Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

 Open Access, August 2020 J.

Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-394


p-ISSN : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
e-ISSN : 2620-309X DOI: http://doi.org/10.29244/jitkt.v12i2.32392

STUDI KINETIKA ADSORPSI DAN DESORPSI ION FOSFAT (PO42-)


DI SEDIMEN PERAIRAN SEMARANG DAN JEPARA

KINETIC STUDY ON ADSORPTION AND DESORPTION PHOSPHAT


ION (PO42-) IN SEDIMENT SEMARANG DAN JEPARA

Lilik Maslukah1,2*, Muhammad Zainuri2, Anindya Wirasatriya2,3, & Rikha Widiaratih2


1
Program Doktor Ilmu Kelautan, FPIK, Universitas Diponegoro, Semarang, 50275, Indonesia
2
Departemen Oseanografi, FPIK, Universitas Diponegoro, Semarang, 50275, Indonesia
3
Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir,
Universitas Diponegoro, Semarang, 50275, Indonesia
*E-mail: lilik_masluka@yahoo.com

ABSTRACT
Adsorption and desorption are important processes that affect the distribution of chemicals in the
environment. This research aims to determine the change pattern of PO42- concentration by time
through adsorption and desorption simulations. The simulation process was conducted on sediments
from Semarang and Jepara waters. Through the analysis of desorption process, the contribution of
sediment input to the P ion can be determined, based on the release of ions PO42- at the beginning of
time until the maximum conditions of the desorption process. The first and second order of (what)
equations were used to determine the adsorption kinetics, while the isotherms of the adsorptions were
determined based on the Langmuir and Freundlich models. The results show that the significant
desorption process occurs during the first hour and the contribution of PO42- ions by Semarang
sediments are three times higher than Jepara sediments. Based on the adsorption kinetics and
isotherms, the second order of the equation model and the Langmuir model are more appropriate for
both locations. This model assumes that the adsorption capacity is proportional to the number of
active sites occupied by PO42- ions and the adsorption occurs in one homogeneous sedimentary layer.
Semarang sediments have adsorp pollutants (P ions) ability greater than Jepara Sediments with
capacity values respectively are 11.57 and 11.2 µmol g-1.

Keywords: adsorption, desorption, Jepara, PO42-, sediment, Semarang

ABSTRAK
Adsorpsi dan desorpsi merupakan proses penting yang memengaruhi distribusi bahan kimia di
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola perubahan konsentrasi ion PO42- terhadap
waktu melalui proses simulasi adsorpsi dan desorpsi sedimen perairan Semarang dan Jepara. Melalui
proses desorpsi, dapat ditentukan kontribusi masukan ion PO42- oleh sedimen yang ditentukan dari
jumlah ion PO42- yang terlepas pada awal sampai pada kondisi maksimum dari proses desorpsi.
Penentuan kinetika adsoprsi ditentukan berdasarkan persamaan orde 1 dan 2 serta isoterm adsorpsinya
berdasarkan model Langmuir dan Freundlich. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses desorpsi
terjadi pada 1 jam pertama dan kontribusi ion PO42- yang dapat dilepaskan oleh sedimen perairan
Semarang tiga kali lebih besar dibandingkan dengan sedimen perairan Jepara. Berdasarkan kinetika
adsorpsi ion P oleh sedimen dari dua lokasi lebih tepat dijelaskan oleh model persamaan ordo 2 dan
isoterm adsorpsinya berdasarkan model Langmuir. Model ini mengasumsikan bahwa kapasitas
adsorpsi sebanding dengan jumlah situs aktif yang ditempati oleh ion PO 42- dan adsorpsi terjadi dalam
satu lapisan sedimen homogen. Sedimen Semarang memiliki kemampuan menyerap zat pencemar (ion
P) lebih besar dibandingkan dengan sedimen Jepara dengan nilai kapasitas secara berurutan adalah
11,57 dan 11,2 µmol g-1.

Kata kunci: adsorpsi, desorpsi, Jepara, PO42-, sedimen, Semarang

Department of Marine Science and Technology FPIK-IPB, ISOI, and HAPPI 383
Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

