Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI,

VISUAL, INTELEKTUAL) DENGAN MODEL INKUIRI


TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN
IPA FISIKA DI SMP
1)
Futiharrohmah, 2)Albertus D. Lesmono,2)Bambang Supriadi
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
2)
Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email:FutihaRohmah@gmail.co.id

Abstract

This research was aimed to assess the difference between the students’
Physical Science learning activities by using SAVI approach with a guide inquiry
model and conventional learning in Junior High School. This also aimed to assess
the difference between the students’ Physical Science learning result by using
SAVI approach with a guide inquiry model and conventional learning in Junior
High School. This research was experimental research. The area determination
method was determined by using purposive sampling area. This research was
carried out in SMP Negeri 1 Jember. The sample of the research was determined
after conducting the homogeneity test. The sample determination method was
determined by using cluster random sampling. The design of the research was
post-test only control design. The data of this research was collected from the
students’ test, observation, documentation, and interview. The data analysis
method was independent sample t-test by using SPSS 16. Based on the data
analysis result of the Physical Science learning activity by using t-test found
significance value (1-tailed RU VLJQLILFDQFH YDOXH ” DQG EDVHG RQ WKH
manual calculation result found ttest (6,74 ) >ttable ( ), thus null hypothesis (H0)
was rejected and alternative hypothesis (Ha) was accepted. The data analysis
result of the physical science learning by using t-test found significance value (1-
tailed) 0,270 or significance YDOXH ! DQG WKH PDnual calculation result found
ttest (1,816) < ttable ( 7KLV LQGLFDWHG WKDW WKH QXOO hypothesis (H0) was
accepted and the alternative hypothesis (Ha) was rejected .

Keywords: SAVI approachwith a guide inquiry model, learning activity, learning


result.

PENDAHULUAN mengkaji, dan membuktikan adanya fakta


dan asumsi tentang gejala-gejala fisika.
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Secara umum gejala fisika mempunyai
Pengetahuan Alam (IPA) yang ciri-ciri yaitu gejala alam yang dapat
mempelajari gejala-gejala yang terjadi di diamati atau dirasa melalui indera
alam semesta (Sumaji, 1998:32). Fisika manusia atau alat bantu penera. Sehingga
berperan penting dalam peningkatan mutu untuk menguasai fisika tidak cukup
pendidikan, khususnya di dalam dengan sekedar mendengarkan
menghasilkan peserta didik yang penjelasan/ceramah, membaca buku atau
berkualitas, yang mampu berpikir kritis, mengerjakan soal saja. Tetapi
kreatif, dan logis (Prayekti, 2002:774). pembelajaran fisika hendaknya
Menurut Bektiarso (2000:11), hakekat berlandaskan konstrukstivisme dan
mempelajari fisika adalah membahas, berpusat pada siswa yaitu siswa dituntut

44
Futiharrohmah , Penerapan Pendekatan Savi... 53

untuk dapat membangun pengetahuan berbicara dan mendengar, visual (V)


