6805 20606 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ISSN : 2722-9289

http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/J-SiKep

Research Article Jurnal Studi Keperawatan Open Access

Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance
in Dr. R. Soetijono Blora Hospital
Warijan1* Teguh Wahyudi2 Yuni Astuti3 Risma Dwi Rahayu4
1,2,3
Program Studi D-III Keperawatan Blora, Poltekkes Kemenkes Semarang, Indonesia

*Corresponding author : Warijan


Email: warijan63@gmail.com

Received: February 28, 2021 ; Revised: March 10, 2021; Accepted: March 18, 2021

ABSTRACT
With the increasing life expectancy of the Indonesian population, it can be estimated that the
incidence of degenerative diseases is increasing. Based on basic health research, hypertension is the most
degenerative disease in the elderly with a prevalence of 57.6% at ages 65-74 years and 63.8% aged>75
years. Hypertension causes the elderly to experience fatigue or weakness.The purpose of this study is to
describe the nursing care of hypertension in the elderly with a focus on activity intolerance studies. This
research design uses a descriptive research approach. The subjects used were 2 patients who had inclusion
criteria; individuals with hypertension aged 60-90 years and willing to be the subject of case studies,
exclusion criteria; individuals are not willing to be the subject of research and have special handling
diseases. Data collection was carried out by interview, observation, physical examination and nursing
documentation.The results were obtained through nursing care in both patients, where both patients had
hypertension with a diagnosis of activity intolerance with different levels of activity independence. So
given the nursing action physical activity therapy according to patient tolerance. Conclusions from the
results of the study are that it is important to choose and provide the stages of activity needs, education
and pay attention to the safety of the elderly.Suggestions submitted, the hospital should prevent accidents
in elderly patients. For nurses, education should improve the fulfillment of the activity needs of patients
and families.

Keyword : nursing care; hypertension; elderly; activity intolerance; activity needs

Introduction Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa


(Pendahuluan) adalah dilihat dari umur harapan hidup
penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai
Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan suatu negara berkembang, dengan
kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada perkembangannya yang cukup baik, diproyeksikan
peningkatan umur harapan hidup (UHH) di angka harapan hidupnya dapat mencapai lebih dari
Indonesia. Berdasarkan laporan Badan Pusat 70 tahun pada 2020 yang akan datang (Sya’diyah,
Statistik (2018), Umur Harapan Hidup 2018).
(UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH) mengalami Dengan meningkatnya umur harapan hidup
peningkatan. Pada tahun 2017 UHH di Indonesia penduduk Indonesia, maka dapat diperkirakan
adalah 70,06 dan angka ini meningkat menjadi bahwa insidensi penyakit degeneratif
71,20 pada tahun 2018. Sementara menurut data meningkat.(Ajeng Titah et al., 2019) Sementara itu
proyeksi lansia Kemenkes RI tahun 2019, bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penurunan akibat proses degeneratif (penuaan)
penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada sehingga penyakit tidak menular banyak muncul
tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada pada usia lanjut (Infodatin Kemenkes RI Lansia,
tahun 2019. 2016). Hipertensi merupakan salah satu penyakit
tidak menular yang masih menjadi masalah di
J-SiKep Team *Corresponding author email : warijan63@gmail.com
Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Copyright:
Soetijono Blora Hospital @ 2021 Warijan, dkk

bidang kesehatan. Hipertensi dikenal sebagai provider, yaitu memberikan asuhan keperawatan
tekanan darah tinggi, dengan tekanan sistolik yang kepada lansia yang meliputi intervensi atau
menetap di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik tindakan keperawatan, observasi, pendidikan
yang menetap di atas 90 mmHg (Saputra & Anam, kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai
2016). dengan pendelegasian yang diberikan (Sunaryo,
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar dkk, 2018).
972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia Salah satu upaya penatalaksanaan klien
mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan dengan intoleransi aktivitas adalah dengan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 pemberian terapi aktivitas.(Purnomo, Muawanah,
juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara et al., 2020) Menurut Standar Intervensi
maju dan 639 sisanya berada di negara Keperawatan Indonesia 2018, terapi aktivitas
berkembang, termasuk Indonesia (Yonata & termasuk intervensi utama yang dapat dilakukan
Pratama, 2016). Berdasarkan hasil Riskesdas di dalam upaya penatalaksanaan tersebut. Terapi
Indonesia tahun 2013, hipertensi merupakan aktivitas menggunakan aktivitas fisik, kognitif,
penyakit terbanyak pada lansia dengan prevalensi sosial dan spiritual tertentu untuk memulihkan
57,6% pada usia 65-74 tahun dan 63,8% usia >75 keterlibatan, frekuensi atau durasi aktivitas
tahun (Pusat Data dan Informasi, 2016). Menurut individu atau kelompok. Salah satu terapi yang
data Riskesdas tahun 2018, menunjukkan dapat diterapkan adalah terapi aktivitas fisik seperti
peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia jika pengaturan posisi, ambulasi dini, latihan isometrik
dibandingkan dengan Riskesdas 2013. Prevalensi dan perawatan diri sesuai kebutuhan. Kegiatan
hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. fisik yang dilakukan secara teratur menyebabkan
Sedangkan persentase hipertensi di jawa tengah perubahan-perubahan misalnya jantung akan
mencapai 12,98% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa bertambah kuat pada otot polosnya sehingga daya
Tengah, 2017). tampung besar dan kontruksi atau denyutannya
Hipertensi juga merupakan faktor risiko kuat dan teratur, selain itu elastisitas pembuluh
utama untuk terjadinya penyakit kardiovaskular. darah akan bertambah karena adanya relaksasi dan
Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan
dapat menyebabkan stroke, infark miokard, gagal berkurang dan meningkatkan kontraksi otot
jantung, demensia, gagal ginjal, dan gangguan dinding pembuluh darah tersebut (Anies, 2007
penglihatan (Arifin, Weta & Ratnawati, 2016). dalam Jurnal Hasanudin, Ardiyani &
Hipertensi dapat disebabkan oleh faktor genetik, Perwiraningtyas 2018). Kurangnya aktivitas fisik
kegemukan, merokok, pecandu alkohol, kurang membuat organ tubuh dan pasokan darah maupun
aktivitas fisik dan olahraga. Kurangnya aktivitas oksigen menjadi tersendat sehingga meningkatkan
fisik dapat meningkatkan risiko kelebihan berat tekanan darah. Dengan melakukan aktivitas fisik
badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung secara rutin dan bertahap dapat menurunkan atau
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih menstabilkan tekanan darah (Hasanudin, Ardiyani
tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih & Perwiraningtyas, 2018).
keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
sering otot jantung harus memompa, makin besar untuk mengambil judul Asuhan Keperawatan
tekanan yang dibebankan pada arteri (Saputra & Lansia Pada Pasien Hipertensi dengan Fokus Studi
Anam, 2016). Intoleransi Aktivitas diRSUD dr. R. Soetijono
Peningkatan tekanan darah mengakibatkan Blora.
lansia mengalami keluhan kesehatan, diantaranya Methods
keletihan dan kelemahan yang menjadi batasan (Metode Penelitian)
karakteristik intoleransi aktivitas. Intoleransi
aktivitas merupakan ketidakcukupan energi untuk Metode penelitian yang digunakan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari (Tim Pokja SDKI, studi kasus ini adalah metode deskriptif dengan
2016). Peran perawat gerontik sebagai care pemaparan kasus dan menggunakan proses
keperawatan yang memfokuskan pada salah satu
Citation: Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Page 2 of 10
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume 2 Nomor 1
Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Copyright:
Soetijono Blora Hospital @ 2021 Warijan, dkk

