Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/308523822

Konsentrasi Spasial Tenaga Kerja Sektor Industri Besar Menengah Provinsi


Jawa Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Conference Paper · August 2016

CITATIONS READS

0 1,163

2 authors, including:

Muhammad Arif
Universitas Muhammadiyah Surakarta
9 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

THE SPATIAL MOVEMENT OF AGGLOMERATION AND MANUFACTURE CLUSTER IN INDONESIA View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Arif on 24 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016

KONSENTRASI SPASIAL TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI BESAR


MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA

Muhammad Arif1), Tota Jaunita2)


1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
email: arif@ums.ac.id
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
email: tota_jaunita@yahoo.co.id

Abstract
Economic development always involves human resources as one of the important actors in
development, therefore the number of population in a country is a key element in the
development, and on the other hand the mismacth between jobs and human population will
cause the unemployment problem that could burden the state budget. This study aims to
determine the spatial concentration of labor of Large and Medium Industries (IBM) in Central
Java, at this stage, research carried out by Geographic Information System method, the result is,
the highest workforce concentration in large and medium industries sector in Central Java
located in the District Semarang and Semarang City, as well as in the Kudus District. This result
strengthened by the Moran analysis that explains there is found spatial autocorrelation of labor
in large and medium industrial sector in Central Java Province. The second objective of this
research was to determine the factors that affect labor concentration of large and medium
industry in Central Java. At this stage, the research results show that the Pooled Fixed Effects
Model (FEM) is a best model to determine Labor absorbtion in Central Java. Based on validity
test, variable wage and investment has no significant effect on employment, while the value of
output and the number of business unit’s has positive significant effect on employment.

Keywords: spatial concentration, Large and Medium Industries (IBM), Geographic Information
System, Moran analysis, Pooled data, Fixed Effects Model (FEM)

1. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi selalu


Indikator pertumbuhan ekonomi salah melibatkan sumber daya manusia sebagai
satunya dapat ditunjukkan melalui pening- salah satu aktor penting dalam pemba-
katan pendapatan perkapita penduduk dalam ngunan, oleh karena itu jumlah penduduk
kurun waktu tertentu secara kontinyu. dalam suatu negara merupakan unsur utama
Definisi ini mengandung tiga unsur dalam pembangunan, disisi lain ketersediaan
pengertian yaitu, (1) pembangunan ekonomi lapangan kerja yang tidak sebanding dengan
sebagai suatu proses perubahan yang terus jumlah angkatan kerja akan menyebabkan
menerus yang didalamnya mengandung terjadinya masalah pengangguran yang dapat
unsur kekuatan sendiri dan adanya unsur membebani anggaran negara, untuk
investasi baru; (2) usaha meningkatkan menjegah hal tersebut maka lapangan kerja
pendapatan perkapita; (3) kenaikan yang memadai dianggap penting demi
pendapatan perkapita harus berlangsung menjaga kestabilan ekonomi masyarakat
dalam jangka panjang (Suryana, 2000: 3). yang bersangkutan. (Sulistiawati, 2012 :
196).

1
Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189

Tabel 1.
Struktur Ekonomi Surakarta Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)
Kontribusi terhadap
No Lapangan Pekerjaan Tenaga Kerja (Jiwa)
PDRB (dalam %)
1 Pertanian 16.81 4.926.629
2 Pertambangan 1.12 87.143
3 Industri Pengolahan 32.76 3.044.428
4 Listrik, Gas, Air minum 0.88 87.143
5 Konstruksi 6.03 950.578
6 Perdagangan, Hotel, Restauran 22.51 3.585.596
7 Angkutan, Telekomunikasi 5.49 603.862
8 Keuangan 4.07 314.246
9 Jasa-jasa 10.33 2.451.566
Data : Jawa Tengah Dalam Angka, 2015 dan BPS, 2013
Kontribusi pendapatan daerah Jawa dengan kontribusi 32.76 persen menyerap
Tengah sebagaimana Tabel 1, menempatkan tenaga kerja sebesar 3.044.428 juta orang.
sektor industri pengolahan sebagai leading Menurut Teori pertumbuhan jalur
sector perekonomian Jawa Tengah, dimana cepat (Tumpike) diperkenalkan oleh
sektor ini memiliki kontribusi sebesar Samuelson dalam Tarigan (2009 :54) bahwa
32.76persen dari total pendapatan daerah setiap wilayah perlu melihat sektor atau
Jawa Tengah. Kontribusi terbesar kedua komoditi apa yang memiliki potensi besar
terhimpun dari sektor perdagangan, hotel dan dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik
restoran, yang memberi kontribusi sebesar karena potensi alam maupun sektor itu
22,51persen. Sektor pertanian yang menjadi memiliki competitive advantage untuk
tumpuan sebagian besar masyarakat Jawa dikembangkan. Perkembangan sektor
Tengah masih mampu memberikan tersebut akan mendorong terjadinya
sumbangan sebesar 16,81persen. multiplier effect sehingga sektor lain turut
Ketiga faktor dominan tersebut jika berkembang dan akhirnya berdampak pada
dijumlahkan mempunyai nilai sebesar pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
72.08persen dari total seluruh komponen Salah satu sektor yang memiliki
pembentuk PDRB Jawa Tengah, artinya kekuatan multiplier cukup besar adalah
ketiga sektor inilah yang memiliki pengaruh industri, Arsyad (2010:442), menjelaskan
besar dalam pertumbuhan ekonomi Jawa bahwa sektor industri berperan sebagai sektor
Tengah. Sektor-sektor dominan tersebut juga pemimpin (leading sector). Adanya pemba-
mampu menjadi pengendali pengangguran di ngunan sektor industri akan memacu dan
Jawa Tengah, dalam Tabel.1, pada mendorong pembangunan pada sektor lainya,
kenyataannya justru sektor pertanian yang seperti sektor pertanian dan sektor jasa.
memiliki daya serap tenaga kerja tertinggi Peningkatan tersebut menyebabkan peluang
daripada sektor industri pengolahan dan kerja semakin besar dan dapat meningkatkan
perdagangan. Sektor pertanian yang memiliki pendapatan dan permintaan masyarakat yang
kontribusi sebesar 16.81persen mampu tercermin pada purchasing power yang
menyerap tenaga kerja sebesar 4.922.629 juta meningkat. Peningkatan tersebut menunjukan
orang. Sedangkan sektor industri pengolahan terjadinya pertumbuhan ekonomi.

