8900 17033 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

1

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN


PERIKANAN BUDIDAYA DI RAJAPURBAWA KABUPATEN BANJARNEGARA

Oleh:
Thomas Agung Bayu Wicaksono, Zainal Hidayat, Dewi Rostyaningsih

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 12693
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465404
Laman: http//www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id
Email: agungbayu17@yahoo.com

ABSTRACT
Fisheries is human activities that deals with the management of resources and the
utilization of biodiversity waters. In Indonesia according to law of Republic Indonesia no.
9/1985 and law of Republic Indonesia no. 31/2004 activities including in fishery started from
before production, of production processing up to marketing that have been undertaken in a
business systems fishery. In this way fisheries can be considered is a business agribusiness. The
government made study of potentials in the fisheries sector where the trend in modern times is
industrialization. While the findings in the field is of the increase in a good enough in term of
production a food fish and the number of fisheries agents under cultivation that increase
significantly. Of the findings that governments create a program that enables the formation of an
industrial area good fishery of the stage before production, of production processing the result
of production to the stages of marketing. The program is called Minapolitan program which was
set in PERMENKP NO. PER.12/men/2010 about Minapolitan.
The purpose of this research is to find the implementation of Minapolitan program in
Rajapurbawa area in Banjarnegara regency and to know the motivation factor and an
impediment to implementation of Minapolitan program in Rajapurbawa area in Banjarnegara
regency. The theory used among others the theory of public administration, public policy, and
the implementation of policy. Type of research is the type used by descriptive approach
qualitative research method. The subjects in this research are 4 people who is chairman of the
field in each team Minapolitan on them, and 2 people from a member of one of the field in the
team Minapolitan on them. While data collection techniques conducted by interviews and the
study of literature. Data analysis done by the technique of the data, the reduction of data, and
withdrawal of the presentation of conclusions and verification.
The results of the study showed that the implementation of the program Minapolitan in
Banjarnegara regency seen from 5 policy indicators the accuracy still reap negative value where
there was 3 indicators that has not been right and only 2 indicators that have done exactly in the
implementation. This was due to the fact that various factors that hampers the implementation of
programs namely resources, factors communication between the organization as disposition, and
the organizational structure.

Keyword: Fisheries, Minapolitan, The Implementation of Policy


2

PENDAHULUAN Kabupaten Banjarnegara yang


merupakan lokus dari penelitian ini
A. Latar Belakang memiliki potensi alam yang sangat
menjanjikan di bidang perikanan budidaya
Pada tahun 2010 produksi
dengan unsur-unsur pendukung seperti
perikanan tangkap mencapai 5.039.446 ton
cuaca, kontur tanah, dan aliran air sungai
dan dengan jumlah nelayan 2.162.442
besar. Namun dalam pelaksanaan program
orang, sehingga rata-rata nelayan per tahun
Minapolitan Nampak sebuah ironi dimana
hanya memperoleh hasil tangkapan 2,3
pelaksanaan program Minapolitan di
ton/nelayan (pendapatan kotor, belum
Kabupaten Banjarnegara khususnya di
termasuk biaya operasional). Dengan
Rajapurbawa dinilai lambat. Sejak dimulai
demikian, secara rata-rata hasil tangkapan
pada tahun 2011 hingga 2015 belum
nelayan Indonesia tampaknya sulit untuk
nampak perkembangan yang signifikan
mensejahterakan nelayan secara
dengan adanya program Minapolitan.
keseluruhan. Berdasarkan angka tersebut,
Beberapa permasalahan yang ditemukan
tampak bahwa perikanan tangkap di
peneliti ketika melakukan prasurvey
Indonesia sulit untuk dapat memberikan
terkait implementasi program Minapolitan
sumbangan yang signifikan bagi
di Kabupaten Banjarnegara antara lain: 1)
kesejahteraan masyarakat khususnya
Pembangunan di kawasan Rajapurbawa
nelayan. Secara umum, produksi perikanan
tidak mengikuti masterplan yang telah
tangkap dunia sudah mengalami stagnasi
dibuat oleh tim konsultan; 2) Muncul
dan sudah mencapai titik optimal sehingga
dugaan adanya ego sektoral yang
tidak mungkin untuk terus ditingkatkan.
dirasakan oleh Bidang Perikanan
Oleh karena itu, pemanfaatan potensi
Dintankannak Banjarnegara karena pihak-
perikanan yang masih belum
pihak yang terlibat dalam program
termanfaatkan dengan baik dan terus akan
Minapolitan dinilai kurang memberikan
dapat ditingkatkan sejalan dengan tingkat
kontribusinya.
teknologi yang digunakan adalah
sumberdaya perikanan budidaya. Berdasarkan hasil temuan masalah
ketika prasurvey dapat diketahui bahwa
Menindaklanjuti permasalahan
masih terdapat kendala-kendala dalam
tersebut, pemerintah melakukan
pengkajian terhadap potensi-potensi di pelaksanaan program Minapolitan di
Rajapurbawa Kabupaten Banjarnegara
sektor perikanan dimana tren pada jaman
sehingga hal tersebut dijadikan dasar
modern adalah industrialisasi. Sedangkan
dilakukannya penelitian ini
temuan yang ada di lapangan adalah
adanya peningkatan yang cukup bagus B. Tujuan Penelitian
dalam hal produksi ikan konsumsi dan
jumlah pelaku perikanan budidaya yang 1. Untuk mengetahui implementasi
ikut meningkat. Dari temuan tersebut Program Pengembangan Kawasan
pemerintah membuat suatu program yang Minapolitan di Rajapurbawa
memungkinkan terbentuknya suatu Kabupaten Banjarnegara.
kawasan industri perikanan baik dari tahap 2. Untuk mengetahui apa saja faktor-
praproduksi, produksi, pengolahan hasil faktor yang mendorong dan
produksi, hingga tahap pemasaran. menghambat implementasi Program
Program tersebut dinamakan program Pengembangan Kawasan Minapolitan
Minapolitan yang ditetapkan dalam di Rajapurbawa Kabupaten
PERMENKP NO. PER 12/men/2010 Banjarnegara.
tentang Minapolitan.
3

