Professional Documents
Culture Documents
Pendidikan Karakter: Dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Keberlanjutan
Pendidikan Karakter: Dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Keberlanjutan
MANUSIA KEBERLANJUTAN
Sri Suwartini
Universitas Widyadharma Klaten
Email: sri_t2n@yahoo.co.id
220
221 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 4, Nomor 1, September 2017, hlm. 220-234
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun utama adalah menetukan kemampuan apa yang
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada akan diubah dari anak setelah menjalani
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan pembelajaran tersebut dari sisi karakterya.
nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta PEMBAHASAN
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. A. Pengertian pendidikan Karakter
Pendidikan nasional bertujuan untuk Karakter menurut Pusat Bahasa
berkembangnya potensi peserta didik agar Depdiknas adalah, bawaan, hati, jiwa,
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, itu, yang disebut dengan berkarakter ialah
dan menjadi warga negara yang demokratis berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat
serta bertanggung jawab. dan berwatak sedangkan pendidikan dalam arti
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan sederhana sering diartikan sebagai usaha
nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap manusia untuk membina, kepribadiannya sesuai
jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
(SMP) harus diselenggarakan secara sistematis kebudayaan.
guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
didik sehingga mampu bersaing, beretika, manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
masyarakat. Ternyata kesuksesan seseorang lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang hukum, tata krama, budaya, dan adat
lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, istiadat. Dalam perkembangannya, istilah
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan
oleh hard skill dan sisanya 80 persen olehsoft atau pertolongan dengan sengaja oleh orang
skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya
bisa berhasil dikarenakan lebih banyak pendidikan diartikan sebagai usaha yang
didukung kemampuan soft skill daripada hard dijalankan seseorang atau kelompok lain agar
skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup
pendidikan karakter peserta didik sangat penting atau penghidupam lebih tinggi dalam arti
untuk ditingkatkan. mental.
Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini Dalam perkembangannya, istilah
adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan
pendidikan karakter dengan pendidikan yang atau pertolongan dengan sengaja oleh orang
dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya
dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi, pendidikan diartikan sebagai usaha yang
kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan dijalankan seseorang atau kelompok lain agar
model pendidikan seperti ini berorientasi pada menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup
pembentukan anak sebagai manusia yang utuh. atau penghidupam lebih tinggi dalam arti
Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya mental.Sedangkan karakter menurut Pusat
dalam aspek kognitif, namun juga dalam Bahasa Depdiknas, adalah bawaan, hati, jiwa,
karakternya. Anak yang unggul dalam karakter kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
akan mampu menghadapi segala persoalan dan sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara
tantangan dalam hidupnya. Ia juga akan itu, yang disebut dengan berkarakter ialah
menjadi seseorang yang lifelong learner. Pada berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat
saat menentukan metode pembelajaran yang dan berwatak.
Sri Suwartini, Pendidikan Karakter dan Pembangunan SDM Keberlanjutan 222
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona psikomotorik) dari konteks interaksi sosial
adalah pendidikan untuk membentuk kultural (dalam keluarga, sekolah, dan
kepribadian seseorang melalui pendidikan budi masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas
nyata seserorang yaitu tingkah laku yang baik, proses psikologis dan social cultural tersebut
jujur, bertanggung jawab, menghormati hak dapat dikelompokan dalam: olah hati, olah
orang lain, kerja keras, dan sebagainya. piker, olah raga dan kinestetik, serta olah rasa
Definisi pendidikan karakter dan karsa, keempat hal tidak dapat dipisahkan
selanjutnya dikemukakan oleh elkind dan sweet satu sama lainnya, bahkan saling melengkapi
(2004:45) dan saling keterkaitan.Pengkategorikan nilai
³&KDUDFWHU education is the didasarkan pada pertimbangan bahwa pada
deliberate esffort to help people hakikatnya perilaku seseorang yang
understand, care about, and act upon berkarakter merupakan perwujudan fungsi
caore ethical values. When we think about toalitas psikologis yang mencakup seluruh
the kind of character we want for our potensi individu manusia (kognitif, afekti dan
children, it is clear that we want them to psikomotorik) dan fungsi totalitas social-
be able tu judge what is right, care deeply kultural dalam konteks interaksi (dalam
about what is right, and then do what they keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat)
believe to be right, even in the face of dan berlangsung sepanjang hayat.
