Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL

TERHADAP KINERJA KARYAWAN


(Studi pada Karyawan PT Industri Kereta Api (Persero) Madiun – Jawa Timur
Desty Sesiana Indriyani
Hamidah Nayati Utami
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Email: destysesianaindriyani@gmail.com

ABSTRACT
Development and growth of the business world as well as changes in the bureaucratic world has spawned a
variety of concepts and understanding of human resource management. These experiences have shaped and
strengthened the concept of HRM to be more robust and character. Every human being wants to be excellent in
every way to achieve the goals of the organization, so that required the Performance Employees who have the
intelligence not only on intellectual intelligence, but also supported by emotional intelligence and spiritual
intelligence. The influence of emotional intelligence and spiritual intelligence on employee performance is
important, because one of the determinants of employee performance and organizational success as well as the
key to progress in the present and the future. The purpose of this study was to determine the significant effect of
Emotional Intelligence and Spiritual Intelligence simultaneously and partially on the performance of employees.
The type of research that used in this research was explanatory research with a quantitative approach to
determine the effect of variables, where the hypothesis test using descriptive statistic analyzes and multiple
linear regression analyzes. The samples used in this study as many as 90 employees of PT. Industri Kereta Api
(Persero)

Kеywords: Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, and Employees Performance.

АBSTRАK
Perkembangan dan pertumbuhan dunia bisnis serta berbagai perubahan dalam dunia birokrasi telah melahirkan
berbagai konsep dan pemahaman tentang manajemen sumber daya manusia. Berbagai pengalaman tersebut telah
membentuk dan mendorong penguatan konsep MSDM secara lebih kokoh dan berkarakter. Setiap manusia ingin
berprestasi dalam segala hal untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga diperlukan Kinerja Karyawan yang
memiliki kecerdasan yang tidak hanya pada kecerdasan intelektual saja, namun juga didukung oleh Kecerdasan
Emoisional dan Kecerdasan Spiritual. Pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja
karyawan adalah penting, karena salah satu penentu Kinerja Karyawan dan keberhasilan organisasi serta kunci
untuk kemajuan di masa kini dan masa depan. Sehubungan dengan itu latar belakang masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah bagaimana tanggapan karyawan PT Industri Kereta Api (Persero) pengaruh kecerdasan emosi
dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual berpengaruh signifikan secara stimultan dan parsial terhadap
kinerja karyawan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan dengan
pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh antar variabel, dimana pengujian hipotesis menggunakan
analisis statitik deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 90 orang pegawai PT Industri Kereta Api (Persero).

Kаtа Kunci: Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Kinerja Karyawan.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 41


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PЕNDAHULUAN emosilah yang sesungguhnya (hampir seluruhnya
Perkembangan dan kemajuan suatu terbukti) mengantarkan seseorang menuju puncak
organisasi tidak dapat dipungkiri jika faktor kualitas prestasi (Agustian, 2007:17). Terbukti, banyak orang
manajemen kinerja memberi pengaruh sebagai yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi,
driven force (kekuatan mendorong) yang mampu terpuruk di tengah persaingan. Sebaliknya, banyak
memberi percepatan kearah masa depan (Fahmi, yang mempunyai kecerdasan intelektual biasa –
2016:137). Secara lebih tegas Amstrong (2004:29) biasa saja, justru sukses menjadi bintang – bintang
dalam Fahmi (2016:137) mengatakan kinerja kinerja, pengusaha – pengusaha sukses dan
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai pemimpin – pemimpin diberbagai kelompok. Oleh
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, sebab itu manusia harus memiliki konsep duniawi
kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi atau kepekaan emosi serta intelegensi yang baik (EQ
ekonomi. Lebih jauh Bastian (2001:392) dalam plus IQ). (Agustian, 2007:17).
Fahmi (2016:137) menyatakan bahwa kinerja adalah Definisi emosi dalam KBBI adalah luapan
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan perasaan yang berkembang dan surut di waktu
suatu kegiatan / program / kebijaksanaan dalam singkat, keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis.
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi Emosi menurut Goleman (2005:411) emosi merujuk
yang tertuang dalam perumusan skema strategis pada suatu perasaan dan pikiran – pikiran khasnya,
(strategic planning) suatu organisasi. Berdasarkan suatu keadaan biologis dan psikologis, dan
pemahaman teori di atas dapat disimpulkan bahwa serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi
kinerja merupakan hasil kerja karyawan yang telah merupakan faktor kecerdasan dari seseorang
dicapai dalam suatu organisasi dengan periode waktu karyawan yang dapat memberikan kontribusi
tertentu. Usaha – usaha manajemen kinerja ditujukan terhadap kinerja seseorang. Orang yang memiliki
untuk mendorong kinerja dalam mencapai tingkat kecerdasan emosional yang baik mampu secara tepat
tertinggi organisasi. Setiap manusia memiliki mengelola ekspresi wajah seperti tersenyum,
keinganan berprestasi dalam segala hal, termasuk cemberut, gembira dan sedih, serta mampu mengatur
dalam bidang pekerjaan khususnya untuk volume dan intonasi suara sesuai kebutuhan dan
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi kondisi lingkungan. Kecerdasan emosional
organisasi. Keberhasilan dan kesuksesan dalam menentukan potensi kita untuk mempelajari
kinerja tidak hanya didukung dari kemampuan keterampilan – keterampilan praktis yang didasarkan
intelektual, namun diperlukan kemampuan pada lima unsur menurut Goleman (2005:39) yang
mengelola emosi. secara parsial mempengaruhi kinerja karyawan.
Menurut pendapat (Goleman, 2005: 3) bahwa Lima komponen tersebut yaitu kesadaran diri,
dalam aturan bekerja kini telah berubah, kita dinilai pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan
berdasarkan tolok ukur baru yaitu tidak hanya dalam membina hubungan dengan orang lain
berdasarkan tingkat kepandaian (kecerdasan (keterampilan sosial). Agar kecerdasan seseorang
intelektual), atau berdasarkan pelatihan dan lebih optimal dalam mencapai kinerja tentu menjadi
pengalaman, tetapi juga berdasarkan seberapa baik sukses saja merupakan impian setiap orang. Di antara
kita mengelola diri sendiri dan berhubungan orang cara menjadi sukses adalah tidak hanya dengan
lain. Secara mendalam menurut (Goleman, 2005: 7) meningkatkan kecerdasan intelektual saja, namun
peran IQ dalam keberhasilan di dunia kerja hanya juga mengasah kecerdasan emosional dan
menempati posisi kedua sesudah kecerdasan kecerdasan spiritual.
emosional dalam menentukan peraihan prestasi Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan
puncak dalam kejayaan. Menurut M Dalyono (2009: kecerdasan tertinggi karena dapat memfungsikan IQ
124) Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat dan EQ secara efektif (Zohar dan Marshall : 2007).
umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap Sehingga Zohar dan Marshall mendefinisikan
sesuatu situasi atau masalah, yang meliputi berbagai kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk
jenis kemampuan psikis seperti: abstrak, berpikir menghadapi persoalan makna atau value, yaitu
mekanis, matematis, memahami, mengingat, kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup
berbahasa, dan sebagainya. kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.
Kecerdasan otak (IQ) berperan sebatas syarat Menurut penjelasan teori tersebut dapat disimpulkan
minimal meraih keberhasilan, namun kecerdasan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 42


