Professional Documents
Culture Documents
Analisis Faktor Kepatuhan Berobat Berdasarkan Skor
Analisis Faktor Kepatuhan Berobat Berdasarkan Skor
Analisis Faktor Kepatuhan Berobat Berdasarkan Skor
Siti Julaiha
Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Tanjung Karang, Indonesia
Email: sitijulaiha@poltekkes-tjk.ac.id
Abstrak: Analisis Faktor Kepatuhan Berobat Berdasarkan Skor MMAS-8 pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik kronis yang
dikenal sebagai sillent killer. Indonesia menempati urutan ke-5 terbesar di dunia dalam jumlah
penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2014. Ketidakpatuhan pasien terhadap rekomendasi terapi
dapat meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular yang menyebabkan
kerusakan organ seperti ginjal, jantung, otak, dan mata. Salah satu instrumen kepatuhan
pengobatan yang dapat dipakai adalah MMAS-8 (Morisky Medication 8-item Adherence Scale)
yaitu nilai kepatuhan mengkonsumsi obat dengan 8 skala pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kepatuhan minum obat pada penderita penyakit kronik yang membutuhkan terapi
jangka panjang seperti hipertensi, diabetes mellitus, TBC, dll. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pada pasien DM tipe 2
rawat jalan di RS Mardiwaluyo Kota Metro tahun 2018. Desain penelitian adalah observasi
analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang
berobat rawat jalan di RS Mardi Waluyo Kota Metro Tahun 2018. Data yang dikumpulkan
merupakan hasil pengukuran kepatuhan dengan menggunakan kuesioner MMAS-8. Analisis data
menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan
pendapatan dan pendidikan merupakan faktor risiko terbesar bagi ketidakpatuhan berobat pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS Mardi Waluyo Kota Metro. Pasien dengan pendapatan <Rp
2.100.000,- memiliki risiko tidak patuh sebesar 2,981 kali dibandingkan dengan pasien DM tipe 2
rawat jalan dengan pendapatan ≥Rp 2.100.000,-. Pasien dengan pendidikan dasar memiliki risiko
tidak patuh sebesar 2,724 kali dibanding pasien dengan pendidikan lanjutan.
203
204 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, hlm 203-214
Diabetes Mellitus dikenal sebagai Mother of kepatuhan pasien tidak sepenuhnya terdapat pada
Disease yang merupakan induk penyakit- pasien, namun juga dilakukan adanya
penyakit lain seperti penyakit kardiovaskuler, pembenahan pada sistem kesehatan dan petugas
gagal ginjal, dan kebutaan (American Diabetes pelayanan kesehatan (Perkeni, 2015). Salah satu
Association, 2017). WHO secara resmi merilis 10 instrumen kepatuhan pengobatan yang dapat
penyakit penyebab kematian tertinggi di dipakai adalah MMAS-8 (Morisky Medication 8-
Indonesia, Diabetes Mellitus menempati urutan item Adherence Scale) yaitu nilai kepatuhan
ketiga setelah penyakit stroke dan penyakit mengkonsumsi obat dengan 8 skala pengukuran
iskemia jantung (WHO, 2013). Selanjutnya pada yang digunakan untuk mengukur kepatuhan
Tahun 2017, prevalensi Diabetes Mellitus tercatat minum obat pada penderita penyakit kronik yang
sebesar 6,7% dari total orang dewasa di membutuhkan terapi jangka panjang seperti
Indonesia atau sekitar 10 juta kasus (IDF, 2017). hipertensi, diabetes mellitus, TBC, dll (Morisky,
Diabetes Mellitus Tipe-2 merupakan et al, 2008).
