Hubungan Hukum Antara Dokter Dan Perawat Dalam Pelimpahan Kewenangan Tindakan Medis

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

259 Badamai Law Journal, Vol.

5, Issues 2, September 2020

HUBUNGAN HUKUM ANTARA DOKTER DAN PERAWAT DALAM


PELIMPAHAN KEWENANGAN TINDAKAN MEDIS

Pujo Sriwanto
Rumah Sakit Ansari Saleh
E-mail : kangmaspujo@gmail.com

Abstract
The delegation of medical authority has been regulated in the Regulation of the Minister of
Health number 2052/MENKES/PER/X/2011 concerning Licenses for Practice and Implementation of
Medical Practices, Law Number 36 of 2014 concerning Health Workers, and Law Number 38 of 2014
concerning Nursing. as well as the regulation of the Minister of Health number 26 of 2019 concerning
implementing regulations of law number 38 of 2014 concerning Nursing. However, this regulation is
still in general and not detailed yet regulates the delegation of medical actions so that in its
implementation in the field it still causes obstacles and problems related to the delegation process,
especially the problem of legal responsibility that arises as a result of the delegation of authority. One
of the problems that often occurs is the u
nclear form of delegation and the type of authority for medical actions that are delegated, so this will
make the legal relationship between doctors and nurses unclear and this will of course also result in
lack of clarity on legal liability if there is a loss from the patient
that gives rise to a lawsuit or lawsuit.

Keywords : Legal Relations, Delegation of Authority, Medical Action.

Abstrak
Pelimpahan kewenangan medis sudah diatur di Peraturan Menteri Kesehatan nomor
2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktek Kedokteran diundang-
undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan dan di undang-undang nomor 38 tahun 2014
tentang Keperawatan. serta peraturan Menteri Kesehatan nomor 26 tahun 2019 tentang Peraturan
pelaksana undang-undang nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.Tetapi regulasi ini masih secara
umum dan belum terperinci mengatur tentang pelimpahan tindakan medis sehingga dalam
implementasinya dilapangan masih menimbulkan kendala dan masalah yang terkait dengan proses
pelimpahan, terutama masalah tanggung jawab hukum yang timbul akibat dari pelimpahan
kewenangan tersebut.Salah satu masalah yang sering terjadi adalah ketidak jelasan bentuk pelimpahan
dan jenis kewenangan tindakan medis yang dilimpahkan,sehingga ini akan membuat hubungan hukum
antara dokter dan perawat tidak jelas dan ini tentunya juga akan berakibat ketidak jelasan terhadap
pertanggung jawaban hukumnya bila ada kerugian dari pasien yang menimbulkan gugatan atau
tuntutan hukum

Kata Kunci : Hubungan Hukum, Pelimpahan Kewenangan, Tindakan Medis.


Pujo Sriwanto : Hubungan Hukum Antara Dokter Dan …... 260

PENDAHULUAN pelimpahan tindakan medis sehingga dalam


Didalam praktek layanan kesehatan implementasinya dilapangan masih
antara dokter dan perawat mempunyai menimbulkan kendala dan masalah yang
hubungan kolaborasi yang bersifat sinergi terkait dengan proses pelimpahan, terutama
dan saling melengkapi dimana perawat masalah tanggung jawab hukum yang
tidak dapat memberikan perawatan yang timbul akibat dari pelimpahan kewenangan
holistik dan komprehensif bila tidak ada tersebut.Salah satu masalah yang sering
dokter begitu pula dokter tidak dapat terjadi adalah ketidak jelasan bentuk
merawat pasien secara maksimal dan pelimpahan dan jenis kewenangan tindakan
berkesinambungan bila tidak ada tenaga medis yang dilimpahkan,sehingga ini akan
perawatan yang diakibatkan karena membuat hubungan hukum antara dokter
keterbatasan tenaga dokter.Oleh karena itu dan perawat tidak jelas dan ini tentunya
diperlukan suatu sistim kerjasama diantara juga akan berakibat ketidak jelasan
keduanya dalam bentuk tindakan terhadap pertanggung jawaban hukumnya
kolaboratif. Tindakan kolaboratif disini bila ada kerugian dari pasien yang
tentu berhubugan dengan pelimpahan menimbulkan gugatan atau tuntutan hukum.
kewenangan sebagian tindakan kedokteran Beralaskan latar belakang masalah
kepada perawat. sebagaimana diuraikan di atas, maka
Pelimpahan tindakan medis sudah rumusan masalah yang Penulis fokuskan
diatur dibeberapa pearturan perundang- dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
undangan dan peraturan lainnya,yaitu karakteristik hubungan hukum antara
Peraturan Menteri Kesehatan nomor dokter dan perawat dalam pelimpahan
2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin kewenangan tindakan medis serta tanggung
Praktek dan Pelaksanaan Praktek jawab hukum dokter dan perawat dalam
Kedokteran,diundang-undang nomor 36 pelimpahan kewenangan tindakan medis
tahun 2014 tentang tenaga kesehatan dan di yang telah dilakukan
undang-undang nomor 38 tahun 2014
tentang Keperawatan serta peraturan METODE PENELITIAN
Menteri Kesehatan nomor 26 tahun 2019 Jenis penelitian yang digunakan dalam
tentang Peraturan pelaksana undang-undang penelitian hukum ini adalah penelitian
nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan. hukum normatif yang bersifat preskriptif
Tetapi regulasi ini masih secara umum dan dengan menggunakan pendekatan
belum terperinci mengatur tentang Perundang-undangan (Statute approach),
261 Badamai Law Journal, Vol. 5, Issues 2, September 2020

