Pemetaan Program Literasi Digital Di Universitas Negeri Yogyakarta

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Theresia Amelia Jordana dan Dyna Herlina Suwarto, Pemetaan Program Literasi Digital di Universitas ....

PEMETAAN PROGRAM LITERASI DIGITAL


DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Theresia Amelia Jordana dan Dyna Herlina Suwarto


jordana.amelia@yahoo.com, dynaherlina@uny.ac.id
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract
In the age of digital world, anybody can easily access the digital content. However, there
is still a gap within the internet usage amongst Indonesian people. This is exactly the
reason behind the efforts of various communities in order to improve digital capabilities
of Indonesian society.This research tried to map various digital literacy movement in
Yogyakarta State University (YSU). The method used is descriptive-qualitative with in-
depth interviews by using instruments from Jaringan Pegiat Literasi Digital. With a
total of fifteen digital literacy activities in YSU are analyzed and classified into six media
literacy approaches based on the index results of the background, methods, and practices
of those activities.According to the analysis, a number of digital literacy activities
belong to the Protectionism Approach, four belong to the Active Audience Approach,
seven are categorized in the Critical Analytical Approach, one belong to the Creative
Media Approach, and the rest of other two digital literacy activities are belong to mixed
approaches. One digital literacy activity adopted an mixed approaches between Creative
Media Approach and Media Fun Approach, while the other one adopted a combination
of Critical Analytical Approach and Media Fun Approach.The results of this research
showed that people who learned Communication Studies are tend to be more familiar
with variety of approaches compared with those who are not major in Communication
Studies. Thus, in their digital literacy movement programs, they knew which approaches
that suitable for the target group they addressed to.

Abstrak
Konten digital pada masa ini dapat diakses dengan mudah oleh beragam kalangan.
Walau begitu, masih terdapat kesenjangan dalam penggunaan internet di kalangan
masyarakat Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi upaya berbagai pihak untuk
meningkatkan kemampuan literasi digital masyarat Indonesia. Penelitian ini mencoba
untuk memetakan gerakan literasi digital yang dilakukan di lingkup Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY). Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
metode pengambilan data wawancara mendalam terhadap pelaku kegiatan dengan
menggunakan instrumen dari Jaringan Pegiat Literasi Digital. Sejumlah lima belas
kegiatan literasi digital di lingkup UNY dianalisis dan digolongkan kedalam enam
pendekatan literasi media berdasarkan hasil indeks latar belakang, metode, dan praktek
dari kegiatan tersebut. Dari hasil analisis, sejumlah satu kegiatan literasi tergolong
dalam pendekatan Protectionism, empat kegiatan literasi tergolong dalam pendekatan
Active Audience, tujuh kegiatan literasi tergolong dalam pendekatan Critical Analytical,
satu kegiatan literasi tergolong dalam pendekatan Creative Media, dan dua kegiatan
literasi lainnya tergolong dalam pendekatan gabungan. Satu kegiatan mengadopsi
gabungan pendekatan Creative Media dan pendekatan Media Fun, sedangkan kegiatan

167
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 2. Desember 2017

lainnya mengadopsi gabungan antara pendekatan Critical Analytical dan Media Fun.
Kesimpulan yang didapatkan yaitu pihak-pihak penyelenggara yang berkecimpung
dalam dunia Ilmu Komunikasi cenderung lebih mengenal beragam variasi pendekatan.
Sehingga, dalam program literasi digital yang diusungnya, pendekatan yang dibawa
disesuaikan dengan target yang akan dituju.
Keywords: Digital Literacy, Media Literacy,Mapping

PENDAHULUAN pun beragam, mulai dari pendekatan


general seperti pembekalan literasi digital
Fasilitas digital yang meluas membuat untuk umum hingga berfokus pada tema
setiap orang dapat mengakses beragam atau konten tertentu seperti Anti HOAX,
portal digital. Media sosial masih menjadi dan segmen tertentu guru atau ibu rumah
primadona di masyarakat Indonesia. Peng- tangga. Namun, menciptakan masyarakat
guna Facebook di Indonesia nomor 2 di yang melek digital bukan tugas yang dapat
seluruh dunia, sedangkan jumlah akun dilakukan oleh satu atau dua pendekatan
Twitter nomor 3. Media sosial tidak saja ber- saja. Bahkan, perlu untuk dilakukan melalui
isi konten positif, ada banyak pula konten berbagai sisi dengan bimbingan ahli.
negatif yang bertebaran seperti berita palsu,
ujaran kebencian, kekerasan dan pornografi. Menurut Gee, 2007 (dalam Colin
Lankshear & Michele Knobel, 2008), pe-
Dalam tulisannya, Jacob Amedie (2015) ngembangan sikap reflektif-produktif ter-
menyatakan bahwa penggunaan sosial media hadap desain (termasuk konten media)
dapat memicu munculnya beragam tinda- dan pembentukan identitas melek digital
kan kriminal. Seiring dengan meningkatnya sangat penting bagi dunia digital seperti
penggunaan sosial media, orang-orang tidak sekarang ini. Adapun demikian, disebutkan
bertanggungjawab mengambil manfaat un- pula bahwa hal-hal tersebut tidak dapat
tuk diri mereka sendiri dengan menyalahgu- terjadi begitu saja namun memerlukan pula
nakan kebebasan dalam menggunakan sosial bimbingan dari orang dewasa dan para ahli.
media. Sosial media memungkinkan mereka Teknologi tidak seperti buku yang hanya
untuk menyembunyikan identitas pribadi, cukup diberikan untuk dibaca. Bimbingan
sehingga dapat dengan mudah melakukan orang dewasa atau ahli, serta sistem
kriminalitas digital seperti cyber-bullying, pembelajaran yang melingkupi teknologi
penipuan, pelanggaran privasi, kecanduan, diperlukan, kalau tidak teknologi tidak dapat
hingga maraknya penyebaran berita burung dimanfaatkan secara bijak dan maksimal.
(HOAX).
Gerakan-gerakan literasi digital
Berbagai kasus kegagapan mengguna- telah cukup banyak diupayakan untuk
kan media digital dinilai sebagai bukti meningkatkan kemampuan literasi digital
literasi digital yang rendah. Seseorang dapat masyarakat Indonesia. Kendati demikian,
dianggap cakap digital apabila ia memiliki masih dirasa cukup sulit untuk menilai
keterampilan, pengetahuan, dan pemaham- sejauh mana gerakan ini telah berproses.
an yang memungkinkan mereka untuk Efektifitasnya juga belum dapat terukur.
berpikir kritis, kreatif, cerdas dan aman Untuk itu, sebelum bergerak lebih lanjut
saat bersentuhan dengan teknologi digital untuk mencari pendekatan atau model yang
dalam kehidupan sehari-hari (Futurelab, tepat sasaran sesuai situasi yang dihadapi,
2010). Karena itulah kemampuan literasi perlu dilakukan kajian dan pemetaan
digital masyarakat Indonesia dirasa cukup terhadap kegiatan atau gerakan literasi digital
mendesak untuk ditingkatkan. di Indonesia. Pemetaan tersebut dilakukan
Berkaca dari kenyataan tersebut, ber- baik dari segi konsep, isu yang diangkat,
bagai upaya meningkatkan literasi digital konten, sasaran, maupun pendekatan aksi.
di tengah masyarakat mulai dilakukan oleh Universitas Negeri Yogyakarta, sebagai
sejumlah pihak. Pendekatan yang dilakukan salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta yang