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
yang mampu memberikan dan mengerti makna yang baik dipengaruhi faktor – faktor penentu
spiritual atas kehidupan Anda. Sesorang yang kecerdasan baik kecerdasan emosional maupun
memiliki kecerdasan spiritual baik, sehingga akan kecerdasan spiritual dalam setiap karyawan. Faktor
lebih mampu menghadapi berbagai persoalan yang penentu kinerja karyawan salah satunya dapat diukur
dialami. Kecerdasan spiritual juga membuat Anda dengan motivasi yang kuat, memiliki kemampuan
menjadi orang yang memiliki tekad, semangat, dalam pekerjaan yang maksimal sesuai kemampuan
keyakinan, dan memiliki kepribadian yang positif yang dimiliki, memiliki kesadaran yang tinggi
dan jujur. terhadap diri dan lingkungannya, sehingga semua itu
Pentingnya dalam meraih keberhasilan dan dapat diperoleh apabila dalam kecerdasan emosional.
kesuksesan untuk meningkatkan kinerja, seluruh Hal sejalan dengan pendapat Goleman (2005:39)
elemen perusahaan baik manager maupun karyawan menyebutkan bahwa ada lima komponen yang dapat
diperlukan sikap saling menjaga perasaan orang lain digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional
dalam bekerja serta melayani orang lain dengan yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,
sikap rendah hati. Tentunya bukan hanya kecerdasan empati, dan kecakapan dalam membina hubungan
intelektual saja yang diperlukan, tetapi bagaimana dengan orang lain (keterampilan sosial). Kinerja juga
kecerdasan emosional dan spiritual ini dapat dapat diukur dengan kemampuan bersikap fleksibel,
melengkapi dan dapat menjadi penyempurna dari memiliki kemampuan berpikir secara holistik, serta
segala macam kecerdasan. Menurut pemaparan di memiliki kemampuan menjadi mandiri, sehingga
atas peneliti ini hanya berfokus pada kecerdasan dalam beberapa kemampuan tersebut dapat diukur
emosional dan spiritual tanpa maksud untuk dalam kecerdasan spiritual. Menurut penjabaran
menghilangkan kecerdasan intelekual ataupun tersebut dapat diterapkan dan dapat menjadi motivasi
kecerdasan lain. pada seluruh karyawan PT Industri Kereta Api
Berdasarkan uraian diatas, diperlukan suatu (Persero) Madiun. Apabia karyawan dapat
langkah yang signifikan secara stimultan dan parsial mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional
untuk mengintegrasikan antara emosi dan spiritual dan kecerdasan spiritual yang baik, sehingga akan
dalam praktek kehidupan, sehingga terjadi proses meningkatkan karyawan untuk mencapai hasil kerja
integrasi antara kecerdasan emosional dan yang maksimal dan patut untuk diterapkan dan
kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan. pertahankan demi menjaga dan menjadikan
Mengingat dengan alasan tersebut penulis ingin perusahaan akan menjadi lebih baik lagi. Penelitian
mengkaji dan mengetahui lebih jauh tentang ini diharapkan dapat membantu memberikan
tanggapan responden mengenai pengaruh informasi sebagai salah satu dasar pertimbangan
kecerdasaan emosional dan spiritual secara dalam meningkatkan kinerja karyawan melalui
komprehensif yang pada akhirnya akan membentuk pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan
suatu kinerja karyawan pada suatu perusahaan yang spiritual terhadap kinerja karyawan PT Industri
baik. Kereta Api (Persero) Madiun.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Industri
Kereta Api (Persero) yang terletak di Madiun, Jawa KAJIAN PUSTAKA
Timur. PT Industri Kereta Api (Persero) sebagai Kecerdasan Emosional
salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Daniel Goleman (2005 : 411) menyatakan
mana merupakan salah satunya perusahaan rolling bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan
stock dan otomotif terintegrasi pertama di Asia pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
Tenggara. Fokus perusahaan adalah untuk psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
memberikan produk dan layanan berkualitas tinggi bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan
kepada pelanggan, serta layanan purna jual sangat untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi
baik untuk memastikan pelanggan PT Industri Kereta terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
Api (Persero) mendapatkan solusi transportasi individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong
terbaik. Tentunya untuk menjadi perusahaan yang perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
baik dan sudah melebarkan sayapnya ke ranah fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
internasional tentu dibutuhkan karyawan yang dapat seseorang berperilaku menangis.
menyelesaikan kinerjanya dengan baik untuk bisa Kecerdasan emosional juga dapat dikatakan
bersaing dipertengahan persaingan global. Kinerja sebagai paradigma persepsi. Hal ini dikarenakan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 43