pendekatan konseptual (Conceptual Menurut Philipus M. Hadjon, dalam


Approach) dan pendekatan kasus (Case hukum tata negara wewenang (bevoegdheid
Approach). ) dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum
(rechtsmacht ). Jadi dalam konsep hukum
PEMBAHASAN publik, wewenang berkaitan dengan
PELIMPAHAN KEWENANGAN TIN- kekuasaan. Philipus M. Hadjon membagi
DAKAN MEDIS cara memperoleh wewenang atas dua cara,
Tenaga medik terutama dokter sebagai
yaitu: atribusi; dan delegasi dan kadang-
salah satu komponen utama pemberi
kadang juga mandat.1 Menurut Muchsan
pelayanan Kesehatan kepada masyarakat
kewenangan dibagi dua macam yaitu:
mempunyai peranan yang sangat penting
pertama kewenangan atributif yaitu
karena terkait langsung dengan pemberian
kewenangan yang diberikan secara
pelayanan kesehatan. Di dalam rumah sakit
langsung oleh peraturan perundang-
para dokter tidak bisa bekerja tanpa ada
undangan dan bersifat permanent atau tetap
bantuan dari perawat. Sebaliknya perawat
selama ada undang-undang mengaturnya,
tanpa adanya instruksi dari dokter tidak
kedua kewenangan non atributif yaitu
berwenang untuk bertindak secara
kewenangan yang diperoleh karena
mandiri.Selain itu juga dimana jumlah
pelimpahan wewenang 2.
pasien yang dirawat banyak tidak sebanding
Pengaturan pelimpahan tindakan
dengan jumlah tenaga dokter maka
medis pada perawat diatur didalam Pasal 65
sebagian kewenangan dokter dapat
ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia
dilimpahkan kepada perawat,biasanya
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
pelimpahan kewenangan ini adalah
Kesehatan bahwa dalam melakukan
merupakan tindakan-tindakan kedokteran
pelayanan kesehatan,Tenaga Kesehatan
yang merupakan tindakan yang bersifat
dapat menerima pelimpahan tindakan medis
kolaboratif yang perawat juga mempunyai
dari tenaga medis.Selain itu juga
kompetensi dankemampuan untuk
pelimpahan kewenangan tindakan medis
melakukannya yang didapat dari pendidikan
secara teknis diatur dalam Permenkes
dan juga pelatihan.Jadi disini terjadi
no.2052 tahun 2011 tentang Izin praktek
perpindahan kewenangan melakukan
1
PhilipusM.Hadjon,1998,“TentangWewenangP
tindakan medis yang semula hanya dokter emerintahan(Bestuurbevoegdheid,ProJustitia Tahun
yang boleh melakukan setelah dilakukan XVI Nomor I Januari 1998, hlm, 90.
2
Perkuliahan Magister Ilmu Hukum Program
pelimpahan wewenang maka perawat Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada mata kuliah Hukum Tata Pemerintahan pada
secara hukum juga boleh melakukannya. 18 september 2012
Pujo Sriwanto : Hubungan Hukum Antara Dokter Dan …... 262

dan Pelaksanaan praktek Kedokteran. tanggung jawab, pelimpahan kewenangan


Secara terperinci diatur didalam Undang- secara delegatif hanya dapat diberikan
Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang kepada perawat profesi atau perawat vokasi
Keperawatan dan Permenkes nomor 26 terlatih yang memiliki kompetensi yang
tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksana diperlukan. Jadi ketika dokter
undang-undang nomor 38 tahun 2014 melimpahkan kewenangan delegatif
tentang Keperawatan.Sesuai Pasal 32 ayat (delegation of authority) tindakan medik
(1) Undang-Undang Nomor. 38 Tahun kepada perawat, secara hukum berarti
2014 tentang Keperawatan ketika dokter telah terjadi perubahan tanggungjawab
tidak dapat melakukan tindakan medis hukum dari tanggung jawab dokter
maka dokter boleh meminta bantuan (Vicarious liability) menjadi tanggung
kepada perawat untuk melakukan jawab perawat (personal liability) dalam
tindakan medis, dengan syarat dokter tindakan tersebut.Hal ini sesuai dengan
wajib memberikan pelimpahan bunyi pasal 32 ayat (3) Undang-undang
kewenangan yang jelas dan tertulis nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
kepada perawat untuk melakukan yang berbunyi “Pelimpahan wewenang
tindakan medis dan melakukan secara delegatif untuk melakukan sesuatu
evaluasinya. Dan pada pasal 32 ayat (2) tindakan medis diberikan oleh tenaga medis
memberikan penjelasan tentang cara kepada perawat dengan disertai pelimpahan
pemberian pelimpahan “ Pelimpahan tanggung jawab”. Pelimpahan kewenangan
kewenangan dapat dilakukan secara secara mandat diberikan oleh tenaga medis
delegatif dan mandat.”Jadi pelimpahan kepada perawat untuk melakukan suatu
tindakan medis kepada perawat adalah tindakan medis dibawah pengawasan,
merupakan pelimpahan kewenangan medis tanggung jawab atas tindakan medis
kepada perawat yang merupakan pelimpahan kewenangan mandat berada
kewenangan non atribusi bagi perawat pada pemberi pelimpahan kewenangan.
dalam menjalankan suatu layanan kesehatan Sesuai dengan dari pasal 32 ayat (5) dan (6)
yang dari bentuk pelimpahannya bisa Undang-undang nomor 38 tahun 2014
dilakukan secara delegatif atau mandat. tentang Keperawatan yang berbunyi : 5)
Pelimpahan kewenangan secara Pelimpahan wewenang secara mandat
delagatif untuk melakukan sesuatu diberikan oleh tenaga medis kepada
tindakan medis diberikan oleh dokter Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan
kepada perawat dengan disertai pelimpahan medis di bawah pengawasan.
263 Badamai Law Journal, Vol. 5, Issues 2, September 2020