I. PENDAHULUAN dipengaruhi adanya proses adsorpsi ataupun


desorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses yang
Perairan Teluk Semarang dan Jepara terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun
merupakan bagian dari pantai utara Jawa gas, terikat oleh suatu partikel (Maslukah et
yang mendapat pengaruh masukan air tawar al., 2017). Desorpsi yang terjadi pada
dari beberapa sungai besar. Perairan ekstraksi padat-cair merupakan peristiwa
Semarang telah banyak dipengaruhi masukan keluarnya analit yang terkandung di dalam
limbah hasil kegiatan industri (Bappedal, sedimen (padatan) ke dalam larutan.
2002) dan limbah rumah tangga serta ke- Handayani & Sulistiyono (2009) menjelas-
giatan pertanian di daerah hulunya. Aktivitas kan bahwa proses adsorpsi terjadi apabila ion
antropogenik di Semarang jauh lebih tinggi yang teradsorpsi hanya tertahan atau me-
dibandingkan dengan Jepara dan tentunya nempel dipermukaan partikel penyerap saja.
beban masukan unsur-unsur kimia ke per- Faktor yang berpengaruh terhadap proses
airan juga lebih tinggi. Salah satu masukan adsorpsi dan desorpsi adalah waktu kontak,
unsur kimia dan dapat menimbulkan ter- konsentrasi pelarut, konsentrasi zat terlarut
jadinya penurunan kualitas perairan adalah dalam sedimen, spesiasi zat terlarut, kandu-
ion fosfat atau ion P (PO42-). Masukan beban ngan organik/ anorganik dalam sedimen,
yang berlebihan oleh unsur ini dapat menim- suhu, ukuran butiran sedimen, konsentrasi
bulkan dampak positif dan negatif. Dampak asam (pH), dan salinitas (Cao et al., 2017).
positif terjadi karena produktivitas perairan Fenomena perpindahan suatu ion dari
menjadi tinggi, sedangkan dampak negatif badan air ke dalam sedimen yang kaya akan
akibat proses eutrofikasi yang menyebabkan bahan organik biasanya melalui proses
algae jenis beracun berkembang dengan pesat adsorpsi isoterm berdasarkan tiga model
dan menyebabkan oksigen perairan menjadi yaitu partisi, Freundlich dan Langmuir
rendah. Hasil penelitian Maslukah et al. (Schnoor, 1996). Konsentrasi relatif dari
(2019) tentang unsur phosphat terlarut di setiap komponen dalam setiap fasenya dan
perairan Semarang mencapai 0,52 µM dan menjadi parameter yang berguna untuk mem-
Jepara 0,36 µM. Beban masukan ion P yang bandingkan kapasitas penyerapan dari suatu
cukup tinggi telah menyebabkan konsentrasi material yang berbeda dapat didekati ber-
klorofil-a menjadi lebih tinggi dibanding dasarkan model partisi, untuk jenis ionnya
dengan perairan Jepara. (Seo et al., 2008). Sedangkan model
Selama keberadaannya di estuari, Langmuir dan Freundlich, digunakan untuk
unsur-unsur kimia dalam bentuk terlarut dan memperkirakan kapasitas penyerapan dari
tersuspensi saling berinteraksi (Praveena et partikel (Holmes et al., 2012). Persamaan
al., 2013; Maslukah et al., 2017). Partikel model Langmuir juga dapat digunakan untuk
tesuspensi mempunyai kemampuan meng- memprediksi proses adsorpsi dari bentuk
adsorpsi unsur terlarut, dan diikuti proses terlarut ke bentuk padatan (Ghabbour &
destabilisasi membentuk agregat yang lebih Davies, 2011). Adsorpsi adalah proses
besar dan akhirnya mengendap ke dasar penting yang memengaruhi distribusi bahan
perairan karena gaya gravitasi (Chester, kimia dilingkungan.
1990). Proses destabilisasi menyebabkan Secara alami beban P terlarut yang
konsentrasi unsur kimia terlarut mengalami ada di perairan akan mengalami adsoprsi
pengurangan dan menambah konsentrasinya oleh partikel dan akan tersimpan ke dasar
dalam sedimen (Maslukah et al., 2017). perairan (Zhang et al., 2016). Hal ini meru-
Namun demikian, adanya proses resuspensi pakan mekanisme perairan dalam memu-
dapat menjadi sumber elemen pada kolom lihkan keseimbangan lingkungan, sehingga
perairan (Prartono & Hasena, 2009). dampak negatif tidak akan terjadi. Pengikat-
Nasib (fate) unsur kimia di estuari an unsur P terlarut dari perairan oleh suspensi

