhirnya kerjasama pihak
permasyarakatan, dan perumahan rakyat. ketiga menyerahkan seluruh bangunan
Bentuk-bentuk kerjasama yang diatur kepada pemerintah daerah.
dalam kepres tersebut, meliputi: 4) Kerjasama Bangun, Serah, dan
1) Build and Transfer (BT), adalah Kelola (Build, Transfer, and Operate
suatu perjanjian di mana kedudukan (BO)) adalah perjanjian antara
kontraktor hanya membangun proyek pemerintah dengan pihak swasta dengan
tersebut, setelah selesai dibangunnya syarat, sebagai berikut: (a) pemerintah
proyek tersebut maka proyek yang daerah memiliki aset (tanah); (b) pihak
bersangkutan diserahkan kembali ketiga membangun di atas tanah
kepada pihak bowler tanpa hak pemerintah daerah; (c) setelah
kontraktor untuk mengelola/memungut pembangunan selesai pihak ketiga
hasil dari proyek tersebut. Dalam menyerahkan bangunan kepada
praktik build and transfer ini disebut pemerintah daerah; (d) pihak ketiga
dan dipadankan dengan contract design mengelola bangunan tersebut selama
and build atau full finance sharing, kerjasama; (e) pihak ketiga memberikan
turnkey project. imbalan berupa uang atau bangunan lain
2) Build, Operate, Transfer (BOT), kepada pemerintah daerah sesuai
setelah membangun proyek tersebut kesepakatan; (f) risiko selama masa
pihak swasta kemudian berhak kerjasama ditanggung oleh pihak ketiga;
mengelola atau mengoperasikan proyek (g) setelah berakhirnya kerjasama, tanah
tersebut dalam waktu tertentu, dan dan bangunan tersebut diserahkan
dengan pengoperasian tersebut pihak kembali kepada pemerintah daerah;
swasta memperoleh keuntungan, dan 5) Kerjasama Rehabilitasi, Guna, dan
setelah jangka waktu disepakati Serah (Renovate, Operate, and Transfer
108 Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

(ROT)) memiliki syarat yang harus mengoperasikan bangunan dengan cara


dipenuhi, sebagai berikut: (a) menyewakan pada orang lain; (e) pihak
pemerintah daerah memiliki aset (tanah ketiga memberikan kontribusi kepada
dan bangunan); (b) pihak ketiga pemerintah daerah dari hasil sewa
memiliki modal untuk merehabilitasi tersebut yang besarnya sesuai
bangunan; (c) pihak ketiga mengelola kesepakatan; (f) pihak ketiga
bangunan selama kerjasama; (d) hasil menanggung biaya pemeliharaan; (g)
pengelolaan seluruhnya menjadi hak risiko selama masa kerjasama
pihak ketiga; (e) pihak ketiga tidak ditanggung pihak ketiga.
boleh mengagunkan bangunan; (f)
jangka waktu kerjasama ditetapkan - Praktek Public Private Partnership di
maksimal lima tahun; (g) setelah India
berakhirnya masa kerjasama, tanah dan Dalam artikel Barowalia (2010),
bangunan diserahkan kepada berjudul “Public Private Partnership in
pemerintah daerah dalam keadaan baik. Social Sectors for Harmonized
6) Kerjasama Renovasi, Guna Sewa, Development in India”, diuraikan bahwa
dan Serah (Renovate, Operate, negara federal India yang menganut paham
Leasehold, and Transfer (ROLT)) welfare state, telah melakukan perbaikan-
adalah kerjasama antara pemerintah perbaikan pelayanan publik sejak awal
daerah dengan pihak ketiga dengan abad ke-21. Perbaikan pelayanan publik ini
syarat- syarat sebagai berikut: (a) dilakukan dengan menerapkan konsep
pemerintah daerah memiliki asset (tanah public private partnership, baik dalam
dan bangunan); (b) pihak ketiga bidang penyediaan pelayanan atau
merenovasi bangunan; (c) pihak ketiga pembangunan fisik dan infrastruktur (jalan,
mengelola dan mengoperasikan jembatan, listrik, kereta api, dan lainnya),
bangunan dan dengan menyewa dari namun juga berkembang ke bidang
pemerintah daerah untuk disewakan lagi pelayanan sektor sosial (sektor pendidikan,
pada pihak lain atau dipakai sendiri; (d) kesehatan, penyediaan air minum dan
pihak ketiga memberikan kontribusi sanitasi, serta perlindungan lingkungan).
dari hasil sewa kepada pemerintah Dalam 12 tahun terakhir di India, model
daerah yang besarnya ditetapkan sesuai public private partnership telah
kesepakatan; (e) pihak ketiga membuktikan kesuksesannya. Meski
menanggung biaya pemeliharaan dan demikian, terdapat beberapa isu yang
asuransi; (f) risiko kerjasama sesuai muncul terkait dengan penerapan model
kesepakatan. tersebut, yakni (1) pengaturan batas-batas
7) Kerjasama Bangun, Serah, dan Sewa kewenangan dalam model tersebut; (2)
(Build, Transfer, Leasehold (BTL)), competitive edge dari inisiatif yang
adalah kerjasama antara pemerintah dilakukan antara pihak pemerintah (public
daerah dengan pihak ketiga dengan sector) dan pihak swasta (private sector);
ketentuan: (a) pemerintah daerah (3) dilema dalam hal permodalan; (4)
memiliki aset (tanah); (b) pihak ketiga kewajiban sosial dari pihak swasta: (5)
membangunkan di atas tanah nilai keadilan dan kesejahteran; dan (6)
pemerintah; (c) pihak ketiga isu-isu kemanusiaan dan transformasi
menyerahkan bangunan kepada sosial.
pemerintah daerah setelah selesai; (d)
pihak ketiga mengelola,
Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 109
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