C. Teori menginterpretasikan kebijakan dan


implementasi kebijakan.
Prinsip dasar implementasi kebijakan yang 5. Ketepatan proses
efektif (Nugroho, 2011: 650-652) Ketepatan proses disini secara garis
besar melihat bagaimana para
1. Ketepatan kebijakan
pelaksana kebijakan dalam
Ketepatan kebijakan disini adalah hal-
menjalankan suatu program maupun
hal mengenai kesesuaian kebijakan
kebijakan dilihat dari apakah mereka
yang telah dirumuskan dengan karakter
telah memahami, menerima, dan siap
masalah yang akan dipecahkan.
untuk menjadi bagian dari kebijakan
Kemudian sejauh mana kebijakan yang
bagi masyarakat target kebijakan dan
ada telah bermuatan hal-hal untuk
siap menjadi pelaksana kebijakan bagi
memecahkan masalah yang akan
pemerintah.
dipecahkan.
2. Ketepatan pelaksana Dalam implementasi kebijakan
Ketepatan pelaksana berkaitan dengan dipengaruhi oleh lima variabel yang saling
berapa dan siapa saja pihak-pihak yang berhungan satu sama lain, yaitu:
dipilih untuk melaksanakan sebuah
kebijakan/program serta keterlibatan 1. Tujuan Kebijakan
pihak swasta dan masyarakat. 2. Sumber daya
3. Ketepatan target 3. Komunikasi antar Organisasi
Ketepatan target berkaitan dengan 4. Disposisi
dimana kebijakan tersebut akan 5. Struktur Birokrasi
dilaksanakan. Dalam hal ini yang
termasuk di dalamnya adalah D. Metode Penelitian
lingkungan sekitar lokasi yang menjadi 1. Desain Penelitian
target kebijakan serta masyarakat di Penelitian ini yang akan digunakan
lokasi tersebut. oleh peneliti adalah tipe penelitian
4. Ketepatan lingkungan kebijakan deskriptif kualitatif, karena penelitian
Ada dua lingkungan yang paling ini mendiskripsikan implementasi dan
menentukan keberhasilan suatu permasalahan dalam program
kebijakan maupun program, yang penanggulangan TB di Kabupaten
pertama yaitu lingkungan kebijakan, Semarang.
yaitu interaksi antara lembaga perumus 2. Situs Penelitian
kebijakan dan pelaksana kebijakan Pada penelitian ini wilayah yang
dengan lembaga lain yang terkait. diambil dalam penelitian adalah Dinas
Yang kedua yaitu lingkungan eksternal Kesehatan Kabupaten Semarang.
kebijakan, yang terdiri dari public 3. Subjek Penelitian
opinion yaitu persepsi public akan 4. Penelitian ini menggunakan teknik
kebijakan dan implementasi kebijakan, purposive sampling. Dimana
interpretive institutions yang membutuhkan narasumber yang
berkenaan dengan interpretasi dipercaya dan memiliki wawasan serta
lembaga-lembaga strategis dalam pandangan luas mengenai program
masyarakat seperti media masa, pengembangan kawasan Minapolitan
kelompok penekan, dan kelompok di Kabupaten Banjarnegara. Dalam
kepentingan dalam penelitian ini informannya adalah:
menginterpretasikan kebijakan dan 1. Kabid Pemerintahan dan Sosial
implementasi kebijakan, serta Budaya Bappeda Kabupaten
individuals yakni individu-individu Banjarnegara selaku ketua pokja
tertentu yang mampu memainkan bidang 1.
peran penting dalam
4