diabetes yang paling sering dijumpai. Jumlah Prevalensi kepatuhan pasien pada terapi
penderita DM tipe-2 tercatat sekitar 90% dari jangka panjang di negara-negara maju hanya
total keseluruhan penderita diabetes di seluruh berkisar 50%, sedangkan di negara-negara
dunia (World Health Organization, 2013). berkembang prevalensinya lebih rendah (Wiffen,
Diabetes Mellitus merupakan penyakit et al, 2015). Faktor yang mempengaruhi
kronis kompleks yang membutuhkan perawatan kepatuhan pasien dalam berobat antara lain jenis
medis jangka panjang dengan cara pengurangan kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan,
risiko yang disebabkan oleh berbagai faktor pendapatan, dan status pernikahan, tersedianya
seperti mengendalikan kadar glukosa dalam asuransi kesehatan yang meringankan pasien
darah (American Diabetes Association, 2017). dalam membayar biaya pengobatan, penyakit
Penyakit Diabetes Mellitus seringkali tidak penyerta, lama pengobatan, jenis pengobatan,
terdeteksi dan onset atau mulai terjadinya DM jumlah item obat, reaksi obat tidak
tujuh tahun sebelum diagnosis ditegakkan, dikehendaki/ROTD, penggunaan obat alternatif,
sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi dan edukasi (Suhadi, 2011; Wulandari, Andrajati,
pada kasus yang tidak terdeteksi ini (Soegondo, & Supardi, 2015; Bagonza, Rutebemberwa, &
et al., 2009). Bazeyo, 2015; Wiffen, et al., 2015).
Pengobatan pada pasien Diabetes Mellitus Menurut penelitian Boyoh, et al., (2015),
(DM) bertujuan untuk mencegah komplikasi dan data yang didapat dari hasil penelitian hubungan
meningkatkan keberhasilan terapi. Keberhasilan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada
pengobatan tidak hanya meliputi ketepatan pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 di Poliklinik
diagnosa, ketepatan pemilihan obat, ketepatan Endokrin RSUP Prof.Dr. R. D. Kandou Manado
pemilihan dosis, tetapi juga kepatuhan dalam yaitu lebih banyak yang tidak patuh sebesar
berobat (Anna, 2011). 62.1%.
Salah satu indikator keberhasilan Tujuan penelitian ini adalah untuk
penatalaksanaan terapi yaitu kepatuhan pasien mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
terhadap rekomendasi terapi. Ketidakpatuhan dengan kepatuhan berobat dan faktor yang paling
pasien terhadap rekomendasi terapi dapat dominan beerhubungan dengan kepatuhan
meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular berobat pada pasien Diabetes Mellitus Tipe-2
dan makrovaskular yang menyebabkan kerusakan Rawat Jalan di Rumah Sakit Mardi Waluyo Kota
organ seperti ginjal, jantung, otak, dan mata Metro Tahun 2018.
(Shams, Barakat, 2010). Sebaliknya, kepatuhan
pasien Diabetes Mellitus terhadap terapi yang
telah diindikasikan dan diresepkan oleh dokter METODE
akan memberikan efek terapeutik yang positif.
Dalam kenyataannya, meskipun memerlukan Penelitian ini merupakan penelitian
tingkat kepatuhan pengobatan yang tinggi, masih observasi analitik dengan pendekatan cross
banyak pasien yang memiliki tingkat kepatuhan sectional. Pengukuran terhadap variable
rendah dalam menjalankan program manajemen independen dan dependen dilakukan sekali dalam
pengobatan (Tombokan, 2015). waktu yang bersamaan. Variabel dependen dalam
Kepatuhan merupakan kejadian multifaktor penelitian ini adalah kepatuhan berobat,
yang saling terkait yaitu faktor sosial dan sedangkan variabel independen meliputi jenis
ekonomi, faktor sistem kesehatan, faktor kondisi kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan,
penyakit, faktor terapi dan faktor pasien. Oleh pendapatan, status pernikahan, penyakit penyerta,
karena itu dalam menyelesaikan masalah tentang lama pengobatan, jenis pengobatan, jumlah item
Julaiha, Analisis Faktor Kepatuhan Berobat Berdasarkan Skor MMAS-8… 205
obat, reaksi obat tidak dikehendaki/ROTD, Mardi Waluyo periode April-Juli tahun 2018
interaksi obat, penggunaan obat alternatif, dan dengan jumlah sampel sebanyak 200 pasien.