384 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

sedimen perlu dipelajari untuk melihat ke- II. METODE PENELITIAN


mampuan sedimen suatu wilayah dalam
mengadsorpsi unsur P terlarut (dalam pe- 2.1. Lokasi Pengambilan Sampel,
nelitian ini adalah ion fosfat). Hal ini penting Perlakuan Sedimen dan Analisis
sebagai informasi dasar tentang potensi Kualitas Sedimen
pelepasan dan retensi unsur kimia ke perairan Sampel sedimen pada penelitian ini
(Yu et al., 2014). Setiap sedimen dari suatu diambil dari Muara Sungai Banjir Kanal
lokasi memiliki kemampuan adsorpsi yang Barat (mewakili area perairan Semarang)
berbeda, tergantung dari karakteristik pada 06° 56' 32,6" LS, 110° 23' 11,1" BT dan
sedimen. Tingginya adsorpsi sedimen dapat Muara Sungai Wiso (mewakili perairan
menggambarkan semakin baik kemampuan Jepara) pada 06° 35' 2" LS, 110° 39' 30" BT
sedimen tersebut dalam mengendalikan (Figure 1). Pengambilan sampel sedimen
dampak proses eutrofikasi. menggunakan grab sampler (ketebalan ±25
Penelitian terkait adsorpsi dan cm). Sampel diambil dari 3 stasiun pada
desorpsi ion P oleh sedimen pernah dilaku- masing-masing muara dan dihomogenkan.
kan oleh beberapa peneliti pada sistem per- Selanjutnya sampel sedimen dilakukan pe-
airan tawar (Wang et al., 2015; Zhang et al., ngeringan dibawah sinar matahari dan dila-
2016; Cui et al., 2018). Di Indonesia kukan pengayakan (ukuran 150). Parameter
penelitian tentang kinetika senyawa P dari kualitas sedimen yang diukur pada penelitian
sedimen laut pernah dilakukan oleh Prartono meliputi penentuan ukuran butir dan organik
& Hasena (2006) pada sedimen perairan karbonnya. Fraksi sedimen pasir didapatkan
Teluk Jakarta. Namun penelitian ini hanya melalui metode pengayakan, fraksi lanau dan
mempelajari tentang proses pelepasan lempung berdasarkan metode pipetting.
(desorpsi) unsur nutrien, termasuk ion P. Metode penentuan organik karbon ber-
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dasarkan metode LOI (Meng et al., 2014a).
pola perubahan konsentrasi ion PO42- ter-
hadap waktu melalui proses simulasi adsorpsi 2.2. Material dan Data
dan desorpsi sedimen yang diambil dari 2 2.2.1. Metode Simulasi Kinetika
lokasi yaitu sedimen perairan Semarang dan Adsorpsi
Jepara. Penentuan kinetika adsorpsi ditentu- Metode yang digunakan merupakan
kan berdasarkan persamaan orde 1 dan 2 modifikasi dari beberapa peneliti (Cui et al.,
serta isoterm adsorpsinya ditentukan ber- 2018; Zhang et al., 2016 dan Cao et al.,
dasarkan model Langmuir dan Freundlich 2017). Eksperimen dilakukan pada suhu
(Yang et al., 2019). ruangan (±25oC). Data yang diamati adalah
Informasi yang akan didapatkan dari perubahan konsentrasi fosfat terlarut ter-
penelitian ini adalah tentang potensi kemam- hadap waktu dengan interval waktu, menit
puan suatu wilayah untuk memulihkan dari ke-5; 60, 360. Terlebih dahulu, sampel
adanya inputan beban P yang berlebih. sedimen dilakukan pengocokan selama 24
Penelitian adsorpsi dan desorpsi P ini juga jam untuk memperoleh kondisi kesetim-
dapat membantu dalam menjelaskan meka- bangan antara fase terlarut dan partikel untuk
nisme pelepasan ion dan perolehan kembali proses adsorpsinya. Sampel sedimen yang
suatu unsur yang terikat oleh sedimen, digunakan sebanyak 0,3 g dan dimasukkan
sehingga dapat digunakan dalam prakiraan ke dalam 200 ml air. Sampel air yang
kesuburan perairan. Hasil penelitian ini juga digunakan merupakan sampel dari perairan
dapat digunakan sebagai pedoman dalam pe- masing-masing (Jepara dan Semarang) dan
netapan suatu perairan dalam mengendalikan diambil pada tanggal 14 Juli 2019, saat
dampak pencemaran. kondisi surut. Percobaan dilakukan pada kon-

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-394 385


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

Figure 1. Location of the research.

sentrasi larutan 6 uM dan pada konsentrasi 2.2.1.1.Penentuan Isoterm Adsorpsi


alami air laut. Desain percobaan terdiri dari: Penentuan pola isoterm adsorpsi di-
gambarkan menggunakan dua model yaitu
Percobaan 1 (Ja)= 0,3 g sedimen Jepara + isoterm Freundlich dan Langmuir. Isoterm
200 ml air Jepara + 6 µM KH2PO4 Langmuir ditentukan dengan membuat grafik
antara perbandingan konsentrasi terlarut (Ce)
Percobaan 2 (Sa)= 0,3 g sedimen Semarang + dan teradsorpsi (Qe) sebagai sumbu y
200 ml air Semarang + 6 µM KH2PO4 terhadap konsentrasi terlarut (Ce) sebagai
sumbu x dan isoterm Freundlich ditentukan
Perhitungan nilai adsorpsi menggunakan dengan membuat grafik antara ln Qe sebagai
formula dari Omari et al. (2019) sesuai sumbu y terhadap ln Ce sebagai sumbu x.
formula 1: Nilai kapasitas adsorpsi akan dihasilkan
melalui persamaan linearnya.
........................................ (1)
2.2.1.2.Penentuan Kinetika Adsorpsi
Kinetika adsorpsi ditentukan dengan
Keterangan: Qt= konsentrasi P teradsorpsi, membuat grafik hubungan antara perubahan
Co= konsentrasi awal phosphor, Ce= kon- konsentrasi terhadap waktu. Penetapan ordo
sentrasi kesetimbangan ion P, V= volume ditentukan dari besarnya kelinieran (nilai R2).
dan m= massa sedimen Kinetika adsorpsi ditentukan dari nilai slope