2. Kabid Prasarana dan untuk menanyakan apa saja yang


Pengembangan Wilayah Bappeda dibutuhkan untuk mendapatkan
Kabupaten Banjarnegara selaku data dan informasi. Sehingga tidak
ketua pokja bidang 2. ada batasan untuk penulis dalam
3. Kabid Cipta Karya DPU menggali informasi
Kabupaten Banjarnegara selaku 2. Dokumentasi
anggota pokja bidang 2. Metode ini merupakan metode
4. Kabid Pengelolaan Sumber Daya pengumpulan data yang berupa
Air Dinas PSDA dan ESDM data-data berupa gambar, dokumen
Kabupaten Banjarnegara selaku resmi, data-data resmi yang ada di
anggota pokja bidang 2. Dinas Kesehatan Kabupaten
5. Staf Bidang Ekonomi dan Semarang
Penanaman Modal Bappeda 3. Studi pustaka
Kabupaten Banjarnegara selaku Studi pustaka dilakukan dengan
anggota pokja bidang 3. mempelajari buku-buku referensi
6. Kabid Perikanan Dintankannak dan media yang berkaitan dengan
Kabupaten Banjarnegara selaku program pengendalian
ketua pokja bidang 5. Tuberkulosis, dalam hal ini adalah
5. Jenis Data pedoman strategi pengendalian
Penelitian ini menggunakan data Tuberkulosis
berupa teks, kata-kata tertulis, frasa- 8. Analisis interpretasi data
frasa atau simbol-simbol yang Teknik analisis data dalam penelitian
menggambarkan atau ini menggunakan teknis analisis
mempresentasikan orang-orang, Komponensial. Penelitian ini
tindakan-tindakan, dan perisitiwa- melakukan proses kegiatan anallisis
peristiwa dalam kehidupan sosial. data:
(Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 1. Penggelaran Hasil Observasi dan
2010: 20). Wawancara.
6. Sumber data Hasil obervasu dan wawancara
Data primer adalah data yang diperoleh yang dilakukan berkali-kali,
langsung dari sumbernya.Data-data digelarkan pada lembaran-
yang diperoleh melalui jawaban atas lembaran yang mudah dibaca.
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Data-data tersebut pada tahap ini
oleh peneliti kepada informan dalam tidak perlu dikelompokan sesuai
wawancara atau pengamatan dengan domain dan atau sub-
langsung/observasi. Kemudian data domain yang telah dipilih, yang
yang diperoleh bisa dicatat atau penting bahwa hasil-hasil observasi
direkam. dan wawancara dapat dibaca
Data Sekunder adalah catatan dengan mudah. Dari data-data pada
mengenai kejadian atau peristiwa yang tahap ini sesungguhnya peneliti
telah terjadi berupa tulisan dari buku, telah dapat melakukan editing
dokumen, internet dan sumber-sumber terbatas pada tahap tersebut.
tulisan lain yang berkaitan dengan 2. Pemilihan Hasil Observasi dan
penelitian. Wawancara.
7. Teknik Pengumpulan Data Penelitian selanjutnya melakukan
Penelitian ini menggunakan teknik pemilihan terhadap hasil
pengumpulan data : wawancara. Artinya, hasil
1. Interview (wawancara) wawancara tersebut dipilah
Penulis menggunakan wawancara menurut domain dan atau sub-
tidak terstruktur, agar penulis bebas domain tanpa harus
5