edukasi. Analisis data dilakukan secara univariat,
Kepatuhan berobat pasien Diabetes bivariat, dan multivariat. Analisis univariat
Mellitus (DM) Tipe-2 diukur dengan dilakukan untuk memperoleh gambaran
menggunakan score yang diperoleh dari hasil karakteristik sosiodemografi dan karakteristik
pengisian kuisioner MMAS-8 seperti yang klinis pasien. Analisis bivariat dilakukan untuk
terlihat pada table 1. Pertanyaan dari no. 1 hingga melihat kekuatan hubungan antara faktor-faktor
7 untuk “ya” bernilai 1 dan “tidak” bernilai 0. yang diteliti dengan kepatuhan berobat pada
Sedangkan pertanyaan pada no. 5 untuk jawaban pasien DM tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit
“ya” bernilai 0 dan “tidak” bernilai 1. Pertanyaan Mardi Waluyo Kota Metro. Analisis multivariat
pada no. 8 untuk jawaban “A” bernilai 0 dan dilakukan untuk mengetahui faktor dominan
jawaban “B-E” bernilai 1. Pasien dinyatakan yang berhubungan dengan kepatuhan berobat
patuh jika skor 0-2. Pasien dinyatakan tidak pada pasien.
patuh jika skor >2. Penelitian ini telah mendapatkan
Populasi dalam penelitian ini adalah persetujuan etik penelitian (ecthical clearance)
seluruh pasien yang didiagnosis Diabetes dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Politeknik
Mellitus Tipe-2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Kesehatan Tanjung Karang Nomor
73/EC/KEP/TJK/IV/2018.
HASIL
Jumlah pasien DM tipe 2 yang dijadikan pasien patuh. Table 2 menunjukkan data
sampel pada penelitian ini sebanyak 200 orang, karakteristik sosiodemografi pasien DM tipe 2
yang terdiri dari 84 pasien tidak patuh dan 116 rawat jalan di RS Mardi Waluyo Kota Metro.
206 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, hlm 203-214
tidak patuh pada kelompok pasien dengan jenis jumlah obat ≥5 obat adalah sebesar 41,1%.
pengobatan oral adalah sebesar 43,5%. Sedangkan persentase pasien tidak patuh pada
Berdasarkan jumlah obat, terlihat bahwa kelompok pasien dengan jumlah obat <5 obat
persentase kelompok pasien tidak patuh dengan adalah sebesar 44,1%.
Berdasarkan ROTD, terlihat bahwa persentase pasien tidak patuh pada kelompok
persentase kelompok pasien tidak patuh yang pasien yang tidak menggunakan obat alternatif
mengalami ROTD adalah sebesar 53,8%. adalah sebesar 40,9%.
Sedangkan persentase pasien tidak patuh pada Berdasarkan edukasi pengobatan yang
kelompok pasien yang tidak mengalami ROTD diterima pasien, terlihat bahwa persentase
adalah sebesar 40,2%. ROTD yang dialami kelompok pasien tidak patuh yang tidak
pasien meliputi mual, kembung, sesak napas, diberikan edukasi pengobatan adalah sebesar
pusing, dan lemas. Berdasarkan Pengobatan 39,8%. Sedangkan persentase pasien tidak patuh
alternatif, terlihat bahwa persentase kelompok pada kelompok pasien yang diberikan edukasi
pasien tidak patuh yang menggunakan obat pengobatan adalah sebesar 45,1%.
alternatif adalah sebesar 43,8%. Sedangkan
208 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, hlm 203-214
Tabel 5. Analisis Multivariat Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan
B Wald Sig. OR 95.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
a
Step 1 JenisKelamin 1 .617 2.123 .145 1.854 .808 4.252
Pendidikan 1 .979 5.527 .019 2.662 1.177 6.021
Pekerjaan -.144 .136 .712 .866 .404 1.858
Pendapatan 1.019 5.076 .024 2.770 1.142 6.720
Constant -.578 6.201 .013 .561
Step 2a Jenis Kelamin 1 .548 2.099 .147 1.730 .824 3.632
Pendidikan 1 .957 5.391 .020 2.603 1.161 5.839
Pendapatan .990 4.941 .026 2.691 1.124 6.439
Constant -.608 7.759 .005 .545
Step 3a Pendidikan 1 1.002 6.080 .014 2.724 1.228 6.042
Pendapatan 1.092 6.273 .012 2.981 1.268 7.007
Constant -.516 6.213 .013 .597
Untuk mengetahui faktor dominan yang et al (2014) yang menunjukkan bahwa mayoritas
berhubungan dengan kepatuhan berobat pada pasien penderita DM 2 adalah perempuan (80%).
