Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

INDONESIAN TREASURY REVIEW

JURNAL PERBENDAHARAAN, KEUANGAN NEGARA DAN KEBIJAKAN PUBLIK

EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP


KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI
COVID-19

Dedi Supriadi
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, Jakarta
dedi.supriadi83@kemenkeu.go.id
Aryana Satrya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Jakarta
aryana@ui.ac.id
Rini Yayuk Priyati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Terbuka, Jakarta
rpriyati@ecampus.ut.ac.id
*Alamat Korespondensi: dedi.supriadi83@kemenkeu.go.id

ABSTRACT
The Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pandemic has presented its own challenges for public sector employees to achieve
the best performance. The results of previous studies inform that work-life balance, supervisor support, and employee
engagement can encourage employee performance improvement. This study aims to investigate how work-life balance and
supervisor support can increase employee engagement which is the reason for improving public sector employee performance.
To achieve this goal, research data was collected using an online survey to 257 employees of the Head Office of the Directorate
General of Treasury. All of these data were processed and analyzed through the use of Structural Equation Modeling. The
results showed that the effect of work-life balance and supervisor support was directly and significantly to encourage employee
performance and employee engagement. In addition, it is also known that employee engagement is able to play its role as a
mediating variable that strengthens the effect of work-life balance and supervisor support on employee performance.
Keywords:
Work-life Balance, Employee Engagement, Supervisor Support, Employee Performance, Public Sector

ABSTRAK
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah memberikan tantangan tersendiri bagi pegawai sektor publik untuk
mencapai kinerja terbaik. Hasil penelitian terdahulu menginformasikan bahwa work-life balance, dukungan atasan, dan
employee engagement dapat mendorong peningkatan kinerja pegawai. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menyelidiki
bagaimana work-life balance dan dukungan atasan mampu meningkatkan employee engagement yang menjadi sebab
peningkatan kinerja pegawai sektor publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, data penelitian dikumpulkan menggunakan
survei daring kepada 257 pegawai Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Seluruh data tersebut diolah dan
dianalisis melalui penggunaan Structural Equation Modelling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh work-life
balance dan dukungan atasan berbanding lurus dan signifikan dengan peningkatan kinerja pegawai dan employee
engagement. Selain itu, diketahui pula bahwa employee engagement mampu memainkan perannya sebagai variabel mediasi
yang memperkuat dampak work-life balance dan dukungan atasan terhadap kinerja pegawai.

Kata kunci:
Work-life balance, Employee Engagement, Dukungan Atasan, Kinerja Pegawai, Sektor Publik

KLASIFIKASI JEL:
M53, M54

CARA MENGUTIP:
Supriadi, D., Satrya, A. & Priyati, R. Y. (2021). Employee engagement: determinan dan dampaknya terhadap kinerja pegawai
ditjen perbendaharaan di masa pandemi covid-19. Indonesian Treasury Review: Jurnal Perbendaharaan, Keuangan Negara
dan Kebijakan Publik, 6(4), 329-344.