mempersoalkan dari elemen mana memahami apa saja yang menjadi tujuan
sub-sub domain itu berasal. dari program Minapolitan. Tujuan tersebut
3. Menemukan Elemen-elemen cukup jelas dan mudah dipahami. Apa saja
Kontras. yang ingin dicapai dalam program
Pada tahap ini, peneliti dapat Minapolitan juga masuk akal, tidak
membuat tabel tertentu yang berlebihan, dan sesuai dengan potensi
dipakai untuk mencari dan yang ada di wilayah Rajapurbawa.
menempatkan pilihan sub-domain Berbekal kepemahaman terhadap target
yang telah ditemukan elemen dan tujuan yang diusung program
kontras. Minapolitan, tim Pokja selaku
9. Kualitas data implementator program Minapolitan
Penelitian ini menggunakan triangulasi menjadi terpacu untuk mewujudkan cita-
teknik. Berarti peneliti menggunakan cita tersebut. Dengan begitu komitmen
teknik pengumpulan data yang mereka menjadi terbangun dan menjadi
berbeda-beda untuk mendapatkan data bersemangat untuk saling bekerja sama
dari sumber yang sama. (Sugiyono, mewujudkan cita-cita program
2009: 241). Minapolitan.
2. Ketepatan Pelaksana
PEMBAHASAN Fenomena ketepatan pelaksana
dilihat dari ketepatan pemilihan
Implementasi program
aktor/pelaksana program Minapolitan
pengembangan kawasan Minapolitan
belum tepat. Jika dilihat dari sisi pemilihan
perikanan budidaya di Rajapurbawa
siapa-siapa saja yang menjadi pelaksana
Kabupaten Banjarnegara:
atau yang masuk ke dalam tim koordinasi
1. Ketepatan Kebijakan dan tim pokja program Minapolitan, hal
Fenomena ketepatan kebijakan tersebut sudah tepat sesuai dengan
dilihat dari kesesuaian kebijakan dengan kebutuhan dalam arti jumlah dan sesuai
permasalahan yang akan dipecahkan telah dengan bidang-bidang yang dibutuhkan
tepat. Karena dalam fenomena tersebut untuk melaksanakan program Minapolitan.
terdapat faktor pendorong yakni tujuan Namun ketika melihat dari sisi
kebijakan. Dalam hal ini tim Pokja keefektivannya, dalam arti menilai
Minapolitan telah memahami dengan baik kontribusi yang sudah diberikan oleh
apa yang menjadi tujuan utama dari masing-masing pihak yang masuk ke
program Minapolitan sehingga dalam tim koordinasi dan tim pokja, hal
pemahaman tentang tujuan utama dari tersebut masih menuai nilai yang negatif.
program Minapolitan tersebut digunakan Dengan kata lain belum semua dari pihak-
mereka untuk menjadi sebuah pegangan pihak yang termasuk dalam tim koordinasi
dalam melaksanakan program dan tim pokja telah memberikan
Minapolitan. Tidak hanya itu saja, mereka kontribusinya untuk program Minapolitan.
bahkan dapat menterjemahkan bahwa Sedangkan yang sudah memberikan
program Minapolitan ini mengusung misi kontribusinya pun dinilai masih minim
dan manfaat yang cukup banyak. kontribusi. Fenomena yang terjadi tersebut
Kemudian dilihat dari sejauh mana di atas disebabkan oleh adanya faktor
kebijakan yang ada telah bermuatan hal- penghambat implementasi program
hal yang memang memecahkan masalah Minapolitan yaitu disposisi, bahwa
yang hendak dipecahkan juga telah tepat. sebagian besar dari pihak-pihak yang
Hal ini dikarenakan terdapat faktor terkait belum memberikan respon yang
pendorong implementasi program positif kepada program Minapolitan.
Minapolitan yakni tujuan kebijakan. Tim Bahkan lebih dari pada itu masih cukup
Pokja selaku implementator telah banyak pihak yang belum memahami
6

