Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

RESPON PEMBERIAN MOL (MIKRO ORGANISME LOKAL ) REBUNG BAMBU

TERHADAP PERTUMBUHAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)


DI MEDIA GAMBUT

Yunus Radiarta, Hilwa Walida dan Novilda Elizabeth Mustamu


Program Studi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Labuhabatu
Jl. SM. Raja No. 126A Rantauprapat, Sumatera Utara
e-mail :vilda78@gmail.com

ABSTRACT

The study aimed to determine the response of giving MOL (Micro Local Organisms) to the
growth of cayenne pepper (Capsicum frutescensL.) On peat media. The research was carried out
in the villages of Sempurna, Aek Tapa, Rantauprapat, North Sumatra at the beginning of April to
July 2018. The materials used for conducting the research were cayenne seeds, peat soil,
bamboo shoot MOL, polybags, water. The tools used for the research are hoes, machetes, ropes,
meters, scissors, saws, knives, liters and writing instruments. This study used a Randomized
Block Design (RBD) method with one factorial. This research was divided into 4 treatments
which were repeated 10 times, namely: M0: Control, M1: Giving MOL as much as 1 liter /
repeat, M2: Giving MOL as much as 1.5 liters / repetition, M3: Giving MOL as much as 2 liters /
repetition. Micro Application of Local Organisms Bamboo shoots can increase the growth of
cayenne. Giving Micro Bamboo 1 Local Organisms 1 liters gives a good response to the high
growth of chili plants with the highest achievement of 1.98 cm difference. Giving Micro Bamboo
Local Organisms 1 liters bamboo shoots gave a good response to the stem diameter of cayenne
pepper with the highest achievement of the highest difference of 2.80 mm. Giving Micro Local
Organisms bamboo shoots 2 liters give a good response to the number of leaves of cayenne
pepper with the achievement of the highest difference of 13 strands.

Keywords: bamboo shoots, Cayenne pepper, Local microorganisms, peat soil

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi,
merupakan sayur buah yang sangat digemari vitaminA, B1, B2, C dan senyawa alkaloid
masyarakat di Indonesia. Cabai banyak seperti capsaicin,oleoresin, flavanoid dan
mengandung minyak atsiri yang memberi minyak esensial (Rukmana, 2004).
rasa pedas dan panas. Rasa pedasnya Capsaicin (8methyl-N-vanillyl-6-
disebabkan oleh kandungan capsaisin yang nonenamide) merupakan komponen utama
sangat tinggi. Buah cabai banyak alkaloid lipofilik yang memberikan rasa
mengandung vitamin A dan C (Safira, pedas pada cabai. Ukuran pedas dari cabai
2011). tergantung pada kandungan capsaicin dan
Secara umum buah cabai rawit senyawa kapsaisinoid lain yang
mengandung zat gizi antara lain lemak, dikandungnya capsaicin mencapai 90% dari