168
Theresia Amelia Jordana dan Dyna Herlina Suwarto, Pemetaan Program Literasi Digital di Universitas ....

memiliki perhatian di bidang pendidikan dalam edukasi media (media education)


ternyata merupakan salah satu aktor penting kerap dijadikan sebagai pegangan dalam
kegiatan literasi digital. Dosen dan mahasiswa merencanakan konsep gerakan literasi,
menjadi pelaku program literasi digital dalam termasuk literasi digital. Pendekatan yang
berbagai bentuk kegiatan dan isu. Mereka pertama yaitu Protectionist Approach, di
memiliki perbedaan berbagai latar belakang mana gagasan tentang khalayak media pasif
keilmuan yang ditengarai memengaruhi cara muncul. Pendekatan ini mengasumsikan
bekerjanya. Oleh penelitian ini berusaha media sebagai sesuatu yang menakutkan, se-
untuk mengidentifikasi ragam aktivitas hingga bermaksud untuk melindungi orang
literasi digital yang dilakukan oleh berbagai dari bahaya manipulasi dan adiksi media
pihak di area tersebut. (Kellner & Share, 2007). Dalam sumber lain,
Pada masa ini, literasi tidak lagi hanya pendekatan yang juga dinamakan sebagai
berarti kemampuan seorang dalam membaca Inoculation Approach memiliki asumsi yang
dan menulis. Literasi telah menemukan sama dengan pendekatan proteksionis. Media
makna baru yang lebih kompleks, di mana selalu dipandang sebagai sumber kekerasan
kini literasi berarti kemampuan seseorang dan seks, sehingga dalam pendekatan
untuk memahami informasi sebagaimana ini, para aktivis atau pengajar cenderung
pun informasi itu disajikan (Richard Lanham, mengarahkan orang lain (khususnya anak-
1995 dalam Lankshear & Knobel, 2008). Oleh anak dan remaja) untuk tidak mengonsumsi
karenanya, bagaimanapun masyarakat masa beberapa produk media (Alice Y.L. Lee, 2010).
kini harus dipersiapkan untuk bertransisi Pendekatan kedua yaitu ada pada
dari konsumsi (consumption) ke produksi Media Arts Education, di mana masyarakat
(production). Tidak hanya melakukan kon- diajarkan untuk menilai kualitas estetik
sumsi terhadap apapun yang ada di dunia media dan seni sembari menggunakan daya
digital, namun juga melakukan produksi, di kreativitas mereka untuk mengekspresikan
mana hal tersebut memerlukan kompleksitas diri melalui produksi media dan seni
yang tajam (Department of eLearning, 2015). (Kellner & Share, 2007). Dalam sumber
Literasi Digital (Digital Literacy) ti- lain disebutkan bahwa pendekatan
dak saja berkisar mengenai kemampuan yang dinamakan sebagai Creative Media
menggunakan teknologi baru, belajar mem- Approach ini berkaitan erat dengan konsep
pergunakan perangkat baru, atau bahkan pemberdayaan teknologi (tech-nological
mengaplikasikan perangkat dan teknologi empowerment), di mana saat ini teknologi
tersebut ke dalam proses pembelajaran. baru berhasil memecahkan monopoli
Sebaliknya, literasi digital merupakan ke- media mainstream sehingga khalayak dapat
mampuan hasil adaptasi tinggi yang me- menikmati kebebasan memproduksi media.
mungkinkan orang untuk memanfaatkan Karena itulah pendekatan ini cenderung
keterampilan teknis dan menavigasi beragam mendorong khalayak untuk merenungkan
informasi yang ada dalam jaringan internet. pembentukan realitas objektif menjadi
Kemampuan teknis dalam mengakses tek- realitas media melalui proses produksi (Alice
nologi sekarang dapat berubah di kemudian Y.L. Lee, 2010).
hari, namun literasi digital membentuk Demikian pada sumber lain, Creative
seseorang untuk siap di masa kini dan masa Media Approach juga dapat dimasukkan
mendatang, apapun bentuk teknologi yang kedalam promoting orientation, salah satu
akan ada nanti (Dustin C. Summey, 2013). orientasi yang cukup dominan dibidang
Berbagai pertanyaan mengenai alasan literasi media. Orientasi ini mendorong
pengadaan literasi dan bagaimana cara kegiatan yang memunculkan kesadaran lebih
mengajarkannya kepada masyarakat lu- besar mengenai media dan pemberdayaan
as, kerap menjadi perdebatan tertentu warganegara (Pérez Tornero & Tapio Varis,
(Hobbs, 1998 dalam Kellner & Share, 2007). 2010). Karenanya, pendekatan ini tak
Oleh karenanya, pendekatan-pendekatan hanya bergerak dibidang produksi media,