2
ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016

Tenaga kerja sebagai salah satu dari menengah di Jawa Tengah. Untuk mencapai
faktor produksi, merupakan unsur yang tujuan tersebut maka tahapan penelitian yang
penting dan paling berpengaruh dalam harus dilakukan yaitu; (1) Mengetahui
mengelola dan mengendalikan sistem konsentrasi wilayah tenaga kerja berdasarkan
ekonomi, seperti halnya produksi, distribusi, jumlah tenaga kerja dan unit produksi; (2)
konsumsi maupun investasi. Pentingnya Mengetahui pengaruh masing-masing
tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi variabel yang diduga berkorelasi dengan
menjadi dasar dilakukannya penelitian ini, terkonsentrasinya tenaga kerja sektor industri
maka didasarkan pada uraian latar belakang besar dan menengah.
masalah, studi ini didasarkan pada
Pentingnya Penelitian Dilakukan
pertanyaan “bagaimana konsentrasi tenaga
Penelitian ini penting dilakukan karena
kerja industri besar dan menengah di Jawa
sektor industri merupakan sektor strategis
Tengah, dan apa saja faktor-faktor yang
bagi pembangunan dan penyerapan tenaga
mempengaruhinya.
kerja, sehingga daerah-daerah yang menjadi
Rumusan Masalah pusat konsentrasi akan mendapatkan manfaat
Diketahuinya konsentrasi tenaga kerja multipler dari konsentrasi tersebut. Dengan
industri besar dan menengah di Provinsi diketahuinya faktor-faktor yang mempe-
Jawa Tengah menjadi dasar permasalahan ngaruhi konsentrasi tenaga kerja, akan
yang akan diteliti dalam riset ini, tahapan ini memudahkan bagi pengampu kebijakan
analisis data dilakukan menggunakan metode dalam merumuskan strategi percepatan
perhitungan Moran Indexs, dengan alat dalam bidang pembangunan industri dan
analisis ArcGIS. Output akhir dalam kajian keterserapan tenaga kerja
ini adalah mendeteksi variabel-variabel yang
2. KAJIAN LITERATUR
mempengaruhi terkonsentrasinya tenaga
Konsentrasi tenaga kerja pada wilayah
kerja di Jawa Tengah, mendasarkan pada
tertentu dapat dipengaruhi oleh berbagai hal,
akurasi perhitungan dan kemapanan model,
menurut penelitian yang dilakukan oleh
maka tahapan analisis ini menggunakan
Sulistiawati (2012) faktor upah merupakan
pendekatan data panel yang menggabungkan
faktor penting dalam meningkatkan penye-
antara data time series dan cross section.
rapan tenaga kerja. Upah berpengaruh
Tujuan Penelitian signifikan dan mempunyai hubungan yang
Mengacu pada beberapa fenomena negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.
yang telah dipaparkan, secara umum tujuan Hubungan negatif tersebut bermakna bahwa
penelitian yang hendak dicapai adalah pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga
mendeteksi konsentrasi wilayah serta kerja adalah tidak searah, artinya apabila
mengetahui faktor-faktor yang mempenga- terjadi kenaikan upah, maka berpotensi untuk
ruhi terkonsentrasinya tenaga kerja sektor menurunkan penyerapan tenaga kerja,
industri besar dan menengah di Jawa Tengah. terutama tenaga kerja yang produktivitasnya
Hasil yang diharapkan adalah: pertama, rendah.
diketahuinya wilayah-wilayah konsentrasi Selain itu, Eka (2012) juga menyim-
tenaga kerja Industri Besar dan Menengah di pulkan bahwa secara bersama pengaruh nilai
Jawa Tengah, kedua, diketahuinya faktor- upah, dan nilai produksi terhadap penyerapan
faktor yang diduga mempengaruhi tenaga kerja terbentuk sebesar 77,7persen,
konsentrasi tenaga kerja industri besar dan dimana variabel nilai output memiliki pen-