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 6 No 1Mei 2019 31


total kapsaisinoid yang terdapat dalam cabai essensial yang kurang atau berlebihan dalam
(Yola, 2013). Tiap jenis cabai mempunyai jaringan tanaman akan mencerminkan
tingkat kepedasan yang berbeda.Capsaicin kandungan unsur-unsur dalam tanah.
merupakan salah satu metabolit sekunder Di Indonesia tanah gambut terdapat
pada tanaman cabai. Capsaicin terdapat cukup luas dan tergolong jenis tanah kedua
pada plasenta buah, tempat melekatnya biji yang terluas setelah podsolik.Pengembangan
(Astawan &Kasih, 2008). lahan gambut sebagai lahan pertanian
Disamping sebagai konsumsi dalam terdapat berbagai kendala baik fisik, kimia
negeri, cabai juga merupakan komoditi maupun biologis. Budidaya tanaman pada
eksport yang tinggi nilainya (Wahyudi & lahan gambut dihadapkan oleh kendala
Topan, 2011). Permintaan cabai setiap tahun antara lain pH yang rendah dan kandungan
meningkat seiring dengan bertambahnya hara yang rendah diantaranya unsur N, P dan
jumlah penduduk, dan restoran. Banyaknya K. Menurut Subagyo et al.(1996), potensi
permintaan membuat harga cabai pada awal pengembangan budidaya pada lahan gambut
2011 melonjak tinggi di pasaran. Hal ini diperlukan beberapa strategi pemupukan
karena produksi cabai belum mencukupi yang benar.
permintaan pasar dan kecurangan para Karakteristik kimia tanah gambut di
pedagang yang menimbun dan menaikkan Indonesia sangat beragam dan ditentukan
harga pasaran cabai. oleh kandungan mineral, ketebalan, jenis
Produksi cabai rawit di Indonesia tanaman penyusun gambut, jenis mineral
dalam lima tahun terakhir (2010-2014) pada substratum (di dasar gambut)dan
menunjukkan peningkatan dengan tingkat dekomposisi gambut. Polak (1975)
pertumbuhan sekitar 8.36% (BPS, 2015). mengemukakan bahwa gambut yang ada di
Peningkatan produksi cabai rawit Sumatera dan Kalimantan umumnya
berdasarkan data pada tahun 2010 sampai didominasi oleh bahan kayu-kayuan. Oleh
dengan tahun 2014 tetap tidak dapat karena itu komposisi bahan organiknya
memenuhi kebutuhan cabai rawit nasional sebagian besar adalah lignin yang umumnya
sehingga impor cabai rawit terus dilakukan melebihi 60% dari bahan kering, sedangkan
setiap tahunnya, hal ini dikarenakan belum kandungan komponen lainnya seperti
tercapainya potensi terhadap produksi cabai selulosa, hemiselulosa, dan protein
rawit sebesar 10 sampai dengan 20 ton/ha umumnya tidak melebihi 11%.
(Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2015). Larutan MOL adalah larutan hasil
Tanah merupakan sumber daya alam fermentasi yang berbahan dasar dari
yang mempunyai peranan penting dalam berbagai sumber daya yang tersedia
berbagai segi kehidupan manusia, hewan setempat. Larutan MOL mengandung unsur
dan tanaman. Karakteristik unsur-unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung
dalam tanah sangat berpengaruh terhadap bakteri yang berpotensi sebagai perombak
karakteristik unsur-unsur dalam tanaman bahan organik, perangsang pertumbuhandan
yang tumbuh di atasnya, sehingga sebagai agens pengendali hama dan penyakit
kandungan unsur-unsur essensial dan non tanaman, sehingga MOL dapat digunakan

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 6 No 1Mei 2019 32


baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan M0 : Kontrol
sebagai pestisida organik terutama sebagai M1 : Pemberian MOL sebanyak 1
fungisida (Yeremia, 2016). liter/ulangan
Dari uraian di atas jelas diterangkan M2 : Pemberian MOL sebanyak 1.5 liter
bahwa mikroorganisme lokal dapat /ulangan
memberikan dampak positif bagi M3 : Pemberian MOL sebanyak 2
perkembangan tanaman dan juga dapat liter/ulangan
memperbaiki sifat biologis maupun
kimiawis tanah yang berguna bagi tanaman. Metode Analisis
Oleh karena itu penulismelakukan penelitian Analisis data diolah secara deskriptif
yang berjudul “Respon Pemberian MOL yaitu dinyatakan dengan rataan melalui Ms.
(Mikro Organisme Lokal ) Rebung Bambu Excel.
Terhadap Pertumbuhan Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.) di Media HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambut”.
Tinggi Tanaman (cm)
METODOLOGI PENELITIAN Bibit cabai yang dipindahkan ke
polibag rata-rata tingginya adalah Mo = 5.83
Lokasi dan Waktu Penelitian cm, M1 = 5.52 cm, M2 = 5.57 cm, M3 =
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan 6.34 cm. Berikut menunjukkan selisih rataan
Sempurna, Aek Tapa, Rantauprapat, pertumbuhan tinggi tanaman cabai rawit
Sumatera Utara pada awal bulan April (Tabel 1).
sampai dengan Juli 2018.
Tabel 1. Selisih rataan tinggi tanaman cabai
Bahan dan Alat rawit6 MST
Bahan yang digunakan untuk Perlakuan Tinggi tanaman (cm)
M0 (Kontrol) 1.70
pelaksanaan penelitian adalah benih cabai
M1 (MOL 1 L) 1.98
rawit, tanah gambut, MOL rebung, polybag,
M2 (1.5 L) 1.34
air. Adapun alat yang digunakan untuk M3 (MOL 2 L) 1.59
pelaksanaan penelitian adalah cangkul,
parang, tali rafiah, meteran, gunting, gergaji,
Berdasarkan Tabel 1 diatas
pisau, alat ukur satuan liter dan alat tulis.
menunjukkan pertumbuhan tinggi rata-rata
tanaman cabai rawit terbaik terdapat pada
Metode Penelitian
perlakuan M1, yakni selisih rataan mencapai
Penelitian ini menggunakan metode
1.98 cm yang mana pengaplikasian MOL
Rancangan Acak Kelompok ( RAK) dengan
rebung bambu yang diberikan adalah 1 L.
satu faktor. Penelitian ini terbagi menjadi 4
Unsur N merupakan unsur yang berperan
perlakuan yang diulang sebanyak 10 kali
dalam pembentukan klorofil yang berperan
yaitu :
dalam aktivitas fotosintesis pada daun.
Menurut Saragih et al. (2013), tinggi