dalam diri mereka dengan peran aktifnya berarti belajar dengan mengamati dan
dalam proses pembelajaran. menggambarkan, dan intelektual (I) yang
Berdasarkan hasil observasi dan berarti belajar dengan memecahkan
wawancara terbatas terhadap guru mata masalah.
pelajaran IPA SMP di Kabupaten Jember Menurut Sanjaya (dalam Rusman,
menunjukkan bahwa secara umum 2012:380), pendekatan pembelajaran
pembelajaran dilaksanakan dengan merujuk pada pandangan tentang
menggunakan pembelajaran kooperatif. terjadinya suatu proses pembelajaran yang
Pembelajaran lebih ditekankan pada sifatnya masih sangat umum. Oleh karena
kerjasama dalam kelompok dan itu, untuk menerapkan pendekatan SAVI
pemberian tugas-tugas. Meskipun dalam pembelajaran harus dipadukan
demikian, siswa masih belum dengan model pembelajaran. Model
diikutsertakan secara maksimal dalam pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran. Siswa masih belum penelitian ini adalah model pembelajaran
ditekankan untuk dapat menemukan inkuiri. Menurut Gulo (dalam Trianto,
sendiri dan membangun sendiri 2010:166), model inkuiri lebih
pengetahuannya melalui percobaan- menekankan pada keaktifan siswa dalam
percobaan. Selain itu, masalah gaya belajar, seluruh kemampuan siswa
belajar siswa yang berbeda-beda masih dilibatkan secara optimal untuk mencari
belum terlalu diperhatikan oleh guru, ada dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
siswa yang cenderung belajar secara logis, analitis, sehingga siswa dapat
somatis, auditori, ataupun visual. Menurut merumuskan sendiri penemuannya dengan
Bektiarso (2000:12), untuk mengatasi penuh percaya diri. Sesuai dengan
permasalahan tersebut, pembelajaran karakteristik siswa SMP yang cenderung
fisika hendaknya menggunakan kurang mandiri, dan masih memerlukan
pendekatan yang dapat memberikan saran, isyarat, dan bimbingan dari guru,
kesempatan seluas-luasnya untuk jenis pembelajaran inkuiri yang digunakan
mengamati dan membuktikan teori atau adalah pembelajaran inkuiri terbimbing.
asumsi melalui percobaan fisika serta Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat mengatasi perbedaan-perbadaan ini, guru berperan sebagai pembimbing
gaya belajar yang dimiliki siswa. Dengan utama untuk melakukan kegiatan
demikian tujuan pembelajaran yang dengan memberikan permasalahan awal,
diinginkan akan tercapai. kemudian mengarahkan siswa untuk
Salah satu alternatif untuk berdiskusi. Sehingga pembelajaran fisika
mengatasi permasalahan tersebut adalah menjadi lebih menyenangkan dan lebih
dengan menerapkan sebuah pendekatan berkesan, karena siswa terlibat langsung
dan model pembelajaran yaitu pendekatan dalam pembelajaran.
SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Berdasarkan latar belakang di atas,
Intelektual) dengan model pembelajaran rumusan masalah penelitian ini adalah (1)
inkuiri. Menurut Meier (2002:90-91), adakah perbedaan yang signifikan antara
pendekatan SAVI adalah proses aktivitas belajar IPA fisika siswa
pembelajaran yang menekankan pada menggunakan pendekatan SAVI dengan
siswa untuk menggabungkan gerakan fisik model inkuiri terbimbing dengan
dengan aktivitas intelektual serta pembelajaran konvensional di SMP?,
penggunaan semua alat indera dalam (2)adakah perbedaan yang signifikan
pembelajaran. Pendekatan SAVI memiliki antara hasil belajar IPA fisika siswa
empat komponen, yaitu somatis (S) berarti menggunakan pendekatan SAVI dengan
belajar dengan bergerak dan berbuat, model inkuiri terbimbing dengan
auditori (A) berarti belajar dengan pembelajaran konvensional di SMP?.
54 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hal 44 – 58

Tujuan dari penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN


(1) mengkaji perbedaan aktivitas belajar
IPA fisika siswa menggunakan Penelitian ini dilaksanakan di SMP
pendekatan SAVI dengan model inkuiri Negeri 1 Jember pada siswa kelas VIII
terbimbing dengan pembelajaran semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.
konvensional di SMP, (2) mengkaji Penentuan sampel penelitian
perbedaan hasil belajar IPA fisika siswa menggunakan metode cluster random
menggunakan pendekatan SAVI dengan sampling.Sampel penelitian tersebut
model inkuiri terbimbing dengan ditentukan setelah dilakukan uji
pembelajaran konvensional di SMP. homogenitas dengan uji ANOVA
Hasil dari penelitian ini diharapkan (Analisis of Variance) menggunakan
dapat bermanfaat sebagai informasi untuk SPSS 16. Data untuk uji homogenitas
memilih alternatif pembelajaran yang diambil dari nilai rapor semester genap
efektif yang dapat digunakan untuk mata pelajaran IPA kelas VII tahun ajaran
mengetahui masalah-masalah dalam 2013/2014. Berdasarkan uji homogenitas
pembelajaran khususnya pembelajaran melalui uji One-Way ANOVA diperoleh
IPA fisika. nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
(sig. 0,368 > 0,05). Jika dikonsultasikan
METODE dengan pedoman pengambilan keputusan
maka dapat disimpulkan bahwa kelas VIII
Jenis penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Jember bersifat homogen
penelitian eksperimen. Responden yaitu tingkat kemampuan awal siswa kelas
penelitian ditentukan setelah uji VIII SMP Negeri 1 Jember adalah
homogenitas.Penentuan sampel penelitian sama.Selanjutnya digunakan metode
dengan cluster random sampling.Desain cluster random sampling dengan teknik
penelitian ini menggunakan posttest only undiandan diperoleh responden penelitian
control design. adalah siswa kelas VIII C (kelas
eksperimen) dan kelas VIII E(kelas
kontrol).
Data aktivitas belajar siswa yang
diperoleh dalam penelitian ini merupakan
Gambar 1.Modifikasi desain penelitian segala tingkah laku siswa selamakegiatan
posttest only control design pembelajaran menggunakan pendekatan
(Sugiyono, 2012:76) SAVI dengan model inkuiri terbimbing
Keterangan:
yaitu kegiatan somatis (S), meliputi:
E : kelas eksperimen
K : kelas kontrol writing activites (mengerjakan LKS
R : random dengan tulisan yang rapi dan variasi
X1 : perlakuan (treatment) berupa warna), drawing activities
penggunaan pendekatan SAVI dengan (menggambar/melukis dengan variasi
model inkuiri terbimbing warna), motor activities (melakukan
X2 : pembelajaran menggunakan model yang percobaan); kegiatan auditori (A),
biasa digunakan oleh guru meliputi: oral activities (bertanya dan
O1 : hasil post-test kelas eksperimen menyampaikan pendapat); kegiatan visual
O2 : hasil post-test kelas kontrol (V), meliputi: visual activities (mengamati
Metode pengumpulan data yang percobaan/demonstrasi; dan kegiatan
digunakan dalam penelitian ini adalah intelektual (I), meliputi: mental activities
observasi, tes, observasi, dokumentasi, (merumuskan masalah, merumuskan
dan wawancara.Metode analisis data yang hipotesis, mengumpulkan data,
digunakan adalah Independent Sample T- menganalisis data/memecahkan masalah,
test dengan bantuan SPSS 16. membuat kesimpulan).Data aktivitas
Futiharrohmah , Penerapan Pendekatan Savi... 55