1. Model Public Private Partnership di terhadap vaksin dan obat-obatan,


Sektor Pendidikan meningkatkan pelayanan kesehatan. Dalam
Di sektor pendidikan melalui model konteks ini Indian harus membentuk
public private partnership mampu “enabling task forces” badan pada setiap
membuka akses pendidikan selebar- level (federal, negara bagian, dan lokal)
lebarnya dan meningkatkan kualitas untuk mengimplementasikan skema
pendidikan yang dianggap masih menjadi program dari public private partnership.
kelemahan. Oleh pemerintah pusat 3. Model Public Private Partnership di
mengalokasikan anggaran pendidikan Sektor Air Minum dan Sanitasi
tahun 2008-2009, ditingkatkan sebesar Penyediaan pelayanan air bersih
20% dari tahun sebelumnya, bagi semua untuk minum dan sanitasi umumnya
tingkatan pendidikan. Dengan partisipasi menjadi masalah di daerah pedesaan.
dari pihak swasta, maka pengeluaran total Penyediaan air minum sangat terkait
untuk pendidikan menjadi 5,3%. dengan kesehatan manusia dan
Model public private partnership kesejahteraan, terutama bagi ibu dan anak.
memiliki kelebihan yang berbeda, sebagai Fasilitas sanitasi meningkatkan kesehatan
sarana yang dapat membantu dalam dan kualitas hidup penduduk pendesaan.
mencapai hasil pendidikan yang Umumnya, program penyediaan air minum
diinginkan. Dari berbagai kasus di negara dan sanitasi di India telah di anggarkan
lain, dapat disimpulkan bahwa kelebihan oleh pemerintah. Namum masih banyak
dari penerapan model public private yang belum terjangkau, sehingga
partnership dalam bidang pendidikan, pemerintah memberi kesempatan
pihak swasta selain berinvestasi modal, partisipasi bagi masyarakat dalam
juga dapat memberikan fasilitasi bangunan menciptakan dan memelihara air minum
dan manajemen organisasi pendidikan dan fasilitas sanitasi. Peran pemerintah
pada semua tingkatan. Termasuk juga hanya sebagai “provider” dan “facilitator”.
manajemen sistem informasi yang Alternatifnya melalui pengembangan
dibutuhkan. konsep public-private-community
partnership dalam mengatasi problema air
2. Model Public Private Partnership di minum dan sanitasi di pedesaan.
Sektor Kesehatan 4. Model Public Private Partnership
Penerapan konsep public private Sektor Proteksi Lingkungan
partnership, dianggap sangat tepat dan Jumlah penduduk India sekitar 16%
penting, karena tantangan sektor publik dari totak populasi dunia. Sekitar 20% dari
paling tampak di sektor kesehatan adalah luas wilayah geografisnya menjadi lokasi
keuangan, manajemen dan penyediaan peternakan. Kondisi tersebut membuat
fasilitas. Padahal peningkatan status sistem lingkungan menjadi tertekan dan
kesehatan penduduk menjadi salah satu rawan. Akibatnya menjadi “soil erosion,
tujuan utama dari pembangunan sosial water logging, salinity, nutrient depletion,
suatu negara. lowering of the groundwater table and soil
Fokus penerapan public private pollution”. Penyebabnya karena intervensi
partnership, di sektor kesehatan adalah dari besarnya populasi penduduk. Terjadi
pada pencegahan penyakit seperti infeksi penebangan liar, perladangan berpindah-
menular seksual dan malaria, pindah, eksploitasi melalui penebangan
mengembangkan dan memfasilitasi akses
110 Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