secara menyeluruh tentang program suatu kawasan yang memiliki potensi yang
Minapolitan. Faktor penghambat lainnya bagus untuk melukan usaha baik di bidang
yaitu komunikasi antar organisasi. Dalam pertanian, peternakan, dan secara khusus
hal ini komunikasi yang terjalin di antara untuk perikanan. Karena di kawasan
instansi-instansi yang terkait dalam tersebut terdapat beberapa hal penting
program Minapolitan masih belum yang dapat menjadi daya dukung untuk
optimal. Disamping itu semua faktor melakukan usaha-usaha tersebut. Di
struktur birokrasi juga menjadi faktor yang antaranya terdapat 3 aliran sungai yang
menghambat pelaksanaan program cukup besar sehingga memenuhi
Minapolitan di Kabupaten Banjarnegara. kebutuhan akan air, kontur tanah yang
Sturktur birokrasi yang dimaksud adalah relatif datar, dan cuaca yang relatif stabil
fragmentasi, dimana tanggung jawab dan cocok sehingga sangat mendukung
sebuah kebijakan dibagikan kepada untuk melakukan usaha di bidang-bidang
seluruh pihak terkait yang tersusun dalam tersebut. Selain dari kondisi lingkungan
tim koordinasi dan tim pokja sehingga alam, kondisi sosial masyarakat di
memerlukan adanya koordinasi. Dalam kawasan Rajapurbawa juga sangat
penentuan berapa banyak dan siapa saja mendukung untuk dilaksanakannya
yang terlibat dalam program Minapolitan program Minapolitan tersebut. Sebelum
hendaknya memperhitungkan tingkat adanya program Minapolitan, sudah
kesulitan dalam melakukan koordinasi banyak masyarakat di kawasan
karena semakin banyak pihak yang terlibat Rajapurbawa yang memiliki keahlian
maka semakin sulit koordinasi yang baik sebagai pembudidaya ikan yang sekaligus
dapat terwujud. dijadikan sebagai mata pencaharian.
Kemudian jika dilihat dari 4. Ketepatan Lingkungan Kebijakan
keterlibatan swasta dan masyarakat juga Fenomena ketepatan lingkungan
belum tepat karena mekanisme pemberian dilihat dari interaksi di lingkungan
bantuan dari perusahaan swasta kepada kebijakan yakni antara pembuat kebijakan
masyarakat belum sesuai dengan prosedur. dengan pelaksana kebijakan dan antara
Hal tersebut dikarenakan adanya faktor pelaksana kebijakan yang satu dengan
penghambat implementasi program pelaksana kebijakan yang lainnya belum
Minapolitan yaitu komunikasi antar tepat. Hal tersebut dikarenakan adanya
organisasi. Jika dilihat hanya dari sisi faktor penghambat yakni komunikasi antar
keterlibatan pihak swasta dalam organisasi di lingkungan instansi-instansi
implementasi program Minapolitan, pihak pelaksana program Minapolitan. Interaksi
swasta sudah bisa dikatakan terlibat karena yang terjalin di antara instansi-instansi
telah berkontribusi memberikan berbagai pelaksana program Minapolitan dinilai
bentuk bantuan. Namun di lain sisi, masih belum optimal dikarenakan faktor
ada suatu persoalan yang perlu diperbaiki komunikasi dan koordinasi yang
yaitu mekanisme pemberian bantuan dari dilaksanakan belum berjalan dengan baik.
swasta kepada masyarakat. Kemudian jika dilihat dari
3. Ketepatan Target interpretasi lembaga strategis seperti
Fenomena ketepatan target dilihat media massa maupun kelompok-kelompok
dari respon dan kesiapan masyarakat di masyarakat juga belum tepat. Hal ini
kawasan Rajapurbawa dalam dikarenakan adanya faktor penghambat
melaksanakan program Minapolitan telah implementasi program Minapolitan yakni
tepat. Hal itu dikarenakan adanya faktor komunikasi antar organisasi. Komunikasi
pendorong yaitu kondisi lingkungan alam antara organisasi yang dimaksud di sini
dan masyarakat di kawasan Rajapurbawa adalah komunikasi dan koordinasi antara
tersebut. Lingkungan dimana program pemerintah pelaksana program
Minapolitan dilaksanakan merupakan Minapolitan dengan lembaga strategis
7

khusunya media massa baik cetak, radio, pemerintah. Sedangkan faktor struktur
internet, reklame, maupun televisi. birokrasi kedua yang juga merupakan
Koordinasi dengan lembaga strategis faktor penghambat proses implementasi
khususnya media massa sangat perlu program Minapolitan di Kabupaten
dalam pelaksanaan program Minapolitan Banjarnegara adalah fragmentasi.
karena lembaga strategis dapat membantu Pembagian tanggung jawab yang terlalu
dalam hal sosialisasi program kepada tersebar membuat susunan struktur
masyarakat melalui perannya masing- organisasi dalam pelaksanaan program
masing. Minapolitan di Kabupaten Banjarnegara
5. Ketepatan Proses menjadi terkesan terlalu lebar atau dengan
Fenomena ketepatan proses dilihat kata lain terlalu banyak pihak yang terlibat
dari bagaimana para pelaksana kebijakan sedangkan tugas yang dibebankan
dalam menjalankan suatu program maupun terbilang cukup minim. Inti dari
kebijakan dilihat dari apakah mereka telah permasalahan fragmentasi ini adalah
memahami, menerima, dan siap untuk koordinasi yang sulit dilaksanakan dengan
menjadi bagian dari kebijakan bagi baik lantaran terlalu banyak pihak yang
masyarakat target kebijakan dan siap terlibat. Artinya dalam hal ini koordinasi
menjadi pelaksana kebijakan bagi di dalam sebuah kebijakan maupun
pemerintah belum tepat. Hal tersebut program dianggap sebagai sebuah hal yang
dikarenakan adanya faktor yang justru menghambat proses implementasi
menghambat implementasi program kebijakan tersebut karena pada umumnya
Minapolitan yakni disposisi. Disposisi koordinasi yang dilaksanakan sangat
yang dimaksud adalah komitmen dari lemah.
seluruh instansi yang tergabung dalam tim
koordinasi dan tim pokja dalam PENUTUP
melaksanakan program Minapolitan.
A. Kesimpulan
Faktor lain yang ikut serta menghambat
implementasi program Minapolitan adalah Implementasi Program Pengembangan
sumber daya. Sumber daya yang dimaksud Kawasan Minapolitan Perikanan
disini adalah anggaran. Seluruh instansi Budidaya di Rajapurbawa Kabupaten
yang tergabung dalam tim koordinasi dan Banjarnegara
tim pokja program Minapolitan
mengeluhkan hal yang sama yakni Berdasarkan hasil penelitian dapat
anggaran. Lambatnya pembangunan ditarik kesimpulan bahwa implementasi
sarana dan prasarana di kawasan program pengembangan kawasan
Rajapurbawa serta minimnya kegiatan- Minapolitan di Kabupaten Banjarnegara
kegiatan dari masing-masing instansi dilihat dari lima indikator ketepatan
untuk mendukung program Minapolitan implementasi program dapat dikatakan
hampir semuanya disebabkan oleh belum optimal dikarenakan masih terdapat
minimnya anggaran atau bahkan tidak ada tiga indikator ketepatan implementasi
anggaran untuk program Minapolitan. program yang masih belum tepat dari
Selain kedua faktor di atas masih terdapat keseluruhan lima indikator. Ketiga
faktor lain yang juga menjadi penghambat indikator yang belum tepat tersebut adalah
implementasi program Minapolitan yakni ketepatan pelaksana, ketepatan
stuktur birokrasi. Struktur birokrasi disini lingkungan, dan ketepatan proses.
yang pertama adalah mengenai Standar Sedangkan dua indikator ketepatan
Operasional Prosedur (SOP) bahwa dalam implementasi yang telah tepat adalah
melaksanakan program Minapolitan ini ketepatan kebijakan dan ketepatan target.
tidak ada SOP yang digunakan dalam
suatu kegiatan maupun program
8