belajar siswa selama proses pembelajaran model inkuiri terbimbingsecara ringkas


menggunakan pendekatan SAVI dengan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Data aktivitas belajar siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Skor (%) Skor (%)
Indikator tercapai Skor rata-rata tercapai Skor rata-rata
pertemuan ke- (%) pertemuan ke- (%)
I II I II
A 59.7 80.6 70.15 62.5 68.1 65.3
57.30
Somatis (S) B 68.1 66.7 67.40 74.55 48.6 50 49.3
C 83.3 88.9 86.10 - -
D 37.5 56.9 47.20 50 58.3 54.15
Auditori (A) 51.38 52.43
E 52.8 58.3 55.55 47.2 54.2 50.7
Visual (V) F 86.1 86.1 86.10 86.10 62.3 80.6 71.45 71.45
G 86.1 84.7 85.40 - -
H 86.1 93.1 89.60 - -
Intelektual I 86.1 86.1 86.10 - -
85.56
(I)
J 79.2 80.6 79.90 54.2 61.1 57.65
65.30
K 91.7 81.9 86.80 55.6 90.3 72.95
Skor rata-rata (%) 74.25 78.54 76.39 74.40 54.34 66.09 60.21 61.62
Keterangan: F : mengamati percobaan/demonstrasi
A : menulis/mencatat G : merumuskan masalah
B : menggambar/melukis H : merumuskan hipotesis
C : melakukan percobaan I : mengumpulkan data hasil percobaan
D : bertanya J : menganalisis data/memecahkan masalah
E : menyampaikan pendapat K : membuat kesimpulan

Dari tabel 1 diperoleh persentase


skor aktivitas belajar somatis (S) pada
kelas eksperimen adalah 74,55% dan pada
kelas kontrol adalah 57,30%; persentase
skor aktivitas belajar auditori (A) pada
kelas eksperimen adalah 51,38% dan pada
kelas kontrol adalah 52,43%; persentase
skor aktivitas belajar visual (V) pada kelas
eksperimen adalah 86,10% dan pada kelas
kontrol adalah 71,45%; dan persentase
skor aktivitas belajar intelektual (I) pada
kelas eksperimen adalah 85,56% dan pada Gambar2. Grafik Perbandingan Skor
kelas kontrol adalah 65,30%. Persentase Aktivitas Belajar Siswa
skor aktivitas belajar tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas belajar Gambar 2 menunjukkan bahwa
siswa kelas eksperimen lebih tinggi persentase rata-rata skor aktivitas belajar
dibandingkan dengan kelas somatis (S), visual (V), dan Intelektual (I)
kontrol.Perbandingan skor aktivitas siswa kelas eksperimen lebih tinggi
belajar siswa tersebut disajikan dalam daripada kelas kontrol. Karena
gambar 2. pembelajaran pada kelas kontrol tidak
56 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hal 44 – 58