kayu bakar, dan kegiatan penambangan sama secara luas terkait dengan
seharusnya menjadi keprihatinan seius. pengembangan bidang pertanian di India.
Derajat kerusakan lingkungan yang Upaya dilakukan demi menuju produksi
digambarkan tersebut, menjadi salah satu varitas tanaman yang unggul, melakukan
perhatian serius pemerintah. Olehnya itu, proyek irigasi yang inovatif, produksi obat-
pemerintah melakukan strategi kerjasama obatan, tanaman herbal dan aromatic,
dalam bentuk kemitraan dengan pihak meningkatkan produksi kapas, mendorong
pengusaha terutama yang bergerak pengembangan hutan sosial, budidaya
dibidang pengolahan hasil hutan. Juga ikan, dan pengembangan daerah kritis, dan
mengundang masyarakat, terutama mereka lainnya.
yang hidupnya tergantung dari hasil hutan. Dapat dtegaskan bahwa penerapan
Model public private community konsep public private partnership, selain
partnership, pada level lokal ini menjadi potensi yang cukup besar dalam
diterapkan, dengan mempromosikan pembangunan sektor sosial. Juga dapat
konsep “green corporate practices”. memberi peluang bagi terbukanya berbagai
5. Model Public Private Partnership di jenis lapangan kerja bagi warga. Manfaat
Sektor Pemberdayaan Ibu dan utamanya, program-program pembangunan
Anak sosial dan administrasi, legalitasnya dapat
Masa depan India terletak pada masa diisi oleh pihak pemerintah, sedangkan
depan anak-anak India. Mereka adalah aset input pengetahuan dan teknologi,
tertinggi dan sumber daya manusia masa pemasaran dan dukungan keuangan berasal
depan negeri. Semua stakeholders, seperti dari pihak swasta. Demikian halnya, di
kelompok sukarelawan, asosiasi, federasi, tingkat masyarakat lokal, dapat pula
serikat buruh, NGO, organisasi perempuan, ditangani oleh baik pihak pemerintah
serta institusi yang berhubungan dengan maupun pihak swasta. Model ini menjadi
pendidikan, pelatihan, dan penelitian tantangan dan juga peluang, tinggal
terlibat dalam pemantauan formulasi dan bagaimana dikonversi menjadi situasi
pelaksanaan, serta mengkaji semua “win-win position” bagi semua.
kebijakan dan program yang berhubungan
dengan pengembangan perempuan dan Isu dan Kendala Penerapan Public
anak. Mereka diberikan dukungan dan Private Partnership
diberi pula fasilitas untuk meningkatkan Isu dan hambatan yang terungkap
kapasitas dalam berpartisipasi aktif dalam dalam praktek model public private
proses pemberdayaan perempuan. partnership, diuraikan seperti berikut ini:
6. Model Public Private Partnership di a) Kemitraan antara sektor publik
Sektor Pengembangan Agriculture dengan sektor swasta munculnya masih
Sektor swasta (perusahaan, LSM dan baru. Akibatnya, sebagian besar sektor
asosiasi industri, dan lainnya) bekerja sama publik masih ragu (skepticcal) terhadap
dengan pihak pemerintah dalam rangka keuntungan konsep ini. Di sektor swasta
pembangunan pertanian di India. Sebagai pun muncul kekhawatiran tentang
asosiasi kunci utama seperti Bharat stabilitas politik dan ekonomi,
Chambers of Commerce, East India Cotton transparansi hukum dan aturan.
Association, The Federation of Andhra Terdapat juga beberapa kekurangan
Pradesh Chambers of Commerce and terhadap kapasitas dalam sektor publik,
Industry dan Indian Chambers of dalam menjalankan dan mengawasi
Commerce. Mereka ini melakukan kerja kemitraan tersebut. Dibutuhkan institusi
Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 111
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