329
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

330

PENDAHULUAN
PENERAPAN DALAM PRAKTIK
Latar Belakang  Pada sektor publik, khususnya pada Kantor
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan aspek work-life balance dan dukungan
pelayanan kepada publik yang menjadi pemangku atasan terbukti mampunyai kontribusi
kepentingan. Pelayanan yang diberikan kepada yang krusial terhadap peningkatan
adalah terkait dengan pelaksanaan penyaluran employee engagement para pegawai yang
anggaran Pemerintah Pusat yang berasal dari APBN. kemudian mempengaruhi perubahan
Para pemangku kepentingan tersebut adalah satuan kinerja pegawai yang terpaksana
kerja pemerintah baik pusat maupun daerah yang melaksanakan pekerjaannya dari rumah
kemudian digunakan untuk membiayai berbagai imbas dari pandemi Covid-19;
kegiatan dan program-program pemerintah yang  Employee engagement sebagai variabel
salah satunya adalah memberikan layanan kepada mediasi memainkan peran sentral dalam
masyarakat luas. Saat ini, pelayanan publik yang memperkuat dampak work-life balance dan
diberikan sudah mendapatkan dukungan teknologi dukungan atasan kepada kinerja pegawai;
informasi seperti Sistem Perbendaharaan dan  Untuk dapat menciptakan keseimbangan
Anggaran Negara (SPAN), Sistem Aplikasi Keuangan dalam bekerja dan meningkatkan
Tingkat Instansi (SAKTI), dan Aplikasi Naskah Dinas dukungan atasan serta menumbuhkan
Elektronik (Nadine). employee engagement, organisasi sektor
publik dapat menyusun serangkaian
Dalam rangka melaksanakan tugas
kebijakan seperti revitalisasi implementasi
pengelolaan anggaran yang optimal, DJPb juga
Program Coaching and Counseling dan
mendapatkan alokasi anggaran yang berasal dari
pembentukan karakteristik kepemimpinan
APBN. Kinerja DJPb dalam mengoptimalkan alokasi
transformatif.
anggaran tersebut akan turut menentukan seberapa
berkualitas tingkat pengelolaan penyaluran
Selama pandemi Covid-19, berdasarkan hasil
anggaran yang dilakukan. Sebagaimana dikutip dari
survei pendahuluan yang dilakukan terhadap lima
Laporan Kinerja DJPb Tahun 2017-2020 (Direktorat
belas pegawai Kantor Pusat DJPb, diperoleh hasil
Jenderal Perbendaharaan, 2018, 2019, 2020, 2021),
bahwa meskipun secara umum sebagian besar
secara kuantitas, realisasi anggaran DJPb yang
responden merasa dapat beradaptasi dengan sistem
digunakan untuk menjalankan tugas dan fungsinya
kerja Work From Home (WFH), baik pada aspek
hampir selalu mengalami peningkatan dari 95,04%
tujuan pelaksanaan WFH, komunikasi, dan
pada tahun 2017 menjadi 98,68% dua tahun
ekspetasi organisasi terhadap pegawainya,
kemudian. Namun, pada 2020 justru menurun
perbaikan sistem kerja WFH tetap perlu
1,65% menjadi hanya sebesar 97,03%. Pada sisi
mendapatkan perhatian dikarenakan masih
yang lain, kualitas pelaksanaan anggaran DJPb pada
terdapat empat responden yang merasa mengalami
periode tersebut terus mengalami tren penurunan
penurunan kinerja selama melaksanakan WFH
dari 102,01% pada tahun 2017 menjadi 96,16%
daripada saat bekerja di kantor, merasa tidak
pada tahun 2020 meskipun selalu melampaui target
mendapatkan dukungan dari atasan langsung, dan
tahunan yang ditetapkan.
merasa tidak puas dengan kebijakan WFH yang
Melihat tren penurunan indikator kinerja di diterapkan organisasi. Selain itu, pada dimensi
atas pada tahun 2020 baik pada realisasi aspek-aspek yang menjadi kendala dalam
penyerapan anggaran maupun persentase kualitas melaksanakan WFH, dari lima belas responden
pelaksanaan anggaran maka dapat dikatakan tersebut terdapat tujuh responden yang mengalami
bahwa pada masa pandemi Coronavirus Disease kendala dalam menciptakan keseimbangan antara
2019 (Covid-19), DJPb menghadapi tantangan waktu untuk bekerja dan berumah tangga, empat
untuk melakukan pembenahan agar dapat kembali responden mengalami kendala waktu bekerja yang
meningkatkan realisasi dan kualitas pelaksanaan lebih panjang dibandingkan waktu bekerja di
anggaran yang dapat diartikan sebagai upaya untuk kantor, dan empat responden mengalami hambatan
meningkatkan kinerja organisasi secara untuk mempertahankan fokus yang tinggi untuk
keseluruhan. Peningkatan kinerja anggaran baik bekerja pada saat melaksanakan WFH. Hambatan-
secara kuantitas maupun kualitas dibutuhkan agar hambatan yang dirasakan para pegawai tersebut
DJPb dapat menyelenggarakan tugas pelayanan diduga akan berpengaruh terhadap kinerjanya yang
publik secara efektif untuk kemudian berdampak pada akhirnya akan memberikan kontribusi
pada peningkatan peningkatan kualitas dan terhadap tren penurunan kinerja organisasi di
akuntabilitas penyaluran APBN kepada masyarakat. tahun 2020.
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