pasien DM tipe 2 rawat jalan di RS Mardi Analisis hubungan kedua variabel
Waluyo Kota Metro, dilakukan analisis didapatkan OR 2,811 (95% CI 1,435-5,508), dan
multivariate regresi logistik ganda dengan nilai p-value=0,004, artinya pasien diabetes
metode stepwise backward (Likelihood Ratio). mellitus tipe 2 berjenis kelamin perempuan
Tabel 5 menunjukkan bahwa pasien DM berisiko sebesar 2,811 kali untuk tidak patuh
Tipe 2 Rawat jalan dengan pendidikan dasar dibandingkan dengan pasien diabetes mellitus
memiliki risiko tidak patuh sebesar 2,724 kali tipe 2 berjenis kelamin laki-laki dan secara
dibanding dengan pasien DM Tipe 2 Rawat jalan statistik bermakna. Hasil penelitian ini
dengan pendidikan lanjutan. Selanjutnya, hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
analisis multivariate ini juga menunjukkan bahwa signifikan antara jenis kelamin dengan kepatuhan
pasien dengan pendapatan <Rp 2.100.000,- berobat pada pasien diabtese melitus tipe 2 rawat
memiliki risiko tidak patuh sebesar 2,981 kali jalan di RS Mardi Waluyo Kota Metro.
dibandingkan dengan pasien DM tipe 2 rawat Hasil penelitian ini sejalan dengan
jalan dengan pendapatan ≥Rp 2.100.000,. penelitian yg dilakukan Srikartika et al (2016)
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan (p-value=0,011) antara jenis kelamin
PEMBAHASAN dan kepatuhan penggunaan obat pada pasien
diabetes tipe 2, di mana pasien wanita lebih
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan berisiko untuk tidak patuh sebesar 4,8 kali
Kepatuhan Berobat dibandingkan pasien laki-laki. responden wanita
mengaku memiliki aktivitas yang padat sehingga
Pada penelitian ini didapatkan jumlah membuatnya lupa minum obat dan terlambat
pasien perempuan lebih banyak dibandingkan menebus obat. Selain itu menurut literatur yang
laki-laki dikarenakan rata-rata ibu yang datang ke menghubungkan pengetahuan terhadap sikap
poli penyakit dalam untuk mengontrol adalah ibu berobat pasien DM menyatakan bahwa pasien
rumah tangga. Hasil penelitian ini sejalan dengan pria memiliki sikap yang baik dibandingkan
penelitian yang dilakukan oleh Santhanakrishnan pasien perempuan dan pasien pria cenderung
Julaiha, Analisis Faktor Kepatuhan Berobat Berdasarkan Skor MMAS-8… 209
mellitus tipe 2 rawat jalan di RS Mardi Waluyo Hasil penelitian lainnya menyebutkan
Kota Metro. bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
Analisis hubungan pekerjaan dengan dukungan keluarga dengan keparuhan berobat
kepatuhan berobat didapatkan OR 2,179 (95% CI pasien. Di mana dukungan secara emosional dari
1,226-3,873), dan nilai p-value=0,011, artinya orang terdekat dapat memperbaiki tingkat
pasien diabetes mellitus tipe 2 tidak bekerja kepatuhan pasien (Hannan, 2013).
berisiko sebesar 2,179 kali untuk tidak patuh
dibandingkan dengan pasien diabetes mellitus Hubungan antara Penyakit Penyerta dengan
tipe 2 yang bekerja dan secara statistik bermakna. Kepatuhan Berobat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pekerjaan Analisis hubungan penyakit penyerta
dengan kepatuhan berobat pada pasien diabetes dengan kepatuhan berobat didapatkan nilai p-
mellitus tipe 2 rawat jalan di RS Mardi Waluyo value=1,000. Hasil penelitian ini menunjukkan
Kota Metro. bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
Pekerjaan dan pendapatan berkaitan antara penyakit penyerta dengan kepatuhan
dengan penghasilan yang diperoleh pasien. berobat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pasien, jalan di RS Mardi Waluyo Kota Metro.