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 6 No 1Mei 2019 33


tanaman dan bobot kering tanaman akan Giberelin memiliki fungsi utama yaitu
meningkat seiring dengan penambahan mendorong perkembangan biji,
unsur N. Menurut Suwardi & Roy (2009), pemanjangan batang dan pertumbuhan daun
pemberian N yang semakin tinggi (Dewi, 2008).
berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Pada
Diameter Batang (mm)
penelitian ini rata-rata pencapaian tinggi Dalam penelitian ini peneliti
tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan M1, menyelaraskan diameter batang keseluruhan
selisih tinggi rata-rata mencapai 1.98 cm. pada saat pemindahan ke polibag yakni M0
Tanaman tertinggi terdapat pada tanaman = 2 mm, M1 = 2 mm, M2 = 2 mm, M3 = 2
M1 10, tinggi tanaman 9.2 cm. Hasil mm. Berikut selisih rataan diameter batang
tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pada 6 MST (Tabel 2).
pertumbuhan sangat kecil pada umur
tanaman 6 minggu setelah tanam. Ini Tabel 2. Selisih rataan diameter batang
dikarenakan ketersedian unsur hara yang tanaman cabai rawit 6 MST
berperan pada penambahan tinggi di lahan
Perlakuan Diameter batang
gambut kandungan haranya rendah (mm)
diantaranya unsur N, P dan K (Subagyo et M0 (Kontrol) 0.70
al., 1996). M1 (MOL 1 L) 0.80
Senyawa N yang terkandung dalam M2 (MOL 1.5 L) 0.50
bahan organik berperan dalam sintesa asam M3 (MOL 2 L) 0.40
amino dan protein secara optimal,
selanjutnya digunakan dalam proses Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selisih rataan diameter batang terbesar
sedangkan tanaman yang mengalami terdapat pada perlakuan M1, hal ini
kekurangan unsur hara N menyebabkan menunjukkan bahwa pemberian MOL 1 L
tanaman menjadi kerdil (Decoteau, 2000). berespon baik pada pertumbuhan diameter
Ini membenarkan bahwa rendahnya batang cabai rawit. Diameter batang adalah
penambahan tinggi tanaman pada lahan salah satu parameter yang diamati untuk
gambut disebabkan unsur hara N yang mengetahui respon pertumbuhan tanaman.
rendah. Penelitian ini memperlihatkan Pada penelitian ini menunjukkan hasil
bahwa pemberian M1 (pemberian MOL 1 L) bahwa rataan selisih diameter mencapai 0.80
terhadap penambahan tinggi tanaman cabai mm dibandingkan dengan tanpa pemberian
lebih tinggi dari perlakuan tanpa pemberian MOL. Hal ini menunjukkan pemberian
MOL M0 (kontrol). Artinya pemberian MOL berpengaruh pada pertumbuhan
MOL dapat memberikan asupan unsur hara dimeter tanaman cabai rawit.
N yang kurang pada lahan gambut. Diameter batang semakin bertambah
Menurut Maspray (2012), larutan dipengaruhi oleh unsur hara kalium.
rebung bambu memiliki C organik dan Penelitian Silahooy (2008), tentang efek
giberelin yang tinggi yang mampu pupuk KCl dan SP-36 terhadap kalium
merangsang pertumbuhan tanaman. tersedia, serapan kalium dan hasil kacang
tanah (Arachis hypogaea L.) di Desa Halong