386 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

dan intersep dari persamaan linier yang diha- Percobaan 4 (Sd60)=


silkan. 0,3 g sedimen hasil penjenuhan 6 µM
KH2PO4 + air laut Semarang + pengadukan
2.2.2. Metode Simulasi Kinetika Desorpsi selama 24 jam
Sedimen sebanyak 0,3 g dijenuhkan
terlebih dahulu menggunakan konsentrasi 6 Percobaan 5 (Jdn)=
µM dan 60 µM dan dikocok selama 24 jam. 0,3 g sedimen Jepara + Air laut Jepara +
Tahap selanjutnya adalah pengendapan dan pengadukan selama 24 jam
pengeringan. Sedimen yang telah kering di-
tambahkan 200 ml media air laut dan dila- Percobaan 6 (Sdn)=
kukan pengkocokan kembali selama 24 jam. 0,3 g sedimen Jepara + air Jepara +
Selanjutnya dilakukan pengukuran fosfat pengadukan selama 24 jam
terlarut pada menit ke-0, 60, 360. Desain per-
cobaan secara rinci adalah sebagai berikut: Pengukuran fosfat terlarut menggunakan
spektrofotometer UV-VIS SP 6000, pada
Percobaan 1 (Jd6)= panjang gelombang 885 nm dan perhitungan
0,3 g sedimen hasil penjenuhan 6 µM kontribusi sedimen dihitung dari nilai total
KH2PO4 + air laut Jepara + pengadukan hasil ion PO42- yang terlepas dibagi jumlah
selama 24 jam sedimen percobaan (0,3 g).

Percobaan 2 (Jd60)= III. HASIL DAN PEMBAHASAN


0,3 g sedimen hasil penjenuhan 60 µM
KH2PO4 + air laut Jepara + pengadukan 3.1 Simulasi Kinetika Desorpsi
selama 24 jam Proses desorpsi ion P terlarut oleh
sedimen perairan Semarang dan Jepara dapat
Percobaan 3 (Sd6)= dilihat melalui adanya perubahan konsentrasi
0,3 g sedimen hasil penjenuhan 6 µM fosfat terlarut dalam media. Nilai perubahan
KH2PO4 + air laut Semarang + pengadukan ini disajikan pada Figure 2.
selama 24 jam

Figure 2. The change pattern of dissolved phosphate concentration (DIP) during 24 hours in
Semarang waters.

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-394 387


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

Figure 2 dan 3 memperlihatkan pola lagi mendesorpsi jika media sudah jenuh
perubahan konsentrasi DIP pada perlakuan dengan ion P dan selanjutnya reaksi menjadi
sedimen alami (Sdn dan Jdn) dan sedimen konstan. Hasil penelitian Partono & Hasena
6µM (Sd6 dan Jd6) perairan Semarang dan (2006) menjelaskan bahwa terjadi proses
Jepara menunjukkan pola yang sama. pelepasan fosfat yang sangat signifikan pada
Perlakuan Sd6, Jd6 menunjukkan nilai yang 5 menit pertama dan proses pelepasan tetap
cenderung lebih besar dibandingkan dengan terjadi pada menit ke 30, meskipun terjadi
perlakuan Sdn dan Jdn. Hal ini disebabkan secara perlahan-lahan. Peningkatan pada 5
karena pada perlakuan Sd6 dan Jd6 ada menit pertama terjadi secara signifikan
penambahan konsentrasi pada sedimen awal- karena konsentrasi awal air laut lebih kecil
nya. Demikian juga pada perlakuan Sd60 dan dari konsentrasi dalam sedimen. Hal ini
Jd60, menyebabkan proses pelepasan ion memberikan gambaran bahwa proses de-
PO42- ke media menunjukkan nilai yang lebih sorpsi terjadi, yang mana ion fosfat dalam
tinggi. Haryanti (2010) menjelaskan bahwa sedimen terlarut kembali. Proses kesetim-
konsentrasi awal berpengaruh terhadap jum- bangan antara fase terlarut dan partikel akan
lah yang dilepas. Proses pelepasan ion PO42- terjadi kembali, dan proses desorpsi terhenti.
(desorpsi) mencapai maksimum pada 1 jam Berdasarkan Figure 3, pola peruba-
pertama. Pada menit pertama terlihat bahwa han konsentrasi menunjukkan sedikit per-
anion fosfat yang terdesorpsi sedikit, kemu- bedaan pada perlakuan sedimen Jd6. Hal ini
dian meningkat secara signifikan hingga disebabkan karena sedimen awal perairan
mencapai waktu optimumnya. Setelah men- Jepara memiliki konsentrasi yang lebih
capai waktu optimum dan kesetimbangannya, rendah daripada Semarang, sehingga pada
jumlah anion fosfat yang terdesorpsi konstan. saat penjenuhan sedimen tersebut masih
Proses ini terjadi karena dalam media mampu menyerap ion fosfat. Ion P ini
percobaan ada reaksi dua arah antara zat kemudian dilepaskan kembali ke medianya,
terlarut (ion P) sebagai adsorbat dan sedimen melalui proses desorpsi dan masih berlanjut
sebagai adsorbennya. Sedimen tidak mampu sampai 1 jam kemudian.