331

Menurut Mwangi et al. (2018), kinerja maka akan berpengaruh pada employee engagement
karyawan merupakan suatu faktor penting sebagai yang kemudian bermuara pada penurunan kinerja.
bagian dari kapasitas organisasi yang akan menjadi Kemampuan pegawai untuk melakukan tindakan
kunci dalam membangun keunggulan kompetitif prioritas secara efektif antara aktivitas pekerjaan
dan berkaitan erat dengan kinerja organisasi. dengan aktivitas rumah tangga dikenal sebagai
Diamantidis & Chatzoglou (2019) menambahkan work-life balance (Jones & Taylor, 2017).
bahwa kinerja pegawai merupakan sebuah ukuran
Hasil penelitian Aveline & Kumar (2017) dan
yang berkaitan dengan dimensi proaktif, adaptasi,
Jaharuddin & Zainol (2019) menyebutkan bahwa
motivasi intrinsik, fleksibilitas dan tingkat
variabel work-life balance memainkan peranan
keterampilan, dan komitmen dari pegawai untuk
penting dalam meningkatkan employee
memenuhi target yang ditetapkan.
engagement. Sedangkan Solanki & Kanthalia (2017)
Berdasarkan hasil analisis terhadap survei menambahkan bahwa suatu organisasi yang
pendahuluan dan definisi kinerja pegawai yang berkomitmen dalam menerapkan kebijakan yang
disampaikan di atas, dapat dipahami bahwa mendukung work-life balance akan mendapatkan
terdapat persepsi menurunnya kinerja pada tahun manfaat dari peningkatan employee engagement
2020 dibandingkan dengan masa sebelum pandemi yang pada gilirannya akan meningkatkan kinerja.
Covid-19 yang disebabkan absennya dukungan
Selain berpengaruh terhadap employee
atasan langsung, kurangnya kemampuan pegawai
engagement, beberapa penelitian juga
dalam menciptakan fokus bekerja dan
menyimpulkan bahwa work-life balance
keseimbangan antara waktu bekerja dan berumah
memberikan dampak secara langsung terhadap
tangga.
kinerja pegawai. Mendis & Weerakkody (2018)
Terdapat banyak studi yang menunjukan dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang berdampak terhadap kinerja korelasi positif antara work-life balance dan kinerja
pegawai. Atatsi et al. (2019), dan Gitongu et al. karyawan. Dousin et al. (2019) menyampaikan
(2016), menunjukan bahwa perilaku pegawai, bahwa kebijakan yang mendorong penerapan work-
organisasi, motivasi, dan karakteristik individual life balance yang efektif akan turut mendorong
mampu mendukung peningkatan kinerja pegawai peningkatan kinerja karyawan melalui variabel
secara signifikan. Talukder et al. (2018) kepuasan kerja karyawan. Work-life balance adalah
menyebutkan bahwa variabel kepuasan kerja, suatu dimensi penting terkait keluarga dan
kepuasan hidup, dan komitmen organisasi pekerjaan yang harus diciptakan untuk mendorong
merupakan variabel mediasi bagi variabel work-life peningkatan kinerja pegawai (Wambui et al., 2017).
balance dalam mempengaruhi kinerja karyawan.
Selain variabel work-life balance, variabel lain
Secara lebih spesifik, Ismail et al. (2019), yang perlu diselidiki pengaruhnya terhadap
Muduli et al. (2016), Githinji & Muli (2018), dan employee engagement adalah variabel persepsi
Krishnaveni & Monica (2018) menyimpulkan dukungan atasan langsung. Variabel tersebut
bahwa faktor employee engagement dapat menjadi menjadi penting karena sesungguhnya persepsi
penyebab meningkatnya kinerja pegawai baik yang positif dari para karyawan terhadap atasan
secara langsung maupun sebagai variabel mediasi. langsung akan menjadi motivasi tersendiri dalam
Sementara itu Marelli (2011) menyebutkan bahwa meningkatkan engagement pegawai di masa
manajer pada semua level di dalam organisasi dapat pandemi Covid-19. Arti penting dari variabel
meningkatkan motivasi dan engagement karyawan persepsi dukungan atasan juga dapat dilihat dari
yang berpengaruh positif terhadap kinerja pernyataan Schneider et al. (2018) yang
karyawan dan organisasi secara keseluruhan. menyebutkan bahwa variabel persepsi dukungan
atasan akan menunjukan seberapa berkualitas
Eksistensi employee engagement menjadi
tingkat hubungan atasan dan bawahan yang
semakin krusial. Pandemi Covid-19 membuat para
dianggap oleh bawahan.
pegawai merasakan kecemasan, frustasi, dan lelah
melihat kehidupan pribadi dan aktivitas Menurut Suan & Nasurdin (2016) persepsi
pekerjaannya (Adhitama & Riyanto, 2020). Kondisi dukungan atasan langsung adalah seberapa dalam
emosional tersebut terjadi karena pegawai harus seorang karyawan dapat memahami atasannya
beradaptasi dengan kebijakan flexible working yang telah menawarkan dukungan, dorongan, dan
diterapkan pemerintah dengan melaksanakan perhatian kepadanya. Jose & Mampilly (2015) dan
pekerjaan dari rumah sehingga terjadi kerancuan Jin & McDonald (2017) menyebutkan bahwa
dalam membagi waktu untuk bekerja dan persepsi dukungan atasan dari seorang karyawan
melakukan aktivitas pribadi di rumah. Pada saat mempunyai dampak yang positif dalam
pegawai tidak mampu melakukan aktivitas meningkatkan employee engagement.
pekerjaan dan kehidupannya secara seimbang,
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