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
adanya interaksi langsung antara manusia dengan h. Kecenderungan untuk bertanya mengapa dan
manusia. Kecerdasan emosional sangat berkaitan bagaimana jika untuk mencari jawaban –
dengan kecerdasan emosi Anda. Ini melibatkan jawaban yang mendasar.
kemampuan untuk mengenali emosi Anda sendiri i. Menjadi Pribadi Mandiri
dan juga emosi orang lain Ini termasuk memahami
emosi. Hal ini juga harus lakukan dengan bagaimana Kinerja Karyawan
Anda mengelola emosi Anda dan bagaimana Anda Lohman (2003) dalam Abdullah (2014:145)
mengelola emosi orang lain (Stein, 2009:1). Gardner indikator kinerja adalah suatu variabel yang
dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind dalam digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif
(Goleman, 2005:50) mengatakan bahwa bukan efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan
hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang berpedoman pada target – target dan tujuan
penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, organisasi. Dalam pandangan lain, Moeheriono
melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar (2014:108) mendefinisikan indikator merupakan alat
dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, yang dipergunakan untuk menjelaskan mengenai
matematika / logika, spasial, kinestetik, musik, suatu kondisi tertentu. Misalnya apabila suatu hasil
interpersonal dan intrapersonal. pekerjaan dikatakan bagus, apa yang digunakan
Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner untuk menjelaskan mengenai hal yang disebut bagus
sebagai kecerdasan pribadi dimana oleh Daniel tersebut. Apabila dikatakan seseorang sudah paham
Goleman disebut sebagai kecerdasan apa yang digunakan untuk menjelaskan mengenai
emosional. Menurut Goleman (2005: 512), tingkat pemahaman orang tersebut, paham yang
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang bagaimana dan sejauh mana.
mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to Menurut Bangun (2012: 234) standar pekerjaan
manage our emotional life with intelligence); dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan, dapat
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya dijadikan sebagai dasar penelitian setiap pekerjaan.
(the appropriateness of emotion and its expression) Untuk memudahkan penilaian kinerja karyawan,
melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian standar pekerjaan harus diukur secara jelas melalui
diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. jumlah, kualitas, ketepatan waktu mengerjakannya,
kehadiran, dan kemampuan bekerja sama yang
Kecerdasan Spiritual ditunntut suatu pekerjaan tertentu.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan 1. Jumlah Pekerjaan
untuk menghadapi dan memecahkan persoalan 2. Kualitas Pekerjaan
makna dan nilai. Agar kecerdasan spiritual 3. Ketepatan Waktu
memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan 4. Tingkat Kehadiran
kualitas sumber daya manusia, maka perlu 5. Kemampuan Kerjasama
memahami aspek – aspek kecerdasaan spiritual.
Menurut Zohar dan Marshall (2007:14), aspek – Hipotеsis
aspek kecerdasan spiritual mencangkup hal – hal
berikut : Kecerdasan H2
a. Kemampuan bersikap fleksibel Emosional
b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi (X1)
c. Kemapuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan. H1 Kinerja
d. Kemampuan Untuk Menghadapi dan Karyawan
Melampaui Rasa Sakit. (Y)
e. Kualitas Hidup yang Diilhami oleh Visi dan
Nilai.
f. Keengganan Untuk Menyebabkan Kerugian Kecerdasan
yang Tidak Perlu. Spiritual
(X2)
g. Berpikir secara Holistik H3