6) Tanggung jawab atas tindakan medis hal-hal yang terletak dan berada
pada pelimpahan wewenang mandat didalam lingkungan hukum.
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berada Itulah sebabnya hubungan hukum
pada pemberi pelimpahan wewenang dalam suatu perjanjian, bukan suatu
hubungan yang bisa timbul dengan
DASAR HUBUNGAN HUKUM YANG
TERJADI ANTARA DOKTER DAN sendirinya seperti yang kita jumpai
PERAWAT dalam harta benda kekeluargaan.
Dasar hubungan hukum dokter dan Dalam hubungan hukum kekayaan
perawat dalam pemberian pelayanan keluarga, dengan sendirinya timbul
kesehatan kepada pasien merupakan hubungan hukum antara anak dengan
hubungan hukum berdasarkan suatu kekayaan orang tuanya seperti yang
persetujuan dalam bentuk surat pelimpahan diatur dalam hukum waris. Lain halnya
kewenangan, Jadi mereka saling sepakat dalam perjanjian, hubungan hukum antara
untuk mengikatkan diri dalam pihak yang satu dengan yang lain tidak bisa
melaksanakan pelayanan kesehatan timbul dengan sendirinya. Hubungan itu
berdasarkan suatu surat perjanjian tercipta oleh karena adanya tindakan
pelimpahan kewenangan yang hukum (rechtshandeling).
menimbulkan suatu perikatan Tindakan atau perbuatan hukum yang
(verbentenis). Sesuai Pasal 1233 KUHP dilakukan oleh pihak-pihaklah yang
yang berbunyi “Perikatan, lahir karena menimbulkan hubungan hukum perjanjian,
suatu persetujuan atau karena undang- sehingga terhadap satu pihak diberi hak
undang.” oleh pihak yang lain untuk memperoleh
Perikatan (Verbintenis) mengandung prestasi. Sedangkan pihak yang lain
pengertian suatu hubungan hukum itupun menyediakan diri dibebani dengan
kekayaan atau harta benda antara dua orang “kewajiban” untuk menunaikan prestasi.
atau lebih, yang memberikan kekuatan hak Jadi satu pihak memperoleh hak (recht) dan
pada satu pihak untuk memperoleh prestasi pihak sebelah lagi memikul kewajiban
dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain (plicht) hukum itu sendiri diatur dan
untuk menunaikan prestasi. disahkan cara perhubungannya. Oleh
Perjanjian/verbintenis adalah hubungan karena menyerahkan/menunaikan prestasi. 3
hukum (rechtsbetrekking) yang oleh itu
perjanjian yang mengandung hubungan
hukum antara perorangan (person) adalah 3
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum
Perjanjian, Penerbit Alumni 1986, Bandung, Hal. 7
Pujo Sriwanto : Hubungan Hukum Antara Dokter Dan …... 264

Di dalam surat pelimpahan undang. Hal ini didasarkan Pasal 1329 dan
kewenangan tindakan medik antara dokter 1330 Kitab Undang-Undang Hukum
dan perawat terdapat suatu perjanjian yang Perdata.Menurut Pasal 1329 Kitab Undang-
dibuat oleh subyek yang bersangkutan yaitu Undang Hukum Perdata bahwa setiap orang
dokter dan perawat yang mempunyai suatu adalah cakap untuk membuat perikatan, jika
kepentingan yang sama dalam memberikan oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak
pelayanan kesehatan kepada pasien, dan cakap. Kemudian, di dalam Pasal 1330
sahnya suatu perjanjian tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pasal 1320 BW, yaitu : disebutkan orang-orang yang dinyatakan
a. Adanya Kesepakatan Para Pihak tidak cakap yaitu orang yang belum
Secara yuridis, yang dimaksud adanya dewasa, mereka yang ditaruh di bawah
kesepakatan adalah tidak adanya pengampuan, orang perempuan, dalam hal
kekhilafan, atau paksaan, atau penipuan yang ditetapkan oleh undang-undang dan
(Pasal 1321 Kitab Undang-Undang Hukum pada umumnya semua orang kepada siapa
Perdata). Saat terjadinya perjanjian bila undang-undang telah melarang dibuat
dikaitkan dengan Pasal 1320 Kitab Undang- perjanjian tertentu.
Undang Hukum Perdata merupakan saat c. Adanya Sesuatu yang Diperjanjikan
terjadinya kesepakatan antara dokter Hal tertentu ini yang dapat
dengan perawat yaitu pada saat dokter dihubungkan dengan obyek perjanjian
memberikan pelimpahan kewenangan adalah kewenangan tindakan
tindakan medik baik secara delegatif medik,kewenangan tindakan medik adalah
maupun mandat dan perawat menerima dan merupakan hak milik dari dokter yang dapat
melakukan tindakan medis tersebut. Di sini dilimpahkan ke tenaga kesehatan lain yang
antara dokter dengan perawat saling mempunyai kompetensi sesuai kebutuhan
mengikatkan diri pada suatu perjanjian serta dapat dilimpahkan baik secara
pelimpahan kewenangan baik secara delegatif atau mandat.
delegatif ataupun mandat yang obyeknya d. Ada kausa yang halal
adalah tindakan medik. Didalam Pasal 1337 Kitab Undang-
b. Kecakapan Untuk Melakukan Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa
Perbuatan Hukum suatu sebab adalah terlarang, apabila
Secara yuridis, yang dimaksud dengan
dilarang oleh undang-undang atau apabila
kecakapan untuk membuat perikatan adalah
berlawanan dengan kesusilaan baik atau
kemampuan seseorang untuk mengikatkan
ketertiban umum. Dengan demikian, yang
diri, karena tidak dilarang oleh undang-
265 Badamai Law Journal, Vol. 5, Issues 2, September 2020