pressure from without and temptation Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah
from ZLWKLQ´. system yang menanamkan nilai-nilai karakter
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan pada peserta didik, yang mengandung
karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan komponen pengetahuan, kesadaran individu,
guru, yang mampu memperngaruhi karakter tekad, srta adanya kemauan dan tindakan untuk
peserta didik. Guru membantu membentuk melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan
watak peserta didik. Hal ini mencakup Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru linkungan, maupun bangsa, sehingga akan
bebicara atau menyampaikan materi, bagaimana terwujud insane kamil. Tugas pendidik di semua
guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait jenjang pendidikan tidak terbatas pada
lainnya. pemenuhan otak anak dengan berbagai ilmu
Para pakar pendidikan pada umumnya pengetahuan. Pendidik selayaknya mengajarkan
sependapat tentang pentingnya upaya pendidikan menyeluruh yang memasukkan
peningkatan pendidikan karakter pada jalur beberapa aspek akidah dan tata moral. Oleh
pendidikan formal. Namun demikian, ada karenanya, pendidik harus mampu menjadikan
perbedaan-perbedaan pendapat diantara mereka perkataan dan tingkah laku anak didiknya di
tentang pendekatan dari modus pendidikannya. kelas menjadi baik yang pada akhirnya nanti
Berhubungan dengan pendekatan, sebagian akan tertanam pendidikan karakter yang baik
pakar menyarankan penggunaan pendekatan- dikelak kemudian hari.
pendekatan pendidikan moral yang Karakter yang berkualitas perlu dibentuk
dikembangkan di Negara-negara barat, seperti: dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan
pendekatan perkembangan moral kognitif, masa kritis bagi pembentukkan karakter
pendekatan analisis nilai, dan pendekatan seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa
klarifikasi nilai. Sebagian yang lain kegagalan penanaman karakter pada seseorang
menyarankan penggunaan pendekatan sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang
tradisional, yaitu melalui penanaman nilai-nilai bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain
social tertentu. itu, menanamkan moral kepada anak adalah
Berdasarkan grand desain yang usaha yang strategis.
dikembangkan kemendiknas, secara psikologis Permasalahan serius yang tengah
social kultural pembentukan karakter dalam diri dihadapi bangsa Indonesia adalah sistem
individu merupakan fungsi dari seluruh potensi pendidikan yang ada sekarang ini terlalu
individu manusia (kognitif, afektif, konatif dan berorientasi pada pengembangan otak kiri
223 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 4, Nomor 1, September 2017, hlm. 220-234
aspek kognitif, namun juga dalam orang modern sering mencampur adukan antara
karakternya. Anak yang unggul dalam individualitas menuju personalitas, antara aku
karakter akan mampu menghadapi segala alami dan aku rohani, antara indepedensi
persoalan dan tantangan dalam eksterior dan interior. Karakter inilah yang
hidupnya. Ia juga akan menjadi seseorang menentukan performa seseorang dalam segala
yang lifelong learner. tindakannya.Rosworth Kidder dalam ³how
Pada saat menentukan metode Good People Make Tough Choicesyang dikutip
pembelajaran yang utama adalah oleh Majid (2010 : 89)menyampaikan tujuan
menetukan kemampuan apa yang akan kualitas yang diperlukan dalam pendidikan
diubah dari anak setelah menjalani karakter.
pembelajaran tersebut dari sisi karakterya. 1. Pemberdayaan
Apabila kita ingin mewujudkan karakter (empowered), maksudnya bahwa guru
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka harus mampu memberdayakan dirinya
sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk mengajarkan pendidikan karakter
untuk membentuk pendidik sukses dalam dengan dimulai dari dirinya sendiri.
pendidikan dan pengajarannya. 2. Efektif ( effective), proses pendidikan
karakter harus dilaksanakan dengan
C. Ciri-ciri dasar dan Prinsip, Pendidikan
efektif.
karakter
3. Extended into community, maksudnya
Forester menyebutkan paling tidak ada bahwa komunitas harus membantu dan
empat cirri dasar dalam pendidikan karakter; mendukung sekolah dalam
1. Keteraturan interior dimana setiap menanamkan nilai-nilai tersebur kepada
tindakan diukur berdasarkan herarki peserta didik.
nilai. Maka nilai menjadi pedoman yang 4. Embedded, integrasikan seluruh nilai ke
bersifat normative dalam setiap dalam kurikulum dan seluruh rangkaian
tindakan. proses pembelajaran.
2. Koherensi yang member keberanian 5. Enganged, melibatkan komunitas dan
membuat seseorang teguh ada prinsip, menampilkan topic-topik yang cukup
dan tidak mudah terombang ambing esensial.
pada situasi baru atau takut resiko. 6. Epistemological, harus ada koherensi
Koherensi merupakan dasar yang antara cara berpikir makna etik dengan
membangun rasa percaya satu sama lain. upaya yang dilakukan untuk membantu
Tidak adanya koherensi dapat peserta didik menerapkannya
meruntuhkan kredibilitas seseorang. secara benar.