169
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 2. Desember 2017

namun juga berperan penting dalam studi hidup. Pendekatan ini berasumsi bahwa
budaya (cultural studies) yang mengangkat mengambil kenikmatan dari media dari
beragam isu gender, ras, dan semacamnya. perspektif subyektif merupakan sebuah
Pendekatan ini pun memungkinkan dorongan. Karena itulah pendekatan
masyarakat untuk melawan penindasan, ini banyak disukai oleh kalangan muda,
menyuarakan keprihatinan mereka, serta serta dianggap ada hubungannya dengan
membuat representasi mereka sendiri atas meluasnya cultural studies (studi budaya) di
keprihatinan atau isu tertentu. ranah akademik (Alice Y.L.Lee, 2010).
Pendekatan ketiga yaitu tidak lain dapat Disamping pendekatan-pendekatan
ditemukan pada Media Literacy Movement tersebut, terdapat tambahan pendekatan
yang dilakukan di Amerika (Kellner & Share, Active Audience, yaitu karakteristik pen-
2007). Pada sumber lain, pendekatan ini dekatan tersebut cukup berbeda dibanding-
dinamakan sebagai Social Participation kan kelima pendekatan lainnya. Asumsi dari
dimana pendekatan ini dikemukakan untuk pendekatan ini sama dengan asumsi active
membahas masalah tentang bagaimana audience model dalam pendidikan media yang
masyarakat dapat berperan dalam konstruksi fokus pada apa yang dilakukan orang dengan
demokrasi media (Alice Y.L. Lee, 2010). media (Stephen W. Littlejohn & Karen A.
Pendekatan ini termasuk dalam partisipatory Floss, 2008). Masing-masing individu yang
orientation, dimana sikap partisipatif dalam berbeda cenderung menampilkan jenis dan
orientasi ini dikaitkan dengan kapasitas jumlah aktivitas yang berbeda dalam tempat
berpikir krisis dan kemampuan seseorang dan waktu yang berbeda pula dalam proses
untuk membimbing pengembangan pribadi komunikasi (Thomas E. Ruggiero, 2000).
diri mereka, hingga dengan demikian dapat Adapun dikemukakan oleh Frank
berkontribusi untuk kesejahteraan kolektif ( Biocca (1988), terdapat lima karakteris-
Pérez Tornero & Tapio Varis, 2010). tik active audience: selectivity, utili-
Pendekatan yang keempat yaitu tarianism, intentionality, involvement, dan
Critical Analytical. Pendekatan ini berupaya imperviousness to influence. Dalam selectivi-
mengajarkan pada masyarakat untuk ty, aktivitas khalayak digambarkan sebagai
merekonstruksi ideologi tersembunyi yang proses menyeleksi media yang mereka pilih
terdapat dalam pesan media. Pandangan untuk gunakan. Kedua, utilitarianism yaitu
mengenai teknologi determinan (determined di mana menekankan pada kegunaan atau
technology) menjadi basis utama dalam kebutuhan yang ter-penuhi dengan media
pendekatan ini (Herman & Chomsky, 1988; yang dipilih. Ketiga, intentionality yaitu
Williams, 1974 dalam Alice Y.L. Lee, 2010). karakteristik yang berfokus pada konsumsi
Pencapaian yang diharapkan dari pendekatan konten media yang memiliki tujuan.
ini yaitu masyarakat dapat mencapai critical- Keempat, involvement yaitu dimana khalayak
autonomy atau kemandiran dalam berpikir secara aktif berpikir dan menggunakan
kritis. Hal ini berarti pengonsumsi media media. Sedangkan karakteristik terakhir yaitu
dapat memiliki penilaiannya masing-masing imperviousness to influence lebih kepada
mengenai nilai dan ideologi yang terkandung khalayak yang tidak mudah dipersuasi oleh
dalam pesan media. Begitupun, mereka media.
menjadi tidak mudah disesatkan oleh pesan Dalam penelitian ini terdapat sejumlah
media (Masterman, 1985,1992 dalam Alice enam pendekatan yang digunakan untuk
Y.L.Lee, 2010). menganalisis gerakan-gerakan literasi digi-
Pendekatan yang kelima yaitu Media Fun, tal. Pendekatan-pendekatan tersebut dilihat
yang berhubungan dengan konsep techno- lebih dalam dan diidentifikasi skills apa yang
culturalism. Pendekatan ini menekankan diupayakan untuk dibangun dalam masing-
pada kenikmatan media, dimana produksi masing pendekatan. Terdapat enam skills
media dianggap sebagai sesuatu yang kreatif, yang diidentifikasi yaitu access, understand-
menarik, dan sangat berkaitan dengan gaya ing, analyze, critize, create, dan appreciation.

170
Theresia Amelia Jordana dan Dyna Herlina Suwarto, Pemetaan Program Literasi Digital di Universitas ....

Hasil identifikasi skills dari keenam serta orang-orang diluar Ilmu Komunikasi.
pendekatan dapat dilihat dalam tabel 1: Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 13
Tabel 1 inilah yang akan menjadi pe- Juli 2017 hingga tanggal 30 Agustus 2017.
doman peneliti dalam menggolongkan Instrumen penelitian yang digunakan
gerakan literasi digital kedalam pendekatan- dalam penelitian ini yaitu menggunakan
pendekatan yang ada. instrumen dari Jaringan Pegiat Literasi
Digital. Sedangkan analisis dalam penelitian
ini menggunakan indeks dari latar belakang,
METODE metode, serta hasil dari kegiatan literasi
Penelitian ini dilakukan berbasis studi digital yang telah dilakukan.
kualitatif dengan melalui metode wawancara
mendalam. Penelitian kualitatif merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena apa yang dialami oleh subjek Protectionist Approach
penelitian (perilaku, persepsi, motivasi , Dalam pendekatan proteksionis, literasi
tindakan, dan semacamnya) secara holistik media dilihat sebagai suatu upaya untuk
dan dengan deskripsi dalam bentuk kata- mengurangi dampak dari perilaku tidak
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus sehat yang ditampilkan oleh media (Stein &
yang alamiah dan dengan memanfaatkan Prewett, 2009). Demikian pula literasi media
berbagai metode alamiah (Moleong, 2005 tampak sebagai jalan untuk melindungi
dalam Kuntjojo, 2009). Teknik pengumpulan masyarakat awam (khususnya remaja dan
data dalam penelitian ini menggunakan anak-anak) dari bahaya pengaruh media
metode wawancara secara langsung dengan (Davis, 1992; Kubey, 2003; Piette & Giroux,
narasumber yang dalam hal ini pihak-pihak 1997; Schwarz, 2005 dalam Stein & Prewett,
pelaksana gerakan literasi digital di area 2009). Namun, perlindungan akan efek
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). yang ditimbulkan oleh media tidak sampai
Dalam penelitian ini, wawancara situ saja. Paul Mihailidis (2009) dalam
mendalam dilakukan dengan sejumlah 15 jurnalnya menyebutkan bahwa melindungi
orang narasumber yang pernah mengadakan masyarakat dari dampak negatif media
aktivitas literasi digital di lingkup UNY. sama halnya dengan melindungi anak dari
Mahasiswa, dosen, hingga alumni ikut sinar matahari. Seperti halnya mengajarkan
terlibat menjadi narasumber. Dalam hal anak tentang potensi efek negatif yang
ini, narasumber terdiri dari orang-orang mungkin berdampak di kulit oleh karena
yang belajar mengenai Ilmu Komunikasi, sinar matahari, disisi lain memberitahu anak

Tabel 1
Access Understanding Analyze Criticize Create Appreciation
Protectionist √ - - - - -
Critical
√ √ √ √ - -
Analytical

Creative Media √ √ √ √ √
(produksi kreatif)
√ √
Media Fun √ √ - -
(untuk kesenangan)
Social √
√ √ √ √ -
Participation (untuk masyarakat)
Active √
Audience √ √ - - (untuk fungsi -
tertentu)