Gambar 1. Modеl Hipotеsis


Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 44
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
H1: Terdapat pengaruh signifikan secara stimultan Variabel Kecerdasan Emosional (X1)
antara kecerdasan emosional dan kecerdasan Analisis deskripsi rata – rata persepsi
spiritual terhadap kinerja karyawan. responden dari variabel kecerdasan emosional (X1)
H2: Terdapat pengaruh signifikan antara kecerdasan untuk setiap indikatornya adalah sebagai berikut:
emosional terhadap kinerja karyawan. rata – rata indikator kesadaran diri adalah 3.83, rata
H3: Terdapat pengaruh signifikan antara kecerdasan – rata indikator pengaturan diri adalah 4.00, rata –
spiritual terhadap kinerja karyawan. rata indikator motivasi adalah 4.00, rata – rata
indikator empati adalah 3.87, dan untuk rata – rata
MЕTOD PЕNЕLITIAN indikator keterampilan sosial adalah 3.77. Sehingga
Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian hasil skor rata – rata jawaban responden atau nilai
pеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan grand mean dari variabel kecerdasan emosional (X1)
pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian dilakukan di PT secara total adalah sebesar 3,89. Sehingga rata – rata
Industri Kereta Api (Persero) lokasi di Jl. Yos persepsi responden tersebut berada pada range 3,41
Sudarso No.7, Madiun 63122, Jawa Timur. Didapat – 4,20 yang menunjukkan bahwa variabel
sampеl 90 orang rеspondеn dеngan pеngumpulan kecerdasan emosional berada pada kategori Setuju.
data mеnggunakan kuеsionеr yang dianalisis Rata – rata persepsi terendah terletak pada indikator
mеnggunakan rеgrеsi liniеr bеrganda. keterampilan sosial dengan skor 3.77. Sedangkan
untuk rata – rata persepsi tertinggi terletak pada
HASIL DAN PЕMBAHASAN indikator pengaturan diri dan motivasi dengan skor
Tabеl 1. Hasil Analisis Rеgrеsi Liniеr Bеrganda 4.00.
Model Unstandardized Standardized t Sig. Mengingat dengan adanya teori dari
Coefficients Coefficients Mangkunegara (2009:67) bahwa kinerja diartikan
B Std. Beta sebagai fungsi dari interaksi kemampuan (ability)
Error dan motivasi (motivation) sehingga kinerja (P) = A ×
(Constant) -.419 .344 -1.218 .227
M, disamping kemampuan perlu juga pertimbangan
Kecerdasan
_Emosional
.687 .146 .503 4.701 .000 motivasi untuk menilai kinerja karyawan. Sehingga
1
Kecerdasan_ dengan adanya teori tersebut bahwa kemampuan dan
.390 .123 .340 3.179 .002
Spiritual motivasi merupakan faktor yang berpengaruh sangat
a. Dependent Variable: Kinerja_Karyawan penting untuk kinerja karyawan. Melihat dari hasil
Sumber : Data Primer Diolah, 2018
analisis deskripsi menunjukkan bahwa rata – rata
Tabel 2 Koefisien Determinasi tertinggi dari persepsi responden dalam indikator
Variabel Koefisien
Standardized
Tstatistic Prob
kecerdasan emosional memperoleh skor 4.00 dimana
Coeffisient itu merupakan rata – rata dari indikator pengaturan
Konstanta -0.419 -1.218 0.227
Kecerdasan diri dan motivasi. Dalam pengaturan diri tentunya
0.687 0.503 4.701 0.000 dibutuhkan kemampuan dalam mengelola kondisi,
emosional
Kecerdasan implus dan sumber daya diri sendiri. Sehingga
0.390 0.340 3.179 0.002
spiritual
=
menurut Goleman (2005:45) kecerdasan emosional
Fstatistic = 78.363 Prob merupakan kemampuan emosi yang meliputi
0.000
R-squared = 0.643 Adj R-squared = 0.635 kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
Sumber : Data Primer Diolah, 2018 bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih – lebihkan
Tabel 3. Uji Simultas (Uji F) kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
ANOVAa beban stress tidak melumpuhkan kemampuan
Model Sum of df Mean F Sig. berfikr, berempati dan berdoa.
Squares Square
Regression 35.164 2 17.582 78.363 .000
ᵇ Variabel Kecerdasan Spiritual (X2)
Residual 19.520 87 .224
Total 54.685 89 Analisis deskripsi rata – rata persepsi
a. Dependent Variable: Kinerja_Karyawan responden dari variabel kecerdasan spiritual (X2)
b.Predictors: (Constant), Kecerdasan_Spiritual, untuk setiap indikatornya adalah sebagai berikut:
Kecerdasan _Emosional rata – rata indikator kemampuan bersikap fleksibel
Sumber : Data Primer Diolah, 2018 adalah 3.91, rata – rata indikator tingkat kesadaran