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 6 No 1Mei 2019 34


Kecamatan Baguala, menunjukkan bahwa Tabel 3 menunjukkan bahwa
pentingnya kalium dalam penambahan perlakuan M3 merupakan pertambahan helai
diameter batang berhubungan dengan fungsi daun terbanyak yakni selisih mencapai 13
kalium untuk meningkatkan helai, ini menunjukkan bahwa pemberian
kadarsclerenchyma pada batang. MOL 2 L, memberikan pengaruh yang baik
Sclerenchyma mempunyai fungsi memberi terhadap pertambahan jumlah daun tanaman
penebalan dan kekuatan pada jaringan cabai. Pada penelitian ini menunjukkan
batang sehingga tanaman lebih kuat atau penambahan jumlah rataan daun yang
tidak mudah rebah, dengan penambahan memberikan pengaruh terbaik yaitu pada
pupuk organik padat maka unsur hara perlakuan M3 yang mencapai selisih 13
kalium bertambah dan terjadi penambahan helai daun pada 6 MST, yaitu pemberian
sclerenchyma.Penambahan sclerenchyma MOL 2 L. Dari hasil pengamatan dari
menyebakan diameter batang juga perlakuan MO, M1, M2, M3 menunjukkan
bertambah besar. perbedaan jumlah yang tidak terlalu
Rahmianna & Bel dalam Silahooy signifikan. Semakin banyak daun semakin
(2008) menjelaskan bahwa pertumbuhan tinggi fotosintesis yang terjadi. Menurut
tanaman berkolerasi dengan penambahan Gardner dalamWahida et al. (2011), daun
konsentrasi kalium pada daerah pembesaran. berfungsi sebagai organ utama
Bila tanaman kekurangan kalium pada fotosintesispada tumbuhan, efektif dalam
daerah pembesaran dan perpanjangan sel penyerapan cahaya dan cepat dalam
terhambat, akan mempengaruhi pengambilan CO2. Novizan dalam
pertumbuhan tanaman. Menurut Khaswarina Dongoran, (2009) menyatakan bahwa,
(2001) pada waktu terjadi pembelahan, nitrogen dibutuhkan untuk membentuk
karbohidrat yang dihasilkan akan ditransfer senyawa penting seperti klorofil, asam
ketitik tumbuh batang yang menyebabkan nukleat, dan enzim sedangkan unsur hara
terjadinya pembesaran diameter batang. mikro berfungsi terutama dalam
pembentukan daun dan klorofil pada daun.
Jumlah Daun (helai) Apabila pembentukan daun tersebut
Pada pemindahan bibit cabai rawit terganggu maka proses fotosintesis akan
ke polibag diperoleh data rata-rata pertama terganggu juga dan pertumbuhan tanaman
yakni M0 = 60 helai, M1 = 61 helai, M2 = terganggu dan jika terjadi kekurangan
58 helai, M3 = 57 helai. Berikut nitrogen, tanaman akan tumbuh lambat dan
menunjukkan selisih jumlah daun masing- kerdil. Mengingat gambut memiliki unsur
masing perlakuan (Tabel 3). hara N yang rendah, pemberian MOL
rebung bambu tersebut memberikan
Tabel 3. Selisih jumlah daun cabai rawit pada 6 MST pengaruh yang baik.
Perlakuan Jumlah daun (helai)
M0 (Kontrol) 11.00
M1 (MOL 1 L) 5.00
M2 (MOL 1.5 L) 5.00
M3 (MOL 2 L) 13.00