masalah penting dalam kasus yang dipilih yaitu mmHg (Aspiani, 2014). Klasifikasi hipertensi
asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan berdasarkan derajatnya, hipertensi dibagi menjadi
fokus studi intoleransi aktivitas di RSUD Dr. R. empat derajat ; derajat normal dengan tekanan
Soetijono Blora. Subjek yang digunakan sebanyak sistolik dan diastolik <120/<80 mmHg, pre-
2 pasien yang memiliki kriteria inklusi ; individu hipertensi 120-139/80-90 mmHg, hipertensi derajat
penderita hipertensi dengan usia 60-90 tahun dan I 140-159/90-99 mmHg dan hipertensi derajat II
bersedia menjadi subjek studi kasus, kriteria ≥160/≥100 mmHg (Bell,dkk.,2015 dalam buku
eksklusi ; individu tidak bersedia menjadi subjek Majid, 2017). Dari pengkajian yang telah
penelitian serta memiliki penyakit dengan dilakukan ditemukan bahwa Ny. S dan Ny. D
penanganan khusus. Pengumpulan data dilakukan mengalami hipertensi derajat II, dibuktikan dengan
dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik tekanan darah Ny. S adalah 180/100 mmHg dan
dan dokumentasi keperawatan. Studi kasus ini tekanan darah Ny. D 190/110 mmHg.
dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 – April Berdasarkan pengkajian pada Ny. S,
2020 mulai dari penyusunan proposal, ditemukan keluhan pusing setelah bangun tidur dan
pelaksanaan, hingga laporan hasil studi kasus. sakit pada kepala bagian belakang. Sedangkan
pada Ny. D tidak ditemukan gejala demikian.
Results and Discussion Keluhan pusing dan sakit kepala bagian belakang
(Hasil dan Pembahasan) pada Ny. S sesuai dengan teori Sya’diyah (2018)
Pengkajian yang menyatakan bahwa pada pengkajian
Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan neurosensory ditemukan gejala keluhan pusing
didapatkan data-data yang menimbulkan masalah berdenyut, sakit kepala sub oksipital, dan
pada Ny. S adalah pasien mengeluh merasa pusing gangguan penglihatan. Hal ini sesuai dengan teori
setelah bangun tidur dan kadang sakit pada kepala lain menurut Majid (2017), pada pengkajian
bagian belakang, badannya lemas, kaki sebelah kiri neurosensory ditemukan gejala keluhan pusing
terasa berat digerakkan, setiap akan berpindah naik atau pening, sakit kepala, sakit kepala berdenyut,
atau turun dari tempat tidur, selalu butuh bantuan gangguan penglihatan dan episode epistaksis.
keluarga,lemah, tekanan darah 180/100 mmHg, Selain kedua teori tersebut, data yang didapatkan
nadi 90 x/menit, kekuatan otot ekstremitas kanan pada Ny. S juga sesuai dengan pendapat Agustin
dan kiri atas 4, ekstremitas kanan dan kiri bawah 2. (2017) yang menyatakan bahwa pada pengkajian
Sedangkan pada Ny. D pasien mengeluh lemas dan keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
cepat lelah jika melakukan aktivitas seperti ditemukan gejala kepala terasa pusing. Terdapat
berjalan, ke kamar mandi dan merawat dirinya, perbedaan pada kedua pasien, karena pada Ny. D
pasien mengatakan jika melakukan aktivitas seperti tidak ditemukan gejala pusing atau sakit kepala.
bergerak, mandi, berpakaian selalu dibantu Data tersebut sesuai dengan definisi lain dari
keluarga, terlihat lemah, agak pucat, tekanan darah hipertensi menurut Faqih (2006) dalam buku
saat istirahat 190/110 mmHg, N = 89 x/menit, Manurung (2018), bahwa hipertensi adalah suatu
lemah, kekuatan otot pada ekstremitas atas 4 dan keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
bawah. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
Berdasarkan pengukuran tekanan darah pada meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal
Ny. S didapatkan data tekanan darah 180/90 jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
mmHg, sedangkan tekanan darah pada Ny. D Data yang ditemukan tersebut juga sesuai dengan
adalah 190/110. Data tersebut sesuai dengan teori pendapat Wijayakusuma (2000) dalam buku
Aspiani (2014) bahwa hipertensi dapat Manurung (2018) bahwa individu yang menderita
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan sampai bertahun-tahun, gejala bila ada,
tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi menunjukkan adanya kerusakan vascular, dengan
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