332

Tidak hanya berdampak terhadap employee dan perilaku menyimpang yang dilakukan individu
engagement, beberapa penelitian juga dalam bekerja. Kedua, Model Kinerja Campbell.
menunjukkan bahwa persepsi yang positif terhadap Model ini menggunakan indikator kemampuan
atasan langsung berdampak terhadap kinerja menjalankan pekerjaan yang menjadi tugasnya,
karyawan. Aryee et al. (2016), dan Waseem & kemampuan menjalankan pekerjaan yang bukan
Mehmood (2019) berpendapat bahwa kinerja tugasnya, komunikasi verbal dan tertulis, usaha
karyawan dipengaruhi secara positif oleh persepsi yang diperlihatkan, kedisiplinan pribadi, membantu
dukungan atasan dengan work engagement sebagai kinerja kolega dan tim, pengawasan, dan
variabel mediasi. Nzuki & Kembu (2020), manajemen atau administrasi dalam mengukur
berpendapat bahwa ada hubungan yang positif di prestasi kerja pegawai.
antara dukungan atasan dengan kinerja organisasi
Bakker et al. (2004) menyebutkan bahwa
pada Kakamega County Government Kenya.
kemampuan kerja seorang karyawan terbagi
Berpijak pada berbagai hasil riset di atas, maka menjadi dua dimensi, yaitu in-role performance dan
menelisik beberapa dimensi yang mempengaruhi extra-role performance. In-role performance
kinerja pegawai kemudian menjadi sesuatu yang merupakan perilaku karyawan yang berhubungan
perlu dilakukan. Keberadaan pandemi Covid-19 dengan secara langsung dengan aspek-aspek teknis
telah banyak mendisrupsi sistem kerja yang selama untuk mencapai kinerja dalam pekerjaan yang
ini berjalan pada berbagai organisasi sektor publik. menjadi tanggung jawab karyawan, sementara
Oleh karena itu, upaya-upaya untuk mendorong extra-role performance dikaitkan dengan perilaku
kinerja organisasi melalui kebijakan pengelolaan karyawan yang tidak berhubungan secara langsung
kinerja pegawai yang lebih berkualitas di masa dengan pekerjaannya namun dapat mendukung
pandemi Covid-19 menjadi semakin penting. capaian kinerjanya (Jex & Britt, 2014).
Pengayaan khasanah keilmuan dalam
Pada model-model kinerja sebagaimana
memformulasikan kebijakan manajemen kinerja
tersebut di atas, terdapat satu persamaan asumsi
pada organisasi sektor publik diharapkan dapat
dasar, yaitu penyusunan berbagai indikator yang
menjadi sumbangsih dari penelitian ini.
dapat memberikan gambaran mengenai kinerja
karyawan didasarkan pada perilaku karyawan itu
STUDI LITERATUR sendiri baik yang berkaitan langsung dengan tugas
Teori Kinerja dan pekerjaannya maupun yang tidak berkaitan
langsung. Penggunaan perilaku karyawan sebagai
Menurut Van Dooren et al. (2015), secara barometer pengukuran kinerja selaras dengan
ringkas, kinerja dijelaskan sebagai output dan definisi kinerja yang disampaikan oleh Motowidlo et
outcome yang berasal dari proses produksi atau al. (1997) yang menyebutkan bahwa kinerja adalah
pekerjaan tertentu. Armstrong & Taylor (2014) sebuah nilai total yang dihasilkan oleh suatu
mendefinisikan kinerja sebagai sebuah perilaku perilaku pegawai yang mempunyai berbagai
yang mengarahkan pada pencapaian hasil. indikator yang dapat dievaluasi apakah dapat
Selanjutnya Brumbach dalam Armstrong & Taylor memberikan dampak positif bagi organisasi
(2014) menegaskan bahwa kinerja berkaitan erat ataupun sebaliknya.
dengan hasil dan perilaku, sehingga pada saat
melakukan penilaian dan pemberian penghargaan Work-life Balance
atas capaian kinerja, faktor perilaku dan hasil Kalliath & Brough dalam Zerwas (2019)
haruslah menjadi pertimbangan utama. Dari sudut memandang jika work-life balance adalah sebuah
pandang karyawan, Shields (2016) menyampaikan persepsi individu bahwa adanya keselarasan antara
bahwa kinerja karyawan adalah suatu output yang kegiatan pekerjaan dan non-pekerjaan akan
dihasilkan melalui sebuah perilaku atau upaya kerja mendorong pertumbuhan individu sesuai dengan
yang dilakukan sebagai penerapan dari prioritas kehidupannya. Sedangkan Grzywacz &
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang Carlson dalam Low & Chua (2019) mendefinisikan
dikuasainya. work-life balance sebagai pemenuhan ekspetasi dari
Jex & Britt (2014) menyampaikan dua model seorang individu terkait adanya keselarasan antara
kinerja, yaitu pertama, Model Kinerja Murphy. perannya dalam lingkungan keluarga dan
Model kinerja ini mempunyai empat parameter pekerjaan. Work-life balance merupakan sebuah
yang dipakai untuk menilai produktivitas pegawai konsep yang menggambarkan antara tuntutan
seperti perilaku individu dalam menyelesaikan pekerjaan dan kehidupan pribadi dari seorang
tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaannya, individu berada dalam kondisi seimbang
perilaku individu dalam membangun hubungan (Lockwood, 2003).
interpesonal dalam bekerja, perilaku individu di Kossek & Groggins (2014) mendeskripsikan
luar pekerjaan namun berdampak terhadap kinerja, work-life balance sebagai beragam usaha yang
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