Figure 3. The change pattern of dissolved phosphate concentration (DIP) during 24 hours in
Jepara waters.

388 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

Table 1. Total ions P released from Semarang and Jepara sediments (µmol g-1).

Minute
Location Treatment th Total (µmol l-1) Amount Release/g (µmol g-1)
5 60th
Jepara Jdn 0.34 0.79 1.13 0.75
Jd60 6.37 0.11 6.47 4.32
Jd6 1.79 0.07 1.86 1.24
Semarang Sdn 1.31 2.47 3.78 2.52
Sd60 6.70 0.08 6.78 4.52
Sd6 3.02 1.25 4.27 2.84

Figure 4. Desorption process of natural sediment in Semarang and Jepara waters.

Berdasarkan Figure 2 dan 3 dilaku- adsorpsi, yang diperoleh melalui pemodelan


kan perhitungan tentang kontribusi sedimen dengan menggunakan model orde pertama
pada proses pelepasan fosfat. Perhitungan semu dan orde kedua semu. Model kinetika
dilakukan dari menit ke-0 sampai menit ke- yang cocok untuk sistem adsorpsi ion P dapat
60 (selama 1 jam). Hasil menunjukkan digambarkan melalui hubungan antara
bahwa sedimen alami memiliki nilai yang konsentrasi fosfat yang teradsorpsi terhadap
lebih kecil dibandingkan pada perlakukan waktu.
penjenuhan. Nilai kontribusi pelepasan ion Hasil eksperimen yang diperoleh
fosfat disajikan pada Table 1. dapat dilihat pada Figure 5. Perubahan
Pola perubahan proses desorpsi tanpa jumlah teradsorpsi dari waktu ke waktu
ada perlakuan penjenuhan sebelum ekspe- menunjukkan bahwa proses adsorpsi ber-
rimen dapat dilihat pada Figure 4, proses langsung cepat dalam satu jam dan pada
pelepasan terjadi sampai 6 jam kemudian dan periode selanjutnya lebih lambat. Penelitian
pola ini tidak diamati pada eksperimen ini sejalan dengan penelitian Cui et al.
sebelumnya. (2016), Zhang et al. (2012) dan Meng et al.
(2014b), yang menjelaskan proses penye-
3.2 Simulasi Kinetika Adsorpsi rapan terjadi dengan cepat pada 30 menit
Model kinetika berfungsi untuk me- pertama dan kemudian proses penyerapan
ngetahui kecepatan adsorpsi dan tahapan melambat yang disebabkan oleh semakin
yang mengontrol pada proses adsorpsi. Data sedikitnya situs adsorpsi yang tersisa untuk
kinetika yang didapatkan berupa kapasitas proses pernyerapan P. Penelitian Omari et al.

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-394 389


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

(2019) mendapatkan hasil bahwa proses kin rendah nilai latar belakang sedimen P
adsorpsi pada suhu 240C berjalan lebih cepat adalah, semakin tinggi kapasitas adsorpsi P
dan setelah 6 jam kemudian, proses ini ber- sedimen.
jalan lambat. Berdasarkan hasil pada Figure 3, 4, 5,
Figure 5 juga memperlihatkan bahwa dan 6, selanjutnya ditentukan persamaan ki-
proses adsoprsi perairan Jepara diawal simu- netika adsorpsinya menggunakan persamaan
lasi sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan orde 1 dan 2. Penentuan persamaan yang
sedimen Semarang. Cui et al. (2018) men- cocok berdasarkan nilai R2 (Maslukah et al.,
jelaskan bahwa kapasitas adsorpsi P terkait 2017; Omari et al., 2019) dan disajikan pada
dengan nilai latar belakang sedimen P. Sema- Table 2.

