Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa Terhadap Penetapan Klausula Baku

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS ASURANSI

JIWA TERHADAP PENETAPAN KLAUSULA BAKU


Selvi Harvia Santri & Rahdiansyah
Universitas Islam Riau
selviharviasantri@law.uir.ac.id; rahdiansyah@law.uir.ac.id

Abstract Authority Regulation No. 1 / POJK.07 / 2013 and Law No. 8 of 1999
concerning consumer protection and Government Regulation No. 73
The agreement that occurred between the
of 1992 Article (19), and Law No. 40 of 2014 concerning Insurance
insurance company and the insured was
Business, while the form of legal protection of policyholders in applying
outlined in the policy. The insurance policy
standard contracts to life insurance policy is an insurance company
is standard or standard, meaning that
responsible for providing compensation if a claim is claimed by the
the policy has been issued in advance by
insured, which has fulfilled the provisions in the life insurance policy,
the insurance company. According to the
if it raises a dispute the insured is entitled to settle a dispute through a
provisions of the policy or form of insurance
mediation institution based on Article 54 CHAPTER XI of Law number
agreement with any name, the following
40 concerning Insurance namely regarding the legal protection of
attachments may not contain different
policyholders, for the insured and insurance companies.
words or interpretations, but in reality the
policies issued by insurance companies Keywords: Legal Protection, Standard Clause, Insured, Insurer,
contain languages ​​that contain different Insurance Soul
interpretations by the parties resulting in
the rejection of the claims submitted by
the insured or the holder policy. The issues Abstrak
raised in this paper are how is the standard
Kesepakatan yang terjadi antara perusahaan asuransi dan
contract arrangements for life insurance
tertanggung dituangkan dalam polis. Polis pada asuransi bersifat
policies in Indonesia and how is the form
standar atau baku, artinya polis sudah diterbitkan terlebih dahulu
of legal protection of policy holders for the
oleh perusahaan asuransi. Menurut ketentuannya polis atau bentuk
application of life insurance policy standard
perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran tidak
clauses in Indonesia? The research method
boleh mengadung kata atau penafsiran yang berbeda, namun pada
used is empirical juridical by conducting
kenyataannya polis yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi
field observations through interviews to the
memuat bahasa yang mengandung penafsiran yang berbeda oleh
parties later Interview results are analyzed
para pihak yang berakibatkan ditolaknya klaim yang diajukan
in accordance with insurance regulations in
tertanggung atau sipemegang polis. Permasalahan yang diangkat
Indonesia. The purpose of this paper is to
pada penulisan ini adalah Bagaimana pengaturan kontrak baku polis
find out the rules governing standard life
Asuransi Jiwa di Indonesia dan Bagaimana bentuk perlindungan
insurance contracts in Indonesia and to find
hukum pemegang polis terhadap penerapan klausula baku polis
out the form of legal protection for policy
asuransi jiwa di Indonesia. Methode penelitian yang digunakan adalah
holders against the application of a standard
Yuridis empiris dengan melakukan pengamatan ke lapangan melalui
life insurance policy clause in Indonesia.
wawancara kepada para pihak kemudian hasil wawancara di analisa
Standard contract arrangements in Indonesia
sesuai dengan peraturan asuransi di Indonesia. Tujuan dari penulisan
are regulated based on OJK Financial Services
ini untuk mengetahui peraturan yang mengatur kontrak baku asuransi
jiwa di Indonesia dan mengetahui bentuk perlindungan hukum
pemegang polis terhadap penerapan klausula baku polis asuransi

UIR Law Review Volume 04, Nomor 01, April 2020 23


Selvi Harvia Santri & Rahdiansyah . Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa . . .

jiwa di Indonesia. Pengaturan Kontrak baku di Indonesia Pasal 225 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
diatur berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan OJK (KUHD) menyebutkan perjanjian asuransi harus
No. 1/POJK.07/2013dan UU No 8 Tahun 1999 tentang dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut
perlindungan konsumen serta Peraturan Pemerintah No 73 polis yang memuat kesepakatan, syarat-syarat khusus
Tahun 1992 Pasal (19), dan UU No 40 Tahun 2014 tentang yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban
Usaha Per asuransian, sedangkan bentuk Perlindungan
para pihak (penanggung dan tertanggung) dalam
hokum terhadap pemegang polis dalam penerapan kontrak
mencapai tujuan asuransi. Polis pada ketentuannya
baku pada polis asuransi jiwa adalah perusahaan asuransi
dibuat secara standar oleh perusahaan asuransi yang
bertanggung jawab memberikan ganti kerugian jika adanya
tuntutan klaim dari tertanggung, yang telah memenuhi
mana polis bersifat baku, artinya polis telah di buatkan
ketentuan dalam polis asuransi jiwa, jika menimbulkan terlebih dahulu oleh perusahaan asuransi dengan
sengketa tertanggung berhak mendapatkan penyelesaian memenuhi ketentuan yang berlaku. Istilah perjanjian
sengketa melalui lembaga mediasi berdasarkan Pasal 54 baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu
BAB XI Undang-Undang nomor 40 tentang Perasuransian standard contract. Perjanjian baku merupakan
yaitu tentang Perlindungan hukum Pemegang polis, bagi perjanjian yang ditentukan dan telah dituangkan
tertanggung dan perusahaan asuransi. dalam bentuk formulir

Kata kunci : Perlindungan Hukum, Klausula baku, Polis asuransi yang berbentuk baku ini dibuat
Tertanggung, Penanggung, Asuransi Jiwa sepihak oleh pelaku usaha atau penanggung dengan
alasan ekonomis dan efisiensi waktu dan diterima
serta dipakai oleh masyarakat. Kedudukan perusahaan
I. Pendahuluan asuransi lebih tinggi dari tertanggung. Karna
tertanggung lemah dalam pendidikan, ekonomis, dan
Asuransi di Indonesia berasal dari belanda, daya tawar, dibandingkan dengan pengusaha penyedia
istilah bahasa Belanda menyebutkan asuransi adalah produk konsumen. Pihak yang mempunyai posisi lebih
verzekering. Secara harfiah kata ini dalam bahasa kuat seringkali menggunakan kesempatan tersebut
Indonesia berarti pertanggungan. Pengaturan untuk menentukan klausul klausul tertentu dalam
asuransi di Indonesia diatur pada kitab undang- kontrak baku, sehingga perjanjian yang seharusnya
undang hukum dagang dan UU No 40 Tahun 2014 dibuat atau dirancang oleh para pihak yang terlibat
dan kitab undang-undang hokum dagang pasal 246. dalam perjanjian, tidak ditemukan lagi pada kontrak
UU No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian baku, karena format dan isi kontrak dirancang oleh
memberikan defenisi asuransi sebagai perjanjian pihak yang kedudukannya lebih kuat.
antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung Pasal 18 Ayat (1) UU No 8 Tahun 1999 tentang
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan perlindungan konsumen menetapkan klausula yang
penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, dikecualikan untuk pengalihan tanggung jawab pelaku
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang usaha yaitu pelaku usaha dilarang mencantumkan
diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada klausula baku yang letak atau bentuknya sulit
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, yang pengungkapannya sulit dimengerti. Praktik
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang penggunaan perjanjian baku menimbulkan masalah
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang 
Zainal Asikin,2013, Hukum Dagang, PT. Raja Grafindo
yang dipertanggungkan Persada, Jakarta, hlm. 281

Salim H.S, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak diluar
KUHPerdata, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 145

Radiks Purba, 2004,Memahami Asuransi di Indonesia, 
Az. Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu
PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,hlm 7 Pengantar, Diadit Media, Jakarta, hlm. 23.

24 UIR Law Review Volume 04, Nomor 01, April 2020


Selvi Harvia Santri & Rahdiansyah . Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa . . .

hukum, bukan saja mengenai keabsahan perjanjian tersebut.


itu sendiri melainkan ketidakadilan yang di cerminkan
Klausula baku yang paling banyak dilanggar
dalam isi perjanjian terhadap hak dan kewajiban para
terdapat dalam polis asuransi jiwa yang esensinya
pihak.
secara mendasar telah mengalihkan tanggung jawab
Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 1992 Pasal pelaku usaha kepada tertanggung atau pemegang
(19) ayat (2) menyebutkan bahwa polis atau bentuk polis asuransi sebagai konsumen asuransi. Hal ini
perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut jelas telah melanggar keadilan masyarakat konsumen
lampiran tidak boleh mengadung kata atau penafsiran asuransi yang dengan adanya polis seharusnya
yang berbeda. Pengaturan lainnya terhadap klausula lebih dilindungi. Pemilihan judul disertasi ini murni
baku polis asuransi juga diatur dalam Peraturan dari hasil pemikiran penulis yang masih original,
Otoritas Jasa Keuangan OJK No. 1/POJK.07/2013 tidak merupakan penelitian ulang dari penelitian
tentang Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan dan lain, namun dari hasil penelusuran kepustakaan
juga aturan pelaksanaannya di atur pada Surat edaran yang pernah dilakukan penulis, penelitian ini
Otoritas Jasa Keuangan No.12/SE.OJK.07/2014 pernah dilakukan namun mengadung perbedaan,
tentang Perjanjian Baku. peneliti terdahulu membahas perlindungan hokum
sipemegang polis terhadap pembuatan kontrak
Otoriter Jasa Keuangan membuat aturan
baku setelah di undangkannya UU No 40 Tahun
mengenai standarisasi yang begitu rigit dalam suatu
2014, yang hanya focus pada dilaksanakan atau
polis asuransi. Akan tetapi pada kenyataannya
tidaknya peraturan tentang penetapan kalusula baku
peraturan OJK tersebut masih banyak yang tidak
pada perusahaan asuransi. Penulisan ini bertujuan
dilaksanakan dalam klausula polis asuransi.
mengetahui konsep perlindungan hokum penetapan
Permasalahan penetapan klausula baku yang tidak
klausula baku asuransi jiwa di indonesia yang ideal
mematuhi ketentuan peraturan undang-undang,
yang memberikan rasa keadilan bagi para pihak
mengandung persepsi dari berbagai pihak bahwa
sehingga tercapainya kesejahteraan masyarakat.
pelaku usaha atau perusahaan asuransi mencari celah
untuk melakukan pembatasan tanggung jawab, untuk
mengganti kerugian kepada tertanggung yang disebut
II. Pembahasan
dengan eksenorasi. Celah pelaku usaha sebagai
pembuat kontrak baku karena lemahnya pengawasan A. Pengaturan klausula baku asuransi jiwa di
yang dilakukan pemerintah Indonesia

Hampir semua polis asuransi jiwa melanggar UU Aturan hukum di Indonesia telah mengatur terkait
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. dengan klausula baku yang biasanya digunakan di
Sangat membahayakan konsumen karena tanpa dalam hubungan bisnis atau perjanjian, dalam hal ini
pengertian yang utuh tentang substansi polis, maka dapat dilihat di dalam ketentuan Pasal 18 Undang-
tertanggung selaku konsumen asuransi diletakkan Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
pada posisi yang lemah karena ketidak mengertiannya Konsumen.
atas pasal-pasal yang merujuk dalam klausula baku Di dalam pasal tersebut jelas disebutkan bahwa
adanya aturan-aturan yang mengatur keberadaan

Setia Purnama Sari. 2011. Skripsi : Pelaksanaan Pengawasan
Pencantuman Klausula Baku oleh BPSK kota Padang. FH, http:// 
Sari, 2011, Pencantuman Klausula Baku Dalam Polis Asuransi
repository.unand.ac.id/17272/1/skripsi_setia.pdf tanggal 14-04- Jiwa Setelah Dikeluarkannya Undang-undang nomor 40 tahun
2014, Padang, Hlm 6. 2014 tentang Perasuransian, Padang, hlm 30

Abdul kadir Muhammad, 2006, Hukum Asuransi Indonesia , 
Muhamad Hasan Muaziz1 , Achmad Busro2, 2015,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 59. Pengaturan Klausula Baku Dalam Hukum Perjanjian Untuk

Muladi nur, 2008, Azas Kebebasan Berkontrak Dengan Mencapai Keadilan Berkontrak, Jurnal Law Reform Program Studi
Perjanjian Baku, labes, Jakarta, hal, 5 Magister Ilmu Hukum Volume 11, Nomor 1, diponegoro

UIR Law Review Volume 04, Nomor 01, April 2020 25


Selvi Harvia Santri & Rahdiansyah . Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa . . .

klausula baku yaitu: a) menyatakan pengalihan ini”. Dalam perjanjian Pada umumnya perjanjian
tanggung jawab pelaku usaha; b) menyatakan bahwa yang dilakukan oleh para pihak tidak terikat dalam
pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali bentuk-bentuk tertentu. Hubungan keperdataan yang
barang yang dibeli konsumen; c) menyatakan bahwa timbul pada para pihak yang saling mengikatkan diri,
pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali memberikan konsekuensi hukum yang harus ditaati
uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dan di jalankan oleh kedua belah pihak tersebut,
dibeli oleh konsumen; d) menyatakan pemberian lahirnya hubungan tersebut berawal dari adanya
kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara kesepakatan dengan tujuan yang akan dicapai. Selain
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan berkaitan dengan klausula baku upaya yang dapat
segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan dilakukan untuk mencapai keadilan berkontrak dapat
barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; dilakukan dengan upaya pembinaan dan pengawasan,
e) mengatur perihal pembuktian atas hilangnya dalam hal ini tanggung jawab pembinaan berada pada
kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli pemerintah sebagaimana diatur di dalam Pasal 29
oleh konsumen; f) memberi hak kepada pelaku usaha Undang-undang No. 8 Tahun 1999, yaitu;
untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi
1) Pemerintah bertanggungjawab atas pembinaan
harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual
penyelenggaraan perlindungan konsumen yang
beli jasa; g) menyatakan tunduknya konsumen kepada
menjamin diperolehnya hak konsumen dan
peraturan yang berupa aturan baru, tambahan,
pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban
lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat
konsumen dan pelaku usaha.
sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya; h) menyatakan 2) Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan
bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud
usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri dan/atau
atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh menteri teknis terkait.
konsumen secara angsuran. 3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Selain itu, dalam aturan yang terdapat di dalam melakukan koordinasi atas penyelenggaraan
Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 ayat perlindungan konsumen.
(2) menyebutkan bahwa: “Pelaku usaha dilarang 4) Pembinaan penyelenggaraan perlindungan
mencantumkan klausula baku yang letak atau konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara meliputi upaya untuk: a. terciptanya iklim usaha
jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti”. dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara
Sedangkan pada ayat (3) lebih lanjut disebutkan pelaku usaha dan konsumen; b. berkembangnya
bahwa: “Setiap klausula baku yang telah ditetapkan lembaga perlindungan konsumen swadaya
oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang masyarakat; c. meningkatnya kualitas sumberdaya
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada manusia serta meningkatnya kegiatan penelitian
ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum”. dan pengembangan di bidang perlindungan
Dalam penerapanya adanya ketentuan pada ayat (3) konsumen.
tersebut penggunaan kalusula baku yang letaknya
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
sebagaimana yang diatur di dalam ayat (1) dan (2),
penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur
masih banyak dijumpai.
dengan Peraturan Pemerintah. Upaya pengaturan
Tidak hanya berhenti disitu, di dalam ayat (3) klausula baku tidak akan dapat berjalan ketika
bahwa, “Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula tidak ada usaha pembinaan dan pengawasan
baku yang bertentangan dengan undang-undang yang dilakukan oleh pemerintah untuk membuat

26 UIR Law Review Volume 04, Nomor 01, April 2020


Selvi Harvia Santri & Rahdiansyah . Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa . . .

suatu kebijakan yang dapat membuat iklim tahun 11 1999 tentang Perlindungan Konsumen
hubungan para pihak dapat berjalan dengan baik.
(6). Tertanggung hendak melakukan pemulihan polis,
Dengan adanya pembinaan tersebut diharapkan
hal tersebut sesuai dengan Pasal 18 ayat (1) huruf
mampu menciptakan pelaku usaha yang kuat
g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
serta menjadikan konsumen yang mandiri serta
Perlindungan Konsumen
hubungan yang sehat antara produsen dan
konsumen. (7). Jaminan atau santunan yang diminta oleh
tertanggung sudah jatuh tempo, hal tersebut
sesuai dengan Pasal 18 ayat (1) huruf a
B. Bentuk perlindungan hukum pemegang polis Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
terhadap penerapan klausula baku asuransi jiwa Perlindungan Konsumen
di Indonesia
(8). Bahan-bahan mengajukan permintaan jaminan/
Bentuk perlindungan hokum yang diberikan santunan, hal tersebut sesuai dengan Pasal
kepada tertanggung pada asuransi jiwa adalah 25 huruf a KEP Menkeu no 422/KMK.06/2003
memberikan rasa keadilan. Keadilan berkontrak dalam tentang Penyelenggara Usaha Perasuransian
asuransi dapat terlihat dalam suatu perjanjian ketika Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dan Pasal 18
kedua belah pihak mencapai suatu kesepakatan untuk ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun
sama-sama mengikatkan diri tanpa adanya tekanan 1999 tentang Perlindungan Konsumen
dari pihak lain, dalam hal ini kontrak yang dilakukan
(9). Perkecualian tanggung jawab badan asuransi
tersebut dilakukan secara sukarela. Tertanggung
jiwa (Penanggung) atas kerugian tertanggung
memperoleh perlindungan hokum dalam hal:
(konsumen), hal tersebut sesuai Pasal 18 ayat (1)
(1). Peninjauan keabsahan kotrak, hal tersebut sesuai huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
dengan Pasal 18 ayat (1) huruf g Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Pada dasarnya konsumen memperoleh Perlin-
Konsumen
dungan Hukum oleh peraturan perundang-undangan,
(2). Tertanggung (konsumen) memenuhi kewajibannya karena sifat dari peraturan perundang-undangan
membayar premi melebihi jatuh tempo, hal mengatur mengenai hal yang dilarang, sedangkan
tersebut sesuai dengan Pasal 18 ayat (1) huruf pelaku usaha membuat kebijakan hal yang dilarang
g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang oleh undang-undang sehingga konsumen memperoleh
Perlindungan Konsumen perlindungan hukum.
(3). Tertanggung (konsumen) meninggal dunia setelah Beberapa hal mengenai bentuk perlindungan
Massa Leluasa, hal tersebut sesuai Pasal 18 ayat hokum yang diberikan kepada tertanggung terkait
(1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dengan klausula baku pada polis asuransi
tentang Perlindungan Konsumen
(4). Premi yang belum dibayarkan oleh tertanggung a. Posisi Tawar
(konsumen) dan belum memiliki nilai tunai, hal Para Pihak Dalam hal ini dapat dimbil contoh
tersebut sesuai dengan Pasal 18 ayat (1) huruf adalah perjanjian kredit di bank, dimana posisi
f undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang nasabah ketika ingin mengajukan kredit mereka harus
Perlindungan Konsumen mengikuti aturan-aturan yang telah dibuat oleh pihak
(5). Penghentian pembayaran premi dan polis sudah bank, tanpa adanya ruang untuk melakukan negosiasi,
mempunyai nilai tunai, hal tersebut sesuai dengan entar itu berkaitan dengan bunga, sistim pembayaran
Pasal 18 ayat (1) huruf f undang-undang nomor 8 maupun ketentuan-ketentuan lain.

UIR Law Review Volume 04, Nomor 01, April 2020 27


Selvi Harvia Santri & Rahdiansyah . Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa . . .

Posisi tawar ini juga berkaitan dengan kemampuan tersebut dapat membantu dalam menciptakan kadar
para pihak dalam hal ini berkaitan dengan keadaan proporsinalitas atas perjanjian tersebut. Keterbukaan
ekonomi yang dimiliki. Posisi tawar para pihak informasi berkaitan dengan klausula dalam perjanjian
dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari setidaknya telah sesuai dengan apa yang menjadi
kedudukan konsumen, sehingga dapat diketahui tujuan dibentuknya undang- undang perlindungan
dengan jelas bagaimana kedudukan konsumen yang konsumen tersebut.
dalam perjanjian merupakan salah satu unsur yang
tidak dapat ditinggalkan.
d. Adanya Keseimbangan
Dalam Perjanjian Keseimbangan yang ada di
b. Adanya Negosiasi
dalam kontrak dapat ditelaah pada kondisi para pihak
Negosiasi merupakan suatu hal penting dalam sebelum melakukan kotrak tersebut. Setidaknya
suatu perjanjian, dengan melakukan negosiasi maka terdapat tiga aspek dalam suatu perjanjian yang perlu
kedua belah pihak dapat mengetahui hak serta diperhatikan untuk mencapai keseimbangan tersebut
kewajiban yang akan dilaksanakan. Negosiasi dalam yaitu: Pertama, Perbuatan Para Pihak, dalam hal ini
suatu perjanjian muncul karena para pihak memiliki berhubungan dengan subjek perjanjian, tidak dapat
tujuan masing- masing yang ingin dituju, sehingga dipungkiri bahwa suatu perjanjian dapat terwujud
dengan negosiasi tersebut diharapkan tercapailah ketika para pihak saling mengikatkan diri pada
suatu kesepakatan. perjanjian tersebut. Perbuatan hukum yang dilakukan
oleh para pihak tersebut dapat dilihat dari pernyataan
Prinsip win-win solution merupakan prinsip dasar
kehendak dari diri sendiri untuk melakukan atau tidak
yang dituju dari adanya negosiasi tersebut, dalam
melakukan perbuatan hukum. Ketika kondisi serta
perjanjian baku yang telah dibuat oleh salah satu pihak,
keadaan para pihak berada pada kondisi yangseimbang,
ruang untuk melakukan negosiasi tersebut sangat
maka akan dapat membuat suatu perjanjian yang
kecil, hal ini dapat dilihat dengan telah tersedianya
baik, dan sebaliknya ketika perbuatan hukum yang
klausula-klausula yang sebelumnya telah disediakan
dilakukan terseut berasal dari ketidak sempurnaan diri
oleh salah satu pihak (produsen), sehingga pihak yang
salah satu atau kedua belah pihak, maka perjanjian
satunya hanya menyetujui atau tidak. Kejujuran Dalam
tersebut dapat dikatakan dalam keadaan tidak
Bertransaksi (fair)
seimbang. Kedua, isi kontrak. Keseimbangan dalam
isi kontrak tidak terlepas kesadaran serta kesepakatan
c. Proporsionalitas para pihak untuk membuat kontrak tersebut.