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 45


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
diri yang tinggi adalah 3.96, rata – rata indikator lain bahwa kinerja yang baik juga dipengaruhi oleh
kemampuan untuk menghadapi & memanfaatkan karyawan yang dapat menenempatkan dan
penderitaan adalah 3.98, rata – rata indikator memecahkan perilaku dan hidup manusia dalam
kemampuan untuk menghadapi dan melapaui rasa konteks makna yang lebih luas dan kaya sehingga
sakit adalah 3.95, rata – rata indikator kualitas hidup prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya dapat
yang diilhami oleh visi dan nilai adalah 3.85, rata – meningkat dan mencapai tujuan yang telah
rata indikator ketidakinginan untuk menyebabkan ditetapkan.
kerugian yang tidak perlu adalah 3.98, rata – rata
indikator berpikir secara holistik adalah 3.70, rata – Variabel Kinerja Karyawan (Y)
rata indikator kecenderungan bertanya untuk Analisis deskripsi rata – rata persepsi
mencari jawaban yang mendasar adalah 3.87, dan responden dari variabel kinerja karyawan (Y) untuk
rata – rata indikator menjadi pribadi yang mandiri setiap indikatornya adalah sebagai berikut: rata – rata
adalah 3.48. Sehingga hasil skor rata – rata jawaban indikator kuantitas kerja adalah 3.70, rata – rata
responden atau nilai grand mean dari variabel indikator kualitas kerja adalah 3.93, rata – rata
kecerdasan spiritual (X2) secara total adalah sebesar indikator pemanfaatan waktu adalah 3.75, rata – rata
3,85. Sehingga rata – rata persepsi responden indikator tingkat kehadiran adalah 3.49, dan rata –
tersebut berada pada range 3,41 – 4,20 yang rata indikator kerjasama adalah 3.88. Sehingga hasil
menunjukkan bahwa variabel kecerdasan spiritual skor rata – rata jawaban responden atau nilai grand
berada pada kategori Setuju. Rata – rata persepsi mean dari variabel kinerja karyawan (Y) secara total
terendah terletak pada indikator menjadi pribadi adalah sebesar 3,75. Sehingga rata – rata persepsi
mandiri dengan skor 3.48. Sedangkan untuk rata – responden tersebut berada pada range 3,41 – 4,20
rata persepsi tertinggi terletak pada indikator yang menunjukkan bahwa variabel kecerdasan
ketidakinginan untuk menyebabkan kerugian yang spiritual berada pada kategori baik. Rata – rata
tidak perlu dengan skor 3.98. persepsi terendah terletak pada indikator tingkat
Mengingat dengan adanya teori dari Agustian kehadiran dengan skor 3.49. Sedangkan untuk rata –
(2001:57) bahwa kecerdasan spiritual sebagai rata persepsi tertinggi terletak pada indikator kualitas
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan kerja dengan skor 3.93.
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
menenempatkan dan memecahkan perilaku dan Mangkunegara (2009:67) kinerja diartikan sebagai
hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas fungsi dari interaksi kemampuan (ability) dan
dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan motivasi (motivation) sehingga kinerja (P) = A × M,
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna disamping kemampuan perlu juga pertimbangan
dibandingkan dengan yang lain. Dari analisis rata – motivasi untuk menilai kinerja karyawan. Menurut
rata persepsi tertinggi terletak pada indikator ketidak (Moeheriono 2014:96) menyatakan arti kinerja yang
inginan untuk menyebabkan kerugian yang tidak sebenarnya berasal dari kata – kata job performance
perlu, berdasarkan teori Agustian (2001:57) tersebut dan disebut juga actual performance atau prestasi
dinyatakan untuk menghadapi dan memecahkan kerja atau prestasi sesungguhnya yang telah dicapai
persoalan makna dan nilai, kecerdasan untuk oleh seorang karyawan. Berdasarkan analisis
menenempatkan dan memecahkan perilaku dan deskripsi dari variabel kinerja karyawan akan baik
hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dimana jika kualitas kerja juga baik. Untuk
dan kaya dari teori ini mendukung analisis deskripsi meningkatkan kualitas kerja yang baik dibutuhkan
dimana kecerdasan spiritual juga merupakan prestasi kerja yang dapat diperoleh dari kemampuan
kemampuan untuk memberi makna spiritual (ability) dan motivasi (motivation) karyawan itu
terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta sendiri. Dimana karyawan yang memiliki kecerdasan
mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara emosional dan kecerdasan spiritual yang baik juga
komprehensif (Agustian, 2001:45). Sedangkan dapat mempengaruhi kinerja karyawan dengan
menurut teori Moeheriono 2014:96 menyatakan arti mudah mencapai tujuan dan nilai perusahaan.
kinerja yang sebenarnya berasal dari kata – kata job
performance dan disebut juga actual performance
atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
telah dicapai oleh seorang karyawan. Dengan kata