Figure 5. Concentration of P retained (PIP) to time change in Semarang and Jepara waters.

Figure 6. Total of ions PO42- adsorpted as time function.

Table 2. Determination coefficient value (R2) and linier equation of adsorption kinetics.

Linear Equation and Value of R2


Equation Semarang Jepara
orde 1 -5 2
Y= 1.10 x + 0.0443, R =0.42 Y= 1.10 x – 0.5103, R2= 0.63
-4

orde 2 Y= 1.0143x – 34.853, R = 0.99


2
Y= 1.1824x + 105.1, R2=0.99

390 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

Hasil ini menunjukkan bahwa kineti- (Table 2) dapat dihitung nilai kecepatan
ka adsorpsi ion P oleh sedimen Semarang adsorpsi. Dari persamaan tersebut dapat di-
dan Jepara lebih tepat dijelaskan oleh model ketahui nilai slope adalah 1,0143 dan intersep
persamaan ordo 2 (pseudo-second-order) 34,853 untuk sedimen Semarang dan 1,1824
daripada model persamaan kinetika orde 1 dengan intersep 105,1 untuk sedimen Jepara.
(pseudo-first-order). Model ini mengasumsi- Hasil perhitungan menggunakan nilai slope=
kan bahwa kapasitas adsorpsi sebanding 1/Qt dan intersep= 1/(k Qt2) dihasilkan nilai
dengan jumlah situs aktif yang ditempati oleh kecepatan reaksi (k) sedimen Semarang dan
ion P dan adsorpsi maksimum adalah pem- Jepara yaitu 0,03 g µmol-1 menit -1 dan 0,01 g
bentukan monolayer di permukaan sedimen µmol-1 menit -1. Sedimen Semarang memiliki
(Omari et al., 2019). Beberapa penelitian se- kemampuan kecepatan adsorpsi lebih cepat
belumnya juga membuktikan bahwa model dibandingkan dengan sedimen Jepara. Hal ini
kinetika persamaan ordo 2 merupakan pen- berdampak pada kecepatan hilangnya ion P
dekatan yang sesuai untuk kinetika adsorpsi dari kolom perairan dan proses eutrofikasi
fosfat. Kinetika adsorpsi fosfat lebih cocok tidak terjadi. Pohan et al. (2016) menemukan
mengikuti model kinetika ordo 2 (Huang et adanya kecepatan adsorpsi ion P lebih tinggi
al., 2014; Larasati & Notodarmojo, 2014; oleh zeolit termodifikasi yaitu 0,112 g mmol-
1
Mangwandi et al., 2014; Rout et al., 2014). menit -1. Selanjutnya, untuk melihat isoterm
Berdasarkan persamaan model ordo 2 adsorpsinya dijelaskan pada Figure 7.

(a) (b)

(c) (d)

Figure 7. Linear equation models of Langmuir (a,c) and Freundlich (b,d) of adsorption from
Jepara and Semarang sediments.