yang memfasilitasi pelaksanaan public Prinsip mendasar dari model public


private partnership, seperti badan private partnership adalah sektor swasta
regulasi independen, juga tersedianya bertanggung jawab atas pembiayaan desain
mekanisme penyelesaian sengketa yang bangunan dan pelaksanaan pelayanan.
belum ada. Sektor publik berada pada aspek legislasi
b) Proyek-proyek infrastruktur dan penyediaan dukungan kelembagaan
mengalami isu-isu yang saling dan politik. Semua kesuksesan praktek
bertentangan, karena beberapa proyek model tersebut sangat dipengaruhi oleh
dilaksanakan pada beberapa sektor dan komunikasi yang efektif dengan para
lembaga (departemen) sebagai stakeholders. Harus diingat bahwa
pelaksana. Misalnya, proyek meskipun sejak awal telah ada konsensus
pembangunan jalan biasanya politik, perlu terus diperkuat. Akhirnya,
melibatkan beberapa lembaga, seperti landasan pada semua praktek model public
Departemen Pekerjaan Umum, private partnership adalah terletak pada
Departemen Pendapatan, Departemen kepercayaan dan saling menghormati.
Kehutanan, dan lain-lain. Untuk itu, Menurut hasil penelitian Paskarina
muncul isu kebijakan mengenai (2007) yang dilakukan di Jawa Barat
efektivias koordinasi antardepartemen menunjukkan bahwa sebagai prediksi bila
dalam pengambilan keputusan secara model public private partnership ini
cepat. diterapkan, setidaknya terdapat tujuh
c) Praktek public private partnership kemungkinan pola interaksi kemitraan
mencakup keseluruhan proyek yang muncul, yaitu:
infrastruktur di semua sektor. Dalam a) Seratus persen (100%) pengaturan,
proyek seperti listrik dan jalan secara kontrol dan evaluasi dilakukan
konfrehensif kebijakan telah pemerintah secara otonom dan mandiri.
dikembangkan. Sementara di sektor b) Ada interaksi antara sektor publik
seperti kereta api, air irigasi, dan saluran dan sektor swasta. Interaksi ini terjadi
pembuangan masih sedikit telah pada derajat yang berbeda, bisa 99%
dilakukan. publik dan 1% swasta atau sebaliknya
Selain isu-isu di atas, juga disebutkan 1% publik dan 99% swasta. Ada
bahwa sektor swasta dan sektor publik elemen-elemen yang contracting out
bekerja sama dalam bidang infrastruktur (misalnya perawatan kendaraan,
dan sektor sosial, keduanya tunduk kebersihan) atau pembagian tugas
dibawah otoritas regulasi dan pengawas (tindakan preventif dan pembangunan
yang ditunjuk. Pembiayaan infrastruktur saluran hidran).
dihadapi bersama. Mengingat adanya c) Dimungkinkan 100% peran sektor
aspek eksternalitas, resiko yang tinggi dan swasta, dengan tidak melibatkan
tingkat pengembalian yang rendah, sisi masyarakat dan pemerintah, artinya
pembiayaan tersebut tidak dapat hanya penyediaan pelayanan sepenuhnya
dibebankan pada sektor swasta. Demikian dikelola swasta, dengan tidak ada
halnya, karena adanya keterbatasan keterlibatan pemerintah baik pada
anggaran dan inefisiensi yang melekat, regulasi maupun penyediaan fasilitas.
pada sektor publik pun tak bisa selalu d) Ada interaksi antara pemerintah
diandalkan. dan masyarakat. Pegawai fasilitas
pelayanan, misalnya, merupakan
112 Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