171
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 2. Desember 2017

bahwa matahari sangat bermanfaat dalam Ruggiero, 2000) dan seberapa besar media
kelangsungan hidup di bumi. Bagaimanapun, dapatmemenuhi kebutuhannya(Lichtenstein
masyarakat tetap harus diberi pengetahuan & Rosenfeld, 1983 dalam Thomas E. Ruggiero,
tentang bagaimana keberadaan media 2000). Salah satu fungsi yang dimaksudkan
mereka perlukan, tak hanya diajarkan untuk di dalam pendekatan ini dapat berupa fungsi
melindungi diri dari media. Hal inilah penunjang pendidikan, dimana fungsi inilah
yang mendasari salah satu kegiatan literasi yang berusaha dikembangkan oleh pihak-
digital di lingkup UNY ini diklasifikasikan pihak penyelenggara kegiatan literasi digital
dalam kegiatan literasi berbasis pendekatan berikut.
proteksionis. Pertama, kegiatan literasi digital
Gerakan literasi digital pertama yang ber- bertema Pelatihan Manajemen E-Learning
basis pendekatan proteksionis yaitu Literasi berbasis LMS Moodle untuk Pengembangan
Media Diet Gawai yang diselenggarakan oleh Pembelajaran Online dan Computer Based
mahasiswa Ilmu Komunikasi UNY. Kegiatan Test yang diselenggarakan oleh dosen-
ini dilatarbelakangi oleh fakta sekitar bahwa dosen jurusan Pendidikan Elektronika dan
penggunaan gawai secara berlebih pada anak Informatika UNY. Kegiatan ini bertujuan
dapat menimbulkan berbagai dampak pada memperkuat kemampuan teknis para guru
mereka, baik itu dampak kesehatan, dampak mengenai penggunaan LMS Moodle untuk
sosial, maupun dampak psikis. Maka dari menunjang pembelajaran online dan test
itu, pihak penyelenggara merasa perlu untuk secara online. Berdasar tujuan tersebut, para
memberikan edukasi demi meminimalisir guru diajarkan untuk mengakses teknologi,
dampak yang mungkin terjadi apabila memahami manfaat teknologi dalam mening-
anak menggunakan gawai secara berlebih. katkan kualitas pembelajaran, serta produksi
Dalam pelaksanaannya, peserta diajarkan sederhana dalam bentuk praktek manajemen
mengenai penggunaan gawai secara efektif, e-Learning berbasis LMS Moodle. Metode
dampak penggunaan gawai yang berlebih, ini sesuai dengan teori audience activity,
cara melindungi diri di dunia maya (privasi), bagian dari pendekatan active audience,
serta mengenalkan alternatif kegiatan selain yang menggambarkan bagaimana seseorang
bermain gawai. Seperti dinyatakan dalam dengan sengaja memilih, memperhatikan,
perspektif proteksionis, dimana perspektif serta menggunakan media dan kontennya
ini memandang literasi media sebagai alat (Elizabeth M. Perse, 1989). Dalam hal ini,
campur tangan untuk melawan dampak pemilihan dan penggunaan media LMS
negatif media dengan mengajari orang Moodle dilakukan demi kepentingan
untuk melindungi diri mereka sendiri dari pendidikan.
pesan media yang menyesatkan (Potter, 2014 Kedua, kegiatan literasi digital bertema
dalam E.W Austin, Davi I. Kallman, Michelle ICT Based Learning yang diselenggarakan
Kistler, 2017). oleh dosen-dosen jurusan Pendidikan IPA
UNY. Berdasar data awal, terselenggaranya
Active Audience Approach kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keter-
batasan kemampuan para guru dalam
Pendekatan active audience melihat mengoperasikan program tertentu. Dengan
literasi media sebagai suatu upaya yang adanya kegiatan ini, diharapkan para guru
memungkinkan orang memilih media, dapat memanfaatkan teknologi demi me-
menggunakan media dan memanfaatkannya mudahkan pembelajaran. Keterampilan
untuk tujuan atau fungsi tertentu yang para guru dalam mengakses program, serta
merupakan kebutuhannya. Motivasi dalam kemampuan dalam produksi program
menggunakan saluran media apapun sederhana diajarkan oleh pihak penyeleng-
dipengaruhi oleh seberapa besar seseorang gara. Seperti halnya kegiatan sebelumnya,
bergantung terhadap media tersebut kegiatan ini berfokus pada bagaimana
(Galloway & Meek, 1981 dalam Thomas E. para guru dapat mengakses teknologi dan

172
Theresia Amelia Jordana dan Dyna Herlina Suwarto, Pemetaan Program Literasi Digital di Universitas ....

mengaplikasikannya kedalam pembelajaran. Critical Analytical Approach


Produksi program sederhana yang diajarkan Pendekatan berbasis pemikiran kritis
dalam kegiatan ini pun tidak melibatkan ini melihat bahwa literasi media dapat
pemikiran kritis, hanya terlebih pada akses membentuk suatu lingkungan pendidikan
dan pemahaman. Akses, dalam hal ini yang memungkinkan perkembangan dalam
mencakup keterampilan dan kompetensi berpikir kritis dan produksi media yang
yang dibutuhkan dalam mencari konten kreatif. Adapun disebutkan bahwa Critical
media, dengan menggunakan teknologi yang Media Pedagogy, istilah lain dari pendekatan
telah tersedia dan program yang terkait (David ini, merupakan teori pembelajaran da-
Buckingham, 2007). Sama halnya dengan lam edukasi media yang mengajarkan
kegiatan sebelumnya, kegiatan literasi ini masyarakat untuk decoding pesan media
dilakukan demi menunjang pembelajaran serta menganalisis implikasi media dan
melalui pemanfaatan teknologi media. pengaruhnya terhadap diri mereka sendiri
Ketiga, kegiatan literasi digital bertema (Kellner, 1998 dalam Artin Lahiji, 2008).
Pelatihan Pembuatan Video Pembelajaran Dalam kata lain, pendekatan kritis ini
yang diselenggarakan oleh dosen-dosen diharapkan mampu mengembangkan po-
jurusan Pendidikan Sosiologi. Kejenuhan tensi berpikir kritis masyarakat dalam
siswa ketika mempelajari sosiologi, mem- menilai pesan media. Pemikiran inilah yang
bawa gagasan pihak penyelenggara untuk mendasari tujuh gerakan literasi digital di
mengadakan kegiatan ini. Keberadaan media lingkup UNY tergolong masuk ke dalam
digital dianggap mampu untuk memberi pendekatan ini.
suasana baru dalam pembelajaran. Karena Pertama, yaitu gerakan literasi digital
itulah, dalam pelaksanaannya, para guru bertema Kontroversi dalam Sosial Media
diajarkan untuk praktek memproduksi video Masa Kini yang diselenggarakan oleh
pembelajaran, serta peer teaching (praktik Himpunan Mahasiswa Psikologi UNY.
pembelajaran di kelas) berbasis video Tujuan dari kegiatan ini antara lain yaitu
tersebut. Terdapat kesamaan dengan dua membantu para mahasiswa agar lebih bijak
kegiatan sebelumnya, dimana dalam kegiatan dalam menggunakan media sosial, serta
ini, guru diajarkan mengakses hingga tidak mudah tertipu oleh konten-konten
memproduksi video dari program Movie HOAX yang kini banyak ditemukan di media
Maker. Keterampilan guru dalam mengakses sosial. Pihak penyelenggara beranggapan
teknologi diasah agar dapat dimanfaatkan bahwa penggunaan media sosial dengan
dalam kegiatan belajar mengajar. bijak dapat meminimalisir ancaman-
Gerakan literasi digital terakhir ancaman konten negatif yang mungkin
yang tergolong dalam pendekatan active diterima. Dalam hal ini, peserta diajak untuk
audience yaitu Literasi Media Digital yang memilih dan memilah konten-konten positif
diselenggarakan oleh dosen-dosen jurusan yang sekiranya tidak menimbulkan dampak
Teknologi Pendidikan. Hasil dari indeks negatif bagi diri sendiri dan oranglain,
latarbelakang menyatakan bahwa pe- serta meminimalisir persebaran HOAX
manfaatan media dikalangan para guru masih yang merugikan orang lain. Sebagaimana
belum optimal, karena itu diadakan suatu teori menyebutkan bahwa literasi media
kegiatan yang melatih para guru (khususnya yang berbasis pendekatan kritis berusaha
SD dan SMP) agar akrab dengan media. mengembangkan kemampuan berpikir
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini fokus kritis masyarakat demi mempersiapkan
pada bagaimana guru SD dan SMP dapat mereka dengan skeptisisme sehat yang
melakukan presentasi dengan powerpoint, memungkinkan mereka berpikir secara
serta memanfaatkan gadget untuk menggali hati-hati dan kritis tentang pesan media
informasi dari internet demi menunjang yang mereka hadapi (Thoman & Jolls 2004;
pembelajaran. Alvermann, Moon & Hagood, 2009; Hobbs &
Jensen 2009 dalam Theresa Redmon, 2012).

