Professional Documents
Culture Documents
Kinetic Study On Adsorption and Desorption Phosphat Ion (Po) in Sediment Semarang Dan Jepara
Kinetic Study On Adsorption and Desorption Phosphat Ion (Po) in Sediment Semarang Dan Jepara
ABSTRACT
Adsorption and desorption are important processes that affect the distribution of chemicals in the
environment. This research aims to determine the change pattern of PO42- concentration by time
through adsorption and desorption simulations. The simulation process was conducted on sediments
from Semarang and Jepara waters. Through the analysis of desorption process, the contribution of
sediment input to the P ion can be determined, based on the release of ions PO42- at the beginning of
time until the maximum conditions of the desorption process. The first and second order of (what)
equations were used to determine the adsorption kinetics, while the isotherms of the adsorptions were
determined based on the Langmuir and Freundlich models. The results show that the significant
desorption process occurs during the first hour and the contribution of PO42- ions by Semarang
sediments are three times higher than Jepara sediments. Based on the adsorption kinetics and
isotherms, the second order of the equation model and the Langmuir model are more appropriate for
both locations. This model assumes that the adsorption capacity is proportional to the number of
active sites occupied by PO42- ions and the adsorption occurs in one homogeneous sedimentary layer.
Semarang sediments have adsorp pollutants (P ions) ability greater than Jepara Sediments with
capacity values respectively are 11.57 and 11.2 µmol g-1.
ABSTRAK
Adsorpsi dan desorpsi merupakan proses penting yang memengaruhi distribusi bahan kimia di
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola perubahan konsentrasi ion PO42- terhadap
waktu melalui proses simulasi adsorpsi dan desorpsi sedimen perairan Semarang dan Jepara. Melalui
proses desorpsi, dapat ditentukan kontribusi masukan ion PO42- oleh sedimen yang ditentukan dari
jumlah ion PO42- yang terlepas pada awal sampai pada kondisi maksimum dari proses desorpsi.
Penentuan kinetika adsoprsi ditentukan berdasarkan persamaan orde 1 dan 2 serta isoterm adsorpsinya
berdasarkan model Langmuir dan Freundlich. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses desorpsi
terjadi pada 1 jam pertama dan kontribusi ion PO42- yang dapat dilepaskan oleh sedimen perairan
Semarang tiga kali lebih besar dibandingkan dengan sedimen perairan Jepara. Berdasarkan kinetika
adsorpsi ion P oleh sedimen dari dua lokasi lebih tepat dijelaskan oleh model persamaan ordo 2 dan
isoterm adsorpsinya berdasarkan model Langmuir. Model ini mengasumsikan bahwa kapasitas
adsorpsi sebanding dengan jumlah situs aktif yang ditempati oleh ion PO 42- dan adsorpsi terjadi dalam
satu lapisan sedimen homogen. Sedimen Semarang memiliki kemampuan menyerap zat pencemar (ion
P) lebih besar dibandingkan dengan sedimen Jepara dengan nilai kapasitas secara berurutan adalah
11,57 dan 11,2 µmol g-1.
Department of Marine Science and Technology FPIK-IPB, ISOI, and HAPPI 383
Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .
384 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)
386 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)
Figure 2. The change pattern of dissolved phosphate concentration (DIP) during 24 hours in
Semarang waters.
Figure 2 dan 3 memperlihatkan pola lagi mendesorpsi jika media sudah jenuh
perubahan konsentrasi DIP pada perlakuan dengan ion P dan selanjutnya reaksi menjadi
sedimen alami (Sdn dan Jdn) dan sedimen konstan. Hasil penelitian Partono & Hasena
6µM (Sd6 dan Jd6) perairan Semarang dan (2006) menjelaskan bahwa terjadi proses
Jepara menunjukkan pola yang sama. pelepasan fosfat yang sangat signifikan pada
Perlakuan Sd6, Jd6 menunjukkan nilai yang 5 menit pertama dan proses pelepasan tetap
cenderung lebih besar dibandingkan dengan terjadi pada menit ke 30, meskipun terjadi
perlakuan Sdn dan Jdn. Hal ini disebabkan secara perlahan-lahan. Peningkatan pada 5
karena pada perlakuan Sd6 dan Jd6 ada menit pertama terjadi secara signifikan
penambahan konsentrasi pada sedimen awal- karena konsentrasi awal air laut lebih kecil
nya. Demikian juga pada perlakuan Sd60 dan dari konsentrasi dalam sedimen. Hal ini
Jd60, menyebabkan proses pelepasan ion memberikan gambaran bahwa proses de-
PO42- ke media menunjukkan nilai yang lebih sorpsi terjadi, yang mana ion fosfat dalam
tinggi. Haryanti (2010) menjelaskan bahwa sedimen terlarut kembali. Proses kesetim-
konsentrasi awal berpengaruh terhadap jum- bangan antara fase terlarut dan partikel akan
lah yang dilepas. Proses pelepasan ion PO42- terjadi kembali, dan proses desorpsi terhenti.