Citation: Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Page 3 of 10
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume 2 Nomor 1
Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Copyright:
Soetijono Blora Hospital @ 2021 Warijan, dkk

Selain kedua teori tersebut, terdapat keterkaitan iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
pula dengan pendapat Edward K. Chung (1995) per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam
buku Nurhidayat (2015), bahwa tanda dan gejala kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya
pada hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu tidak masak-memasak masyarakat kita yang umumnya
ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan boros menggunakan garam dan MSG (Anggaraini,
dengan peningkatan tekanan darah, selain 2009 dalam buku Manurung 2018).
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak Diagnosa Keperawatan
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak Setelah dilakukan pengumpulan data hasil
terukur. Sedangkan tanda dan gejala yang kedua pengkajian dan pengelompokan data, dirumuskan
adalah gejala yang lazim. Sering dikatakan bahwa diagnosa keperawatan Ny. S yaituintoleransi
gejala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
merupakan gejala terlazim yang mengenai suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan pasien mengeluh badannya lemas, kaki sebelah kiri
medis. terasa berat digerakkan, setiap akan berpindah naik
Data berikutnya yang didapatkan dari atau turun dari tempat tidur, selalu butuh bantuan
pengkajian Ny. S adalah pasien mengatakan bahwa keluarga, merasa sesak saat aktivitas, pasien
di rumah selalu atau terbiasa memasak makanan terlihat lemah, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi
yang asin karena kebiasaan dari anggota keluarga 90 x/menit, RR = 23 x/menit, kekuatan otot
juga, bapak pasien memiliki riwayat hipertensi dan ekstremitas kanan dan kiri atas 4, ekstremitas
kakaknya dengan riwayat hipertensi serta stroke, kanandan kiri bawah2. Sementara itu pada Ny. D
keduanya sudah meninggal karena penyakit adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan
hipertensi. Sedangkan pada Ny. D, pasien kelemahan ditandai dengan pasien mengeluh lemas
mengatakan terbiasa makan makanan yang asin dan cepat lelah jika melakukan aktivitas seperti
dan gorengan, nenek pasien dan adiknya berjalan, ke kamar mandi dan merawat dirinya,
mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Kedua gemetar dan kadang sesak setelah aktivitas, pasien
data tersebut sesuai dengan teori dari Majid (2017) mengatakan jika melakukan aktivitas
yang menyatakan bahwa beberapa faktor yang sepertibergerak, mandi, berpakaian selalu dibantu
mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial keluarga, tekanan darah saat istirahat 190/110
adalah faktor genetik, stress, dan psikologis, faktor mmHg, N = 89 x/menit, RR = 22 x/menit, pasien
lingkungan, dan diet (peningkatan penggunaan terlihat lemah, kekuatan otot pada ekstremitas atas
garam dan berkurangnya asupan kalium atau 4 dan bawah 3.
kalsium). Data tersebut juga sesuai dengan Diagnosa keperawatan tersebut sesuai dengan
pendapat Sya’diyah (2018) bahwa pada pengkajian pendapat Mujahidullah (2012), Sya’diyah (218) ,
makanan atau cairan ditemukan gejala yaitu dan Aspiani (216) yang menyatakan bahwa salah
makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, satu diagnosa yang sering muncul adalah
tinggi kolesterol). Konsumsi natrium yang berlebih intoleransi aktivitas berhubungan dengan
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya Intoleransi aktivitas merupakan
cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya sehari-hari (Tim Pokja SDKI, 2017). Penulis
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan menetapkan diagnosa keperawatan intoleransi
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak aktivitas dengan etiologi ketidakseimbangan suplai
kepada timbulnya hipertensi (Manurung, 2018). dan kebutuhan oksigen berdasarkan patofisiologi
Sumber natrium atau sodium yang utama adalah hipertensi menurut aktivitas Corwin (2001) dalam
natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan buku Manurung (2018) yang menyatakan bahwa
monosodium glutamate (MSG), dan sodium perubahan struktural dan fungsional pada sistem
karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada lansia.
Citation: Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Page 4 of 10
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume 2 Nomor 1
Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Copyright:
Soetijono Blora Hospital @ 2021 Warijan, dkk