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-394 391


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

Berdasarkan Figure 7 bahwa persa- ditempati oleh ion P dan adsorpsi maksimum
maan adsorpsi perairan Jepara dan Semarang terjadi pada satu lapisan permukaan sedimen
lebih cocok digambarkan berdasarkan per- yang terdistribusi secara homogen. Kontri-
samaan Langmuir. Penentuan ini didasarkan busi ion P yang tinggi oleh sedimen perairan
pada nilai koefisien determinasi (R2) yang Semarang akan berimplikasi terhadap subur-
mendekati 1. Model Langmuir dibuat ber- nya wilayah perairan dan kondisi menjadi
dasarkan asumsi bahwa permukaan adsorben eutrofik.
terdistribusi secara homogen, sehingga
adsorpsi terjadi pada satu lapisan. Figure 7 UCAPAN TERIMAKASIH
menjelaskan bahwa perairan Jepara meng-
hasilkan persamaan linier y= 0,0893x-0,0006 Tulisan ini merupakan bagian dari
dan perairan Semarang y= 0,0864x-9.10-5. Desertasi Program Doktor pada Program
Nilai kapasitas adsorpsi maksimum (Qmax) Studi Ilmu Kelautan, FPIK, UNDIP dan
dapat dihitung dari nilai 1/slope. Hasil dibiayai oleh Selain APBN DPA SUKPA
perhitungan menunjukkan bahwa kapasitas dengan Nomor kontrak, 16/UN7.5.10/PP/
adsorpsi Jepara lebih kecil dibandingkan 2019, FPIK, UNDIP, tahun anggaran 2019.
dengan perairan Semarang dengan nilai Ucapan terimakasih juga kami sampaikan
berturut-turut adalah 11,2 µmol g -1 dan 11,57 kepada pihak-pihak yang telah bersedia
µmol g-1. Nilai ini berdampak pada kuatnya memberikan koreksi, kritik, saran dan
sedimen dalam mengadsorpsi ion PO42- dan masukan, sehingga penelitian dan penulisan
menyebabkan konsentrasinya dalam material makalah ini dapat terselesaikan.
tersuspensi dan sedimen dasar menjadi
tinggi. Yang et al. (2019) mendapatkan nilai DAFTAR PUSTAKA
kapasitas maksimum ion PO42- pada sedimen
yang diperkaya bahan organik mencapai nilai Bappedal Propinsi Jawa Tengah. 2002.
611,22 mg kg-1 (~19,72 µmol g-1). Laporan program kali bersih tahun
2002. Laporan Penelitian.
IV. KESIMPULAN Semarang: Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah. 13-14 pp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Chester, R. 1990. Marine Geochemistry.
pola perubahan konsentrasi ion PO42- ter- London: Unwin Hyman Ltd. 698 p.
hadap waktu berfluktuasi. Hal ini mem- Cui, Y., R. Xiao, Y. Xie, & M. Zhang. 2018.
berikan gambaran adanya proses pelepasan Phosphorus fraction and phosphate
(desorpsi) dan penyerapan (adsorpsi) ion sorption-release characteristics of
fosfat oleh sedimen. Hasil simulasi kinetika the wetland sediments in the Yellow
desorpsi oleh sedimen memberikan gam- River Delta. Physics and Chemistry
baran bahwa pelepasan ion P oleh sedimen of the Earth, 103: 19–27.
Semarang sebesar tiga kali lebih tinggi di- https://doi.org/10.1016/j.pce.2017.0
bandingkan dengan perairan Jepara. Sedimen 6.005
perairan Semarang menunjukkan kontribusi Cao, X, X. Liu, J. Zhu, L. Wang, S. Liu, &
pelepasan fosfat sebesar 2,52 µmol g-1 dan G. Yang. 2017. Characterization of
Jepara sebesar 0,75 µmol g-1. Proses adsorpsi phosphorus sorption on the
dan desorpsi terjadi maksimum pada satu jam sediments of Yangtze River Estuary
pertama dan mengikuti persamaan model and its adjacent areas. Marine
orde 2 dan isoterm adsorpsinya mengikuti Pollution Bulletin, 114: 277–284.
persamaan model Langmuir. Model ini http://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2
menggambarkan bahwa kapasitas adsorpsi 016.09.026
sebanding dengan jumlah situs aktif yang

392 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

Ghabbour, E.A. & G. Davies. 2011. aqueous solution by adsorption onto


Environmental insights from dolomite. J. of Environmental
Langmuir adsorption site capacities. Chemical Engineering, 2(2): 1123-
Colloids Surf. A: Physicochem. Eng. 1130.
Aspects, 381(1-3): 37-40. https://doi.org/10.1016/j.jece.2014.0
https://doi.org/10.1016/j.colsurfa.20 4.010
11.03.014 Maslukah, L., E. Yudiati, & Sarjito. 2017.
Handayani M. & E. Sulistiyono. 2009. Uji Adsorption model of heavy metals
persamaan Langmuir dan Freundlich Pb, Cu, and Zn on water-sediment
pada penyerapan limbah Chrom (Vi) systems in Banjir Kanal Barat
oleh Zeolit. Prosiding Seminar estuary Semarang. Maspari J., 9(2):
Nasional Sains dan Teknologi 149-158.
Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, Maslukah, L., M. Zainuri, A. Wirasatriya, &
3 Juni 2009. 130-136 pp. U. Salma. 2019. Spatial distribution
Haryanti, M. 2010. Karakteristik sorpsi dan of chlorophyll-a and its relationship
desorpsi fosfat pada oxisol dengan with dissolved inorganic phosphate
pendekatan kinetik. J. Solum, influenced by rivers in the North
VII(2): 97-109. Coast of Java. J. of Ecological
https://doi.org/10.25077/js.7.2.97- Engineering, 20(7): 18–25.
109.2010 https://doi.org/10.12911/22998993/1
Holmes, L.A., A. Tumer, & R.C. Thompson. 08700
2012. Adsorption of trace metals to Meng, J., P. Yao, Z. Yu, T.S. Bianchi, B.
plastic resin pellets in the marine Zhao, H. Pan, & D. Li. 2014a.
environment. Environ. Poll., 160: Speciation, bioavailability and
42-48. preservation of phosphorus in
https://doi.org/10.1016/j.envpol.201 surface sediments of the Changjiang
1.08.052 estuary and adjacent East China Sea
Huang, W.Y., D. Li, Z. Liu, Q. Tao, Y. Zhu, inner shelf. Estuarine, Coastal and
J. Yang, & Y.M. Zang. 2014. Shelf Scienc., 144: 27–38.
Kinetics, Isotherm, Thermodynamic, http://doi.org/10.1016/j.ecss.2014.04
and Adsorption Mechanism of .015
La(OH)3-modified Exfoliated Meng, J., Q.Z. Yao, & Z.G. Yu. 2014b.
Vermiculites as Highly Efficient Particulate phosphorus speciation
Phosphate Adsorbents. Chemnical and phosphate adsorption
Engineering J., 236: 191-201. characteristics associated with
https://doi.org/10.1016/j.cej.2013.09 sediment grain size. Ecol. Eng., 70:
.077 140-145.
Larasati, A & S. Notoatmodjo. 2014. http://doi.org/10.1016/j.ecoleng.201
Equilibrium and kinetics of 4.05.007
orthophosphate removal from Omari, H., A. Dehbi, A. Lammini, & A.
aqueous phase with adsorption- Abdallaoui. 2019. Study of the
desorption methods. J. Teknik phosphorus adsorption on the
Lingkungan, 20(1): 38-47. sediments. J. of Chemistry, 2019: 1-
http://doi.org/10.5614%2Fjtl.2014.2 10.
0.1.5 https://doi.org/10.1155/2019/276020
Mangwandi, C., A.B. Albadarin, Y. 4
Glocheux, & G.M. Walker. 2014. Pohan, M.S.A., Sutarno, & Suyanta. 2016.
Removal of ortho-phosphate from Studi adsorpsi-desorpsi anion fosfat