dimaksud dengan sebab yang sah adalah Dalam melaksanakan kemitraan, para
sebab yang tidak dilarang oleh undang- pihak mempunyai kedudukan hukum yang
undang, kesusilaan atau ketertiban umum. setara dan terhadap mereka berlaku hukum
KARAKTERISTIK HUBUNGAN Indonesia. Tetapi bila kita lihat lebih dalam
HUKUM ANTARA DOKTER DAN lagi dari sisi peraturan perundang-undangan
PERAWAT DALAM PELIMPAHAN
KEWENANGAN MEDIS maka hubungan yang terjadi antara dokter
Hubungan antara dokter dan perawat dan perawat adalah merupakan hubungan
bila ditinjau dari pekerjaan atau profesi hukum yang lahir dari suatu perjanjian atau
adalah merupakan hubungan kemitraan pelimpahan kewenangan tindakan medik
yang berdasarkan suatu tujuan dan yang menimbulkan peristiwa hukum yang
kepentingan yang sama dalam merawat begitu komplek.
pasien, dimana dokter dan perawat Hubungan hukum antara dokter dan
mempunyai keinginan yang sama agar perawat terjadi ketika dokter melimpahkan
pasien yang dilayani cepat sehat. kewenangannya kepada perawat dan
Kemitraan sering digunakan dalam perawat menerima pelimpahan kewenangan
bidang usaha dan bisnis,dimana arti tersebut dalam melaksanakan salah satu
kemitraan adalah suatu sikap menjalankan perannya sebagai peran terapeutik
bisnis yang diberi ciri dengan hubungan (therapeutic role/ dependent).Dan ini jelas
jangka panjang suatu kerjasama diatur di Permenkes Nomor
bertingkat tinggi saling percaya, dimana 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin
pemasok dan pelanggan berniaga satu Praktik dan Pelaksanaan Praktik
sama lain untuk mencapai tujuan bisnis Kedokteran, Pasal 23 ayat (1) menyatakan
bersama .Prinsip Kemitraan meliputi “Dokter atau dokter gigi dapat memberikan
prinsip:4 pelimpahan suatu tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi kepada perawat, bidan
a. Saling membutuhkan;
atau tenaga kesehatan tertentu lainnya
b. Saling mempercayai;
secara tertulis dalam melaksanakan
c. Saling memperkuat; dan saling
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi”
menguntungkan.
dan selanjutnya perawat dalam perannya
sebagai peran terapeutik (therapeutic role/
dependent) diatur di pasal 32 Undang-
4
MSDM”Pola-pola Kemitraan dalam
pengembangan usaha”, Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
http://lalightsman.blogspot.co.id/2013/02/pola-pola-
kemitraan-dalam-pengembangan.htmldi unduh 26 Keperawatan dalam melaksanakan tugas
Maret 2021
Pujo Sriwanto : Hubungan Hukum Antara Dokter Dan …... 266

berdasarkan pelimpahan kewenangan menyerahkan suatu kewajiban (prestasi)