Banjarnegara dan tambahan dari APBN


berupa Dana Alokasi Khusus (DAK),
Faktor Pendorong dan Penghambat namun besaran DAK tidak menentu setiap
Implementasi Program tahunnya. Besaran dana yang dialokasikan
untuk program Minapolitan dinilai masih
Tujuan kebijakan, sumber daya
sangat kecil mengingat kebutuhan akan
kualitas dan kuantitas personel
yang sangat besar khususnya untuk
implementator, serta kondisi geografis dan
infrastruktur. Hal tersebut dikarenakan
masyarakat di kawasan Rajapurbawa
tidak adanya alokasi khusus dari APBD
menjadi faktor pendorong implementasi
untuk program Minapolitan. Sarana dan
program pengembangan kawasan
prasarana yang ada di kawasan
Minapolitan perikanan budidaya di
Minapolitan yaitu Rajapurbawa belum
Rajapurbawa Kabupaten Banjarnegara.
mencukupi. Baru hanya sekitar 20% saja
Kejelasan tujuan dan kepemahaman
yang sudah terbangun jika disesuaikan
implementator menjadi sebuah patokan
dengan DED (Detail Engineering Design).
atau pegangan mereka dalam
Komunikasi antar organisasi dalam bentuk
melaksanakan program Minapolitan. Hal
koordinasi di antara instansi-instansi yang
tersebut berpengaruh dalam proses
terlibat dalam program Minapolitan belum
pelaksanaan program Minapolitan, karena
berjalan dengan baik. Tidak semua
dengan memahami apa yang menjadi
anggota hadir pada rapat koordinasi yang
tujuan program Minapolitan akan
telah diselenggarakan. Hal tersebut
memudahkan implementator dalam
menghambat implementasi progam
melaksanakan tugasnya dan sekaligus
Minapolitan karena koordinasi dan kerja
menumbuhkan rasa semangat dan
sama yang solid sangat diperlukan dalam
komitmen yang bagus untuk
program ini. Komunikasi antara
mensukseskan program Minapolitan.
pemerintah dengan perusahaan swasta
kualitas dan kuantitas personel
yang memberikan bantuannya juga belum
implementator yang mencukupi serta
berjalan dengan baik dimana belum ada
kondisi geografis dan masyarakat di
koordinasi yang baik dalam mekanisme
kawasan Rajapurbawa dimana program
pemberian bantuan kepada masyarakat.
Minapolitan dilaksanakan merupakan
Respon implementator secara individu
suatu kawasan yang memiliki potensi yang
program Minapolitan bermacam-macam,
bagus untuk melukan usaha baik di bidang
ada yang baik ada juga yang masih kurang,
pertanian, peternakan, dan secara khusus
ada yang antusias di awal namun antusias
untuk perikanan. Karena di kawasan
tersebut berkurang seiring berjalannya
tersebut terdapat beberapa hal penting
waktu. Selain itu, terkait respon secara
yang dapat menjadi daya dukung untuk
kelompok/instansi, ditemukan pula
melakukan usaha-usaha tersebut.
fenomena ego sektoral dimana masing-
Disisi lain faktor sumber daya masing SKPD masih terkesan enggan
anggaran, sumber daya sarana dan berkontribusi untuk program Minapolitan
prasarana, komunikasi antar organisasi, dan hanya fokus kepada tugas rutin
disposisi, dan struktur birokrasi menjadi masing-masing SKPD. Dalam pelaksanaan
penghambat implementasi program program pengembangan kawasan
pengembangan kawasan Minapolitan Minapolitan di Kabupaten Banjarnegara
perikanan budidaya di Rajapurbawa belum ada SOP yang mengatur tentang
Kabupaten Banjarnegara. Dana yang pelaksanaan program Minapolitan. Selain
digunakan untuk melaksanakan program itu fragmentasi atau pembagian tanggung
Minapolitan berasal dari anggaran tahunan jawab program kepada instansi-instansi
yang dimiliki masing-masing instansi yang terkait terlalu banyak sehingga
berasal dari APBD Kabupaten membutuhkan koordinasi dimana
9