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, kedua pasien. Sesuai dengan kondisi pasien lansia
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan yang mengalami peningkatan tekanan darah pada
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang Ny. S 180/100 mmHg dan pada Ny. D 190/110
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi mmHg, seharusnya penulis menetapkan diagnosa
dan daya regang pembuluh darah. keperawatan risiko tinggi terhadap penurunan
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang curah jantung berhubungan dengan hipertrofi
kemampuannya dalam mengakomodasi volume ventrikel kiri. Hal tersebut sesuai dengan teori
darah yang dipompa oleh jantung (volume Manurung (2018), bahwa pada manajemen
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah keperawatan hipertensi terdapat diagnosa
jantung dan peningkatan tahanan perifer. Adanya keperawatan risiko tinggi terhadap penurunan
peningkatan tahanan perifer mengakibatkan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
supplay oksigen dan nutrisi tidak maksimal afterload, vasokonstriksi, hipertrofi atau rigiditas
sehingga menjadi intoleransi aktivitas (Corwin, ventrikuler, iskemia miokard. Penulis menentukan
2001 dalam buku Manurung 2018). etiologi hipertrofi ventrikel kiri berdasarkan
Intoleransi aktivitas ditetapkan sebagai patofisiologi biologis sesuai dengan teori Geriatri
diagnose keperawatan pada Ny. S karena KK (2012) dalam kutipan Rakhmawati, S (2013)
ditemukan data pasien mengeluh badannya lemas, bahwa patogenesis terjadinya hipertensi pada usia
merasa sesak saat aktivitas, terlihat lemah, tekanan lanjut dan dewasa muda dibedakan oleh faktor-
darah 180/100 mmHg, nadi 90 x/menit, RR = 23 faktor yang berperan pada usia lanjut. Faktor-
x/menit. Sedangkan pada Ny. D ditemukan data faktor tersebut terutama adalah ; akibat penebalan
pasien mengeluh lemas dan cepat lelah jika dinding aorta dan pembuluh darah akan terjadi
melakukan aktivitas, gemetar dan kadang sesak peningkatan tekanan darah sistolik tanpa atau
setelah aktivitas, tekanan darah saat istirahat sedikit perubahan tekanan darah diastolik.
190/110 mmHg, N = 89 x/menit, RR = 22 x/menit, Peningkatan tekanan darah sistolik akan
pasien terlihat lemah. Data tersebut sesuai dengan meningkatkan beban kerja jantung dan pada
teori Tim Pokja SDKI (2017) bahwa pada gejala akhirnya akan mengakibatkan penebalan dinding
dan tanda mayor ditemukan tanda subjektif ventrikel kiri sebagai usaha kompensasi atau
mengeluh lelah dan objektif frekuensi jantung adaptasi, hipertrofi ventrikel kiri ini yang awalnya
meningkat > 20% dari kondisi istirahat. Tanda adalah untuk adaptasi lama-kelamaan malah akan
minor subjektif ditemukan gejala dispnea saat atau menambah beban kerja jantung dan menjadi proses
setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah patologis.
beraktivitas, merasa lemah, sedangkan pada gejala
objektif ditemukan tekanan darah berubah >20% Intervensi Keperawatan
dari kondisi istirahat, sianosis. Sebelum melakukan intervensi keperawatan,
Pada hasil penelitian, penulis tidak penulis menentukan prioritas keperawatan.
mencantumkan diagnosa keperawatan selain Prioritas masalah didasarkan sesuai dengan Hiraki
intoleransi aktivitas. Seharusnya hasil temuan kebutuhan dasar menurut A. Maslow. Intoleransi
diagnosa keperawatan pada pasien dicantumkan aktivitas mengakibatkan gangguan pada kebutuhan
pada hasil penelitian dengan tujuan dapat aktivitas. Kebutuhan aktivitas merupakan salah
menentukan prioritas diagnosa keperawatan. Hal satu kebutuhan fisiologis. Sesuai hierarki
ini sesuai dengan teori Hidayat, A.A. & Uliyah, M. kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh
(2014) bahwa penentuan prioritas dilakukan Abraham Maslow dalam Kasiati dan Rosmalawati
setelah tahap diagnosis keperawatan. Melalui (2016), kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan
penentuan diagnosis keperawatan dapat diketahui paling dasar dan memiliki prioritas tertinggi dalam
diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi kebutuhaan Maslow. Apabila kebutuhan fisiologis
pertama kali atau yang harus segera dilakukan. tidak terpenuhi maka akan menyebabkan gangguan
Penulis menyadari adanya kekurangan pada kebutuhan yang lain seperti kebutuhan rasa
dalam penetapan diagnosa keperawatan pada aman dan perlindungan. Sehingga penulis

Citation: Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Page 5 of 10
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume 2 Nomor 1
Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Copyright:
Soetijono Blora Hospital @ 2021 Warijan, dkk