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 6 No 1Mei 2019 35


KESIMPULAN DAN SARAN Direktur Jendral Bina Produksi Hortikultura.
2015. Statistik Hortikultura Tahun
Kesimpulan 2014. Dirjen Hortikultura ,
Departemen Pertanian, Jakarta 125
1. Pengaplikasian Mikro Organisme
hal.
Lokal rebung bambu dapat Dongoran, D. 2009. Respons pertumbuhan
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi jagung manis (Zea
cabai rawit mays saccharataSturt.) terhadap
2. Pemberian Mikro Organisme Lokal pemberian pupuk cair TNF dan
rebung bambu 1 L memberikan pupuk kandang ayam. Skripsi.
respon yang baik terhadap Universitas Sumatera Utara. Medan.
pertumbuhan tinggi tanaman cabai
Khaswarina. W. 2001. Keragaman Bibit
rawit dengan pencapaian rataan Kelapa Sawit terhadap Pemberian
selisih tertinggi 1.98 cm. Berbagai Kombinasi Pupuk di
3. Pemberian Mikro Organisme Lokal Pembibitan Utama.Jurnal
rebung bambu 1 L memberikan NaturIndonesia.Vol.3(2):138-150.
respon yang baik terhadap diameter
batang tanaman cabai rawit dengan Maspary. 2010. Cara sederhana membuat
hormon/zpt organic sendiri.
pencapaian rataan selisih tertinggi
http://www,gerbangpertanian.com/20
2.80 mm. 10/09/cara-sederhana-membuat-
4. Pemberian Mikro Organisme Lokal hormon-zpt. html. Diakses Pada
rebung bambu 2 L memberikan Tanggal Juli 2018.
respon yang baik terhadap jumlah
daun tanaman cabai rawit dengan Polak. 1975. The Rawa Lakbok (South
Priangan, Java). Investigation into
pencapaian jumlah selisih tertinggi
the composition of an eutrophic
13 helai. topogenous Bog. Cont. Gen. Agr.
Saran Res. Sta. No 8. Bogor
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh dari penelitian ini, menyarankan Rukmana, R. 2004. Usaha Tani Cabai
penggunaan Mikro Organisme Lokal rebung Rawit. Kanisius. Jakarta
bambu untuk meningkatkan pertumbuhan
Safira, E.U. 2011. Jurus Sukses Bertanam
tanaman di media gambut karena dapat
20 Sayuran di Pekarangan Rumah.
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Klaten.53.

DAFTAR PUSTAKA Saragih. D., H. Hermina., N. Nurmauli.


2013. Pengaruh Dosis dan Waktu
Decoteau. 2000. Vegetatif Crop. The Aplikasi Pupuk Urea dalam
Pennsylvania State University. USA. Meningkatkan Pertumbuhan dan
Hasil Jagung Pioner 27.Jurnal
Dewi I. R. 2008. Peranan dan Fitohormon Agrotek Tropika 1(1) : 50-54
bagi Pertumbuhan Tanaman.
UNPAD. Bandung.

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 6 No 1Mei 2019 36


Silahooy Ch. 2008. Efek Pupuk KCl dan SP-
36 terhadap Kalium Tersedia,
Serapan Kalium dan Hasil Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada
Tanah Brunizem.

Subagyo, Maas A. 1996. Pengelolaan lahan


basah dan gambut yang berwawasan
lingkungan. Seminar nasional
perancangan pemangunan pertanian
berwawasan lingkungan pada lahan
gambut. 25-26 September 1996

Suwardi., Roy, E. 2009. Efisiensi


Penggunaan Pupuk N pada Jagung
Komposit Menggunakan Bagan
Warna Daun. Balai Penelitian
Tanaman Serelia. 115 hlm.

Wahida N. R. S. dan Hemusye H.L. 2011.


Aplikasi pupuk kandang pada tiga
varietas sorgum.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/file/d2
d881d09802af860d274c7b731740d.p
df. (juli 2018)

Wahyudi, M. Topan.2011. Panen Cabai di


Pekarangan Rumah. Agromedia
Pustaka. Jakarta

Yeremia, E. 2016. Pengaruh Konsentrasi


Mikroorganisme Lokal (MOL) dari
Rebung Bambu Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim
(Brassica juncea L.) hal : 2

Yola,R., Zulfarman., Refilda. 2013.


Penentuan Kandungan Kapsaisin
pada Berbagai Buah Cabai
(Capsicum) dengan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT).Kimia Unand. 2(2):115-
119.

Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu, Vol 6 No 1Mei 2019 37

You might also like