173
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 2. Desember 2017

Kedua, gerakan literasi digital bertema literasi digital keempat bertemakan Literasi
Citizen Journalism yang dilakukan oleh Media mengenai Pornografi dan Kekerasan
mahasiswa Ilmu Komunikasi UNY. Era yang diselenggarakan oleh mahasiswa Ilmu
digital saat ini memungkinkan semua orang Komunikasi UNY. Kegiatan ini dilakukan
menjadi jurnalis. Mereka dapat menulis sebagai bentuk pertolongan pertama akan
apapun dan dimuat di media digital dengan banyaknya konten-konten pornografi yang
mudah. Namun, tidak semua konten yang begitu mudahnya ada di media sosial.
ditulis oleh jurnalis warga merupakan konten Kecenderungan pengguna sosial media yang
yang sehat. Hal inilah yang mendorong kurang peduli dan tidak melakukan filter
kegiatan ini dilakukan, dengan alasan agar pada media sosial miliknya, mendorong
masyarakat memiliki pemahaman tentang terselenggaranya gerakan ini. Tujuan utama
konten seperti apa yang baik untuk ditulis kegiatan ini yaitu antara lain memunculkan
dan tidak baik untuk ditulis di media. kesadaran untuk melibatkan pemikiran kritis
Pemikiran kritis dibutuhkan dalam proses dalam menyikapi konten berbau pornografi
memahami konten seperti apa yang baik di media sosial. Tindakan langsung seperti
untuk ada di media. Karena itu, pihak melaporkan foto atau video pornografi pun
penyelenggara berupaya mendorong peserta diajarkan demi mendukung sikap tersebut,
untuk menggunakan pemikiran kritisnya sehingga diharapkan dapat membentuk
dalam menilai konten, agar ketika terjun timeline media sosial yang sehat.
menjadi jurnalis warga, mereka dapat lebih Serupa dengan kegiatan keempat,
memperhatikan apa yang mereka tulis. kegiatan literasi digital kelima yang
Ketiga, gerakan literasi digital bertemakan Diriku,Kunci Masa Depanku juga
bertemakan Literasi Media Sosial dan memiliki latar belakang kegiatan yang sama.
Pendidikan Karakter yang diselenggarakan Konten-konten pornografi yang seringkali
oleh Ikatan Alumni UNY. Latar belakang muncul di timeline media sosial menjadi
diselenggarakannya kegiatan ini berkaitan perhatian tersendiri bagi penyelenggara,
dengan akses media sosial dan media online yaitu para mahasiswa Ilmu Komunikasi
di Indonesia yang begitu bebas, disisi lain UNY. Sama halnya dengan kegiatan literasi
kemampuan guru dalam memaksimalkan keempat, kegiatan ini pun bertujuan untuk
media sosial masih terbatas. Penggunaan memunculkan rasa awareness terhadap
media sosial guru yang cenderung kearah masalah tersebut, adapun diberikan pula
positif, atau negatif pun masih kurang cara-cara yang tepat demi membantu
dapat teridentifikasi. Oleh karenanya, mengurangi munculnya konten terlarang di
pihak penyelenggara berupaya untuk timeline media sosial milik siswa.
menumbuhkan kesadaran masyarakat, Keenam, gerakan literasi digital
terutama guru, dalam hal mengkritisi bertema Literasi Media mengenai Hiburan
informasi, mengolah, membuat keputusan dan Edukasi yang diselenggarakan oleh
akan informasi tersebut, dan menjadikan mahasiswa Ilmu Komunikasi UNY. Dari
media sebagai wahana pendidikan karakter. hasil indeks latar belakang kegiatan, pihak
Upaya ini sesuai teori dalam pendekatan kritis penyelenggara lebih menitikberatkan pada
yang menyatakan bahwa pendekatan kritis kemampuan untuk memilih dan memilah
media memungkinkan masyarakat untuk konten-konten hiburan yang positif, diantara
menjadi melek media, mampu melawan beragam pilihan konten baik di televisi,
manipulasi dan dominasi, serta menjadi maupun di media online seperti Youtube
produsen makna yang kritis (Kellner, 2000 dan media sosial lainnya. Kebijaksanaan
dalam Artin Lahiji, 2008). dalam menggunakan gadget juga menjadi
Gerakan literasi digital yang keempat perhatian pihak penyelenggara, mengingat
dan kelima memiliki tema yang serupa pelajar sebagai target kegiatan sangat sering
yaitu mengenai persebaran konten-konten menggunakan benda tersebut. Disinilah
berbau pornografi di media sosial. Kegiatan pemikiran kritis diperlukan dalam memilah