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 46


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Berdasarkan analisis deskripsi dalam
Kecerdasan Spiritual Secara Simultan Terhadap penelitian ini menunjukkan bahwa rata – rata
Kinerja Karyawan jawaban responden pada variabel kecerdasan
Berdasarkan hasil analisis regresi linier emosional adalah dengan grand mean 3.89.
berganda, variabel kecerdasan emosional (X1) dan Sedangkan dalam variabel kecerdasan spiritual rata –
variabel kecerdasan spiritual (X2) yang memiliki rata jawaban responden adalah dengan grand mean
hasil pengujian secara simultan tersebut 3.85. Hal ini berarti variabel kecerdasan emosional
menunjukkan probabilitas <level of significance dan kecerdasan spiritual berkategori dengan nilai
(=5%) sehingga variabel kecerdasan emosional dan “Setuju”. Dimana kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual memiliki pengaruh yang kecerdasan spiritual yang tinggi akan meningkatkan
signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil kinerja karyawan dalam suatu organisasi ataupun
penelitian ini juga menunjukkan korelasi antara dalam suatu perusahaan. Dengan ini karyawan pada
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual PT Kereta Api Indonesia (Persero) setuju bahwa
terhadap kinerja karyawan termasuk dalam kategori kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
kuat. Selain itu berdasarkan nilai adjusted R Square berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan item
diketahui bahwa variabel kecerdasan emosional (X1) pernyataan yang diajukkan oleh peneliti. Item - item
dan kecerdasan spiritual (X2) memberikan perntayaan dalam kecerdasan emosional adalah
kontribusi terhadap variabel kinerja karyawan (Y) sebagai berikut: lebih baik menyendiri daripada
sebesar 0.635. Hal ini berarti keragaman variabel bertengkar dengan rekan kerja, karyawan
kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel mengetahui bagaimana harus bersikap dalam situasi
kesadaran emosional dan kecerdasan spiritual sulit, karyawan mampu melakukan pekerjaan tanpa
sebesar 63.5%, atau dengan kata lain kontribusi mengeluh, karyawan melakukan sesuatu dengan hati
variabel kesadaran emosional dan kecerdasan – hati, karyawan menyampaikan sesuatu dengan
spiritual terhadap variabel kinerja karyawan sebesar kenyataan, karyawan mampu mengelolah emosi
63.5%, sedangkan sisanya sebesar 36.5% merupakan meskipun dalam keadaan penuh tekanan, karyawan
kontribusi dari variabel lain yang tidak dibahas berusaha memperbaiki diri dan terus berjuang untuk
dalam penelitian ini. mencapai sesuatu yang diinginkan, karyawan dapat
Menurut Mangkunegara (2009:67) kinerja memotivasi diri sendiri untuk mencapai hasil yang
diartikan sebagai fungsi dari interaksi kemampuan terbaik, karyawan dapat melihat sisi positif dan
(ability) dan motivasi (motivation) sehingga kinerja negatif dari segala hal, karyawan dapat memahami
(P) = A × M, disamping kemampuan perlu juga perasaan orang lain atau rekan kerja, karyawan dapat
pertimbangan motivasi untuk menilai kinerja memikirkan perasaan orang lain sebelum
karyawan. Menurut Robbins (2003:378) dalam mengungkapkan pandangan diri sendiri, karyawan
Wibowo (2011: 156) menyatakan motivasi sebagai senang membantu rekan kerja / orang lain yang
proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah mengalami kesulitan, karyawan dapat memelihara
(direction), dan usaha terus menerus (persistence) hubungan baik dengan semua pihak, karyawan
individu menuju pencapaian tujuan. Intensitas mampu bekerjasama dengan orang yang berbeda
menunjukkan seberapa keras seseorang berusaha. pandangan, karyawan dapat berhubungan dengan
Tetapi intensitas yang tinggi tidak mungkin orang lain meskipun dalam konflik. Sehingga dapat
mengarah pada hasil kinerja yang baik, kecuali usaha disimpulkan bahwa karyawan memiliki kecerdasan
dilakukan dalam arah yang menguntungkan emosional yang baik dalam menyelesailkan suatu
organisasi. Karenanya harus dipertimbangkan pekerjaan.
kualitas usaha maupun intensitasnya. Motivasi Sedangkan dalam item – item pernyataan
mempunyai dimensi usaha terus menerus. dalam kecerdasan spiritual yang diajukan oleh
Sedangkan Wibowo (2011:379) mengartikan peneliti adalah sebagai berikut: dapat beradaptasi
motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian dengan keadaan atau lingkungan baru, antusias
proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. dalam melakukan sesuatu, menyadari kekurangan,
Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi menyadari kosekuensi dari setiap perbuatan, dapat
meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menghadapi penderitaan, dapat memanfaatkan
menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat terus – penderitaan ketika hal buruk menimpa dan menukan
menerus dan adanya tujuan. cara untuk terus maju, dapat menghadapi rasa sakit