3
Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189

garuh yang positif signifikan terhadap pe- given distance is directly propotional to the
nyerapan tenaga kerja pada industri mebel di number of opportunities at that distance and
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. inversely proportional to the number of
Nilai output produksi yang lebih besar akan intervening opportunities between origin and
berpotensi menyebabkan meningkatnya destination.
kebutuhan tenaga kerja pada industri Wahyudin (2004), mencoba mengung-
tersebut. kap pola spasial industri manufaktur
Variabel lain yang berpengaruh berorientasi ekspor di Indonesia, hasil dari
terhadap terkonsentrasinya tenaga kerja penelitian ini adalah bahwa lokasi industri
adalah akumulasi modal, yang secara manufaktur yang berorientasi ekspor di
akumulatif terdiri dari investasi dan output Indonesia tahun 1990 hingga tahun 1999
hasil produksi. Investasi memiliki multiplier cenderung mengumpul di tiga pulau utama,
effect yang mencakup penyerapan tenaga yaitu Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Daerah
kerja, yang secara tidak langsung industri di pulau Jawa tahun 1990
meningkatkan daya beli masyarakat dan terkonsentrasi di bagian barat (Jawa Barat
makin bertumbuhnya aktivitas ekonomi. dan DKI Jakarta) dan bagian timur (Jawa
(Priambodo, 2014). Timur). Pada tahun 1999 terjadi perubahan
Terkait dengan konsentrasi wilayah pola, dimana daerah industri berstrata sangat
atau spasial, beberapa penelitian terdahulu tinggi di Pulau Jawa terkonsentrasi hanya
telah mengawali tentang hal ini. (Wheeler & dibagian barat Pulau Jawa (Jawa Barat dan
Muller, 1986: 72), dalam Wahyudin (2004), DKI Jakarta).
menyebutkan bahwa konsentrasi spasial Pulau Sumatra hanya Propinsi Sumatra
menyangkut sifat dan fungsi koneksi antar- Utara saja yang berada pada strata sangat
tempat di dunia. Ullman (1957), menge- tinggi tahun 1990, pada 1999 berpindah ke
mukakan tiga konsep interaksi spasial yaitu: Propinsi Riau. Kalimantan pada tahun 1990
complementary, transferability and inter- dan tahun 1999 tidak mempunyai propinsi
vening opportunity. Konsep complementary pengekspor industri manufaktur yang berada
mengacu pada pendapat Bertil Ohlin, bahwa pada strata tinggi. Sedangkan pada tingkat
masing-masing daerah merupakan komple- kabupaten/kota, tingkat ekspor paling tinggi
men bagi daerah lainnya. Jika terjadi pada tahun 1990 berlokasi di sekitar pusat –
kelebihan permintaan pada suatu daerah, pusat perdagangan, dan sebagian besar dekat
akan dipenuhi oleh daerah lainnya. Konsep dengan kota pelabuhan, misalnya; Jakarta
transferability merupakan transfer kemam- Utara, Deli Serdang, Surabaya, palembang,
puan dari daerah ke daerah lain. Hambatan Medan, Musi Banyu Asin, dan sebagainya.
utama dari konsep ini adalah adanya jarak Lebih lanjut dikemukakan oleh Wahyudin,
(range) antara daerah asal dengan daerah bahwa tren indeks entropi total yang
tujuan. Semakin dekat jarak antar daerah, menurun sejak tahun awal pengamatan 1990
tingkat interaksi cenderung semakin tinggi, hingga tahun 1999 mencerminkan adanya
demikian juga sebaliknya. Konsep terakir peningkatan penyebaran industri manufaktur
adalah intervening opportunity, konsep ini yang berorientasi ekspor di Indonesia,
mengacu pada teori migrasi Samuel A. dengan kata lain, pada tahun pengamatan
Stouffer (1940) yang mengatakan “ no menunjukan konsentrasi spasial yang
necessary relationship betwen distance and cenderung semakin menurun.
mobility, but the number of persons going a