3. Otonomi. 7. Evaluative, menurut Kidder terdapat
Disana seseorang menginternalisasikan lima hal yang harus diwujudkan dengan
aturan dari luar sampai menjadi nilai- menilai manusia berkarakter, (a) diawali
nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat dari dengan kesadaran etik; (b) adanya
penilaian atas keputusan pribadi tanpa kesadaran diri untk berpikir dan
terpengaruh desakan pihak lain. membuat keputusan tentang etik; (c)
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan mempunyai kapasitas untuk
merupakan daya tahan seseorang guna menampilkan kepercayaan diri secara
menginginkan apapun yang di pandang praktis dalam kehidupan; (d)
baik. Dan kesetiaan merupakan dasar mempunyai kapasitas dalam
bagi penghormatan atas komitmen yang menggunakan pengalaman praktis
dipilih. terhadap sebuah komunitas; (e)
Lebih lanjut Madjid menyebutkan bahwa mempunyai kapasitas untuk menjadi
kematangan keempat karakter tersebut diatas, agen perubahan (agent of change)
memungkinkan seseorang melewati tahap dalam merealisasikan ide-ide etik dan
individualitas menuju profesionalitas. Orang- menciptakan suasana yang berbeda.
Sri Suwartini, Pendidikan Karakter dan Pembangunan SDM Keberlanjutan 228
digali dari agama. Meskipun demikian, ada Dimensi-dimensi yang termasuk dalam
beberapa nilai karakter dasar yang disepakati moral knowing yang akan mengisi ranah
oleh para pakar untuk diajarkan kepada peserta kognitif adalah kesadaran moral ( moral
didik. Yakni rasa cinta kepada Tuhan Yang awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai
Maha Esa dan ciptaany-Nya, tanggung jawab, moral (knowing moral values), penentuan sudut
jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, pandang (perspective taking), logika moral
mampu bekerjasama, percaya diri, kreatif,mau (moral reasoning), keberanian mengambil
bekerja keras, pantang menyerah, adil, serta sikap (decision making), dan pengenalan diri
memiliki sikap kepemimpinan, baik, rendah (self knowledge). Moral feeling merupakan
hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan. penguatan aspek emosi peserta didik untuk
Dengan ungkapan lain dalam upaya menerapkan menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini
pendidikan karakter guru harus berusaha berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang
menumbuhkan nilai-nilai tersebut melalui spirit harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu
keteladanan yang nyata, bukan sekedar kesadaran akan jati diri (Conscience), percaya
pengajaran dan wacana. diri (self asteem), kepekaan terhadap derita
orang lain (empathy), kerendahan
Beberapa pendapat lain menyatakan
hati (humility), cinta kebenaran (Loving the
bahwa nilai-nilai karakter dasar yang harus
good), pengendalian diri (self control). Moral
diajarkan kepada peserta didik sejak dini adalah
action merupakan perbuatan atau tindakan
sifat dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian,
moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua
peduli, jujur, tanggung jawab, ketulusan, berani,
komponen karakter lainnya. Untuk memahami
tekun, disiplin, visioner, adil dan punya
apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan
integritas.
yang baik (act Morally) maka harus dilihat tiga
Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan
aspek lain dari karakter yaitu kompetensi
pendidikan karakter di sekolah hendaknya
(competence), keinginan (will), dan kebiasaan
berpijak pada nilai-nilai karakter tersebut, yang
(habit).
selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai
Pengembangan karakter dalam suatu
yang lebih banyak atau tinggi (yang bersifat
system pendidikan adalah keterkaitan antara
tidak absolute atau relative), yang sesuai dengan
komponen-komponen karakter yang
kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu
mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat
sendiri.
dilakukan atau bertindakn secara bertahap dan
Pembentukan karakter dikembangkan
saling berhubungan antara pengetahuan nilai-
melalui tahap pengetahuan (knowing),
nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang
pelaksanaan(acting), dan kebiasaan (habit).
kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap
Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja.
Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan,
Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan
bangsa dan Negara serta dunia internasional.
belum tentu mampu bertindak sesuai dengan
pengetahuaanya., jika tidak terlatih(menjadi
F. Upaya Pendidikan Karakter dalam
kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut,
Mencapai Tujuan Pembelajaran
karakter juga menjangkau wilayah emosi dan
kebiasan diri.Dengan demikian diperlukan tiga Indonesia memerlukan sumberdaya
komponen yang baik (component og good manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
character) yaitu moral knowing(pengetahuan sebagai pendukung utama dalam pembangunan.
tentang moral), moral feeling atau perasaan Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,
(penguatan emosi) tentang moral, dan moral pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
action, atau perbuatan bermoral. Hal ini Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003
diperlukan agar peserta didik dan atau warga Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
sekolah lain yang terlibat dalam system 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan
pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, nasional berfungsi mengembangkan
merasakan, menghayati, dan mengamalkan kemampuan dan membentuk karakter serta
(mengerjakan) nilai-nilai kebajikan. peradaban bangsa yang bermartabat dalam
Sri Suwartini, Pendidikan Karakter dan Pembangunan SDM Keberlanjutan 230