memprioritaskan masalah intoleransi aktivitas fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada
karena merupakan hal yang mutlak dan harus merupakan indicator dari kelebihan kerja yang
terpenuhi oleh manusia untuk bertahan hidup. berkaitan dengan tingkat aktivitas (Doengoes, E.
Pedoman penyusunan tujuan dan kriteria Marilynn, 2012 & Sya’diyah, 2018).
hasil didasarkan pada prinsip SMART. Sesuai Intervensi kedua yaitu tentukan keterbatasan
dengan pedoman tersebut, disusun tujuan pasien terhadap aktivitas. Intervensi tersebut sesuai
keperawatan untuk mengatasi masalah pada Ny. S dengan yang dikemukakan oleh Aspiani (2016),
dan Ny. D yaitu setelah dilakukan intervensi bahwa dalam Nursing Intervensions Classificasion
keperawatan 3x24 jam pasien dapat menunjukkan bagian manajemen energi menyebutkan intervensi
toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil ; tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas.
melaporkan peningkatan aktivitas, skala kekuatan Intervensi ketiga adalah monitor respons
otot bagian atas = 5, skala kekuatan otot bagian emosional, fisik, sosial dan spiritual. Intervensi
bawah = 4, keluhan lelah menurun, dispnea saat tersebut merupakan salah satu tindakan observasi
atau setelah aktivitas menurun, tekanan darah < dalam intervensi utama pada intoleransi aktivitas
140/85-90 mmHg, nadi 60-80 x/menit, respirasi yang terdapat pada terapi aktivitas (Tim Pokja
16-20 x/menit. SIKI DPP PPNI, 2018).
Tindakan-tindakan pada intervensi Intervensi keempat adalah bantu pasien
keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, untuk memilih aktivitas yang konsisten dengan
edukasi dan kolaborasi (Berman et al 2015 : Potter kemampuan fisik, psikologis dan sosial. Intervensi
& Perry, 2013; Saba, 2007; Wilkinson et al, 2016 tersebut diambil dari teori intervensi keperawatan
dalam kutipan Tim Pokja SIKI DPP PPNI, menurut Aspiani, 2016 dalam Nursing
2018).Intervensi yang pertama ditulis adalah Intervensions Classification (NIC Activity Therapy
membina hubungan saling percaya pada (Terapi Aktivitas).
lansia.Dalam melakukan tindakan keperawatan Intervensi kelima yaitu fasilitasi aktivitas
pada lansia, diperlukan komunikasi terapeutik. fisik rutin (mobilisasi dan perawatan diri). Bahwa
Dalam berkomunikasi dengan lansia diperlukan kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur
pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas pada menyebabkan perubahan-perubahan misalnya
lansia dengan menggunakan perasaan dan pikiran jantung akan bertambah kuat pada otot polosnya
lansia, bekerja sama untuk menyelesaikan masalah sehingga daya tampung besar dan konstruksi atau
yang terjadi pada lansia. Berkomunikasi dengan denyutannya kuat dan teratur, selain itu elastisitas
lansia memerlukan suasana yang saling hormat pembuluh darah akan bertambah karena adanya
menghormati, saling menghargai, saling percaya relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan
dan saling terbuka (Sarfika, Maisa & Freska, lemak akan berkurang dan menngkatkan kontraksi
2018). Beberapa prinsip komunikasi tersebut otot dinding pembuluh darah tersebut. Kurangnya
dilakukan supaya dapat menciptakan hubungan aktivitas fisik membuat organ tubuh dan pasokan
yang baik antara perawat dan lansia, sehingga darah maupun oksigen menjadi tersendat sehingga
mampu mencapai tujuan serta mengatasi masalah meningkatkan tekanan darah. Dengan melakukan
pada lansia terutama yang mengalami keluhan aktivitas fisik secara rutin dan bertahap dapat
kesehatan. menurunkan atau menstabilkan tekanan darah
Intervensi berikutnya adalah berdasarkan (Anies, 2007 dikutip dari jurnal Hasanudin,
tindakan keperawatan sesuai dengan yang disusun Ardiyani dan Perwiraningtyas, 2018).
penulis. Intervensi keperawatan tersebut meliputi ; Intervensi keenam yaitu berikan dorongan
observasi respons pasien terhadap aktivitas. untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri
Intervensi tersebut sesuai dengan teori bertahap jika dapat ditoleransi. Intervensi tersebut
Mujahidullah (2012), bahwa salah satu fokus sesuai dengan Sya’diyah (2018), dengan rasional
intervensi pada masalah intoleransi aktivitas adalah yaitu kemajuan aktivitas bertahap mencegah
kaji respons terhadap aktivitas. Menyebutkan peningkatan kerja jantung tiba-tiba (Sya’diyah,
parameter membantu dalam mengkaji respons 2018 dan Doengoes, 2012).

Citation: Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Page 6 of 10
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume 2 Nomor 1
Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Copyright:
Soetijono Blora Hospital @ 2021 Warijan, dkk