333

dikerjakan oleh seorang karyawan untuk H1b : Work-life Balance memiliki pengaruh
menyelaraskan pekerjaan dengan aspek penting afirmatif
dalam kehidupan pribadinya seperti keluarga, terhadap Employee Engagement
pendidikan, dan kenyamanan. Sirgy & Lee (2018) H1c : Work-life balance memiliki pengaruh
berpendapat bahwa dari berbagai definisi tentang afirmatif tidak langsung terhadap
work-life balance yang disampaikan para ahli, kinerja pegawai dengan variabel
secara ringkas work-life balance dinilai sebagai employee engagement sebagai variabel
kondisi engagement yang sama tingginya antara mediasi.
kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadi
Persepsi Dukungan Atasan
dengan tingkat konflik yang minimal terkait peran
sosial di antara keduanya. Selanjutnya Sirgy & Lee Dalam sebuah organisasi, seorang atasan
(2018) juga menyampaikan bahwa aspek-aspek mempunyai tugas untuk memantau kinerja
yang mempengaruhi work-life balance dapat berasal bawahan, melakukan evaluasi atas pekerjaan
dari individu seperti flexible work arrangement, bawahan secara berkala, dan memberikan umpan
otonomi kerja, dan tuntutan pekerjaan ataupun dari balik terhadap kinerja dan komitmen bawahan
organisasi seperti keterlibatan kerja, power dalam mencapai tujuan organisasi. Peranan lain
distance, dan individualisme. yang tidak kalah pentingnya adalah atasan perlu
memperhatikan aspek penghargaan dan
Low & Chua (2019) menyampaikan bahwa
pengakuan, pengembangan karir, dan
work-life interface merupakan aspek yang penting
pengembangan kompetensi. Peranan tersebut
dalam memahami konsep work-life balance. Dari
merupakan wujud dari dukungan atasan.
kacamata work-life interface inilah Zedeck & Mosier
(1990) telah memetakan lima model yang Menurut Bhate (2013), dukungan atasan
berhubungan dengan konsep work-life balance diartikan sebagai sejauh mana para atasan dapat
berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan memberikan penghargaan dan peduli terhadap
pekerjaan dan keluarga yang dilakukan oleh kontribusi dan kesejahteraan karyawan. Dari sudut
beberapa peneliti, yaitu spillover model, model pandang karyawan, dukungan yang diberikan oleh
kompensasi, model segmentasi, model atasan merupakan salah satu indikator dari adanya
instrumental, dan model konflik. dukungan organisasi (Eisenberger et al., 2002).
Oleh karena itu, menurut Eisenberger et al. (2002)
Dilhani & Dayarathna (2016), Chaudhuri et al.
para karyawan akan menilai bahwa dukungan yang
(2020), dan Soomro et al. (2018) mendapatkan
diberikan atasan merupakan perwujudan dari
kesimpulan bahwa interaksi antara work-life
dukungan organisasi. Eisenberger et al. (2002)
balance dengan kinerja pegawai memiliki
mendefinisikan persepsi dukungan atasan sebagai
karakteristik yang afirmatif. Orel (2020)
tingkat pandangan dari karyawan secara umum
menyampaikan bahwa determinan work-life
mengenai cara atasan mereka dalam menilai,
balance tidak hanya pada hal-hal yang bersifat non
mendukung, dan memperhatikan kinerja dan
fisik tetapi juga dalam bentuk fisik seperti
kesejahteraan mereka.
penyediaan ruang kerja bersama oleh organisasi.
Keberadaan variabel ruang kerja bersama mampu Pandangan karyawan terhadap perilaku
membantu meningkatkan work-life balance untuk atasannya merupakan buah dari interaksi yang
kemudian akan menumbuhkan produktivitas dibangun secara intensif. Sehingga menurut Cole et
pegawai. al. (2006) interaksi yang positif antara atasan dan
bawahan akan menghasilkan persepsi terhadap
Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa
dukungan atasan yang positif. Hal tersebut juga
dampak work-life balance tidak hanya terjadi pada
terjadi ketika terjadi komunikasi yang negatif akan
kinerja tetapi juga pada tingkat engagement para
menghasilkan persepsi terhadap dukungan atasan
karyawan. Dinh (2020) menyatakan bahwa work-
yang negatif pula. Melihat beberapa definisi tentang
life balance dan stres kerja berhubungan positif
dukungan atasan tersebut, maka secara ringkas
dengan employee engagement pada sektor industri
persepsi dukungan atasan dapat disimpulkan
di Vietnam. Hasil penelitian yang sedikit berbeda
sebagai persepsi seorang karyawan mengenai
disampaikan oleh Wood et al. (2020) yakni work-life
bagaimana atasannya memberikan penilaian
balance dapat mempengaruhi employee engagement
terhadap kontribusinya dalam pekerjaan dan
dan employee engagement dapat mempengaruhi
memberikan perhatian terhadap aspek
work-life balance.
kesejahteraan karyawan yang berasal dari interaksi
Berpijak pada berbagai hasil penelitian di atas,
yang intensif.
maka dapat disusun dugaan sebagai berikut:
H1a : Work-life Balance memiliki pengaruh Ancarani et al. (2021) berpendapat bahwa
afirmatif terhadap Kinerja Pegawai. pada sektor publik di Italia, gaya kepemimpinan
transformatif yang terdapat pada manajer tingkat
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