Dalam Klausula Perjanjian Proporsionalitas


suatu perjanjian dapat dilihat dari adanya pertukaran III Penutup
kepentingan yang ada dari masing-masing pihak
Pengaturan kllausula baku asuransi di Indonesia
dalam hal ini apakah pihak debitur maupun pihak
diatur berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
kreditur dalam perjanjian tersebut. Oleh karena
OJK No. 1/POJK.07/2013dan UU No 8 Tahun 1999
itu proporsionalitas yang ada di dalam suatu
tentang perlindungan konsumen serta Peraturan
perjanjian dapat dilihat pada isi dari klausul-klausul
Pemerintah No 73 Tahun 1992 Pasal (19), dan UU No
dalam perjanjian tersebut. Proporsionalitas disini
40 Tahun 2014 tentang Usaha Per asuransian.
berkaitan dengan pertukaran hak serta kewajiban
antar pihak, apakah dapat berjalan dengan baik Bentuk perlindungan hokum yang diberikan
ataukah ada klausul yang justru memberatkan salah kepada pemegang polis adalah memberikan rasa
satu pihak. Adanya keterbukaan di dalam perjanjian keadilan kepada para pihak khusus pihak tertanggung.

28 UIR Law Review Volume 04, Nomor 01, April 2020


Selvi Harvia Santri & Rahdiansyah . Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa . . .

Keadilan itu tertuang pada isi perjanjian. Isi perjanjian Muladi nur, 2008, Azas kebebasan berkontrak, dengan
agar dapat mencapai keadilan berkontrak tidak dapat perjanjian baku, labes, Bandung.
dilepaskan dari beberapa unsur yang ada di dalam Muhammad Yamin, 1982, Proklamasi dan Konstitusi
perjanjian itu sendiri, yaitu posisi tawar, negosiasi. Republik Indonesia,. Gahlia Indonesia, Jakarta.
Mariam Darus Badrulzaman,2001, Pidato Perjanjian
DAFTAR PUSTAKA Baku (Standard), Perkembangannya Di
Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
a. Buku- buku
Otje Salman dan Anton F.Susanto, 2004,Teori Hukum
Abdulkadir Muhammad, 1999, Hukum Asuransi (mengingat, mengumpulkan dan membuka
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung kembali). Refika, Bandung.
Az. Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen Padmo Wahyono, 1982, dikutip Padmo Wahyono,
Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta. Konsep Yuridis Negara Hukum Indonesia , dan
Amrah Muslimin, 1985, Beberapa Asas dan Pengertian Sunaryati Hartono, Apakah The Rule of Law Itu,
Pokok tentang Hukum Administrasi, Alumni, alumni, Bandung,
Bandung. Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum,
Bagir Manan, 1994, Hubungan Antara Pusat dan Kencana, Jakarta.
Daerah Menurut UUD 1945. Pustaka Sinar Piter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum,
Harapan, Jakarta. Kencana Pranada Media Group, Jakarta,
Bambang Sunggono, 1998, Metode Penelitian Hukum, Radiks Purba, 1992, Memahami Asuransi di Indonesia.
Raja Grafindo Persada, Jakarta. Cet 1, PT.Pustaka Binaman, Jakarta
C.S.T. Kansil dan Cristine S.T. Kansil, 1996, Hukum Ricardo Simanjuntak,2007,Berbagai Sengketa Hukum
Perusahaan Indonesia, Pradnya Paramita, yang dapat Muncul dari Kontrak Asuransi serta
Jakarta. penyelesaiannya, Jurnal hukum Bisnis.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2014, Hukum Perlindungan Ruslan Abdulgani, 1980, Pembahasan Naskah Kerja
Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta. Dr. Muhammad Hatta, Penjabaran Pasal 33
UUD 1945, Mutiara, Jakarta.
Edy Suharto, 2011,Teori Welfare State, J.M. Keynes,
Jurnal Insan Akademis, Jakarta. Rosnihamzah, 2012, “Analisis tingkat kesejahteraan
masyarakat” Jurnal geografi.
E Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantara-
Sri Rejeki Hartono. 1992, Hukum Asuransi dan
an (Himpunan Makalah 1961-1995), Mandar
Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika. Jakarta
Maju, Bandung: 2000, hlm 37
Salim H.S, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak diluar
Emmet J. Vaughan dan Therese Vaughan, 2003,
KUHPerdata, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Fundamentals of Risk and Insuranc.
Setia Purnama Sari. 2011, Pelaksanaan Pengawasan
Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen
Pencantuman Klausula Baku oleh BPSK kota
di Indonesia, Bandung.
Padang, FH Universitas Andalas, Padang
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Sari, 2011, Pencantuman klausula baku dalam
1993, gramedia, Jakarta. polis asuransi jiwa setelah dikeluarkannya
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, 1993, Hukum Sebagai Undang undang nomor 40 tahun 2014 tentang
Suatu Sistem, Bandung. Perasuransian, Padang.

UIR Law Review Volume 04, Nomor 01, April 2020 29


Selvi Harvia Santri & Rahdiansyah . Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Jiwa . . .

Sugiyono, 2010, Metode penelitian kualitatif, Jakarta c. Artikel dan Jurnal


Sri Edi Swasono, 1994, Ekonomi Kerakyatan Indonesia, Santri santri, 2017, Prinsip Utmost Good Faith Dalam
Mengenang Bung Hatta Perjanjian Asuransi Kerugian. Jurnal UIR Law
Review,Pekanbaru.
Sjachran Basah, 1985, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan
Peradilan Administrasi di Indonesia, Alumni, Santri, Santri, 2018, Pelaksanaan Prinsip Subrogasi
Bandung Pada Asuransi Kendaraan Bermotor Menurut
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Jurnal
Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya
Uir Law Review, Pekanbaru
Bakti, Bandung.
Kiki Nurasri, 2017, Pelaksanaan Asuransi Sosial Pada
Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen
PT. Jasa Raharja (Persero) Terhadap Korban
Indonesia, PT Grasindo, Jakarta.
Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Semarang,
Soejono,dkk, 1999,Metode Penelitian Hukum, Rineka Diponegoro Law Journal, Volume 06, Nomor
Cipta, Jakarta 02, Semarang.
yamsuharya Bethan, 2008, Penerapan Prinsip Hukum Muhamad Hasan Muaziz1 , Achmad Busro2, 2015,
Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup Generasi, Pengaturan Klausula Baku Dalam Hukum
Alumni, Bandung Perjanjian Untuk Mencapai Keadilan Berkontrak,
Zainal Asikin, 2013, Hukum Dagang, PT. RajaGrafindo Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu
Persada, Jakarta Hukum Volume 11, Nomor 1, diponegoro

Zainudin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar


Grafika, Jakarta.
Jurnal Insan Akademis, 2011, Jurnal, No. 1, Vol 3,
Jakarta

b. Peraturan per Undang undangan


Undang-undang Dasar 1945
UU No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan hokum
konsumen
UU No 40 Tahun 2014 tentang Usaha Per asuransian
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan OJK No. 1/
POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen
Jasa Keuangan
Pengaturan klausula baku pada polis diatur pada
Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 1992 Pasal
(19) ayat (2)
Surat edaran Otoritas Jasa Keuangan No.12/
SE.OJK.07/2014 tentang Perjanjian Baku

30 UIR Law Review Volume 04, Nomor 01, April 2020

You might also like