Intervensi ketujuh yaitu tindakan edukasi, posisi di tempat tidur. Sedangkan pada Ny. D,
ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih. memilih aktivitas berpindah posisi seperti bangun
Tindakan tersebut sesuai dengan Standar Intervensi dari tempat tidur dan duduk. Faktor pendukung
Keperawatan Indonesia (2018) yang merupakan dalam tindakan keperawatan tersebut adalah kedua
intervensi utama pada terapi aktivitas. pasien mampu berpartisipasi dalam pemilihan
aktivitas konsisten yang dilakukan selama asuhan
Implementasi Keperawatan keperawatan. Faktor penghambat terdapat pada
Implementasi yang pertama adalah membina keluarga pasien, pada Ny. D, keluarga belum aktif
hubungan saling percaya. Faktor pendukung dalam untuk terlibat dalam pemilihan aktivitas yang
tindakan tersebut yaitu kedua pasien mau menjadi dibutuhkan pasien. Sedangkan pada Ny. S,
responden atau subjek dalam penelitian ini. Faktor keluarga sudah mampu berpartisipasi aktif dalam
penghambat dalam melakukan tindakan tersebut membantu pasien untuk memilih aktivitas yang
terdapat pada segi pasien. Pada Ny. S sudah sesuai dengan kondisi pasien.
mengalami perubahan pendengaran. Kemampuan Implementasi kelima adalah mengajarkan
pasien dalam mendeteksi volume suara mulai cara melakukan aktivitas yang dipilih. Faktor
menurun. Sedangkan pada Ny. D tidak ada pendukung dalam melakukan tindakan
hambatan dalam membangun komunikasi keperawatan tersebut adalah kedua pasien mau
terapeutik. berpartisipasi dalam setiap tahapan mobilisasi yang
Implementasi kedua adalah mengobservasi diajarkan.
respons terhadap aktivitas. Faktor pendukung Implementasi keenam memfasilitasi
dalam melakukan tindakan keperawatan tersebut aktivitas fisik rutin dalam mobilisasi dan
adalah adanya kedua respons pasien yang perawatan diri. Faktor penghambat dalam
mendukung dalam tindakan observasi. melakukan tindakan tersebut terdapat pada rumah
Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana sakit. Dalam hal ini, terdapat kerusakan pada
yang saling hormat menghormati, saling restrain tempat tidur pasien. Sehingga ketika
menghargai, saling percaya dan saling terbuka pasien melakukan mobilisasi di tempat tidur tanpa
(Sarfika, Maisa & Freska, 2018). Adanya sikap- ada pendampingan, dapat memungkinkan resiko
sikap saling menghormati, percaya dan terbuka jatuh dan megurangi keamanan serta keselamatan
membuat pasien selalu bersedia mengungkapkan pasien.
keluhan yang menjadi gangguan pada tubuhnya. Implementasi ketujuh adalah memonitor
Sehingga, penulis mampu mengetahui respons respons emosional, fisik, sosial dan spiritual.
fisiologi setelah melakukan aktivitas atau Faktor pendukung dalam tindakan keperawatan
perubahan posisi. tersebut adalah partisipasi kedua pasien dalam
Implementasi ketiga yaitu mengobservasi aktivitas yang mempermudah penulis dalam
keterbatasan pasien terhadap aktivitas. Faktor mendokumentasikan respon pasien secara fisik,
pendukung dalam tindakan keperawatan tersebut emosional, sosial maupun spiritual.
adalah adanya optimisme dari pasien untuk Implementasi kedelapan adalah memberikan
sembuh, sehingga pasien selalu bersedia dalam dorongan untuk melakukan aktivitas bertahap jika
mengungkapkan keluhan-keluhan maupun dapat ditoleransi. Pada Ny. S tidak ditemukan
keterbatasannya dalam beraktivitas.(Ajeng Titah et hambatan dalam melakukan tindakan tersebut.
al., 2019; Purnomo, Muawanah, et al., 2020; Pada Ny. D ditemukan hambatan yang terdapat
Purnomo, Mudhofar, et al., 2020) pada keluarga pasien yang jarang terlibat dalam
Implementasi keempat yaitu membantu kebutuhan aktivitas pasien, sehingga diperlukan
pasien untuk memilih aktivitas konsisten sesuai edukasi agar kebutuhan aktivitas pasien selama di
kemampuan fisik, psikologi dan sosial. Dalam hal rumah dapat terpenuhi sejalan dengan tahapan-
ini, terdapat perbedaan respon antara kedua pasien. tahapan aktivitas sampai pasien mandiri.
Pada pasien Ny. S, memilih aktivitas yang banyak Penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan
dilakukan di atas tempat tidur, yaitu pengaturan pada pendokumentasian dari proses keperawatan.

Citation: Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Page 7 of 10
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume 2 Nomor 1
Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Copyright:
Soetijono Blora Hospital @ 2021 Warijan, dkk

Pada hasil penelitian, penulis tidak tambahan), skala kekuatan otot bagian atas adalah
mendokumentasikan tindakan keperawatan dari sif 5, bagian kanan dan kiri bawah = 3. Pada
ke sif yang dilakukan oleh perawat rumah sakit. assessment diperoleh tujuan tercapai sebagian.
Seharusnya penulis mendokumentasikan tindakan Planning selanjutnya adalah bantu pasien untuk
keperawatan dan status perkembangan pasien dari menjadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari.
sif ke sif karena sesuai dengan tujuan penulis Faktor pendukung dalam pemenuhan kebutuhan
menentukan intervensi keperawatan yaitu selama 3 aktivitas pada Ny. S adalah adanya keterlibatan
x 24 jam dan pendokumentasian penting pasien dan keluarga dalam membantu pasien
dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan teori Patricia beraktivitas secara rutin dan bertahap sehingga Ny.
dan Nancy (2005) dalam kutipan Sunaryo, dkk S mampu mentoleransi tahapan-tahapan aktivitas
(2016) bahwa pendokumentasian penting baik secara fisik, psikologis dan sosialnya.
dilakukan karena hal-hal sebagai berikut; pertama, Evaluasi pada Ny. D dilakukan pada tanggal 21
responsibilitas dan akuntabilitas profesional. Salah November 2019 pukul 14.00 WIB, didapatkan
satu fungsi perawat profesional adalah respons subjektif pasien mengatakanada
mengevaluasi respons pasien terhadap asuhan peningkatan dalam melakukan aktivitas, tubuh
keperawatan. Dokumentasi adalah bagian dari terasa tidak begitu lemas, tidak gemetar. Respons
keseluruhan tanggung jawab perawat untuk objektif yang diperoleh adalah pasien tidak pucat,
perawatan pasien. Kedua, perlindungan hukum. kulit teraba hangat namun masih menunjukkan
Dokumentasi keperawatan dapat digunakan pada keletihan setelah melakukan aktivitas, tekanan
kasus dugaan malpraktik. Apabila terjadi gugatan, darah 170/97 mmHg, N = 84 x/menit, RR = 20
maka dokumentasi keperawatan dapat memberi x/menit, tingkat kemandirian pasien dalam
bukti yang berharga tentang kondisi pasien serta aktivitas = D (kemandirian dalam semua hal
pengobatannya. Dalam dokumen tercatat informasi kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
dapat menjadi dasar untuk melindungi gugatan tambahan), skala kekuatan otot bagian atas adalah
klien. Ketiga, standar pengaturan. Semua fasilitas 5, bagian bawah = 4. Pada assessment diperoleh
kesehatan harus mengikuti peraturan tujuan tercapai sebagian. Planning selanjutnya
pendokumentasian yang dikeluarkan oleh adalah anjurkan keluarga terlibat dalam membantu
departemen kesehatan di tiap negara. Keempat, aktivitas fisik Ny. D untuk menjaga fungsi dan
penggantian biaya. Dokumentasi keperawatan kesehatan, bantu pasien untuk menjadwalkan
digunakan untuk menghitung pembiayaan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari. Faktor
keperawatan, terkait lamanya perawatan, pendukung dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
pelayanan keperawatan yang diberikan, dan pada Ny. D adalah adanya keterlibatan pasien dan
kelayakan keperawatan. keluarga dalam membantu pasien beraktivitas
secara rutin dan bertahap sehingga Ny. D mampu
Evaluasi mentoleransi tahapan-tahapan aktivitas baik secara
Dari hasil implementasi keperawatan pada fisik, psikologis dan sosialnya
Ny. S selama 3 x 24 jam, tanggal 9 November
2019 pukul 21.00 didapatkan respons subjektif Conclusion
pasien mengatakan sudah ada peningkatan dalam (Simpulan)
melakukan aktivitas dengan sedikit-sedikit, pasien
Berdasarkan masalah yang penulis dapatkan
merasa tidak cepat lelah setelah aktivitas. respons
pada Asuhan Keperawatan Hipertensi pada Lansia
objektif yang diperoleh adalah pasien
dengan Fokus Studi Intoleransi Aktivitas dapat
berpartisipasi dalam aktivitas yang dipilih, kulit
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
teraba hangat, tidak pucat, tekanan darah 160/95
Penulis melakukan pengkajian terhadap Ny.
mmHg, N = 85 x/menit, RR = 21 x/menit, tingkat
S dan Ny. D dan didapatkan hasil perbedaan yang
kemandirian pasien dalam aktivitas = E
terletak pada tanda serta gejala pasien. Pada Ny. S
(kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
mengalami gejala pusing, sakit kepala belakang,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
skala kekuatan otot bagian atas 4, bagian bawah 2,
Citation: Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Page 8 of 10
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume 2 Nomor 1
Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Copyright:
Soetijono Blora Hospital @ 2021 Warijan, dkk