koordinasi memiliki kecenderungan dengan forum CSR dalam hal bantuan


menghambat implementasi program. kepada masyarakat hendaknya lebih
Semakin banyak pihak yang terlibat maka ditingkatkan lagi koordinasinya agar
semakin sulit dalam melakukan bantuan yang diberikan tepat sasaran.
koordinasi. Komunikasi tersebut dapat diwujudkan
dengan cara Forum CSR dilibatkan
SARAN dalam rapat koordinasi yang
dilaksanakan oleh tim koordinasi dan
Terkait faktor-faktor penghambat
tim pokja Minapolitan Kabupaten
implementasi program Minapolitan di
Banjarnegara.
Kabupaten Banjarnegara ada beberapa
3. Terkait disposisi pelaksana, perlu
saran yang dapat penulis sampaikan,
adanya sistem reward and punishment
antara lain:
untuk memotivasi seluruh
1. Saran untuk sumber daya anggaran
implementator. Reward dalam dal ini
maupun sarana dan prasarana,
bisa berupa penghargaan secara khusus
hendaknya untuk mengatasi minimnya
bagi tim pokja Minapolitan yang telah
anggaran yang dikeluhkan oleh seluruh
menunjukan kinerjanya secara optimal
implementator harus ada sebuah
sehingga dapat memacu tim pokja
kesepakatan yang dibuat antara pihak
lainnya untuk bekerja lebih baik lagi.
eksekutif dan pihak legislatif terkait
Meningkatan sense of belonging
rancangan APBD Kabupaten
terhadap program Minapolitan bahwa
Banjarnegara dimana di dalam APBD
program ini adalah milik bersama dan
harus ada anggaran khusus untuk
tanggung jawab bersama tanpa
program Minapolitan selanjutnya dana
memandang bidang utama dalam
tersebut dibagikan ke SKPD-SKPD
program Minapolitan adalah
pelaksana untuk melaksanakan tugas
perikanan, tetapi lebih melihat secara
yang telah diberikan. Dengan demikian
luas manfaat dari program tersebut
seluruh implementator tidak akan
demi kemajuan Kabupaten
kesulitan mencari dana untuk program
Banjarnegara. Untuk mewujudkan itu
Minapolitan seperti yang selama ini
semua peran para pemimpin dari
terjadi.
masing-masing SKPD maupun instansi
2. Untuk komunikasi antar organisasi
yang terlibat sangat dibutuhkan.
perlu adanya penambahan intensitas
Pemimpin yang bertanggung jawab,
pertemuan seluruh tim koordinasi dan
totalitas, berkomitmen kuat,
tim pokja demi mempercepat proses
berintegritas, dan dapat memotivasi
pelaksanaan program Minapolitan
pegawainya sangat diperlukan untuk
dengan tidak mengabaikan sisi kualitas
menunjang implementasi program
dari setiap pertemuan rutin tersebut.
Minapolitan di Kabupaten
Dengan kata lain seluruh tim
Banjarnegara.
koordinasi dan tim pokja harus hadir
4. Saran untuk struktur birokrasi, perlu
tanpa terkecuali, memberikan laporan
adanya SOP yang mengatur tentang
progres masing-masing bidang pokja
implementasi program Minapolitan,
per triwulan serta kendala yang
baik secara keseluruhan, per masing-
dihadapi, memberikan rancangan atau
masing bidang pokja, hingga per
rencana kerja untuk program
masing-masing SKPD yang terlibat.
Minapolitan per triwulan agar dapat
Hal ini memiliki fungsi ganda yaitu
disinkronkan dengan tim pokja bidang
untuk mempermudah implementator
yang lainnya, dan memberikan saran
dalam melaksanakan program
maupun kritik yang membangun demi
Minapolitan dan sebagai alat untuk
kemajuan program Minapolitan.
memonitor apakah proses yang
Terkait komunikasi antara pemerintah
10