4
ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016

Arif dan Utomo (2016), telah pula digunakan indeks Moran. Indeks Moran
melakukan penelitian tentang konsentrasi (Moran’s Index) adalah salah satu teknik
spasial industri-industri unggulan Kota analisis spasial yang dapat digunakan untuk
Surakarta. Penelitian tersebut menjelaskan menentukan adanya autokorelasi spasial
bahwa dalam skala regional, Surakarta antar lokasi pengamatan. Metode ini dapat
memiliki lima industri unggula yaitu industri digunakan untuk mendeteksi permulaan dari
makanan dan minuman (ISIC15), tekstil dan keacakan spasial, dimana keacakan spasial
produk tekstil (ISIC17), pakaian jadi ini dapat mengindikasikan adanya pola-pola
(ISIC18), industri pencetakan (ISIC22), dan yang mengelompok atau membentuk tren
industri mebel (ISIC36). Lebih lanjut terhadap ruang. Rentang nilai dari Indeks
dikemukanan bahwa pola konsentrasi spasial Moran dalam kasus matriks pembobot
tenaga kerja dan unit industri Surakarta spasial terstandarisasi adalah -1 = I = 1. Nilai
terkonsentrasi di 4 titik yaitu: (1) Mojosongo -1 = I < 0 menunjukkan adanya autokorelasi
dan Jebres; (2) Laweyan dan Pajang (3) spasial negatif, sedangkan nilai 0 < I = 1
Distrik Tipes, dan (4) Pasar Kliwon. menunjukkan adanya autokorelasi spasial
Distribusi spasial berdasarkan tenaga kerja, positif, nilai Indeks Moran bernilai nol
menjelaskan bahwa konsentrasi tertinggi mengindikasikan tidak berkelompok. Nilai
pekerja berada di Kerten dan Laweyan, Indeks Moran tidak menjamin ketepatan
kemudian menyebar ke wilayah sekitarnya pengukuran jika matriks pembobot yang
yang meliputi Kecamatan Pajang dan digunakan adalah pembobot tak terstandari-
Sondakan sasi. Perhitungan Indeks Moran dilakukan
pada alat analisis ArcGIS.
3. METODE PENELITIAN
Metodologi dalam studi ini menguna- Analisis Faktor-faktor yang mempenga-
kan desain penelitian data sekunder hasil ruhi Konsentrasi Tenaga Kerja IBM Jawa
survey industri dan stastistik daerah dalam Tengah
angka hasil publikasi Badan Pusat Statistik Jumlah tenaga kerja, adalah
Provinsi Jawa Tengah dalam beberapa banyaknya pekerja atau karyawan yang
Tahun. Studi ini telah dilakukan dengan dua terserap pada sektor Industri Besar dan
tahap, Tahap pertama adalah mengetahui Menengah yang diukur dengan satuan orang.
konsentrasi spasial tenaga kerja pada sektor Berdasarkan kajian literatur, variabel-
industri besar dan menengah, pendekatan variabel yang diduga berpengaruh terhadap
pada tahap ini dilakukan dengan metode terjadinya konsentrasi spasial tenaga kerja
moran index, pada alat analisis ArcGIS. IBM adalah; (1) upah, yang dimaksud upah
Tahap kedua adalah mengetahui faktor-faktor dalam Kajian ini adalah Upah Minimum
yang diduga mempengaruhi konsentrasi Regional (UMR) dari 35 Kabupaten atau
spasial tenaga kerja sektor industri besar dan kota di Jawa Tengah pada tahun pengamatan
menengah Provinsi Jawa Tengah, dalam yang dinyatakan dalam ribuan rupiah. (2)
tahap ini metode yang digunakan adalah Nilai Output, adalah hasil akhir dari proses
analisis ekonometrika dengan model regresi produksi pada IBM pada tahun pengamatan
panel data. yang dinyatakan dalam ribuan rupiah. (3)
Jumlah Unit Usaha, yaitu banyaknya
Analisis Konsentrasi Tenaga Kerja perusahaan IBM Kabupaten atau Kota di
Pada penelitian ini analisis Analisis Jawa Tengah, diukur dengan satuan unit. (4)
untuk menentukan konsentrasi tenaga kerja

5
Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189

Nilai Investasi, adalah realisasi nilai : Variabel dummy


investasi yang terhimpun dalam aktiva rupiah : Menunjukan Kota atau Kabupaten
dan valuta asing pada lembaga keuangan di : Menunjukan waktu pengamatan
α : Koefisien intersep atau konstanta
seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
: Menunjukan arah dan pengaruh
dihitung dalam jutaan rupiah (Juta Rp). masing – masing variabel
Pendekatan pada tahapan ini menggu- µ : Faktor gangguan
nakan alat analisis regresi data panel dengan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
aplikasi E-views 7.1. Data panel merupakan
Propinsi Jawa Tengah merupakan
gabungan antara data cross section dan data
wilayah yang terletak diantara dua Kutub
time series. Data cross section merupakan
Aglomerasi Besar Indonesia. Menurut
data yang dikumpulkan dalam satu waktu
Kuncoro (2000), pusat konsentrasi industri
terhadap banyak individu sedangkan data
besar dan menengah Indonesia berlokasi di
time series merupakan data yang
pulau Jawa, dengan konsentrasi membentuk
dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap
pola dua kutub (bipolar pattern) yaitu di
suatu individu (Gujarati, 2004). Dalam
ujung barat pulau Jawa yang meliputi
metode panel data, permodelan dibangun
Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang,
berdasarkan kriteria uji Chow dan Housman
Bekasi) dan Bandung, sedangkan di ujung
untuk menentukan model mana yang layak
timur pulau Jawa meliputi Gerbang
digunakan adapun model ekonometrika
kertosusila, (Gresik, Bangkalan, Mojokerto,
untuk penelitian ini dituliskan sebagai
Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) yang
berikut:
berpusat di Surabaya. Lebih lanjut Kuncoro
Ordinary Pooled Least Square;
meyebutkan, jika dicermati lebih mendalam
TK it = β0it + β1 UMRit + β2 Qit + β3 COMPit
lagi, dari tahun ke tahun kedua kutub ini
+ β4 INVit +µit
mengalami penurunan dalam jumlah tenaga
kerja dan nilai tambahnya, sebaliknya
Fixed Effect Model
wilayah diluar kutub tersebut (hinterland)
secara signifikan naik.
Gejala penyebaran wilayah konsentrasi
industri seperti dijelaskan Kuncoro terjadi
pula di wilayah Jawa Tengah, namun yang
Random Effect Model menarik adalah gejala tersebut merupakan
kebalikan dari dua kutub aglomerasi Jawa
Barat dan Jawa Timur, dimana sektor
Keterangan; Industri Besar dan Menengah (IBM) Jawa
Tengah justu mengalami peningkatan baik
TK : Tenaga kerja pada industri besar
dan sedang dari tenaga kerja, nilai tambah, dan sebaran
UMR : Upah minimum regional di provinsi wilayahnya.
Jawa Tengah
Q : Nilai output pada industri besar dan A. Konsentrasi Spasial Tenaga Kerja
sedang IBM Jawa Tengah
COMP : Jumlah unit usaha pada industri Analisis konsentrasi tenaga kerja IBM
besar dan sedang telah dilakukan dengan alat analisis ArcGIS,
INV : Jumlah investasi berbentuk aktiva
hasil dari analisis tersebut disampaikan
dalam dan luar negri di Propinsi
Jawa Tengah dalam tabel 2 berikut;