perawat berwenang melakukan tindakan kepada dokter. Jadi hubungan hukum ini
medis yang sesuai dengan kompetensinya hanya terjadi ketika dokter memberikan
atas pelimpahan wewenang delegatif tenaga pelimpahan kewenangan tindakan medik
medis dan melakukan tindakan medis kepada perawat dan setelah itu dilakukan
dibawah pengawasan atas pelimpahan maka putuslah hubungan hukum diantara
wewenang mandat. Kemudian dilanjutkan keduanya. Karena pertanggung jawaban
dalam Pasal 32 ayat (2) undang-undang hukum terhadap tindakan medik tersebut
Nomor. 38 Tahun 2014 tentang sudah beralih dari dokter kepada perawat.
Keperawatan “ Pelimpahan kewenangan Dan tentu ini nantinya akan mempunyai
dapat dilakukan secara delegatif dan akibat hukum yang berbeda dengan mandat.
mandat.” Karakteristik hubungan hukum
Dalam pelimpahan kewenangan pelimpahan kewenangan secara mandat bila
tindakan medis secara delegatif terdapat dilihat dari peristiwa hukum terjadinya
karakter hubungan hukum yang bersegi pelimpahan kewenangan adalah masuk
satu (eenzijdige rechtsbetrekkingen) yang kedalam hubungan hukum bersegi dua
bersifat sepihak (timpang) dan dilakukan (tweezijdige rechtsbetrekkingen), yaitu
oleh subyek hukum yang sederajat hubungan hukum dua pihak yang disertai
(nebeneinander), di sini hanya si pemberi adanya hak dan kewajiban pada masing-
pelimpahan saja yang dibebani dengan masing pihak, kedua belah pihak masing-
kewajiban-kewajiban, sedang penerima masing berwenang/berhak untuk meminta
pelimpahan, sama sekali tidak mempunyai sesuatu dari pihak lain, sebaliknya
kewajiban apa - apa sebagai timbal balik masing-masing pihak juga berkewajiban
(tegen) prestasi. Ketika terjadi pelimpahan memberi sesuatu kepada pihak
tindakan medik secara delegatif maka lainnya.Dan juga dilihat dari sifatnya adalah
dokter mempunyai kewajiban untuk hubungan hukum timbal balik tetapi dalam
melimpahkan kewenangannya kepada kedudukan subyek hukum yang sederajat.
perawat,dimana didalam kewenangan ini Sederajat disini adalah antara dokter dan
adanya “hak terhadap tindakan medik perawat ketika terjadinya pelimpahan
tertentu “ yang dilimpahkan kepada kewenangan mempunyai kompetensi yang
perawat, sedangkan perawat sebagai sama. Selain itu juga perawat dengan
penerima pelimpahan menerima “hak kemandiriannya dapat menolak pelimpahan
dokter” tersebut tanpa diminta atau kewenangan dari dokter apabila dia merasa
267 Badamai Law Journal, Vol. 5, Issues 2, September 2020

tidak kompeten yang disebabkan karena pelimpahan kewenangan tindakan medik


ada keterbatasan secara fisik ataupun sampai dengan tindakan medik tersebut
psikologis dalam pelaksanaan pelimpahan selesai dilakukan oleh perawat .Jadi dokter
tersebut.Dan ini menyimpang dengan ketika perawat melaksanakan pelimpahan
konsep pelimpahan delegatif dan mandat secara mandat berkewajiban mengawasi
yang dilakukan didalam hukum dan mengevaluasi hasil dari pekerjaan
administrasi pemerintahan,dimana perawat tersebut karena dari segi
pelimpahan delegatif dan mandat adalah pertanggung jawaban hukum tindakan
pelimpahan kewenangan antara subyek medik yang dilimpahkan masih ada pada
hukum yang tidak sederajat berupa perintah dokter yang memberi mandat. Dan ini juga
melaksanakan tugas dari suatu subyek tentunya berakibat hukum yang berbeda
hukum yang lebih tinggi (atasan) kepada dengan pelimpahan kewenangan secara
subyek hukum yang lebih rendah delegasi bila terjadi suatu gugatan hukum.
(bawahan) yang harus dilaksanakan. Dari Jadi penulis menyimpulkan dari dua bentuk
sisi kedudukan hukum antara dokter dan pelimpahan kewenangan tindakan medis ini
perawat mempunyai kedudukan yang sama memiliki karakteristik hubungan hukum
dalam hukum karena kedua profesi ini yang berbeda yang pelaksanaannya
sama-sama diakui dan dilegalkan secara tergantung dari kesepakatan kedua belah
konstitusi melalui peraturan undang- pihak apakah dilakukan secara delegatif
undangan. atau mandat yang nantinya akan berakibat
Didalam pelimpahan tindakan medik berbeda juga dari pertanggung jawaban
secara mandat dokter yang mempunyai hukum yang ditimbulkannya.
“Hak” kewenangan tindakan medik
TANGGUNG JAWAB HUKUM
berkewajiban menyerahkan kepada perawat DOKTER DAN PERAWAT DALAM
dan perawat sebagai penerima pelimpahan PELIMPAHAN KEWENANGAN
TINDAKAN MEDIS
kewenangan tindakan medik berkewajiban Tanggung jawab hukum terjadi
melaksanakan kewenangan tersebut dengan karena adanya kewajiban yang tidak
baik karena hasil dari tindakannya tersebut dipenuhi oleh salah satu pihak yang
menjadi kewajiban bagi perawat sebagai melakukan perjanjian, dan membuat pihak
timbal balik (prestasi) kepada dokter. yang lain mengalami kerugian akibat
Hubungan hukum didalam pelimpahan haknya tidak dipenuhi oleh salah satu
kewenangan tindakan medik secara mandat pihak tersebut.Menurut Ridwan Halim
terjadi ketika mulainya dilakukannya mendefinisikan tanggung jawab hukum
Pujo Sriwanto : Hubungan Hukum Antara Dokter Dan …... 268