menggunakan metode eksperimen Tabel 2. Data aktivitas belajar IPA Fisika


sehingga siswa tidak melakukan siswa
percobaan tentang GLB dan GLBB dan
siswa juga tidak dituntut untuk dapat Kelas Kelas
merumuskan masalah, merumuskan Eksperimen Kontrol
Jumlah Siswa 35 35
hipotesis, dan mengumpulkan data.
Nilai rata-rata 63,83 61,71
Namun, untuk aktivitas belajar auditori
Nilai Tertinggi 88 100
(A) persentase aktivitas siswa kelas Nilai Terendah 45 30
kontrol lebih tinggi daripada kelas Standar 11,918 16,442
eksperimen. Karena di kelas eksperimen Deviasi
kesempatan siswa untuk belajar secara
auditori terbatas oleh waktu. Berdasarkan tabel 2 di atas, maka
Data aktivitas belajar tersebut dapat dibuat grafik besarnya perbandingan
selanjutnya dianalisis menggunakan uji nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas
Independent Sample T-test untuk eksperimen dan kelas kontrol seperti pada
mengetahui perbedaan yang signifikan gambar 3.
aktivitas belajar siswa.Berdasarkan hasil
perhitungan uji t pada kolom Lavene’s test
for Equality of Variances diperoleh nilai
Sig. sebesar 0,845 atau Sig. • 0,05 yang
berarti data memiliki varians yang sama.
Oleh karena itu, asumsi yang digunakan
adalah lajur equal variances assumed
dimana nilai Sig. (2-tailed) yang diperoleh
adalah 0,000. Pengujian hipotesis yang
digunakan adalah pengujian hipotesis
pihak kanan, dan diperoleh nilai
signifikansi (1-tailed) sebesar 0,000 atau Gambar 3. Grafik rata-rata hasil belajar IPA
VLJ ” . Begitu juga dengan hasil Fisika
perhitungan diperoleh thitung sebesar 6,747,
jika dikonsultasikan dengan ttabel dengan Berdasarkan gambar diatas, terlihat
db = 68 pada taraf signifikansi 5% maka bahwa nilai rata-rata hasil belajar IPA
diperoleh ttabel sebesar 1,995 atau thitung fisika siswa kelas eksperimen lebih tinggi
(6,747) > ttabel (1,995), sehingga hipotesis daripada kelas kontrol.Selanjutnya untuk
nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif menunjukkan perbedaan yang signifikan,
(Ha) diterima yang berarti ada perbedaan data hasil belajar tersebut dianalisis
yang signifikan antara aktivitas belajar menggunakan uji Independent Sample T-
IPA fisika siswa menggunakan test. Berdasarkan hasil perhitungan uji t
pendekatan SAVI dengan model inkuiri pada kolom Lavene’s test for Equality of
terbimbing dan pembelajaran Variances diperoleh nilai Sig. sebesar
konvensional di SMP (Ha diterima, H0 DWDX 6LJ • \DQJ EHUDUWL GDWD
ditolak). memiliki varians yang sama. Oleh karena
Hasil belajar IPA fisika yang itu, asumsi yang digunakan adalah lajur
diamati dalam penelitian ini adalah hasil equal variances assumed dimana nilai
belajar dalam ranah kognitif produk yang Sig. (2-tailed) yang diperoleh adalah
diwujudkan dalam bentuk skor post- 0,540. Pengujian hipotesis yang
testsiswa. Data hasil belajar IPA Fisika digunakan adalah pengujian hipotesis
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pihak kanandan diperoleh signifikansi (1-
secara ringkas dapat dilihat pada tabel 2. tailed) sebesar 0,270atau sig > 0,05.
Futiharrohmah , Penerapan Pendekatan Savi... 57