6
ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016

Tabel 2. teridentifikasi pada Kota Semarang dan


Global Moran's I Summary Kabupaten Semarang dimana keduanya
Moran's Index: 0.217423 bersama-sama terkelompok pada daerah
Expected Index: -0.025641 dengan kriteria konsentrasi Tenaga Kerja
Variance: 0.015370 yang sangat tinggi.
Z Score: 1.960596
Dilihat dari sebaran wilayah pada
p-value: 0.049926
Sumber: Data diolah dalam ArcGIS Gambar 1, konsentrasi tenaga kerja di Jawa
Tengah terklasifikasi menjadi 4 kategori,
Hasil analisis Moran menunjukkan
konsentrasi sangat tinggi terletak di daerah
nilai sebesar 0.217, dengan demikian dapat
Semarang dan Semarang Kota, serta di
disimpulkan bahwa terjadi autokorelasi
wilayah Kudus. Konsentrasi berkategori
spasial Tenaga Kerja IBM di Provinsi Jawa
tinggi terletak di wilayah Sukoharjo dan
Tengah (walaupun bernilai kecil) dengan
Karanganyar, sedangkan wilayah lainnya
arah positif. Nilai tersebut mejelaskan bahwa
terkategori dalam kelompok sedang hingga
beberapa wilayah di daerah pengamatan
rendah, mendasarkan pada konsentrasi
memiliki keterkaitan dengan wilayah lainnya.
tersebut, terlihat bahwa tenaga kerja di Jawa
Mendasarkan hasil pengolahan data
Tengah masih mengelompok dan terpusat
spasial pada Gambar 1, daerah yang memiliki
pada wilayah-wilayah industri di Jawa
keterkaitan dengan wilayah lain
Tengah.
Gambar 1.
Distribusi Spasial Konsentrasi Tenaga Kerja Propinsi Jawa Tengah

Sumber : Jawa Tengah dalam Angka, BPS, diolah dalam Arc View GIS

7
Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189

Gambar 2
Distribusi Spasial Konsentrasi Perusahaan Besar dan Menengah Propinsi Jawa Tengah

Sumber : Jawa Tengah dalam Angka, BPS, diolah dalam Arc View GIS
parameter regresi data panel dalam
Hasil analisis pada Gambar 2
menganalisis pengaruh UMR, nilai output,
menunjukkan bahwa Kota Semarang,
jumlah unit usaha dan investasi terhadap
Kabupaten Jepara, Pekalongan dan Klaten
penyerapan tenaga kerja di tahun 2011-2013.
adalah wilayah-wilayah yang memiliki
Hasil regresi data panel ditunjukkan pada
perusahaan IBM dengan konsentrasi tertinggi
Tabel 3 yang ditampilkan sebagai berikut:
di Jawa Tengah, kemudian diikuti oleh
Tabel 3.
daerah Kudus, Pati dan Kebumen yang
Hasil Regresi Data Panel
memiliki konsentrasi IBM tinggi, sedangkan
Koefisien Model
daerah lain terkelompok dalam kategori Variabel
PLS FEM REM
sedang hingga rendah. C -2864.355 3807.047 2813.681
B. Hasil Analisis Data Panel UMR 0.008481 0.003046 0.003190
Q 1.66E-06 9.53E-07 1.05E-06
Analisis data panel merupakan
COMP 75.90749 96.07495 98.16005
gabungan data times series dan cross section.
INV -1.85E-05 -2.74E-05 -2.24E-05
Objek dalam penelitian ini adalah 35
Error term 1.28E+10 4.53E+08 7.99E+08
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
R2 0.819092 0.993576 0.765757
tahun 2011-2013. Ada tiga model yang dapat
Prob.F-Stat 0,000000 0.000000 0.000000
dipilih dalam regresi data panel dan dipilih
Sumber: Output data panel menggunakan E-
model manakah yang paling tepat. Model
views7
yang tepat digunakan untuk mengestimasi