sebagai sesuatu akibat lebih lanjut dari Tanggung jawab hukum tenaga
pelaksanaan peranan, baik peranan itu kesehatan di dalam rumah sakit menurut
merupakan hak dan kewajiban ataupun doktrin kesehatan, yaitu : 7
kekuasaan. Secara umum tanggung a. Personal Liability, adalah tanggung
jawab hukum diartikan sebagai kewajiban jawab yang melekat pada individu
untuk melakukan sesuatu atau seseorang. Artinya siapa yang berbuat
berperilaku menurut cara tertentu tidak dialah yang bertanggung jawab.
menyimpang dari peraturan yang telah ada.5 b. Strict Liability, adalah tanggung jawab
Selanjutnya menurut Titik yang sering disebut sebagai tanggung jawab
Triwulan pertanggungjawaban harus tanpa kesalahan (liability without fault).
mempunyai dasar, yaitu hal yang Mengingat seseorang harus bertanggung
menyebabkan timbulnya hak hukum bagi jawab meskipun tidak melakukan
seorang untuk menuntut orang lain kesalahaan apa-apa, baik yang bersifat
sekaligus berupa hal yang melahirkan sengaja (intentional), kecanggungan
kewajiban hukum orang lain untuk (tactlessness), ataupun kelalaian
memberi pertanggungjawabannya. 6 (negleigence).
Di bidang pelayanan kesehatan, c. Vicarious Liability, adalah tanggung
persoalan tanggung jawab hukum terjadi jawab yang timbul akibat kesalahan yang
sebagai akibat adanya hubungan hukum dibuat oleh bawahannya (subordinate)..
antara tenaga medis ( dokter dan perawat) Doktrin vicarious liability ini, sejalan
dengan pengguna jasa ( pasien) yang diatur dengan Pasal 1367 yang berbunyi:
dalam perjanjian. Dari hubungan hukum ini “Seseorang tidak hanya bertanggung jawab
timbulah suatu akibat hukum berupa suatu atas kerugian yang disebabkan
kerugian dari pihak pasien terhadap perbuatannya sendiri, melainkan juga atas
pelayanan kesehatan yang diterimanya,bisa kerugian yang disebabkan perbuatan-
dalam bentuk pelanggaran hukum perdata perbuatan orang-orang yang menjadi
atau pidana,.Bila ini terjadi maka pasien tanggung jawabnya, atau disebabkan
dan keluarganya dapat menuntut baik barang-barangyang berada di bawah
secara hukum perdata maupun pidana. pengawasannya”.
d. Respondent Liability, adalah tanggung
5
Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan jawab renteng. Sebagai contoh, sebuah
Tanggung Jawab Hukum Direksi, Pasca Sarjana,
Medan 2008, hlm. 4
6 7
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Jayanti Nusye, Penyelesaian Hukum dalam
Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi Pustaka, Malpraktek Kedokteran, Pustaka Yustisia,
Jakarta, 2010, hlm 48 Yogyakarta,2009 hlm 52
269 Badamai Law Journal, Vol. 5, Issues 2, September 2020

rumah sakit dapat menjadi subjek tanggung kesalahannya menyebabkan kerugian itu,
renteng tergantung dari pola hubungan untuk mengganti kerugian tersebut”.Dan
kerja antar tenaga kesehatan dengan rumah juga di pasal 58 ayat (1) undang-undang
sakit, yang mana pola hubungan tersebut nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
juga akan menentukan hubungan terapeutik yang berbunyi “Setiap orang berhak
dengan pihak pasien yang berobat di rumah menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
sakit. tenaga kesehatan, dan atau penyelenggara
e. Corporate Liability, adalah tanggung kesehatan yang mimbulkan kerugian akibat
jawab yang berada pada pemerintah dalam kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan
hal ini kesehatan menjadi tanggung jawab kesehatan yang diterimanya”.
Menteri Kesehatan. Pertanggungjawaban hukum yang
Dasar melakukan penuntutan tanggung dilakukan oleh dokter dan perawat akibat
jawaban hukum pidana pada tenaga pelimpahan kewenangan tindakan medis,
kesehatan ada pada pasal 1 angka 24 Kitab dimana pasien sebagai pihak ketiga merasa
Undang-Undang Hukum Acara Pidana dirugikan maka perlu untuk diketahui siapa
(KUHAP) yang berbunyi “ Laporan adalah yang terkait dan berperan di dalam
pemberitahuan yang disampaikan oleh pelayanan kesehatan tersebut.Dalam hal ini
seseorang karena hak atau kewajiban tanggung jawab hukum tidak langsung
berdasarkan undang-undang kepada pejabat ditujukan kepada pihak dokter atau perawat,
yang berwenang tentang telah atau sedang tetapi terlebih dahulu harus dilihat
atau diduga akan terjadinya peristiwa apakah kesalahan tersebut dilakukan dan
pidana”. Jadi pasien atau keluarga dapat dipertanggung jawabkan oleh dokter,
melakukan penuntutan secara hukum perawat atau kedua-duanya dengan melihat
pidana kepada tenaga kesehatan yang peranan ketika kesalahan itu terjadi, peran
diduga melakukan suatu tindak dokter dan perawat disini tentu berdasarkan
pidanadengan membuat laporan kepejabat adanya surat pelimpahan kewenangan
yang berwenang atau kepolisian.Sedangkan medis apakah dalam bentuk delegatif atau
penuntutan tanggung jawaban hukum mandat.
perdata didasari dengan ketentuan Pasal TANGGUNG JAWAB HUKUM
DOKTER DAN PERAWAT DALAM
1365 KUHPerdata, yang menyatakan
PELIMPAHAN KEWENANGAN
bahwa : “Suatu tindakan melanggar hukum TINDAKAN MEDIS SECARA
DELEGATIF
yang melibatkan kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang karena
Pujo Sriwanto : Hubungan Hukum Antara Dokter Dan …... 270