334

menengah berpengaruh positif terhadap work berhubungan dengan pekerjaan. Whittington et al.
engagement. Gaya kepemimpinan transformatif (2017) mendefinisikan employee engagement
mampu menyediakan sumber daya pekerjaan bagi sebagai suatu investasi dari seorang individu yang
bawahannya yang salah satunya adalah dukungan lengkap secara kognitif, emosi, dan fisik untuk
atasan. Engagement karyawan akan meningkat menjalankan perannya dalam bekerja. Sementara
ketika mendapatkan dukungan atasan yang cukup itu, Imperatori (2017) menyebutkan bahwa
sehingga menurunkan keinginan untuk engagement merupakan sebuah kondisi personal
mengundurkan diri (Pattnaik & Panda, 2020). yang positif yang dialami dalam pekerjaan. Merujuk
pada berbagai definisi di atas maka dapat
Cantor et al. (2015) menyatakan bahwa
disimpulkan dengan lugas bahwa employee
persepsi dukungan atasan yang berorientasi pada
engagement merupakan kemauan atau komitmen
lingkungan kerja berhubungan secara positif
dari seorang pegawai untuk membangun sikap,
dengan engagement karyawan yang berkaitan
perilaku, dan motivasi positif untuk menjalankan
dengan lingkungan kerja dengan dimediasi oleh
perannya dalam bekerja guna mencapai tujuan
variabel komitmen terhadap lingkungan kerja
organisasi.
Sementara itu, menurut Holland et al. (2017),
persepsi dukungan atasan yang positif dan Imperatori (2017) menyampaikan bahwa
employee voice akan memberikan pengaruh positif terdapat tiga model engagement, yaitu model
terhadap level employee engagement melalui personal engagement yang dibangun oleh Kahn,
variabel kepercayaan. model work engagement yang disusun oleh
Schaufeli, dan model job versus organizational
Haas (2020) mengatakan bahwa dukungan
engagement yang dibuat oleh Saks.
sosial kepada karyawan yang salah satunya berupa
dukungan atasan memberikan pengaruh nyata dan Menurut Kahn dalam Imperatori (2017),
penting terhadap prestasi kerja karyawan yang engagement merupakan hasil dari interaksi dua
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. arah yang terjadi antara pegawai dan tempat
Aydin & Tuzun (2019) mendapatkan kesimpulan kerjanya. Dalam membangun model personal
dalam penelitiannya bahwa sumber-sumber engagement, Kahn berpijak pada pendekatan teori
dukungan organisasi terutama yang berupa motivasi dan mengasumsikan bahwa personal
dukungan atasan dan dukungan kolega mampu engagement mempunyai tiga dimensi yang mampu
memberikan pengaruh yang nyata dan signifikan membangkitkan motivasi karyawan, yaitu
terhadap prestasi kerja karyawan di Turki. meaningfulness, keselamatan, dan availability. Pada
saat ketiga dimensi tersebut dapat dipenuhi oleh
Berpijak pada berbagai hasil penelitian di atas,
organisasi, maka akan tumbuh rasa keterikatan
maka dapat disusun dugaan sebagai berikut:
karyawan terhadap organisasi.
H2a : Persepsi Dukungan Atasan memiliki
pengaruh afirmatif terhadap Kinerja Model work engagement yang disusun oleh
Pegawai Schaufeli berangkat dari teori tuntutan-sumber
H2b : Persepsi Dukungan Atasan memiliki daya pekerjaan. Schaufeli et al. (2002)
afirmatif langsung terhadap Employee mendefinisikan work engagement sebagai suatu
Engagement. kondisi alam pikiran yang afirmatif dan perasaan
H2c : Persepsi Dukungan Atasan memiliki puas dari seorang individu terhadap pekerjaannya
pengaruh afirmatif tidak langsung yang ditunjukan dengan adanya tiga dimensi, yaitu
terhadap Kinerja Pegawai dengan vigor, dedication, dan absorption. Dimensi vigor
variabel Employee Engagement sebagai menunjukan suatu perasaan yang tampak melalui
variabel mediasi. energi yang besar, ketahanan mental, keinginan
untuk membantu pekerjaan orang lain, dan gigih.
Employee Engagement
Dedication meliputi semua perasaan yang
Elgar (2010) mengatakan bahwa secara umum menganggap bahwa semua pekerjaan itu penting
engagement dapat didefinisikan sebagai sebuah sehingga harus selalu dikerjakan dengan penuh
kondisi psikologis dalam bekerja yang bersifat semangat, bangga, dan mampu menerima
positif seperti gairah, enerjik, dan antusias. Selain tantangan. Sedangkan absorption adalah sebuah
itu engagement juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang melahirkan tingkat konsentrasi yang
kondisi yang penuh dengan motivasi yang tampak sangat tinggi dan kemauan untuk terlibat dalam
pada kemauan untuk tetap fokus bekerja mencapai setiap pekerjaan (Schaufeli et al., 2002).
tujuan organisasi. Turner (2020) meringkas definisi
Model engagement yang terakhir adalah model
employee engagement dari beberapa penelitian dan
job versus organizational engagement yang
menyimpulkan bahwa employee engagement adalah
dibangun oleh Saks. Menurut Imperatori (2017),
suatu perasaan antusias, gairah, kepuasan,
dasar prinsip yang digunakan Saks dalam
pemberdayaan, dan perilaku positif lainnya yang
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