174
Theresia Amelia Jordana dan Dyna Herlina Suwarto, Pemetaan Program Literasi Digital di Universitas ....

konten di media. Sebagaimana dikatakan lain, membawa pemikiran kritis (critical


bahwa literasi media mendorong individu analysis) lebih dekat pada produksi media
untuk memiliki kemampuan analisis yang (media making), dimana dua dimensi media
memungkinkan konsumen media untuk ini seringkali dipandang berjalan terpisah
lebih kritis terhadap konsumsi media yang (David Buckingham, 2009). Pendekatan ini,
dilakukannya. Analisis dan evaluasi sebagai bagaimanapun tetap melibatkan orang untuk
komponen literasi media memiliki maksud berpikir kritis dan kreatif dalam produksi
agar para konsumen media dapat lebih aktif media. Alasan inilah yang membawa
dan waspada terhadap beragam konten gerakan literasi digital bertemakan Literasi
media yang mereka konsumsi dan pemilihan Media Digital untuk Guru Bahasa Indonesia
yang mereka lakukan terhadap konten SMA yang diselenggarakan oleh para dosen
(Edward Arke, 2005). Ilmu Komunikasi UNY, masuk kedalam
Ketujuh, gerakan literasi digital pendekatan ini.
bertema Merawat Indonesia melalui Media Dari hasil indeks latarbelakang, perhatian
yang diselenggarakan oleh mahasiswa utama dari kegiatan ini yaitu ada pada akses
Ilmu Komunikasi UNY. Gagasan mengenai media digital yang kini cenderung diarahkan
kegiatan ini bermula dari keprihatinan untuk hal-hal negatif seperti menyebarkan
mengenai tidak sedikitnya masyarakat berita palsu, kekerasan, pornografi, dan
yang kurang mengetahui apa yang mereka sebagainya. Peran guru sebagai kelompok
konsumsi di media sosial. Karenanya, masyarakat terdidik, sangat diharapkan
kegiatan ini bermaksud untuk menyadarkan menjadi pelopor kemajuan, terutama perihal
masyarakat agar melakukan filter terhadap akses digital kearah positif. Oleh karena
apa yang mereka konsumsi di dunia digital, itu, kegiatan ini dilakukan dalam rangka
terutama konten-konten yang menyinggung membekali guru keterampilan literasi digital,
SARA. Keterkaitan kegiatan ini dalam dimana sebagai upaya mengindarkan mereka
Critical Analytical Approach yaitu ada pada dari ancaman konten negatif di dunia digital.
kesadaran dalam menganalisa, memilah, Dalam kegiatan ini, peserta diajarkan untuk
dan memfilter media yang dikonsumsinya. memanfaatkan konten dari media digital,
Critical thinking sebagai salah satu dari mulai dari mengunduh konten, berbagi
kompetensi literasi digital, menyatakan konten, hingga memproduksi konten dalam
bahwa seseorang dapat dianggap memiliki bentuk Meme.
pemikiran kritis ketika ia dapat menyadari Dalam mengunduh konten, guru
resiko dan peluang dari teknologi, serta diajak untuk berpikir kritis dalam hal
mampu membaca dan menganalisa pesan memilih konten seperti apa saja yang dapat
(Cesare Rivoltella, 2009). menunjang pengajaran. Disinilah bagaimana
pemikiran kritis ambil andil dalam kegiatan
Creative Media Approach ini, dimana sebelum melakukan produksi
alat peraga berupa Meme¸ guru diajarkan
Pendekatan ini melihat bahwa seiring untuk memilih dan mengunduh konten
dengan perkembangan teknologi baru, positif yang nantinya akan dijadikan bahan
terbuka banyak kesempatan bagi masyarakat produksi. Dalam prakteknya, ini dilakukan
untuk menjadi produsen media dibandingkan agar kedepannya guru dapat mengarahkan
hanya menjadi konsumen pasif saja. Dalam siswa-siswinya dalam menggunakan internet
hal ini, yaitu produsen media yang tak hanya demi tujuan produktif, pemilihan konten
memiliki kemampuan pemahaman secara media yang bermanfaat, serta aman dari
kritis, namun juga perihal produksi kreatif pornografi, kebohongan dan penipuan.
(Artin Lahiji, 2008). Disamping peluang yang
cukup besar dalam hal memproduksi media, Creative Media Approach menekankan
hal tersebut juga berkaitan dengan membawa pada pemikiran kritis bersamaan dengan
teori lebih dekat pada praktek. Dengan kata produksi media kreatif. Namun, seringkali
muncul asumsi oleh para pemula bahwa

175
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 2. Desember 2017

pekerjaan produksi yang dianggap sulit, telah peluang produksi media (Share, 2002 dalam
banyak dilakukan oleh para profesional. Hal Redmon, 2012).
ini menyebabkan para pemula beranggapan Kedua pendekatan ini yaitu Creative
bahwa mereka tidak memiliki kesempatan Media Approach dan Media Fun Approach
untuk berlatih atau mengembangkan diaplikasikan secara bersamaan oleh maha-
keahlian mereka dengan membuat media siswa Ilmu Komunikasi ke dalam kegiatan
secara berulang. Klaim yang menyatakan literasi digital yang mereka lakukan. Tema
bahwa kreativitas dan produksi media yang diambil oleh pihak penyelenggara yaitu
merupakan hal yang simpel dan mudah Iklan Layanan Masyarakat di Radio dan
diakses semua orang perlu dihilangkan. Youtube. Gerakan ini menggunakan metode
Produksi media dan kreativitas perlu dilihat yang kreatif, yaitu dengan memproduksi
sebagai seperangkat keterampilan penting media dalam bentuk video, mengunggahnya
yang perlu dipelajari setiap orang, bukan di Youtube, serta menyiarkan skenario audio
hanya pekerjaan bagi pihak profesional iklan layanan masyarakat yang mereka buat
(Cary Bazalgette, 2009). Adapun kegiatan melalui jaringan radio. Youtube sebagai media
ini, dalam pelaksanaanya membawa asumsi alternatif dalam menyampaikan informasi,
tersebut sebagai pegangan. Pengajaran dianggap memungkinkan masyarakat untuk
produksi media dalam bentuk produk mengakses iklan layanan masyarakat secara
sederhana, diharapkan dapat membantu mudah dalam bentuk apapun.
kelompok guru untuk memanfaatkan, Dalam kaitannya dengan Creative Media
bahkan melakukan produksi mereka sendiri Approach, pikiran kritis dalam produksi
atas konten yang mereka dapat dari internet. media diperlukan, dimana tidak sekedar
main-main dalam produksi media yang
Creative Media Approach dan Media Fun dilakukan. Video sebagai produk media
Approach yang diproduksi oleh pihak penyelenggara,
Seperti yang telah diuraikan pada mengangkat tema cyber-bullying dan
penjelasan diatas, Creative Media Approach penggunaan positif media digital. Dalam
merupakan pendekatan yang cenderung video berdurasi satu menit mengenai cyber-
mengajarkan literasi media melalui pe- bullying, ditampilkan bagaimana seseorang
mikiran kritis dalam produksi media. Di sisi dapat merasa terlukai dan terintimidasi
lain, terdapat pendekatan lain bernama Media disosial media, bahkan hingga berdampak di
Fun Approach. Pendekatan ini menganggap dunia nyata. Pada akhir video, ditampilkan
produksi media sebagai sesuatu yang kreatif pesan tentang bagaimana seseorang harus
dan menarik, sehingga jika diaplikasikan bersikap di sosial media, yaitu dengan
kedalam gerakan literasi media akan lebih merespon oranglain secara positif, tanpa
mudah, terutama kegiatan dengan target melukai mereka. Dalam video kedua yang
grup remaja dan kaum muda (Alice Y.L Lee, berdurasi sama, ditampilkan tentang bagai-
2010). Remaja dan kaum muda masa kini mana seseorang dapat memanfaatkan media
lebih suka menggunakan dan mengonsumsi digital (termasuk diantaranya media sosial)
media hiburan seperti televisi, film, atau untuk hal-hal posiitif. Dari kedua video
media digital seperti Youtube, sehingga jika iklan layanan masyarakat yang diproduksi,
integrasi media seperti demikian dilakukan pihak penyelenggara berusaha untuk me-
disekolah, mereka akan lebih termotivasi munculkan kesadaran remaja dan kaum
dalam kelasnya. Appresiasi, dalam hal ini, muda untuk bersikap secara lebih hati-hati
kerap dikembangkan secara lebih lanjut dan bijaksana dalam menggunakan media
untuk menggabungkan antara studi kode digital. Berdasar pemikiran inilah, produksi
media, konvensi, dan struktur kreatif video tersebut dilakukan.
sebagaimana ketiganya ada pada seni rupa Gerakan literasi digital ini tak hanya
(Considine, 2000 dalam Redmon, 2012). berpedoman pada Creative Media Approach
Adapun apresiasi juga dimasukkan dalam saja, melainkan juga Media Fun Approach.