(desorpsi) mencapai maksimum pada 1 jam Berdasarkan Figure 3, pola peruba-
pertama. Pada menit pertama terlihat bahwa han konsentrasi menunjukkan sedikit per-
anion fosfat yang terdesorpsi sedikit, kemu- bedaan pada perlakuan sedimen Jd6. Hal ini
dian meningkat secara signifikan hingga disebabkan karena sedimen awal perairan
mencapai waktu optimumnya. Setelah men- Jepara memiliki konsentrasi yang lebih
capai waktu optimum dan kesetimbangannya, rendah daripada Semarang, sehingga pada
jumlah anion fosfat yang terdesorpsi konstan. saat penjenuhan sedimen tersebut masih
Proses ini terjadi karena dalam media mampu menyerap ion fosfat. Ion P ini
percobaan ada reaksi dua arah antara zat kemudian dilepaskan kembali ke medianya,
terlarut (ion P) sebagai adsorbat dan sedimen melalui proses desorpsi dan masih berlanjut
sebagai adsorbennya. Sedimen tidak mampu sampai 1 jam kemudian.
Figure 3. The change pattern of dissolved phosphate concentration (DIP) during 24 hours in
Jepara waters.
388 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)
Table 1. Total ions P released from Semarang and Jepara sediments (µmol g-1).
Minute
Location Treatment th Total (µmol l-1) Amount Release/g (µmol g-1)
5 60th
Jepara Jdn 0.34 0.79 1.13 0.75
Jd60 6.37 0.11 6.47 4.32
Jd6 1.79 0.07 1.86 1.24
Semarang Sdn 1.31 2.47 3.78 2.52
Sd60 6.70 0.08 6.78 4.52
Sd6 3.02 1.25 4.27 2.84
(2019) mendapatkan hasil bahwa proses kin rendah nilai latar belakang sedimen P
adsorpsi pada suhu 240C berjalan lebih cepat adalah, semakin tinggi kapasitas adsorpsi P
dan setelah 6 jam kemudian, proses ini ber- sedimen.
jalan lambat. Berdasarkan hasil pada Figure 3, 4, 5,
Figure 5 juga memperlihatkan bahwa dan 6, selanjutnya ditentukan persamaan ki-
proses adsoprsi perairan Jepara diawal simu- netika adsorpsinya menggunakan persamaan
lasi sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan orde 1 dan 2. Penentuan persamaan yang
sedimen Semarang. Cui et al. (2018) men- cocok berdasarkan nilai R2 (Maslukah et al.,
jelaskan bahwa kapasitas adsorpsi P terkait 2017; Omari et al., 2019) dan disajikan pada
dengan nilai latar belakang sedimen P. Sema- Table 2.
Figure 5. Concentration of P retained (PIP) to time change in Semarang and Jepara waters.
Table 2. Determination coefficient value (R2) and linier equation of adsorption kinetics.
390 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)
Hasil ini menunjukkan bahwa kineti- (Table 2) dapat dihitung nilai kecepatan
ka adsorpsi ion P oleh sedimen Semarang adsorpsi. Dari persamaan tersebut dapat di-
dan Jepara lebih tepat dijelaskan oleh model ketahui nilai slope adalah 1,0143 dan intersep
persamaan ordo 2 (pseudo-second-order) 34,853 untuk sedimen Semarang dan 1,1824
daripada model persamaan kinetika orde 1 dengan intersep 105,1 untuk sedimen Jepara.