335

membangun model ini adalah prinsip pertukaran selanjutnya akan berpengaruh positif terhadap
sosial. Menurut Saks dalam Imperatori (2017), kinerja karyawan (Gruman & Saks, 2011). Carter et
tingkat engagement seorang karyawan akan sangat al. (2018) dalam penelitiannya menemukan bahwa
dipengaruhi oleh seberapa banyak dia variabel efikasi diri dan employee engagement
mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari mampu memberikan pengaruh terhadap kinerja
organisasi. Menurut Imperatori (2017) fokus dari yang lebih tinggi dibanding kinerja sebelumnya.
model engagement yang dibangun oleh Saks ini
Berpijak pada berbagai hasil penelitian di atas,
adalah pada hubungan timbal balik antara
hingga dapat disusun dugaan sebagai berikut:
karyawan dan organisasi.
H3: Employee Engagement berpengaruh positif
Pada berbagai penelitian, variabel employee
terhadap kinerja pegawai.
engagement disimpulkan dapat memberikan imbas
yang positif signifikan terhadap produktivitas Kerangka Pemikiran
pegawai. Anitha (2014) menemukan bahwa
Kerangka pikir yang dirumuskan pada
variabel area kerja, kepemimpinan, kelompok dan
penelitian ini mengadaptasi dan memodifikasi
kolega, pengembangan karir dan pelatihan,
model penelitian yang dibuat oleh Bedarkar &
remunerasi, kebijakan organisasi, work-place being
Pandita (2014), Talebzadeh & Karatepe (2020),
berpengaruh positif terhadap prestasi kerja yang
Dilhani & Dayarathna (2016), dan Aydin & Tuzun
dimediasi oleh employee engagement. Chen & Peng
(2019). Kerangka pemikiran yang dihasilkan dapat
(2021) menemukan bahwa pada pegawai dengan
diamati pada gambar 2.
jabatan non manajer, work engagement
berpengaruh positif terhadap kinerja yang
disebabkan oleh variabel modal psikologis. METODOLOGI PENELITIAN
Pada sektor publik di Amerika Serikat, hasil Untuk menguji relasi antar faktor yang
penelitian Hameduddin & Fernandez (2019) terdapat dalam kerangka pemikiran, penelitian ini
menyimpulkan bahwa secara umum employee menggunakan pendekatan kuantitatif non-
engagement memiliki hubungan dengan kinerja eksperimental dengan metode analisis Structural
karyawan dengan pola hubungan yang bervariasi. Equation Modelling (SEM). Metode pengambilan
Tummers & Knies (2013) menyampaikan bahwa sampel yang dipakai adalah purposive sampling tipe
pada sektor publik di Belanda, kinerja dipengaruhi quota sampling dengan jumlah sampel responden
oleh kepemimpinan yang kuat dengan variabel yang berhasil dikumpulkan sebanyak 257
kebermaknaan kerja sebagai mediator khususnya responden. Jumlah sampel tersebut diperoleh
pada sektor kesehatan dan pendidikan. dengan menggunakan rumus Slovin dari jumlah
populasi pegawai Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Sebuah organisasi yang mampu melaksanakan Perbendaharaan sebanyak 726 orang.
manajemen kinerja yang baik akan mampu Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan
meningkatkan employee engagement yang kuesioner kepada para pegawai Kantor Pusat

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Sumber: Diadaptasi dari Bedarkar & Pandita (2014), Talebzadeh & Karatepe
(2020), Dilhani & Dayarathna (2016), dan Aydin & Tuzun (2019).
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

336

Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang digunakan mengadaptasi penelitian dari Schaufeli


merupakan objek penelitian ini. Sesuai dengan hasil et al. (2002) yang terdiri dari tiga perspektif dengan
uji coba kuesioner, seluruh pernyataan yang sembilan indikator pernyataan dan diukur
terdapat dalam kuesioner dinyatakan telah menggunakan Likert skala lima.
memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas dengan
nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan Component HASIL DAN PEMBAHASAN
Matrix Value di atas 0,5 serta nilai Cronbach Alpha di
atas 0,7. Profil Responden