berjalan sudah sesuai dengan prosedur


atau tidak sekaligus dapat segera Erwan Agus Purwanto dan Dyan Ratih
diketahui penyebabnya. Selain itu Sulistyastuti. 2012. Implementasi
untuk fragmentasi yang ada di dalam Kebijakan Publik: Konsep dan
proses pelaksanaan program Aplikasinya di Indonesia.
Minapolitan di Kabupaten Yogyakarta: Gava Media.
Banjarnegara hendaknya perlu
diperhatikan jumlah pihak yang terlibat Harbani Pasolong. 2008. Teori
dalam pelaksanaan program. Semakin Administrasi Publik. Bandung:
banyak yang terlibat akan semakin Alfabeta.
sulit dalam berkoordinasi sehingga
mengakibatkan terhambatnya Irfan Islamy. 2007. Prinsip-prinsip
implementasi program. Bentuk struktur Perumusan Kebijaksanaan Negara.
birokrasi ataupun struktur organisasi Jakarta: Bumi Aksara.
yang melebar akan membutuhkan
koordinasi yang lebih kompleks Ismail Nawawi. 2009. Public Policy:
dibandingkan dengan struktur Analisis, strategi Advokasi Teori dan
organisasi yang memiliki bentuk Praktek. Surabaya: PNM.
vertikal dan ramping. Oleh karena itu
peneliti menyarankan kepada J. Moleong dan Lexy. 2007. Metodologi
pemerintah Kabupaten Banjarnegara Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
untuk mengkaji ulang siapa saja dan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
berapa pihak yang terlibat yang benar-
benar memiliki komitmen yang kuat Nugroho, Riant (2011). Public Policy
dan memiliki kemampuan untuk dapat (edisi ketiga). Jakarta: Elex Media
mengemban tugas yang lebih banyak Komputindo
dari sebelumnya. Artinya pembagian
tugas dan tanggung jawab tidak terlalu Parsons, Wayne. 2006. Public Policy:
tersebar sehingga akan lebih mudah Pengantar Teori dan Praktik Analisis
dalam hal pengendalian, pengawasan, Kebijakan. Jakarta: Kencana.
serta tentunya kemudahan dalam
berkoordinasi. Hal tersebut bertujuan Solahuddin Kusumanegara. 2010. Model
agar proses pembangunan di kawasan dan Aktor dalam Proses Kebijakan
Rajapurbawa khususnya sarana dan Publik. Yogyakarta: Gava Media.
prasarana seperti yang ada di dalam
master plan bisa lebih cepat. Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan
Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian
Sumber Buku :
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. 2009.
Bandung: Alfabeta.
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Sri Suwitri. 2011. Konsep Dasar
Kebijakan Publik. Semarang: Badan
Budi Winarno. 2007. Kebijakan Publik:
Penertbit Universitas Diponegoro
Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku
Kita.
Sumber Internet :
1. http://www.djpb.kkp.go.id/statistik.
Dwiyanto Indiahono. 2009. Kebijakan
php?id=1
Publik: Berbasis Dynamic Policy
Data produksi perikanan Indonesia.
Analisys. Yogyakarta: Gava Media.
11

2. http://inspirasibangsa.com/memban 9. Data-data terbaru tentang Program


gunkan-raksasa-tidur-indonesia- Pengembangan Kawasan
perikanan-budidaya/ Minapolitan di Kabupaten
Data FAO tentang peringkat Banjarnegara dari Dintankannak
Indonesia dalam produksi Kabupaten Banjarnegara Bidang
perikanan budidaya. Perikanan.
3. http://www.jatengprov.go.id/id/ne
wsroom/ditjen-perikanan-
budidaya-adakan-press-tour-ke-
banjarnegara
Data tentang potensi Kabupaten
Banjarnegara dalam Bidang
Perikanan.
Sumber Dokumen :
1. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 12 Tahun 2010
Tentang Minapolitan.
2. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor
KEP.18/MEN/2011 tentang
Pedoman Umum Minapolitan.
3. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor
PER.18/MEN/2012 tentang
Pedoman Rencana Induk Pengemb.
Kawasan Minapolitan.
4. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 35 Tahun 2013
Tentang Penetapan Kawasan
Minapolitan.
5. Surat Keputusan Bupati
Banjarnegara nomor 050/344 tahun
2010 tentang Penetapan Kawasan
Minapolitan.
6. Keputusan Bupati Banjarnegara
nomor 050/202 tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Keputusan Bupati
Banjarnegara nomor 050/342/2010
tentang Pembentukan Tim
Koordinasi dan Tim Kelompok
Kerja Program Pengembangan
Kawasan Minapolitan Kabupaten
Banjarnegara.
7. Buku panduan pelaksanaan
program Minapolitan Perikanan
Budidaya.
8. Masterplan Pengembangan
Kawasana Minapolitan
RAJAPURBAWA Kabupaten
Banjarnegara.

You might also like