8
ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016

Metode Common-Constant (PLS) Metode Random Effect (Random Effect


Model/REM)
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa slope
upah minimum (UMR) sebesar 0.008481 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa slope
dengan p-value 0.1915, slope nilai output (Q) upah minimum (UMR) sebesar 0.003190
sebesar 1.66E-06 (0,00000166) dengan p- dengan p-value 0.2550, slope nilai output (Q)
value 0.0000, slope jumlah unit usaha sebesar 1.05E-06 (0,00000105) dengan p-
(COMP) sebesar 75.90749 dengan p-value value 0.0000, slope jumlah unit usaha
0.0000 dan slope investasi (INV) sebesar - (COMP) sebesar 98.16005 dengan p-value
1.85E-05 (-0,0000185) dengan p-value 0.0000 dan slope investasi (INV) sebesar -
0.8578. Bila variabel independen benilai nol 2.24E-05 (-0,0000224) dengan p-value
maka penyerapan tenaga kerja (TK) sebesar - 0.5999. Bila variabel independen benilai nol
2864.355 dan error term sebesar 1.28E+10. maka penyerapan tenaga kerja (TK) sebesar
Nilai R-Squared 0.819092 atau 81,9% dan F- dan error term sebesar 7.99E+08. Nilai R-
statistic sebesar 113.1917 dengan Prob(F- Squared 0.765757 atau 76.57% dan F-
statistic) 0.000000. Model estimasi Pooled statistic sebesar 81.72696 dengan Prob(F-
Ordinary Least Square adalah sebagai statistic) 0.000000. Model estimasi Pooled
berikut: Ordinary Least Square adalah sebagai
berikut:
TKit = -2864.355 + 0.008481 UMRit +
0,00000166 Qit + 75.90749COMPit – TKit = 3451.664 + 0.003190 UMRit +
0,0000185 INVit + 1.28E+10 0,00000105 Qit + 98.16005 COMPit –
0,0000224 INVit + 7.99E+08
Metode Fixed Effect (Fixed Effect Model/
FEM) Uji Chow
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa slope Uji Chow/Likelihood Ratio digunakan untuk
upah minimum (UMR) sebesar 0.003046 memilih model regresi data panel yang
dengan p-value 0.2625, slope nilai output (Q) paling baik antara Pooled Ordinary Least
sebesar 9.53E-07 (0,000000953) dengan p- Square dan Fixed Effect Model. Aplikasi
value 0.0000, slope jumlah unit usaha yang digunakan untuk uji Chow
(COMP) sebesar 96.07495 dengan p-value menggunakan E-views7. Hasil pengolahan
0.0010 dan slope investasi (INV) sebesar - ditunjukan pada tabel berikut:
2.74E-05 (-0,0000274) dengan p-value
Tabel 4
0.5309. Bila variabel independen benilai nol
Hasil Regresi Uji Chow/Likelihood Ratio
maka penyerapan tenaga kerja (TK) sebesar
3807.047 dan error term sebesar 4.53E+08. Effects Test Statistic d.f. Prob.
Nilai R-Squared 0.993576 atau 99,35% dan
F-statistic sebesar 268.6484 dengan Prob(F- Cross-section F 52.728380 (34,66) 0.0000
statistic) 0.000000. Model estimasi Pooled Cross-section
350.491343 34 0.0000
Ordinary Least Square adalah sebagai Chi-square
berikut: Sumber: Output data panel menggunakan E-
views7
TKit = 3807.047 + 0.003046 UMRit +
0,000000953 Qit + 96.07495 COMPit – Output regresi data panel menunjukkan p-
0,0000274 INVit + 4.53E+08 value = 0.0000 < 0,05, maka H0 ditolak
sehingga model mengikuti Fixed Effect
model.