Ketika dokter melimpahkan sehubungan dengan kondisi tertentu ;


kewenangan (delegation of authority) keterbatasan jumlah tenaga dokter;dokter
tindakan medik kepada perawat, secara yang tidak berada ditempat karena sesuatu
hukum telah terjadi perubahan hal. Tetapi alangkah ironinya ketika itu
tanggungjawab hukum dari tanggung sudah dilakukan oleh perawat ada kerugian
jawab dokter (Vicarious liability) menjadi dari pasien akibat tindakan tersebut yang
tanggung jawab perawat (personal liability) bertanggung jawab hukum sepenuhnya
dalam tindakan medik tersebut. Ini sesuai adalah perawat.
dengan bunyi pasal 32 ayat (3) Undang- Maka dalam pelimpahan secara delegatif ini
undang nomor 38 tahun 2014 tentang seorang perawat harus lebih berhati-hati,
Keperawatan yang berbunyi “Pelimpahan terutama yang perlu dilihat batasan-batasan
wewenang secara delegatif untuk kompetensi yang dilimpahkan harus paham
melakukan sesuatu tindakan medis dan mengerti, selain itu juga
diberikan oleh tenaga medis kepada memperhatikan kompetensi dan
perawat dengan disertai pelimpahan kemampuan diri baik secara fisik serta
tanggung jawab”. Akibat hukum atau psikis untuk dapat menerima suatu
pertanggung jawaban hukum bila terjadi pelimpahan. Bila merasa tidak mampu dan
kerugian pada pasien dari tindakan kompeten untuk menerima pelimpahan
pelimpahan tersebut maka yang lebih baik untuk menolak pelimpahan
bertanggung jawab secara hukum adalah tersebut.
perawat sebagai penerima pelimpahan, baik TANGGUNG JAWAB HUKUM
DOKTER DAN PERAWAT DALAM
secara hukum pidana atau perdata.
PELIMPAHAN KEWENANGAN
Menurut penulis ini menjadi suatu TINDAKAN MEDIS SECARA
MANDAT
situasi yang kurang nyaman atau dilema
Pelimpahan kewenangan secara
etis bagi perawat sendiri ketika dia
mandat bila dilihat dari peristiwa hukum
melaksanakan pelimpahan kewenangan
adalah masuk kedalam hubungan hukum
secara delegatif.Tujuan dari perawat
bersegi dua (tweezijdige
melaksanakan tugas pelimpahan ini adalah
rechtsbetrekkingen), yaitu hubungan hukum
untuk membantu berjalannya suatu proses
dua pihak yang disertai adanya hak dan
pengobatan dan perawatan kepada pasien
kewajiban pada masing-masing pihak,
bisa berjalan dengan baik,oleh karena
kedua belah pihak masing-masing
adanya suatu kondisi dimana dokter tidak
berwenang atau berhak untuk meminta
bisa menjalankan peran dan fungsinya
271 Badamai Law Journal, Vol. 5, Issues 2, September 2020

sesuatu dari pihak lain, sebaliknya masing- Sesuai dengan dari pasal 32 ayat (5)
masing pihak juga berkewajiban memberi dan (6) Undang-undang nomor 38 tahun
sesuatu kepada pihak lainnya. 2014 tentang Keperawatan yang berbunyi :
Ketika pelimpahan tindakan medis ini 5) Pelimpahan wewenang secara mandat
dilakukan masing-masing pihak diberikan oleh tenaga medis kepada
mempunyai hak dan kewajiban yang saling Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan
berhadapan perawat berkewajiban medis di bawah pengawasan. 6) Tanggung
melaksanakan pelimpahan secara baik dan jawab atas tindakan medis pada pelimpahan
benar sementara dokter juga mempunyai wewenang mandat sebagaimana dimaksud
hak untuk menuntut perawat bekerja pada ayat (5) berada pada pemberi
dengan baik dan benar berdasarkan pelimpahan wewenang.
pelimpahan kewenangan yang diberikan. Kemudian pelimpahan kewenangan
Selain itu juga perawat berhak untuk secara mandat juga diatur di peraturan
melakukan kewenangan dokter dan dokter menteri kesehatan nomor
juga berkewajiban memberikan 2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin
kewenangannya tersebut dengan suatu Praktek dan Pelaksanaan Praktk Kedokteran
pengawasan. pada pasal 23 yang berbunyi : (1) Dokter
Hubungan hukum pelimpahan atau dokter gigi dapat memberikan
kewenangan tindakan medis secara mandat pelimpahan suatu tindakan kedokteran atau
terjadi ketika dilakukannya pelimpahan kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau
kewenangan tindakan medik sampai dengan tenaga kesehatan tertentu lainnya secara
tindakan medik tersebut selesai dilakukan tertulis dalam melaksanakan tindakan
oleh perawat dan tanggung jawab hukum kedokteran atau kedokteran gigi. (2)
dari awal perawat melakukan tindakan Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
sampai tindakan tersebut selesai dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
menjadi tanggung jawab dokter sebagai dapat dilakukan dalam keadaan di mana
pemberi mandat. Selama proses pelimpahan terdapat kebutuhan pelayanan yang
ini berjalan kewajiban dan tanggung jawab melebihi ketersediaan dokter atau dokter
dokter melakukan pengawasan kepada gigi di fasilitas pelayanan tersebut. (3)
perawat dalam pelaksanakan tindakan Pelimpahan tindakan sebagaimana
medis dan memastikan bahwa tindakan dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
tersebut dilakukan sesuai instruksi dan ketentuan:
standar prosedur yang telah ditetapkan.
Pujo Sriwanto : Hubungan Hukum Antara Dokter Dan …... 272