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-394 393


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

pada zeolit termodifikasi CTAB. J. Wang, P., B. Hu, C. Wang, & Y. Lei. 2015.
Penelitian Sains, 18(3): 123-135. Phosphorus adsorption and
https://doi.org/10.26554/jps.v18i3.2 sedimentation by suspended
0 sediments from zhushan bay, Taihu
Prartono, T. & T. Hasena. 2009. Kinetic lake. Environ. Sci. Pollut. Res., 22:
study of phosphor and nitrogen 6559-6569.
compound from sedimentary re- https://doi.org/10.1007/s11356-015-
suspension, J. Ilmu dan Teknologi 4114-6
Laut Tropis, 1(1): 1-8. Yu, J., F. Qu, H. Wu, L. Meng, S. Du, & B.
https://doi.org/10.29244/jitkt.v1i1.7 Xie. 2014. Soil phosphorus forms
933 and profile distributions in the tidal
Praveena, S.M, S.S. Siraj. A.Z. Aris, N.M. river network region in the Yellow
Al-Bakri, A.K. Suleiman, & A.A. River Delta Estuary, Sci. World J.,
Zainal. 2013. Assessment of tidal 2014: 1-14.
and anthropogenic impacts on https://doi.org/10.1155/2014/912083
coastal waters by exploratory data Yang, X., X. Chenb, & X. Yanga. 2019.
analysis: an example from Port Effect of organic matter on
Dickson, Strait of Malacca, phosphorus adsorption and
Malaysia. Environmental Forensics, desorption in a black soil from
14(2): 146-154. Northeast China. Soil dan Tillage
https://doi.org/10.1080/15275922.20 Research, 187: 85–91.
13.781081 https://doi.org/10.1016/j.still.2018.1
Rout, P.R., P. Bhunia, & R.R. Dash. 2014. 1.016
Modeling isotherms, kinetics, and Zhang, B., F. Fang, J.S. Guo, Y.P. Chen, Z.
understanding the mechanism of Li, & S.S. Guo. 2012. Phosphorus
phosphate adsorption onto a solid fractions and phosphate sorption-
waste: ground burn patties. J. of release characteristics relevant to the
Environmental Chemical soil composition of water-level-
Engineering, 2(3): 1331-1342. fluctuating zone of three gorges
https://doi.org/10.1016/j.jece.2014.0 reservoir. Ecol. Eng., 40: 153-159.
4.017 https://doi.org/10.1016/j.ecoleng.20
Schnoor, J. 1996. Environmental Modeling. 11.12.024
New York: John Wiley and Son, Zhang, Y., C. Wang, F. He, B. Liu, D. Xu, S.
Inc.704 p. Xia, Q. Zhou, & Z. Wu. 2016. In-
Seo, D.C., K. Yu, & R.D. Delaune. 2008. situ adsorption-biological combined
Comparison of monometal and technology treating sediment
multimetal adsorption in Mississippi phosphorus in all fractions. Sci.
River alluvial wetland sediment: Rep., 6(29725): 1-11.
batch and column experiments. J. https://doi.org/10.1038/srep29725
Chemospher, 73(11): 1757-1764.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphe Received : 11 March 2020
re.2008.09.003 Reviewed : 7 April 2020
Accepted : 24 July 2020

394 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt

You might also like