9
Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189

Uji Hausman signifikan dengan tingkat penyerapan tenaga


kerja. Sejalan dengan model dua economy
Uji Hausman digunakan untuk memilih
Iksan (2010) yang mengasumsikan perekono-
model regresi data panel yang paling baik
mian (pasar tenaga kerja) tersegmentasi
antara Fixed Effect Model dan Random Effect
menjadi sektor formal dan sektor informal,
Model. Aplikasi yang digunakan untuk uji
penetapan upah minimum akan mengurangi
Hausman menggunakan E-views7. Hasil
permintaan tenaga kerja di sektor formal, dan
pengolahan ditunjukan pada tabel berikut:
kelebihan penawaran tenaga kerja akan
Tabel 5 diserap sektor informal yang tingkat upahnya
Hasil Regresi Uji Hausman tidak diatur oleh regulasi.
Test Summary Chi-Sq. Stat Chi-Sq. d.f. Prob. Nilai Output dan Tingkat Penyerapan
Cross-section Tenaga Kerja
random
20.346 4 0.0004
Sumber: Output data panel menggunakan E-views7 Berdasarkan hasil regresi data panel
menunjukkan nilai output sektor industri
Output regresi hausman test menunjukkan p- mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga
value = 0.0004 sehingga kurang daru 0,05, kerja. Nilai output berpengaruh positif dan
maka H0 ditolak sehingga model mengikuti signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
Fixed Effect model. Berdasarkan hasil pada sektor industri tahun 2011-2013 di
estimasi data panel untuk memilih model Provinsi Jawa Tengah dengan besarnya
yang terbaik dengan uji chow dan uji koefisien 0.000000953. Artinya, Semakin
hausman, maka terpilih Fixed Effect banyak nilai output sektor industri besar dan
Method adalah model yang paling tepat sedang tahun 2011-2013 di Provinsi Jawa
untuk menganalisis data dalam penelitian Tengah maka semakin banyak tenaga kerja
ini. yang digunakan.
Penelitian ini didukung oleh penelitian
INTERPRETASI EKONOMI sebelumnya yang dilakukan oleh Budiawan
Upah Minimum dan Tingkat Penyerapan (2013) yang berjudul "Faktor-Faktor yang
Tenaga Kerja Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Output hasil regresi menunjukkan terhadap Industri Kecil Pengolahan Ikan di
bahwa upah minimum berpengaruh tidak Kabupaten Demak” memperoleh hasil bahwa
signifikan terhadap tingkat penyerapan variabel Nilai output menyatakan berpenga-
tenaga kerja di objek penelitian tahun 2011- ruh signifikan positif terhadap penyerapan
2013. Artinya, besar kecilnya upah minimum tenaga kerja dengan koefisien 0,127. Ketika
tidak mempengaruhi tingkat penyerapan terjadi peningkatan pada variabel nilai
tenaga kerja di objek penelitian tahun 2011- produksi maka terdapat penyerapan tenaga
2013. Tingkat penyerapan tenaga kerja yang kerja di Terhadap Industri Kecil Pengolahan
tidak dipengaruhi upah minimum didukung Ikan Di Kabupaten Demak.
oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nilai output adalah tingkat produksi
Divianto (2014) dengan judul ”Pengaruh atau keseluruhan jumlah barang yang
Upah, Modal, Produktivitas dan Teknologi merupakan hasil akhir proses produksi pada
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual
Usaha Kecil Menengah di kota Palembang”. sampai ke tangan konsumen. Naik turunnya
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa upah permintaan pasar akan hasil produksi dari
minimum menunjukkan hubungan yang tidak

10
ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016

perusahaan yang bersangkutan berpengaruh atas hasil penelitian memperlihatkan bahwa


apabila permintaan hasil produksi perusahaan secara langsung investasi berpengaruh
dari industri meningkat, produsen cenderung negatif sebesar -0,641 dan tidak signifikan
untuk menambah kapasitas produksinya. terhadap penyerapan tenaga kerja di
Untuk maksud tersebut produsen akan Indonesia. Hal ini berarti hipotesis yang
menambah penggunaan tenaga kerjanya menyatakan bahwa variabel investasi
(Budiawan, 2013). berpengaruh positif secara langsung terhadap
penyerapan tenaga kerja tidak terbukti.
Jumlah Unit Usaha dan Tingkat
Adanya hubungan yang negatif itu
Penyerapan Tenaga Kerja
dikarenakan para pemilik usaha dalam
Berdasarkan hasil regresi data panel
menggunakan investasinya lebih cenderung
menunjukkan jumlah unit usaha sektor
untuk melakukan pembelian barang modal
industri mempengaruhi tingkat penyerapan
dalam bentuk teknologi sebagai pendukung
tenaga kerja. Jumlah unit usaha berpengaruh
proses produksi perusahaan yang bertujuan
positif dan signifikan terhadap penyerapan
untuk meningkatkan produktivitas dari
tenaga kerja pada sektor industri tahun 2011-
barang dan jasa yang lebih efektif dan
2013 di Provinsi Jawa Tengah dengan
efisien, akibatnya penggunaan mesin tersebut
besarnya koefisien 96.07495. Artinya,
maka penyerapan tenaga kerja menjadi
semakin banyak jumlah unit usaha sektor
rendah.
industri di suatu wilayah, maka semakin
banyak tenaga kerja yang digunakan. 5. KESIMPULAN
Penelitian ini didukung oleh penelitian Berdasarkan hasil analisis dengan
sebelumnya yang dilakukan oleh Karib mengacu metode pelaksanaan kegiatan
(2012) yang berjudul “Analisis Pengaruh penelitian pada bagian metodologi, maka
Produksi, Investasi dan Unit Usaha Terhadap kesimpulan yang diperolah dalam studi ini
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor dijabarkan dalam poin-poin sebagai berikut:
Industri Sumatera Barat” memperoleh hasil
Tujuan Pertama, mengetahui konsentrasi
bahwa jumlah unit usaha berpengaruh positif
spasial tenaga kerja Industri Besar dan
dan signifikan terhadap penyerapan tenaga
Menengah di Jawa Tengah. Berdasarkan
kerja dengan besarnya koefisien 0.707.
analisis spasial diketahui bahwa konsentrasi
Nilai Investasi dan Tingkat Penyerapan tertinggi tenaga kerja sektor inustri besar dan
Tenaga Kerja menengah Jawa Tengah terdapat di
Output hasil regresi menunjukkan Kabupaten Semarang dan Semarang Kota,
bahwa investasi berpengaruh negatif tidak serta di wilayah Kudus. Hal ini dikuatkan
signifikan terhadap tingkat penyerapan dengan analisis Moran yang menjelaskan
tenaga kerja di objek penelitian tahun 2011- terjadinya autokorelasi spasial tenaga kerja di
2013 dengan koefisien 0.0000274 Artinya, sektor industri besar dan menengah Provinsi
besar kecilnya investasi tidak mempengaruhi Jawa Tengah.
tingkat penyerapan tenaga kerja di objek
Tujuan Kedua, diketahuinya faktor-faktor
penelitian tahun 2011-2013. Tingkat
yang diduga mempengaruhi konsentrasi
penyerapan tenaga kerja yang tidak
tenaga kerja industri besar dan menengah di
dipengaruhi investasi didukung oleh
Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
bahwa Fixed Effect Model (FEM) adalah
Hikmawan Adi As’har (2015) Berdasarkan
model regresi data panel yang paling tepat.