176
Theresia Amelia Jordana dan Dyna Herlina Suwarto, Pemetaan Program Literasi Digital di Universitas ....

Pemilihan Youtube sebagai saluran utama Para peserta diajak untuk menganalisis
distribusi video cukup menjadi alasan dan mengevaluasi dampak negatif media
gerakan ini mengadopsi pendekatan media bilamana mereka mengakses konten-
fun. Kepopuleran media Youtube dikalangan konten yang salah. Pihak penyelenggara
remaja dan kaum muda sebagai media berupaya menumbuhkan kesadaran peserta
hiburan yang kreatif dan menarik, dianggap untuk peduli terhadap keberadaan dampak
sesuai dengan target grup yang dituju oleh negatif dari konsumsi konten media
pihak penyelenggara. Adapun dinyatakan tertentu, mengingat masyarakat yang kerap
dalam Media Fun Approach, kepuasan memandang sebelah mata dampak negatif
dalam menikmati media menjadi asumsi dari konten negatif media.
utama pendekatan ini. Kesenangan (taking Aktivitas kedua yang dilakukan oleh
pleasure) yang diambil dari media merupakan pihak penyelenggara yaitu menonton film
dorongan individu dari perspektif yang produksi indie berjudul Kembali. Walau
subjektif (Alice Y.L. Lee, 2010). tidak ada keterkaitan tema sosialisasi
dengan jalan cerita film ini, namun melalui
Critical Analytical Approach dan Media ditayangkannya film ini, masyarakat dapat
Fun Approach mendapat hiburan sembari belajar untuk
memahami alur cerita dalam film dan
Kedua pendekatan ini telah dibahas mengaitkannya kedalam kehidupan mereka.
pada pembahasan sebelumnya. Critical
Analytical Approach dengan pendekatan
kritisnya, serta Media Fun Approach dengan SIMPULAN
asumsi kenikmatan media. Pada bagian Kesenjangan para pengguna internet di
pembahasan ini, akan dibahas mengenai satu Indonesia, serta maraknya persebaran be-
gerakan literasi digital yang mengadopsi dua ragam konten negatif di media digital pop-
pendekatan ini. Kegiatan tersebut memiliki uler, mendorong terselenggaranya gerakan
tema Masyarakat Cerdas Bermedia, dimana literasi digital oleh berbagai pihak. Berbagai
kegiatan ini diselenggarakan oleh Himpunan kegiatan yang mendukung program literasi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi di sebuah desa untuk masyarakat dilaku-kan, khususnya ke-
di Gunung Kidul. Jalannya kegiatan ini giatan literasi yang terselenggara dalam ling-
bermula dari gagasan bahwa keberadaan kup UNY. Program literasi digital dilakukan
gadget kurang dapat digunakan dengan bijak dengan mengadopsi salah satu atau gabun-
oleh para penggunanya. Dampak-dampak gan dari ragam pendekatan-pendekatan lit-
negatif yang ada pada gadget seringkali erasi media atau edukasi media.
disepelekan oleh para penggunanya. Dari keenam pendekatan yang terdapat
Akses pada konten-konten negatif seperti dalam edukasi media, ternyata didapatkan
pornografi yang tersebar di media online, hasil bahwa hanya lima pendekatan yang
dapat berdampak secara negatif bagi para diadopsi oleh pihak-pihak penyelenggara
pengguna media digital. Ketidaktahuan kegiatan literasi digital di lingkup UNY. Lima
masyarakat mengenai dampak negatif media pendekatan tersebut antara lain: Protectionist
serta cara meminimalisir dampak tersebut Approach/Inoculation Approach, Creative
menjadi perhatian tersendiri bagi pihak Media Approach, Critical Analytical Approach,
penyelenggara. Membentuk masyarakat Media Fun Approach, dan Active Audience
yang melek media menjadi tujuan utama Approach. Tak hanya sampai situ saja, dari
dari pelaksanaan kegiatan ini. kelima pendekatan tersebut, terdapat dua
Pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi pendekatan yang cukup populer dan cukup
dua aktivitas literasi. Aktivitas pertama yaitu banyak diaplikasikan dalam program literasi
sosialisasi mengenai dampak negatif media digital yang ada.
dan cara-cara mengatasinya. Pendekatan Active Audience Approach dan Critical
kritis digunakan dalam sosialisasi tersebut. Analytical Approach, sebagai dua pendekatan