kombinasi antara tenaga profesional Berdasarkan uraian Model public


pemerintah dan sukarelawan private and society (community)
masyarakat. partnership juga perlu dikembangkan agar
e) Urusan pelayanan publik 100% penyediaan pelayanan publik menjadi lebih
menjadi urusan masyarakat. Tidak ada dekat dan mudah diakses oleh masyarakat.
organisasi pemerintah maupun swasta Berbagai model jejaring kemitraan perlu
yang telibat dalam perencanaan, dikembangkan tidak hanya untuk
pengadaan, dan penanganan masalah mengantisipasi tuntutan pelayanan publik,
tersebut. tetapi juga untuk mengantisipasi dominasi
f) Kombinasi antara organisasi swasta pemerintah atau pasar dalam penyediaan
yang berorientasi pada profit dengan barang dan jasa publik.
LSM yang non-profit. Lembaga
penyedia pelayanan mungkin ditangani DAFTAR PUSTAKA
swasta, tetapi dikombinasikan dengan Abdullah, Muhammad Tang. (2016).
“Perspektif Governance Dalam
tenaga profesional dan warga Memahami Perubahan Manajemen
masyarakat. Pemerintahan”. Jurnal Analisis
Kebijakan dan Pelayanan Publik
g) Kombinasi dari tiga pilar (JAKPP). Volume 2 Nomor 1, hal.
governance: pemerintah (publik), 65-71, Juni. pISSN: 2460-6162 |
swasta, dan masyarakat. Kombinasi eISSN: 2527-6476.
tersebut sama dengan interaksi antara Akintoye, Akintola & Matthias Beck.
public dan private, tetapi dengan (2009). Policy, Finance & Mana-
tambahan tenaga sukarelawan dari gement for Public - Private
masyarakat (society). Partnerships. United of Kingdom:
Blackwell Publishing Ltd.
PENUTUP Barowalia, Aarushi. (2010). “Public
Kesimpulan Private Partnership in Social Sectors
Model public private partnership for Harmonized Development in
secara konseptual sudah lama India”. OIDA International Journal
dikembangkan oleh berbagai ahli dan of Sustainable Development. Volume
I, hal. 29-37.
praktisi tata kelola pemerintahan. Dalam
prakteknya di Indonesia dan India sudah Bovaird, Tony. (2004). “Public–private
merapkannya dalam berbagai bidang partnerships: from contested concepts
kehidupan masyarakat. Hal tersebut to prevalent practice”. International
dilakukan untuk mengatasi kelemahan Review of Admini-strative Sciences;
70; 199. DOI:
dalam hal manajemen, teknologi, dan juga
10.1177/0020852304044250.
keuangan. Dampaknya juga nyata karena
dapat membuka lapangan pekerjaan yang Kooiman, Jan. (1993). Modern
baru bagi warga negara kedua negara Governance. London: Sage
tersebut. Disimpulkan pula bahwa di masa Publications
mendatang tidak hanya model public Kouwenhoven, Vincent. (1993). “The Rise
private partnership, yang perlu of the Public Private Partnership”.
dikembangkan dalam penyediaan Dalam Jan Koolman. Modern
pelayanan publik. Governance. London: Sage
Publications.
Saran

Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 113
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 9 (2), Desember 2020

Link, Albert N. (2006). Public / Private Utama, Dwinanta. (2010). “Prinsip dan
Partnerships: Innovation Strategies Strategi Penerapan Public Private
and Policy Alternatives. New York: Partnership Dalam Penyediaan
Springer. Infrastruktur Transportasi”. Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia
Mahmudi. (2007). “Kemitraan Pemerintah Volume 12, Nomor 3, Desember
Daerah dan Efektivitas Pelayanan hal.145-151
Publik”. Jurnal Sinergi: Kajian
Bisnis dan Manajemen. Volume 9 Yaya, Riza. (2014). “Public-Private
Nomor 1, hal. 53-67, Januari. ISSN: Partnerships: an International
1410 – 9018. Development vis a vis Indonesia
Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Experience”. Journal of Govern-ment
Publik, Yogyakarta: Penerbit Andi. and Politics. Vol. 5 No. 2 August.
Pp. 209-222.
OECD. (1997). “Best Practice Guidelines
for Contracting Out Government Yescombe, E. R. (2007). Public–Private
Services,” PUMA Policy Brief Partnerships, Principles of Policy
Nomor 2.
and Finance. Oxford: Elsevier Ltd.
Osborne, David & Gaebler, Ted. (1992).
Reinventing Government: How the Zed, Mestika. (2004). Metode Penelitian
Entrepreneurial Spirit is Trans- Kepustakaan. Jakarta: YOI
forming the Public Sector. New
York: A William Patrick Book.
Paskarina, Caroline. (2007). Kemitraan
Pemerintah dan Swasta dalam
Pelayanan Publik. Laporan Utama,
Warta Bapeda Provinsi Jawa Barat.
Savas, E.S. (1994). Privatization: The Key
to Better Government. New York:
Seven Bridges Press, LCC.
--------------. (2000). Privatization and
Public-Private Partnership. New
York: Seven Bridges Press, LCC.
Suryadi. 2010. “Analisis Motivasi Birokrasi
dalam Pelayanan Publik”. JIANA,
Volume 10, Nomor 10, Juli. Fisip
Universitas Riau, hal. 182-192.
Tarigan, Antonius. 2003. “Transformasi
Model New Governance Sebagai
Kunci Menuju Optimalisasi
Pelayanan Publik di Indonesia”.
Bulletin USAHAWAN Nomor 02
Thn. XXXII Februari.
The Stationery Office. (2000). Public
Private Partnership: The
Government’s Approach. London.

114 Copyright © 2020, Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)

You might also like