11
Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189

Berdasarkan uji validitas pengaruh, variabel Jurnal Ilmiah. Malang : Fakultas


UMR dan investasi tidak berpengaruh Ekonomi dan Bisnis, Universitas
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, Brawijaya Malang.
sedangkan nilai output dan jumlah unit usaha [4] Badan Pusat Statistik: Jawa Tengah
berpengaruh positif signifikan terhadap Dalam Angka 2005. Semarang: Badan
penyerapan tenaga kerja. Pusat Statistik Jawa Tengah: Jawa
Tengah Dalam Angka 2013. Semarang:
6. SARAN Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.
Peningkatan penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah Dalam Angka 2015.
salah satunya dapat dilakukan dengan Semarang: Badan Pusat Statistik Jawa
memberikan insentif fiskal kepada industri Tengah.
berupa kelonggaran pajak, dengan cara ini [5] Budiawan, Amin. 2013. Faktor-faktor
produktivitas usaha dapat terdorong sehingga yang mempengaruhi Penyerapan Tenaga
meningkatkan peluang kerja, selain itu iklim Kerja terhadap Industri Kecil
Pengolahan Ikan di Kabupaten Demak.
usaha yang kondusif, peningkatkan fasilitas
Economics Development Analysis
permodalan dan kemudahan ijin usaha Journal : Vol. 2, No. 1
merupakan intrumen pokok dalam
[6] Divianto. 2014. Pengaruh Upah, Modal,
pergerakan skema ekonomi, untuk itu
Produktivitas dan Teknologi terhadap
pemerintah memiliki peran dalam Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha
mengendalikan hal tersebut. Kecil-Menengah di Kota Palembang (
Penulis berharap penelitian selanjutnya Studi Kasus Usaha Percetakan ). Jurnal
dapat mengembangkan instrumen lebih lanjut Ekonomi dan Informasi Akuntansi :
baik dengan cara mengembangkan variabel Vol. 4, No. 1
maupun metodologi dalam menganalisis [7] Eka, Rizky Putra. 2012. Pengaruh Nilai
keterserapan tenagakerja di industri IBM, Investasi, Nilai Upah, dan Nilai
sebagai bentuk dukungan terhadap Produksi terhadap Penyerapan Tenaga
pemerintah dalam mengendalikan pengang- Kerja pada Industri Mebel di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang. Economics
guran dan kemiskinan.
Development Analysis Journal : Vol.1,
7. DAFTAR PUSTAKA No 2.
[1] Arif, Muhammad; Utomo, Yuni [8] Gujarati, Damodar N dan Dawn C.
Prihadi,2016. “Konsentrasi Spasial Porter. 2012. Dasar-Dasar
Industri-industri Unggulan Kota Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Surakarta, The 3rd University Research [9] Karib, Abdul. 2012. Analisis Pengaruh
Coloquium, Colloquium LPPM Produksi,Investasi, dan Unit Usaha
PTM/PTA Se Jawa Tengah dan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Yogyakarta ISSN 2407-9189, Kudus 13 Pada Sektor Industri Sumatera Barat.
februari 2015. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan
[2] Arsyad, Lincoln. 2010. Ekonomi (online), vol. 3, no. 3
Pembangunan. Yogyakarta: Unit (http://jurnal.unitas-pdg.ac.id, diakses
Penerbit dan Percetakan STIM YKPN 28 April 2016).
Yogyakarta. [10] Kuncoro, M, 2002. Analisis Spasial dan
[3] As’har, Hikmawan Adi. 2015. Pola Regional, Studi Aglomerasi dan Kluster
Keterkaitan Antar Faktor yang Industri Indonesia., UPP AMP YKPN.
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Yogyakarta.
Kerja Oleh Sektor UMKM di Indonesia.

12
ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016

[11] Sulistiawati, Rini. 2012. Pengaruh Upah


Minimum terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di
Provinsi di Indonesia. Jurnal Eksos :
Vol. 8, No 3.
[12] Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan
Problematika dan Pendekatan. Jakarata:
Salemba.
[13] Tarigan, Robinson. 2009. Ekonomi
Regional Teori dan Aplikasi. Cetakan
kelima. Jakarta : PT Bumi Aksara.
[14] Todaro, Micheal .2003. Pembangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi ke-
Tujuh. Jilid 1 Jakarta: Airlangga
[15] UU Ketenagakerjaan 13/2003 pasal 90-
91
[16] UU.Perindustrian No.9 Tahun1995
[17] Wahyudin. 2004. Industri dan Orientasi
Ekspor: Dinamika dan Analisis Spasial,
Muhammadiyah University Pers.
Surakarta.

13

View publication stats

You might also like