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 47


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
dan menjadikan pelajaran, dapat melampaui rasa Pengaruh Kecerdasan Emosional dan
sakit dan menjadi lebih dekat dengan tuhan, bekerja Kecerdasan Spiritual Secara Parsial Terhadap
ekstra demi menghasilkan kesempurnaan dan Kinerja Karyawan
terciptanya visi, mengabdi pada nilai – nilai yang Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
lebih tinggi, berusaha memanfaatkan segala sesuatu Kinerja Karyawan
dengan baik dan tidak merugikan orang lain, Berdasarkan hasil uji t variabel kecerdasan
menerapkan sikap hati – hati dalam kehidupan sehari emosional (X1) diperoleh signifikansi sebersar 4,701
– hari, menyadari permasalahan yang dialami saling dengan probabilitas sebesar 0,0000. Hasil pengujian
berhubungan, mencari konteks yang lebih luas tersebut menunjukkan probabilitas < level of
hingga mengetahui akar permasalahannya, sering significance (α = 5%)., sehingga variabel kecerdasan
memperhatikan sesuatu yang sedang terjadi, emosional memiliki pengaruh yang signifikan
berusaha mencari jawaban atas persoalan yang terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan analisis
terjadi, hasil memuaskan dapat dicapai atas usaha deskripsi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
sendiri, mengerjakan tugas yang diberikan dan rata – rata jawaban item – item pada kecerdasan
bersedia menanggung resiko. Sehingga dapat emosional adalah “Baik” atau “setuju” dengan nilai
disimpulkan bahwa karyawan memiliki kecerdasan grand mean sebesar 3.89. melihat rata – rata jawaban
spiritual yang baik dalam menyelesailkan suatu responden tertinggi terletak pada indikator
pekerjaan. pengaturan diri dan indikator motivasi dengan grand
Hasil penelitian ini mendukung penelitian mean sebesar 4.00.
terdahulu yang dilakukan oleh Septina Mulya (2007) Melihat dari rata – rata responden tertinggi
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh terletak pada indikator pengaturan diri dan indikator
kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan motivas yang mana juga diperkuat dengan teori
cukup besar. Tanpa adanya kecerdasan emosional, Mangkunegara (2009:67) kinerja diartikan sebagai
maka kinerja karyawan akan menjadi rendah, fungsi dari interaksi kemampuan (ability) dan
sehingga produktivitas karyawan juga akan menjadi motivasi (motivation) sehingga kinerja (P) = A × M,
rendah. Oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan disamping kemampuan perlu juga pertimbangan
kecerdasan emosional yang optimal guna motivasi untuk menilai kinerja karyawan. Secara
meningkatkan kinerja. Selain itu penelitian ini juga teori terbukti bahwa karyawan yang memiliki
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Devi kemampuan mengatur emosi dan dapat memotivasi
Rolliyawati (2011) yang juga menyatakan terdapat diri dalam bekerja maka akan lebih mudah mencapai
pengaruh secara signifikan terhadap kinerja kinerja yang maksimal. Sebaliknya, apabila
karyawan melalui motivasi kerja. Sedangkan karyawan tidak memiliki kemampuan mengatur
menurut Ida Nur Hidayati mengatakan bahwa emosinya dan memotivasi diri dalam bekerja maka
kecerdasan emosional tidak berpengaruh signifikan akan menghambat pekerjaan dan hal ini akan
tehadap kinerja, sedangkan kecerdasan spiritual membuat kinerja menurun.
memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan
kerja dan kinerja karyawan. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kinerja Karyawan
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang Berdasarkan hasil uji t variabel kecerdasan
dimiliki karyawan merupakan faktor yang penting spiritual (X2) diperoleh signifikansi sebersar 3,179
dalam meningkatkan kinerja karyawan. Karyawan dengan probabilitas sebesar 0,0002. Hasil pengujian
yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan tersebut menunjukkan probabilitas < level of
spiritual yang tinggi akan berdampak baik pada significance (α = 5%)., sehingga variabel kecerdasan
kinerja karyawan. Pihak perusahaan harus senantiasa emosional memiliki pengaruh yang signifikan
mengawasi dan memotivasi karyawan agar terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan analisis
kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang deskripsi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
dimiliki karyawan tidak menurun sehingga tujuan – rata – rata jawaban item – item pada kecerdasan
tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai nilai dan visi emosional adalah “Baik” dengan nilai grand mean
perusahaan. sebesar 3.85. melihat rata – rata jawaban responden
tertinggi terletak pada indikator kemampuan untuk
menghadapi & memanfaatkan penderitaan serta