(pseudo-first-order). Model ini mengasumsi- Hasil perhitungan menggunakan nilai slope=
kan bahwa kapasitas adsorpsi sebanding 1/Qt dan intersep= 1/(k Qt2) dihasilkan nilai
dengan jumlah situs aktif yang ditempati oleh kecepatan reaksi (k) sedimen Semarang dan
ion P dan adsorpsi maksimum adalah pem- Jepara yaitu 0,03 g µmol-1 menit -1 dan 0,01 g
bentukan monolayer di permukaan sedimen µmol-1 menit -1. Sedimen Semarang memiliki
(Omari et al., 2019). Beberapa penelitian se- kemampuan kecepatan adsorpsi lebih cepat
belumnya juga membuktikan bahwa model dibandingkan dengan sedimen Jepara. Hal ini
kinetika persamaan ordo 2 merupakan pen- berdampak pada kecepatan hilangnya ion P
dekatan yang sesuai untuk kinetika adsorpsi dari kolom perairan dan proses eutrofikasi
fosfat. Kinetika adsorpsi fosfat lebih cocok tidak terjadi. Pohan et al. (2016) menemukan
mengikuti model kinetika ordo 2 (Huang et adanya kecepatan adsorpsi ion P lebih tinggi
al., 2014; Larasati & Notodarmojo, 2014; oleh zeolit termodifikasi yaitu 0,112 g mmol-
1
Mangwandi et al., 2014; Rout et al., 2014). menit -1. Selanjutnya, untuk melihat isoterm
Berdasarkan persamaan model ordo 2 adsorpsinya dijelaskan pada Figure 7.
(a) (b)
(c) (d)
Figure 7. Linear equation models of Langmuir (a,c) and Freundlich (b,d) of adsorption from
Jepara and Semarang sediments.
Berdasarkan Figure 7 bahwa persa- ditempati oleh ion P dan adsorpsi maksimum
maan adsorpsi perairan Jepara dan Semarang terjadi pada satu lapisan permukaan sedimen
lebih cocok digambarkan berdasarkan per- yang terdistribusi secara homogen. Kontri-
samaan Langmuir. Penentuan ini didasarkan busi ion P yang tinggi oleh sedimen perairan
pada nilai koefisien determinasi (R2) yang Semarang akan berimplikasi terhadap subur-
mendekati 1. Model Langmuir dibuat ber- nya wilayah perairan dan kondisi menjadi
dasarkan asumsi bahwa permukaan adsorben eutrofik.
terdistribusi secara homogen, sehingga
adsorpsi terjadi pada satu lapisan. Figure 7 UCAPAN TERIMAKASIH
menjelaskan bahwa perairan Jepara meng-
hasilkan persamaan linier y= 0,0893x-0,0006 Tulisan ini merupakan bagian dari
dan perairan Semarang y= 0,0864x-9.10-5. Desertasi Program Doktor pada Program
Nilai kapasitas adsorpsi maksimum (Qmax) Studi Ilmu Kelautan, FPIK, UNDIP dan
dapat dihitung dari nilai 1/slope. Hasil dibiayai oleh Selain APBN DPA SUKPA
perhitungan menunjukkan bahwa kapasitas dengan Nomor kontrak, 16/UN7.5.10/PP/
adsorpsi Jepara lebih kecil dibandingkan 2019, FPIK, UNDIP, tahun anggaran 2019.
dengan perairan Semarang dengan nilai Ucapan terimakasih juga kami sampaikan
berturut-turut adalah 11,2 µmol g -1 dan 11,57 kepada pihak-pihak yang telah bersedia
µmol g-1. Nilai ini berdampak pada kuatnya memberikan koreksi, kritik, saran dan
sedimen dalam mengadsorpsi ion PO42- dan masukan, sehingga penelitian dan penulisan
menyebabkan konsentrasinya dalam material makalah ini dapat terselesaikan.
tersuspensi dan sedimen dasar menjadi
tinggi. Yang et al. (2019) mendapatkan nilai DAFTAR PUSTAKA
kapasitas maksimum ion PO42- pada sedimen
yang diperkaya bahan organik mencapai nilai Bappedal Propinsi Jawa Tengah. 2002.
611,22 mg kg-1 (~19,72 µmol g-1). Laporan program kali bersih tahun
2002. Laporan Penelitian.
IV. KESIMPULAN Semarang: Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah. 13-14 pp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Chester, R. 1990. Marine Geochemistry.
pola perubahan konsentrasi ion PO42- ter- London: Unwin Hyman Ltd. 698 p.
hadap waktu berfluktuasi. Hal ini mem- Cui, Y., R. Xiao, Y. Xie, & M. Zhang. 2018.
berikan gambaran adanya proses pelepasan Phosphorus fraction and phosphate
(desorpsi) dan penyerapan (adsorpsi) ion sorption-release characteristics of
fosfat oleh sedimen. Hasil simulasi kinetika the wetland sediments in the Yellow
desorpsi oleh sedimen memberikan gam- River Delta. Physics and Chemistry
baran bahwa pelepasan ion P oleh sedimen of the Earth, 103: 19–27.