didapatkan informasi bahwa pasien mengalami Hail penelitian ini sejalan dengan
kendala terkait biaya transportasi yang harus penelitian Elsous et al (2017) yang menyatakan
dikeluarkan saat perjalanan menuju rumah sakit. bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
Hal ini mengakibatkan pasien terlambat antara penyakit penyerta dengan kepatuhan
mendapatkan obat. Dengan demikian, terdapat berobat pasien. Dalam penelitiannnya, Elsous et
suatu kondisi pasien tidak meminum obat. Hal ini al (2017) meneliti hubungan natra beberapa
tentu berpengaruh terhadap kontrol kadar gula penyakit penyerta yang seringkali timbul pada
darah pasien. pasien diabetes mellitus anatar lain CVD,
Hasil penelitian ini sejalan dengan hipertensi, retinopati, neuropati dan nefrropati
penelitian Bagonza et al (2015) dan Kassahun et dengan kepatuhan berobat dengan pasien
al (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat diabetes mellitus. Hasil penelitiannya
hubungan yang signifikan antara biaya berobat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
dengan kepatuhan berobat pasien diabetes di yang signifikan antara kelima penyakit tersebut
Negara berkembang. Biaya obat yang mahal dan dengan kepatuhan berobat pasien.
biaya transport menuju sarana kesehatan dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap Hubungan antara Lama Pengobatan dengan
kepatuhan pasien, di mana faktor biaya dapat Kepatuhan Berobat
memberikan pengaruh yang negatif terhadap
kepatuhan pasien dalam menjalankan terapinya. Analisis hubungan lama pengobatan
dengan kepatuhan berobat didapatkan nilai p-
Hubungan antara Status Pernikahan dengan value=0,875. Hasil penelitian ini menunjukkan
Kepatuhan Berobat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara lama pengobatan dengan kepatuhan
Analisis hubungan status pernikahan berobat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat
dengan kepatuhan berobat didapatkan nilai p- jalan di RS Mardi Waluyo Kota Metro.
value=0,286. Hasil penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan penelitian yang dilakukan oleh Elsous et al
antara status pernikahan dengan kepatuhan (2017) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
berobat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat hubungan yang bermakna antara lama
jalan di RS Mardi Waluyo Kota Metro. pengobatan dengan kepatuhan berobat pasien (p-
Hasil penelitian ini sejalan dengan value=0,383), di mana kepatuhan pasien dengan
penelitian Bagonza et al (2015) yang pengobatan lebih dari lima tahun tidak jauh
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan berbeda dengan kepatuhan pasien dengan lama
yang signifikan antara status pernikahan dengan pengobatan kurang dari lima tahun.
kepatuhan berobat pasien. Demikian pula dengan Akan tetapi, hasil penelitian ini berbeda
hasil penelitian Elsous et al (2017) yang dengan peneltian Bagonza et al (2015) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
yang signifikan (p-value=0,943) antara status signifikan antara lama berobat dengan kepatuhan
pernikahan dengan kepatuhan berobat. berobat pasien diabetes, di mana pasien dengan
lama pengobatan kurang dari tiga tahun
Julaiha, Analisis Faktor Kepatuhan Berobat Berdasarkan Skor MMAS-8… 211
DAFTAR PUSTAKA
Dengan Kepatuhan Berobat Pasien World Health Organization. 2013. The World
Diabetes Mellitus Pada Praktek Dokter Report: Shaping The Future.
Keluarga Di Kota Tomohon. Jurnal Ilmu Wulandari, Nora., Andrajati, Tetnosari., &
Kesehatan Masyarakat Unsrat, 2015. Supardi, Sudibyo. (2015). Faktor Risiko
Vol.5. No.2 . Umur Lansia terhadap Kejadian Reaksi
Wiffen, Philip., et al. (2015). Oxford Handbook Obat yang Tidak Dikehendaki pada Pasien
of Clinical Pharmacy. England : Oxford Hipertensi, Diabetes, Dislipidemia di Tiga
University Press. Puskesmas di Kota Depok. Jurnal
Kefarmasian Indonesia, 6, 1-8.