177
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 2. Desember 2017

yang cukup banyak diadopsi, ternyata mengajak target grup untuk memproduksi
memiliki ketertarikan tersendiri oleh pihak- konten kreatif berupa Meme. Sedangkan
pihak penyelenggara di kalangan tertentu. dalam program literasi digital kedua yang
Dalam kaitannya dengan program literasi diselenggarakan oleh mahasiswa Ilmu
digital yang dilakukan di lingkup UNY, Active Komunikasi, mereka tidak hanya mengadopsi
Audience Approach dirasa cukup sesuai oleh pendekatan ini namun juga digabungkan
para dosen diluar jurusan Ilmu Komunikasi dengan Media Fun Approach. Dalam pro-
sebagai penyelenggara, dalam hal mendekati gram tersebut, mereka memproduksi video
target grup yang notabene merupakan para iklan layanan masyarakat dan disebar
guru. Pemanfaatan media atau teknologi melalui saluran media populer Youtube,
dalam kegiatan pembelajaran, seperti vi- serta disiarkan melalui jaringan radio.
deo dan program test berbasis komputer, Adopsi pendekatan gabungan yang
menjadi fokus umum program literasi digital lain pun dilakukan oleh salah satu pihak
yang mereka adakan. Sebagaimana active penyelenggara yang merupakan mahasiswa
audience approach lebih menekankan pada Ilmu Komunikasi. Program literasi digital
penggunaan media untuk fungsi tertentu, tersebut menggabungkan antara Critical
yang dalam hal ini yaitu menunjang Analytical Approach dengan Media Fun
pendidikan di sekolah. Terbukti dengan Approach. Sosialisasi mengenai dampak
tergolongnya empat program literasi digital konten negatif serta analisis konten negatif
dengan kemiripan tema oleh para dosen yang dilakukan tergolong pada Critical
diluar jurusan Ilmu Komunikasi kedalam Analytical Approach, sedangkan menonton
pendekatan ini. film ‘Kembali’ yang condong pada media
Critical Analytical Approach juga cukup sebagai hiburan tergolong pada Media Fun
sering diadopsi oleh pihak penyelenggara Approach.
dari kalangan mahasiswa atau orang muda. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan
Sejumlah lima kegiatan literasi digital yang bahwa pihak-pihak penyelenggara yang ber-
dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi kecimpung dalam dunia Ilmu Komunikasi,
tergolong dalam pendekatan ini. Sedangkan, mengenal beragam variasi pendekatan dalam
dua lainnya merupakan pihak diluar jurusan program literasi digital yang diusungnya. Dari
Ilmu Komunikasi. Hal ini menyatakan bahwa kelima pendekatan yang banyak diadopsi di
membangun pemikiran kritis dikalangan lingkup UNY, sejumlah empat pendekatan
masyarakat luas, dianggap cukup mendesak teraplikasikan dalam total sembilan gerakan
bagi pihak penyelenggara yang mayoritas literasi digital yang diselenggarakan oleh
merupakan mahasiswa. Ilmu Komunikasi. Bahkan, dua di anta-
Protectionist Approach pun ternyata ranya mengusung pendekatan yang meng-
masih digunakan dalam kegiatan literasi gabungkan dua pendekatan literasi media
digital. Salah satu kegiatan literasi digital yang atau edukasi media. Sehingga, ketika mengu-
dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi sung program literasi digital, pendekatan
tergolong dalam pendekatan tersebut. Target yang digunakan akan cenderung disesuaikan
kegiatan yang menyasar kaum remaja cukup dengan target yang akan dituju.
sesuai dengan pendekatan proteksionis yang
diambil.
Tidak ketinggalan, Creative Media
Approach juga diadopsi dalam dua program
literasi digital. Kedua program tersebut
diselenggarakan oleh orang-orang yang
berada dibidang Ilmu Komunikasi, baik
dosen maupun mahasiswa. Dalam program
literasi digital pertama, pihak penyelenggara
yang merupakan dosen Ilmu Komunikasi

178
Theresia Amelia Jordana dan Dyna Herlina Suwarto, Pemetaan Program Literasi Digital di Universitas ....

DAFTAR PUSTAKA en/elearning/Documents/Green%20


Paper%20Digital%20Literacy%20v6.
pdf diakses pada tanggal 18 Agustus
Amedie, Jacob. (2015). Pop Culture 2017 pukul 10.02 WIB
Intersections: The Impact of Social
Media in Society. California: Santa Hague, Cassie., Payton, Sarah. (2010). Digital
Clara University. Literacy Across the Curriculum. Inggris:
Futurelab.
Arke, Edward. (2005). Media Literacy And
CriticalThinking: IsThereAConnection?. Kellner, Douglas., Share, Jeff. (2007). Critical
Disertasi. Interdisciplinary Doctoral Media Literacy, Democracy, and Recons-
Program for Educational Leaders School truction of Education. New York: Peter
of Education Duquesne University. Lang Publishing, Inc.

Austin, Erica W., Kallman, Davi I.,Kistler, Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian.
Michelle. (2017). Media Literacy Kediri: Universitas Nusantara PGRI
Approaches for ImprovingYouth and Kediri.
Family Health. Dalam Belinha S. De Lahiji, Artin. (2008). Critical Media Educa-
Abreu (Ed.), Paul Mihailidis (Ed.), tion: Youth Media Production as a Space
Alice Y.L. Lee (Ed.), Jad Melki (Ed.), for Creativity for Lifelong Learning.
Julian McDougall (Ed.), International Tesis. Departement of Interdisciplinary
Handbook of Media Literacy Education. Studies University of Saskatchewan
New York: Routledge. Saskatoon.
Bazalgette, Cary. (2009). Whose Interest Lankshear, Colin., Knobel, Michele. (2008).
Should Media Literacy Serve?. Dalam Digital Literacies: Concepts, Policies,
Patrick Vernierss (Ed.), Media Literacy and Practices. New York: Peter Lang
in Europe: Controversies, Challanges Publishing, Inc.
and Perspectives. Bruxelles: Euro Lee, Alice Y.L. (2010). Media Education:
Meduc. Definitions, Approaches and Develop-
Biocca, Frank. (1988). Opposing Conceptions ment around the Globe. New Horizons
of the Audience: The Active and Passive in Education. Vol. 58. No. 3.
Hemispheres of Mass Communication Littlejohn, Stephen W., Foss, Karen A. (2008).
Theory. Annals of the International Theories of Human Communication
Communication Association. Vol. 11. 9th Edition. Amerika Serikat: Thomson
No. 1, pp. 51 – 80. Wadsworth.
Buckingham, David. (2007). Digital Media Mihailidis, Paul. (2009). Beyond Cynicism:
Literacies: Rethinking Media Education Media Education and Civic Learning
in The Age Of The Internet. Research Outcomes in the University. Massa-
in Comparative and International chusetts Institute of Technology. Vol. 1.
Education. Vol. 2, No. 1. No. 3.
Buckingham, David. (2009). The Future of Perse, Elizabeth M. (1989). Audience Selec-
Media Literacy in the Digital Age: Some tivity and Involvement. Education in
Challenges for Policy and Practice. Journalism and Mass Communication.
Dalam Patrick Vernierss (Ed.), Media h ttp://f iles.eric .ed .gov/fu lltex t /
Literacy in Europe: Controversies, ED310436.pdf diakses pada tanggal 7
Challanges and Perspectives. Bruxelles: September 2017 pukul 7.50
Euro Meduc.
Redmon, Theresa. (2012). The Pedagogy
Department of eLearning. (2015). Digital of Critical Enjoyment: Teaching and
Literacy: 21st Century Competences for Reaching the Hearts and Minds of
Our Age. https://education.gov.mt/

179
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 2. Desember 2017

Adolescent Learners Through Media


Literacy Education. Journal of Media
Literacy Education. Vol. 4. No. 2, pp.
106 – 120.
Rivoltella, Cesare P. (2009). Constructive
Controversies within Media Literacy.
Dalam Patrick Vernierss (Ed.), Media
Literacy in Europe: Controversies, Chall-
anges and Perspectives. Bruxelles: Euro
Meduc.
Ruggiero, Thomas E. (2000). Uses and Grati-
fications Theory in the 21st Century.
Mass Communication and Society. Vol.
3. No. 1, pp. 3 – 37.
Stein, Laura., Prewett, Anita. (2009). Media
Literacy Education in the Social Studies:
Teacher Perceptions and Curricular
Challenges. Caddo Gap Press. Vol. 36.
No. 1, pp. 131 – 148.
Summey, Dustin C. (2013). Developing Digital
Literacies: A Framework for Professional
Learning. Amerika Serikat: Corwin
Press.
Tornero, Pérez J.M., Varis, Tapio. (2010). Media
Literacy and New Humanism. Moscow:
UNESCO Institute for Information
Technologies in Education.

180

You might also like