Semarang sebesar tiga kali lebih tinggi di- https://doi.org/10.1016/j.pce.2017.0
bandingkan dengan perairan Jepara. Sedimen 6.005
perairan Semarang menunjukkan kontribusi Cao, X, X. Liu, J. Zhu, L. Wang, S. Liu, &
pelepasan fosfat sebesar 2,52 µmol g-1 dan G. Yang. 2017. Characterization of
Jepara sebesar 0,75 µmol g-1. Proses adsorpsi phosphorus sorption on the
dan desorpsi terjadi maksimum pada satu jam sediments of Yangtze River Estuary
pertama dan mengikuti persamaan model and its adjacent areas. Marine
orde 2 dan isoterm adsorpsinya mengikuti Pollution Bulletin, 114: 277–284.
persamaan model Langmuir. Model ini http://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2
menggambarkan bahwa kapasitas adsorpsi 016.09.026
sebanding dengan jumlah situs aktif yang
392 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)
pada zeolit termodifikasi CTAB. J. Wang, P., B. Hu, C. Wang, & Y. Lei. 2015.
Penelitian Sains, 18(3): 123-135. Phosphorus adsorption and
https://doi.org/10.26554/jps.v18i3.2 sedimentation by suspended
0 sediments from zhushan bay, Taihu
Prartono, T. & T. Hasena. 2009. Kinetic lake. Environ. Sci. Pollut. Res., 22:
study of phosphor and nitrogen 6559-6569.
compound from sedimentary re- https://doi.org/10.1007/s11356-015-
suspension, J. Ilmu dan Teknologi 4114-6
Laut Tropis, 1(1): 1-8. Yu, J., F. Qu, H. Wu, L. Meng, S. Du, & B.
https://doi.org/10.29244/jitkt.v1i1.7 Xie. 2014. Soil phosphorus forms
933 and profile distributions in the tidal
Praveena, S.M, S.S. Siraj. A.Z. Aris, N.M. river network region in the Yellow
Al-Bakri, A.K. Suleiman, & A.A. River Delta Estuary, Sci. World J.,
Zainal. 2013. Assessment of tidal 2014: 1-14.
and anthropogenic impacts on https://doi.org/10.1155/2014/912083
coastal waters by exploratory data Yang, X., X. Chenb, & X. Yanga. 2019.
analysis: an example from Port Effect of organic matter on
Dickson, Strait of Malacca, phosphorus adsorption and
Malaysia. Environmental Forensics, desorption in a black soil from
14(2): 146-154. Northeast China. Soil dan Tillage
https://doi.org/10.1080/15275922.20 Research, 187: 85–91.
13.781081 https://doi.org/10.1016/j.still.2018.1
Rout, P.R., P. Bhunia, & R.R. Dash. 2014. 1.016
Modeling isotherms, kinetics, and Zhang, B., F. Fang, J.S. Guo, Y.P. Chen, Z.
understanding the mechanism of Li, & S.S. Guo. 2012. Phosphorus
phosphate adsorption onto a solid fractions and phosphate sorption-
waste: ground burn patties. J. of release characteristics relevant to the
Environmental Chemical soil composition of water-level-
Engineering, 2(3): 1331-1342. fluctuating zone of three gorges
https://doi.org/10.1016/j.jece.2014.0 reservoir. Ecol. Eng., 40: 153-159.
4.017 https://doi.org/10.1016/j.ecoleng.20
Schnoor, J. 1996. Environmental Modeling. 11.12.024
New York: John Wiley and Son, Zhang, Y., C. Wang, F. He, B. Liu, D. Xu, S.
Inc.704 p. Xia, Q. Zhou, & Z. Wu. 2016. In-
Seo, D.C., K. Yu, & R.D. Delaune. 2008. situ adsorption-biological combined
Comparison of monometal and technology treating sediment
multimetal adsorption in Mississippi phosphorus in all fractions. Sci.
River alluvial wetland sediment: Rep., 6(29725): 1-11.
batch and column experiments. J. https://doi.org/10.1038/srep29725
Chemospher, 73(11): 1757-1764.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphe Received : 11 March 2020
re.2008.09.003 Reviewed : 7 April 2020
Accepted : 24 July 2020
394 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt