Professional Documents
Culture Documents
8900 17033 1 SM
8900 17033 1 SM
8900 17033 1 SM
Oleh:
Thomas Agung Bayu Wicaksono, Zainal Hidayat, Dewi Rostyaningsih
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 12693
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465404
Laman: http//www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id
Email: agungbayu17@yahoo.com
ABSTRACT
Fisheries is human activities that deals with the management of resources and the
utilization of biodiversity waters. In Indonesia according to law of Republic Indonesia no.
9/1985 and law of Republic Indonesia no. 31/2004 activities including in fishery started from
before production, of production processing up to marketing that have been undertaken in a
business systems fishery. In this way fisheries can be considered is a business agribusiness. The
government made study of potentials in the fisheries sector where the trend in modern times is
industrialization. While the findings in the field is of the increase in a good enough in term of
production a food fish and the number of fisheries agents under cultivation that increase
significantly. Of the findings that governments create a program that enables the formation of an
industrial area good fishery of the stage before production, of production processing the result
of production to the stages of marketing. The program is called Minapolitan program which was
set in PERMENKP NO. PER.12/men/2010 about Minapolitan.
The purpose of this research is to find the implementation of Minapolitan program in
Rajapurbawa area in Banjarnegara regency and to know the motivation factor and an
impediment to implementation of Minapolitan program in Rajapurbawa area in Banjarnegara
regency. The theory used among others the theory of public administration, public policy, and
the implementation of policy. Type of research is the type used by descriptive approach
qualitative research method. The subjects in this research are 4 people who is chairman of the
field in each team Minapolitan on them, and 2 people from a member of one of the field in the
team Minapolitan on them. While data collection techniques conducted by interviews and the
study of literature. Data analysis done by the technique of the data, the reduction of data, and
withdrawal of the presentation of conclusions and verification.
The results of the study showed that the implementation of the program Minapolitan in
Banjarnegara regency seen from 5 policy indicators the accuracy still reap negative value where
there was 3 indicators that has not been right and only 2 indicators that have done exactly in the
implementation. This was due to the fact that various factors that hampers the implementation of
programs namely resources, factors communication between the organization as disposition, and
the organizational structure.
mempersoalkan dari elemen mana memahami apa saja yang menjadi tujuan
sub-sub domain itu berasal. dari program Minapolitan. Tujuan tersebut
3. Menemukan Elemen-elemen cukup jelas dan mudah dipahami. Apa saja
Kontras. yang ingin dicapai dalam program
Pada tahap ini, peneliti dapat Minapolitan juga masuk akal, tidak
membuat tabel tertentu yang berlebihan, dan sesuai dengan potensi
dipakai untuk mencari dan yang ada di wilayah Rajapurbawa.
menempatkan pilihan sub-domain Berbekal kepemahaman terhadap target
yang telah ditemukan elemen dan tujuan yang diusung program
kontras. Minapolitan, tim Pokja selaku
9. Kualitas data implementator program Minapolitan
Penelitian ini menggunakan triangulasi menjadi terpacu untuk mewujudkan cita-
teknik. Berarti peneliti menggunakan cita tersebut. Dengan begitu komitmen
teknik pengumpulan data yang mereka menjadi terbangun dan menjadi
berbeda-beda untuk mendapatkan data bersemangat untuk saling bekerja sama
dari sumber yang sama. (Sugiyono, mewujudkan cita-cita program
2009: 241). Minapolitan.
2. Ketepatan Pelaksana
PEMBAHASAN Fenomena ketepatan pelaksana
dilihat dari ketepatan pemilihan
Implementasi program
aktor/pelaksana program Minapolitan
pengembangan kawasan Minapolitan
belum tepat. Jika dilihat dari sisi pemilihan
perikanan budidaya di Rajapurbawa
siapa-siapa saja yang menjadi pelaksana
Kabupaten Banjarnegara:
atau yang masuk ke dalam tim koordinasi
1. Ketepatan Kebijakan dan tim pokja program Minapolitan, hal
Fenomena ketepatan kebijakan tersebut sudah tepat sesuai dengan
dilihat dari kesesuaian kebijakan dengan kebutuhan dalam arti jumlah dan sesuai
permasalahan yang akan dipecahkan telah dengan bidang-bidang yang dibutuhkan
tepat. Karena dalam fenomena tersebut untuk melaksanakan program Minapolitan.
terdapat faktor pendorong yakni tujuan Namun ketika melihat dari sisi
kebijakan. Dalam hal ini tim Pokja keefektivannya, dalam arti menilai
Minapolitan telah memahami dengan baik kontribusi yang sudah diberikan oleh
apa yang menjadi tujuan utama dari masing-masing pihak yang masuk ke
program Minapolitan sehingga dalam tim koordinasi dan tim pokja, hal
pemahaman tentang tujuan utama dari tersebut masih menuai nilai yang negatif.
program Minapolitan tersebut digunakan Dengan kata lain belum semua dari pihak-
mereka untuk menjadi sebuah pegangan pihak yang termasuk dalam tim koordinasi
dalam melaksanakan program dan tim pokja telah memberikan
Minapolitan. Tidak hanya itu saja, mereka kontribusinya untuk program Minapolitan.
bahkan dapat menterjemahkan bahwa Sedangkan yang sudah memberikan
program Minapolitan ini mengusung misi kontribusinya pun dinilai masih minim
dan manfaat yang cukup banyak. kontribusi. Fenomena yang terjadi tersebut
Kemudian dilihat dari sejauh mana di atas disebabkan oleh adanya faktor
kebijakan yang ada telah bermuatan hal- penghambat implementasi program
hal yang memang memecahkan masalah Minapolitan yaitu disposisi, bahwa
yang hendak dipecahkan juga telah tepat. sebagian besar dari pihak-pihak yang
Hal ini dikarenakan terdapat faktor terkait belum memberikan respon yang
pendorong implementasi program positif kepada program Minapolitan.
Minapolitan yakni tujuan kebijakan. Tim Bahkan lebih dari pada itu masih cukup
Pokja selaku implementator telah banyak pihak yang belum memahami
6
secara menyeluruh tentang program suatu kawasan yang memiliki potensi yang
Minapolitan. Faktor penghambat lainnya bagus untuk melukan usaha baik di bidang
yaitu komunikasi antar organisasi. Dalam pertanian, peternakan, dan secara khusus
hal ini komunikasi yang terjalin di antara untuk perikanan. Karena di kawasan
instansi-instansi yang terkait dalam tersebut terdapat beberapa hal penting
program Minapolitan masih belum yang dapat menjadi daya dukung untuk
optimal. Disamping itu semua faktor melakukan usaha-usaha tersebut. Di
struktur birokrasi juga menjadi faktor yang antaranya terdapat 3 aliran sungai yang
menghambat pelaksanaan program cukup besar sehingga memenuhi
Minapolitan di Kabupaten Banjarnegara. kebutuhan akan air, kontur tanah yang
Sturktur birokrasi yang dimaksud adalah relatif datar, dan cuaca yang relatif stabil
fragmentasi, dimana tanggung jawab dan cocok sehingga sangat mendukung
sebuah kebijakan dibagikan kepada untuk melakukan usaha di bidang-bidang
seluruh pihak terkait yang tersusun dalam tersebut. Selain dari kondisi lingkungan
tim koordinasi dan tim pokja sehingga alam, kondisi sosial masyarakat di
memerlukan adanya koordinasi. Dalam kawasan Rajapurbawa juga sangat
penentuan berapa banyak dan siapa saja mendukung untuk dilaksanakannya
yang terlibat dalam program Minapolitan program Minapolitan tersebut. Sebelum
hendaknya memperhitungkan tingkat adanya program Minapolitan, sudah
kesulitan dalam melakukan koordinasi banyak masyarakat di kawasan
karena semakin banyak pihak yang terlibat Rajapurbawa yang memiliki keahlian
maka semakin sulit koordinasi yang baik sebagai pembudidaya ikan yang sekaligus
dapat terwujud. dijadikan sebagai mata pencaharian.
Kemudian jika dilihat dari 4. Ketepatan Lingkungan Kebijakan
keterlibatan swasta dan masyarakat juga Fenomena ketepatan lingkungan
belum tepat karena mekanisme pemberian dilihat dari interaksi di lingkungan
bantuan dari perusahaan swasta kepada kebijakan yakni antara pembuat kebijakan
masyarakat belum sesuai dengan prosedur. dengan pelaksana kebijakan dan antara
Hal tersebut dikarenakan adanya faktor pelaksana kebijakan yang satu dengan
penghambat implementasi program pelaksana kebijakan yang lainnya belum
Minapolitan yaitu komunikasi antar tepat. Hal tersebut dikarenakan adanya
organisasi. Jika dilihat hanya dari sisi faktor penghambat yakni komunikasi antar
keterlibatan pihak swasta dalam organisasi di lingkungan instansi-instansi
implementasi program Minapolitan, pihak pelaksana program Minapolitan. Interaksi
swasta sudah bisa dikatakan terlibat karena yang terjalin di antara instansi-instansi
telah berkontribusi memberikan berbagai pelaksana program Minapolitan dinilai
bentuk bantuan. Namun di lain sisi, masih belum optimal dikarenakan faktor
ada suatu persoalan yang perlu diperbaiki komunikasi dan koordinasi yang
yaitu mekanisme pemberian bantuan dari dilaksanakan belum berjalan dengan baik.
swasta kepada masyarakat. Kemudian jika dilihat dari
3. Ketepatan Target interpretasi lembaga strategis seperti
Fenomena ketepatan target dilihat media massa maupun kelompok-kelompok
dari respon dan kesiapan masyarakat di masyarakat juga belum tepat. Hal ini
kawasan Rajapurbawa dalam dikarenakan adanya faktor penghambat
melaksanakan program Minapolitan telah implementasi program Minapolitan yakni
tepat. Hal itu dikarenakan adanya faktor komunikasi antar organisasi. Komunikasi
pendorong yaitu kondisi lingkungan alam antara organisasi yang dimaksud di sini
dan masyarakat di kawasan Rajapurbawa adalah komunikasi dan koordinasi antara
tersebut. Lingkungan dimana program pemerintah pelaksana program
Minapolitan dilaksanakan merupakan Minapolitan dengan lembaga strategis
7
khusunya media massa baik cetak, radio, pemerintah. Sedangkan faktor struktur
internet, reklame, maupun televisi. birokrasi kedua yang juga merupakan
Koordinasi dengan lembaga strategis faktor penghambat proses implementasi
khususnya media massa sangat perlu program Minapolitan di Kabupaten
dalam pelaksanaan program Minapolitan Banjarnegara adalah fragmentasi.
karena lembaga strategis dapat membantu Pembagian tanggung jawab yang terlalu
dalam hal sosialisasi program kepada tersebar membuat susunan struktur
masyarakat melalui perannya masing- organisasi dalam pelaksanaan program
masing. Minapolitan di Kabupaten Banjarnegara
5. Ketepatan Proses menjadi terkesan terlalu lebar atau dengan
Fenomena ketepatan proses dilihat kata lain terlalu banyak pihak yang terlibat
dari bagaimana para pelaksana kebijakan sedangkan tugas yang dibebankan
dalam menjalankan suatu program maupun terbilang cukup minim. Inti dari
kebijakan dilihat dari apakah mereka telah permasalahan fragmentasi ini adalah
memahami, menerima, dan siap untuk koordinasi yang sulit dilaksanakan dengan
menjadi bagian dari kebijakan bagi baik lantaran terlalu banyak pihak yang
masyarakat target kebijakan dan siap terlibat. Artinya dalam hal ini koordinasi
menjadi pelaksana kebijakan bagi di dalam sebuah kebijakan maupun
pemerintah belum tepat. Hal tersebut program dianggap sebagai sebuah hal yang
dikarenakan adanya faktor yang justru menghambat proses implementasi
menghambat implementasi program kebijakan tersebut karena pada umumnya
Minapolitan yakni disposisi. Disposisi koordinasi yang dilaksanakan sangat
yang dimaksud adalah komitmen dari lemah.
seluruh instansi yang tergabung dalam tim
koordinasi dan tim pokja dalam PENUTUP
melaksanakan program Minapolitan.
A. Kesimpulan
Faktor lain yang ikut serta menghambat
implementasi program Minapolitan adalah Implementasi Program Pengembangan
sumber daya. Sumber daya yang dimaksud Kawasan Minapolitan Perikanan
disini adalah anggaran. Seluruh instansi Budidaya di Rajapurbawa Kabupaten
yang tergabung dalam tim koordinasi dan Banjarnegara
tim pokja program Minapolitan
mengeluhkan hal yang sama yakni Berdasarkan hasil penelitian dapat
anggaran. Lambatnya pembangunan ditarik kesimpulan bahwa implementasi
sarana dan prasarana di kawasan program pengembangan kawasan
Rajapurbawa serta minimnya kegiatan- Minapolitan di Kabupaten Banjarnegara
kegiatan dari masing-masing instansi dilihat dari lima indikator ketepatan
untuk mendukung program Minapolitan implementasi program dapat dikatakan
hampir semuanya disebabkan oleh belum optimal dikarenakan masih terdapat
minimnya anggaran atau bahkan tidak ada tiga indikator ketepatan implementasi
anggaran untuk program Minapolitan. program yang masih belum tepat dari
Selain kedua faktor di atas masih terdapat keseluruhan lima indikator. Ketiga
faktor lain yang juga menjadi penghambat indikator yang belum tepat tersebut adalah
implementasi program Minapolitan yakni ketepatan pelaksana, ketepatan
stuktur birokrasi. Struktur birokrasi disini lingkungan, dan ketepatan proses.
yang pertama adalah mengenai Standar Sedangkan dua indikator ketepatan
Operasional Prosedur (SOP) bahwa dalam implementasi yang telah tepat adalah
melaksanakan program Minapolitan ini ketepatan kebijakan dan ketepatan target.
tidak ada SOP yang digunakan dalam
suatu kegiatan maupun program
8