sedangkan pada Ny. D tidak mengalami gejala Rumah sakit disarankan dalam melakukan
pusing atau sakit kepala, skala kekuatan otot asuhan keperawatan pada lansia dengan intoleransi
bagian atas 4 bagian bawah 3. Sehingga penting aktivitas memperhatikan keamanan dan
dalam memilih dan menentukan tahapan keselamatan pasien sehingga tidak terjadi
kebutuhan aktivitas pada pasien. kecelakaan pada pasien di rumah sakit.
Penulis mampu menetapkan diagnosa Perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan Ny. S dan Ny. D. Diagnosa keperawatan pada lansia dengan intoleransi
keperawatan Ny. S dan Ny. D yaitu intoleransi aktivitas hendaknya meningkatkan edukasi dalam
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehingga tidak
suplai dan oksigen. Perbedaan terdapat pada tanda- terjadi imobilitas pada pasien dan keluarga ikut
tanda yang menyertai Ny. S dan Ny. D terlibat dalam pendampingan aktivitas pasien.
dikarenakan perbedaan tingkat kemandirian Diharapkan dapat meningkatkan pendidikan
aktivitas. mengenai pentingnya kebutuhan aktivitas pada
Penulis menyusun intervensi keperawatan lansia di pelayanan rumah sakit sehingga dalam
pada Ny. S dan Ny. D. Terdapat salah satu melakukan implementasi tidak terjadi hambatan.
perbedaan pada tindakan dalam intervensi
keperawatan Ny. S dan Ny. D. Pada Ny. S References
memiliki riwayat hipertensi bertahun-tahun (Daftar Pustaka)
sehingga informasi yang diterima pasien dan
1. Agustin, E.D., (2017). Asuhan Keperawatan
keluarga terpenuhi. Sedangkan pada Ny. D tidak Pada Klien yang Mengalami Hipertensi dengan
pernah mengalami hipertensi dan tidak terdapat Intoleransi Aktivitas di Ruang Krisan RSUD
gejala yang spesifik kecuali peningkatan tekanan Bangil Pasuruan. (online).
darah sehingga diperlukan edukasi tentang (repo.stikesicme.jbg.ac.id/157/1/EVI DIAH
pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien AGUSTIN.pdf diakses tanggal 11 September
hipertensi. 2019).
2. Arifin, M.H.B., Weta, I.W., & Ratnawati,
Penulis melakukan implementasi sesuai
N.L.K.A. (2016). Faktor yang Berhubungan
dengan intervensi keperawatan yang telah disusun. dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok
Dalam melakukan implementasi disesuaikan Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
dengan kondisi dan keaadan lansia. Pada Ny. S Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. E-
yang mengalami dispnea saat aktivitas, pusing dan Jurnal Medika (online), Vol. 5 No. 7,
sakit kepala bagian belakang, sehingga dilakukan (https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/vie
mobilisasi pengaturan posisi di tempat tidur. Pada w/21559/14262 diakses tanggal 15 September
2019).
Ny. D tidak ada gejala spesifik hipertensi, sehingga
3. Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan
tidak hanya pengaturan posisi di tempat tidur yang Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler
diberikan. Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC.
Penulis melakukan evaluasi pada Ny. S dan 4. Badan Pusat Statistik. (2018). Umur Harapan
Ny. D. Dalam evaluasi pada kedua lansia, hasil Hidup Saat Lahir (UHH) Menurut Provinsi,
yang di dapatkan adalah tujuan tercapai sebagian. 2010-2018 (online).
(https://www.bgps.go.id/dynamictable/2018/04/
Dimana kedua lansia masih mengalami hipertensi
16/1298/angka-harapan-hidup-saat-lahir-
namun sudah mampu berpartisipasi dan terdapat menurut-provinsi-2010-2017.html diakses
peningkatan dalam aktivitas yang diperlukan atau tanggal 10 September 2019).
diinginkan. 5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2017).
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
Saran 2017 (online).
Dari simpulan yang sudah disampaikan, (https://www.depkes.go.id/resources/download/
untuk pengembangan, perbaikan serta sosialisasi profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2017/13_Jate
lebih lanjut dari hasil penulisan karya tulis ilmiah ng_2017.pdf diakses tanggal 8 Sepetember
2019).
ini, maka di sarankan kepada pihak-pihak terkait:

Citation: Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Page 9 of 10
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume 2 Nomor 1
Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Copyright:
Soetijono Blora Hospital @ 2021 Warijan, dkk

6. Doenges, E.M., Moorhouse, M.F., & Geissler, Ihsan Provinsi Jawa Barat. Jurnal Pendidikan
A.C. Tanpa tahun. Rencana Asuhan Keperawatan Indonesia, (online), Vol. 3 No. 1,
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan (https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/
Pendokumentasian Perawatan Pasien. view/7488 diakses tanggal 25 September 2019).
Terjemahan oleh I Made Kariasa & Ni Made 21.Saputra, O. & Anam, K. (2016). Gaya Hidup
Sumarwati. 2012. Jakarta : EGC. Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Pada
7. Hasanudin, Ardiyani, V.M & Perwiraningtyas, Masyarakat Pesisir Pantai. Jurnal Universitas
P. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Lampung, (online), Vol. 5 No. 4,
Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita (https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/m
Hipertensi di Wilayah Tlogosuryo Kelurahan ajority/artickle/viewFile/1047/842 diakses
Tlogomas Kecamtaan Lowokwaru Kota tanggal 10 September 2019).
Malang, Nursing News (online), Vol. 3 No. 1, 22.Sarfika, R., Maisa, E.A., & Freska, W. (2018).
(https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/art Buku Ajar Keperawatan Dasar 2. Padang :
icle/870/662 diakses tanggal 03 November Andalas University Press.
2019). 23.Setiadi. (2013). Konsep & Praktik Penulisan
8. Hidayat, A.A. & Uliyah, M. (2014). Pengantar Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 Buku I. 24.Subagiartha, I.M. & Darmaliputra, K. (2016).
Jakarta : Salemba Medika. Monitoring Hemodinamik Melalui Tekanan
9. Imron. (2014). Metodologi Penelitian Bidang Vena Sentral. (online),
Kesehatan Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit (https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitia
Sageng Seto. n_1_dir diakses tanggal 28 April 2020.
10.Kasiati & Rosmalawati, N.W. (2016). 25.Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M.M., Sumedi,
Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta : Pusdik T., Widayanti, E.D., Sukrillah, U.A, Riyadi, S.,
SDM Kesehatan. & Kuswati, A. (2016). Asuhan Keperawatan
11. Kholifah, S.N. (2016). Keperawatan Gerontik. Gerontik. Yogyakarta : Andi Offset.
Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan Badan 26.Sya’diyah, H. (2018). Keperawatan Lanjut
PPSDMK. Usia. Sidoarjo : Indomedia Pustaka.
12. Majid, A. (2017). Asuhan Keperawatan Pada 27.Tim Pokja SDKI. (2016). Standar Diagnosis
Pasien Dengan Gangguan Sistem Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
Kardiovaskuler. Yogyakarta : Pustaka Baru PPNI.
Press. 28. Ajeng Titah, N., Mardiyono, M Choiroel, A.,
13.Manurung. (2018). Keperawatan Medikal Ari, S., & Irma HY, S. (2019). Effectiveness
Bedah Konsep Mind Mapping dan NANDA NIC Combination of Foot Care with Active Range
NOC Jilid 1. Jakarta : Trans Info Media.
of Motion (ROM) and Plantar Exercise for
14. Masturoh, I. & Anggita, N. (2018). Metodologi
Reducing Diabetic Foot Ulcer Risk in Diabetes
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Mellitus Type II. Journal of Endocrinology and
15.Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Diabetes, 6(2), 1–4.
Geriatrik Merawat Lansia Dengan Cinta & https://doi.org/10.15226/2374-
Kasih Sayang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 6890/6/2/001131
16.Nugroho, H.W. (2017). Keperawatan Gerontik 29. Purnomo, H., Muawanah, & Mudhofar, M. N.
& Geriatrik. Jakarta : EGC. (2020). Perbedaan Mobilisasi Dini 6 Jam dan
17.Nurhidayat, Saiful. (2015). Asuhan 8 Jam Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien
Keperawatan Pada Pasien Hipertensi. Pendahuluan Metode Penelitian. Jurnal Studi
Ponorogo : UNMUH Ponorogo Press. Keperawatan, 1(1), 6–9.
18.Pusat Data dan Informasi. (2016). Situasi http://ejournal.poltekkes-
Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Jakarta : smg.ac.id/ojs/index.php/J-
Kementrian Kesehtan Republik Indonesia SiKep/article/view/5645
19.Rakhmawati, S. (2013). Hubungan Antara 30. Purnomo, H., Mudhofar, M. N., Normawati, A.
Derajat Hipertensi Pada Pasien Usia Lanjut T., & Suprasno, L. (2020). Jurnal Studi
Dengan Komplikasi Organ Target Di RSUP Keperawatan Pengaruh Latihan Peregangan
Kariadi Semarang Periode 2008-2012.
Kaki Terhadap Pengisian Kapiler Pada
(online), (
Penderita Luka Ulkus Diabetes. Jurnal Studi
20.Ramadhanti, D. (2016). Gambaran
Pengetahuan Perawat Tentang Manajemen Keperawatan, 1(1).
Pelayanan Hospital Homecare di RSUD Al-
Citation: Warijan, dkk. 2021. Nursing Care of Hypertension in the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Page 10 of 10
Dr. R. Soetijono Blora Hospital. Jurnal Studi Keperawatan Volume 2 Nomor 1

You might also like