a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk Hubungan hukum yang terjadi antara dokter
dalam kemampuan dan keterampilan yang dan perawat didalam pelayanan kesehatan
telah dimiliki oleh penerima pelimpahan; adalah merupakan hubungan hukum
Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan keperdataan yang lahir dari adanya suatu
tetap di bawah pengawasan pemberi perjanjian dalam bentuk pelimpahan
pelimpahan; kewenangan tindakan medis yang
b. Pemberi pelimpahan tetap bertanggung dilakukan secara tertulis. Karakteristik
jawab atas tindakan yang dilimpahkan hubungan hukum yang terjadi tergantung
sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dari bentuk pelimpahan tindakan medis
dengan pelimpahan yang diberikan; yang dilakukan,apakah secara delegatif atau
c. Tindakan yang dilimpahkan tidak mandat. Karakteristik hubungan hukum dari
termasuk mengambil keputusan klinis pelimpahan kewenangan tindakan medis
sebagai dasar pelaksanaan tindakan; dan secara delegatif terdapat karakter hubungan
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak hukum yang bersegi satu (eenzijdige
bersifat terus menerus. rechtsbetrekkingen) yang bersifat sepihak
Jadi seorang dokter ketika (timpang) dan dilakukan oleh subyek
melimpahkan tindakan medis secara mandat hukum yang sederajat (nebeneinander).
maka dia harus siap menanggung resiko Karakteristik hubungan hukum pelimpahan
kesalahan yang mungkin terjadi, yang kewenangan tindakan medis secara mandat
berakibat dapat merugikan pasien sehingga masuk kedalam hubungan hukum bersegi
menimbulkan pertanggung jawaban dua (tweezijdige rechtsbetrekkingen), Dan
hukum,karena ini akan menjadi tanggung dilihat dari sifatnya adalah hubungan
jawabnya. Oleh sebab itu sebelum hukum timbal balik tetapi dalam kedudukan
melakukan pelimpahan kewenangan secara subyek hukum yang sederajat.
mandat seorang dokter haruslah berhati-hati Tanggung jawab hukum dari
ketika memberikan pelimpahan medis pelimpahan kewenangan tindakan medis
kepada perawat,perlu dilihat kompetensi dalam bentuk delegatif menjadi tanggung
dari perawat dan dalam prosesnya harus jawab perawat sebagai penerima
dilakukan pengawasan secara pelimpahan,sedangkan pelimpahan
berkesinambungan. kewenangan medis dalam bentuk mandat
menjadi tanggung jawab dokter sebagai
pemberi pelimpahan sepanjang perawat
PENUTUP
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : dalam melaksanakan pelimpahan sesuai
273 Badamai Law Journal, Vol. 5, Issues 2, September 2020

dengan jenis tindakan yang dilimpahkan dalam Malpraktek Kedokteran,


dan berdasarkan standar prosedur yang Pustaka Yustisia, Yogyakarta.
telah ditetapkan. Philipus M. Hadjon, 1998,“Tentang
Pemerintah melalui menteri kesehatan Wewenang Pemerintahan
untuk dapat membuat suatu regulasi atau (Bestuurbevoegdheid), Pro Justitia
peraturan yang bersifat teknis dan khusus Tahun XVI Nomor I Januari 1998.
sebagai peraturan turunan dari undang- Perkuliahan Magister Ilmu Hukum Program
undang Praktik Kedokteran, undang- Pascasarjana Fakultas Hukum
undang tentang Tenaga kesehatan dan Universitas Gadjah Mada mata
undang-undang Keperawatan mengenai kuliah Hukum Tata Pemerintahan
pelimpahan kewenangan tindakan medis pada 18 september 2012
kepada tenaga kesehatan lainnya,baik Khairunnisa, 2008, Kedudukan, Peran dan
dalam bentuk peraturan menteri atau dalam Tanggung Jawab Hukum Direksi,
bentuk panduan sehingga pelimpahan Pasca Sarjana, Medan.
kewenangan tindakan medis ini dapat Kitab Undang-undang Hukum Perdata
dilaksanakan dengan baik. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014
Perlu adanya penjabaran yang jelas Tentang Tenaga Kesehatan
didalam peraturan perundang-undangan dan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014
turunannya mengenai kriteria dan indikasi Tentang Keperawatan
tindakan medis yang dapat dilimpahkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
secara delegatif dan mandat dan tolak ukur 2052/MENKES/PER/X/2011
batasan kompetensi dari perawat untuk tentang Izin Praktek dan
dapat menerima pelimpahan kewenangan Pelaksanaan Praktk Kedokteran
tersebut, baik secara delegatif atau mandat. MSDM”Pola-pola Kemitraan dalam
pengembangan usaha”,

DAFTAR PUSTAKA http://lalightsman.blogspot.co.id/201

M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi 3/02/pola-pola-kemitraan-dalam

Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, pengembangan.html di unduh 26

Bandung Maret 2021

Titik Triwulan dan Shinta Febrian,2010,


Perlindungan Hukum bagi Pasien,
Prestasi Pustaka, Jakarta.
Jayanti Nusye, 2009, Penyelesaian Hukum

You might also like