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 48


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
indikator ketidakingin untuk menyababkan kerugian KЕSIMPULAN DAN SARAN
yang tidak perlu dengan grand mean sebesar 3.98. Kеsimpulan
Artinya banyak karyawan menilai bahwa kecerdasan 1. Hasil pengujian deskriptif melalui rata – rata
spiritual utamanya dilihat dari kemampuan untuk masing – masing variabel, dapat disimpulkan
menghadapi penderitaan yang belajar dari kegagalan bahwa rata – rata persepsi responden pada
pada masa silam dan mampu melampauinya serta variabel kecerdasan emosional (X1),
mamanfaatkan penderitaan ketika hal buruk Kecerdasan spiritual (X2), dan Kinerja
menimpa dan mencari cara untuk terus melangkah Karyawan (Y) memiliki skor yang berada pada
maju. range antara 3.41 – 4.20. Kategori pada range
Berdasarkan teori menurut Zohar dan antara tersebut dapat dikatakan bahwa karyawan
Marshall (2007:30) bahwa kecerdasan spiritual setuju. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kinerja karyawan pada PT Industri Kereta Api
kecerdasan untuk menenempatkan dan memecahkan (Persero) sudah baik.
perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna 2. Pengaruh secara simultan (bersama – sama) tiap
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai variabel bebas terhadap kinerja karyawan
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih dilakukan dengan pengujian F-test. Dari hasil
bermakna dibandingkan dengan yang lain. Mengacu analisisregresi linier berganda diperoleh hasil
pada teori motivasi yang dikemukakan Maslow, pengujian secara simultan yang menunjukkan
kecerdasan spiritual terkait dengan aktualisasi diri bahwa probabilitas < level of significance
atau pemenuhan tujuan hidup, yang merupakan (α=5%) sehingga variabel kecerdasan emosional
tingkatan motivasi yang tertinggi. Kecerdasan dan variabel kecerdasan spiritual memiliki
spiritual yang tinggi ditandai dengan adanya pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
pertumbuhan dan transformasi pada diri seseorang, Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian
tercapainya kehidupan yang berimbang antara karier terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa
/ pekerjaan dan pribadi/keluarga, serta adanya adanya pengaruh secara simultan variabel
perasaan suka cita serta puas yang diwujudkan dalam kecerdasan emosional dan variabel kecerdasan
bentuk menghasilkan kontribusi yang positif dan spiritual terhadap variabel kinerja karyawan
berbagi kebahagiaan kepada lingkungan. Menurut dapat diterima.
Agustian (2007:45) Spiritual 3. Untuk mengetahui pengaruh secara individu
Quotient atau SQ diyakini merupakan tingkatan (parsial) variabel bebas yaitu variabel
tertinggi dari kecerdasan,yang digunakan untuk kecerdasan emosional (X1) dan variabel
menghasilkan arti (meaning) dan nilai (value). kecerdasan spiritual (X2) terhadap kinerja
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa karyawan dilakukan dengan pengujian t-test.
kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kinerja Berdasarkan pada hasil uji parsial didapatkan
karyawan. Karyawan dengan SQ yang tinggi bahwa kedua variabel masing – masing hasil
biasanya akan lebih cepat mengalami pemulihan dari pengujian menunjukkan probabilitas < level of
suatu penyakit, baik secara fisik maupun mental. significance (α=5%), sehingga kedua variabel
Karyawan lebih mudah bangkit dari suatu kejatuhan kecerdasan emosional dan variabel kecerdasan
atau penderitaan, lebih tahan menghadapi stres, lebih spiritual memiliki pengaruh signifikan terhadap
mudah melihat peluang karena memiliki sikap kinerja karyawan.
mental positif serta lebih ceria, bahagia dan merasa
puas dalam menjalani kehidupan. Namun berbeda Saran
dengan karyawan yang memiliki SQ rendah. Pada 1. Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
orang dengan SQ rendah, keberhasilan dalam hal merupakan salah satu komponen yang mampu
karier, pekerjaan, penghasilan, status dan masih meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja
banyak lagi hal-hal yang bersifat materi ternyata karyawan. untuk itu perusahaan khususnya PT
tidak selalu mampu membuatnya bahagia. Industri Kereta Api (Persero) perlu
Persaingan dan perbedaan kepentingan yang mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan
berlangsung begitu ketat sering kali membuat emosional dan kecerdasan spiritual karyawan,
manusia kehilangan arah dan identitas.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 49


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
salah satunya dengan memberikan kemampuan Moeheriono. 2014. Pengukuran Kinerja Berbasis
dan motivasi dalam lingkungan kerja. Kompetensi Edisi Revisi. Jakarta: Raja
2. Kemampuan (ability) dan motivasi (motivation) Grafindo Persada.
dapat lebih mudah mencapai kinerja yang baik.
Robbins, Stephen, P. 2003. Organizational
Untuk itu manajeman PT Industri Kereta Api
(Persero) perlu memperhatikan dan Behavior. New Jersey: Pretice Hall.
meningkatkan kemampuan dan motivasi dalam
kinerja karyawan. Dimana kemampuan dapat Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja Edisi kelima.
mengatur emosi dan memotivasi diri dalam Depok: PT Raja Grafindo Persada.
bekerja sehingga lebih mudah mencapai kinerja
Zohar, dan Marshall, I. 2007. SQ: Spiritual
yang maksimal.
Intelligence The Ultimate Intelligence. Alih
3. Penelitian selanjutnya dapat menguji dan
Bahasa Rahmani Astuti dkk. Bandung:
mengembangkan kembali penelitian ini dengan
Penerbit Mizan Media Utama.
obyek yang berbeda, misalnya pada organisasi
atau perusahaan swasta, dan dapat
membandingkan hasilnya dengan hasil
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ma’aruf. 2014. Manajemen dan Evaluasi
Kinerja Karyawan. Yogyakarta: Aswanda
Pressindo.
Agustian, Ari Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ: Emotional Spiritual
Quotient,, New Edition. Jakarta: Penerbit
Arga.

Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya


Manusia. Jakarta: Erlangga.
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik, Edisi
Pertama. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
UGM, Yogyakarta. Hal. 329.
Fahmi, Irham. 2016. Pengantar Manajemen Sumber
Daya Manusia Konsep & Kinerja.
Jakarta:Mitra Wacana Media.
Goleman, Daniel. 2005. Kecerdasan emosi untuk
mencapai puncak prestasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
----------------------. 2005. Kecerdasan Emosional.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu,. 2009.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja
Rosdayakarya. Hal.18.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No. 1 Juni 2018| 50


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like