Begitu juga dengan hasil perhitungan yang digunakan kurang sesuai dengan
diperoleh thitung sebesar 1,816, jika RPP; (2) peneliti masih kurang terlalu bisa
dikonsultasikan dengan ttabel dengan db = mengelola kelas, sehingga suasana kelas
68 pada taraf signifikansi 5% maka masih kurang baik; (3) terbatasnya alat
diperoleh ttabel sebesar 1,995 atau thitung praktikum yang digunakan (ticker timer,
(1,816) < ttabel (1,995), sehinggahipotesis pita ketik, dan catu daya hannya tersedia 3
nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif buah), sehingga setiap set alat percobaan
(Ha) ditolak, yang berarti bahwa tidak ada digunakan oleh 2 kelompok; dan (4) siswa
perbedaan yang signifikan antara hasil masih pertama kali melakukan percobaan
belajar IPA fisika siswa menggunakan GLB dan GLBB, sehingga waktu untuk
pendekatan SAVI dengan model inkuiri percobaan melampaui batas waktu yang
terbimbing dan pembelajaran telah direncanakan.
konvensional di SMP.
Berdasarkan hasil analisis data SIMPULAN DAN SARAN
terdapat perbedaan yang signifikan antara
aktivitas belajar IPA fisika siswa Berdasarkan hasil dan pembahasan
menggunakan pendekatan SAVI dengan dapat diperoleh kesimpulan yaitu (1) ada
model inkuiri terbimbing dan perbedaan yang signifikan antara aktivitas
pembelajaran konvensional di SMP. belajar IPA fisika siswa menggunakan
Perbedaan ini dikarenakan pembelajaran pendekatan SAVI dengan model inkuiri
menggunakan pendekatan SAVI dengan terbimbing dan pembelajaran
model inkuiri terbimbing lebih mampu konvensional di SMP, (2) tidak ada
membangkitkan kreativitas dan perbedaan yang signifikan antara hasil
kemampuan psikomotor siswa melalui belajar IPA fisika siswa menggunakan
penggabungan gerakan fisik, alat indera pendekatan SAVI dengan model inkuiri
dan aktivitas intelektual mereka. Hal ini terbimbing dan pembelajaran
sesuai dengan pernyataan salah satu siswa konvensional di SMP.
kelas eksperimen bahwa dia merasa Saran yang dapat diberikan untuk
senang dan termotivasi untuk belajar penelitian selanjutnyaadalah sebelum
dengan adanya demonstrasi, percobaan, menerapkan pembelajaran dengan
dan LKS yang warna-warni. Namun pada pendekatan SAVI dengan model inkuiri
hasil belajarnya tidak terdapat perbedaan terbimbing hendaknya guru diberikan
yang signifikan antara hasil belajar IPA pelatihan tentang pendekatan SAVI
fisika siswa menggunakan pendekatan dengan model inkuiri terbimbing agar
SAVI dengan model inkuiri terbimbing dapat melaksanakan pembelajaran secara
dan pembelajaran konvensional di SMP. maksimal sehingga dapat mencapai tujuan
Hal ini sesuai dengan kelemahan yang diharapkan dan meminimalkan
pendekatan SAVI dengan model inkuiri kelemahan yang ada pada model ini serta
terbimbing yaitu kurang efektif diterapkan menyiapkan sumber belajar yang
dalam pembelajaran jika kriteria memadai bagi peserta didik, alat-alat
keberhasilan belajar ditentukan oleh percobaan untuk menguji jawaban dan
kemampuan siswa untuk menguasai menyiapkan waktu yang cukup.
materi.
Pelaksanaan pembelajaran dengan DAFTAR PUSTAKA
pendekatan SAVI dengan model inkuiri
terbimbingtidakterlepas dari adanya Bektiarso, S. 2000. Pentingnya Konsepsi
kendala yang ditemukan saat melakukan Awal dalam Pembelajaran Fisika.
penelitian, diantaranya yaitu (1) sulitnya Jurnal Ilmu Pendidikan MIPA
mengalokasikan waktu, sehingga waktu dan MIPA. ISSN: 1411-
58 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hal 44 – 58

5433 Vol. 1 (1), Juni 2000. Profesionalisme Guru (Edisi


Meier, D. 2002. The Accelerated Learning Kedua). Jakarta: PT.
Handbook: Panduan Kreatif dan RajaGrafindo Persada.
Efektif Merancang Program Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan dan Pelatihan. Pendidikan: Pendekatan
Bandung: Kaifa. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Prayekti. 2002. Pendekatan SAINS Bandung: Alfabeta.
Teknologi Masyarakat Tentang Trianto. 2010. Mendesain Model
Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Pembelajaran IPA di Kelas 5 Konsep, Landasan, dan
Sekolah Dasar.Jurnal Pendidikan Implementasinya pada Kurikulum
danKebudayaan. 8(039):773-783. Tingkat Satuan Pendidikan
Rusman. 2012.Model–model (KTSP). Jakarta: Kencana.
Pembelajaran: Pengembangkan

You might also like