Variabel Eksogen Sesuai dengan data yang dikumpulkan melalui


kuesioner, profil responden diklasifikasikan ke
Dalam penelitian ini, yang termasuk kelompok dalam beberapa kategori, yaitu kategori usia,
variabel eksogen adalah work-life balance dan gender, pendidikan terakhir, dan masa kerja.
persepsi dukungan atasan.
a. Kategori Usia
a. Work-life Balance
Sejumlah 191 orang (74%) merupakan
Work-life balance merupakan sebuah responden yang termasuk ke dalam kategori usia
kemampuan pegawai dalam mengelola hubungan antara 30-39 tahun. Kategori tersebut menjadi
sosial, waktu bekerja, waktu untuk aktivitas pribadi, kategori yang dominan. Komposisi jumlah
dan menilai manfaat dari kebijakan organisasi yang responden pada setiap kategori usia berikutnya
mendukung keseimbangan antara kehidupan secara berurutan adalah responden dengan
pribadi dengan pekerjaan (Mas-Machuca et al., cakupan usia 40-49 tahun sejumlah 32 orang
2016). Kuesioner yang dipakai untuk mengukur (12%), responden dengan kategori usia 20-29
variabel work-life balance adalah dari Mas-Machuca tahun sejumlah 28 orang (11%), dan responden
et al. (2016) yang terdiri dari empat indikator dengan kategori usia 50-59 tahun menjadi
pernyataan dan menggunakan Likert skala lima. responden dengan jumlah paling sedikit, yaitu 6
b. Persepsi Dukungan Atasan orang (2%).

Persepsi dukungan atasan diartikan sebagai b. Kelompok Jenis Kelamin


tingkat pandangan dari karyawan secara umum Mayoritas responden pada penelitian ini
mengenai cara atasan mereka dalam memberikan masuk ke dalam kategori gender laki-laki yaitu
dukungan dan cara-cara baru untuk meningkatkan sebesar 218 orang (84,82%), sedangkan responden
kinerjanya (Instrumental Supervisory Support) yang termasuk ke dalam kelompok gender
(Talebzadeh & Karatepe, 2020). Kuesioner perempuan ada 39 orang (15,18%).
menggunakan penelitian dari Talebzadeh &
Karatepe (2020) yang terdiri dari lima indikator c. Kelompok Pendidikan Terakhir
pernyataan dan diukur menggunakan Likert skala Hampir semua responden dalam penelitian ini
lima. berpendidikan D-IV/S1 yaitu sebanyak 128 orang
Variabel Endogen (49,8%), diikuti oleh responden berpendidikan S2
sebanyak 95 orang (37%), responden
Variabel endogen pada riset ini adalah Kinerja berpendidikan D-III sebanyak 26 orang (10,1%),
Pegawai. Kinerja pegawai didefinisikan sebagai responden berpendidikan D-I sebanyak 7 orang
perilaku pegawai yang dinilai penting untuk (2,7%), dan responden berpendidikan SMA
mencapai tujuan organisasi dan terdiri dari dua sebanyak 1 orang (0,4%).
dimensi, yaitu in-role performance dan extra-role
performance (Talukder et al., 2018). Kuesioner yang d. Kelompok Masa Kerja
digunakan dari penelitian Talukder et al. (2018) Sebanyak 124 responden (48,2%) adalah
yang terdiri dari dua dimensi dengan sepuluh pegawai dengan masa kerja antara 11-15 tahun, 77
indikator pernyataan dan diukur menggunakan responden (30%) merupakan pegawai yang sudah
Likert skala lima. bekerja selama lebih dari 15 tahun, 47 responden
Variabel Mediasi (18,3%) mempunyai pengalaman kerja antara 6-10
tahun, dan sebanyak 9 responden memiliki masa
Variabel mediasi pada penelitian ini adalah kerja antara 1-5 tahun.
Employee Engagement. Menurut Schaufeli et al.
(2002), employee engagement adalah suasana alam Uji Model Pengukuran
pikiran yang afirmatif dan perasaan puas dari Uji model pengukuran dilakukan untuk
seorang individu terhadap pekerjaannya yang melihat apakah model pengukuran sudah cocok dan
ditunjukkan oleh tiga perspektif, yaitu vigor, fit dalam membangun hubungan antara indikator
dedication, dan absorption. Kuesioner yang dengan variabel yang dibentuknya. Model
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

337

pengukuran dianggap cocok dan fit apabila kinerja pegawai (H1a) dinyatakan dapat diterima.
mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas di atas Hal tersebut dibuktikan bahwa bahwa nilai t-hitung
nilai kritis nilai standardized loading factor (SLF), pada korelasi antara variabel work-life balance
construct reliability (CR), dan average variance dengan kinerja pegawai adalah 3,81 dengan
exctracted (AVE). Hair et al. (2019) menyebutkan besaran koefisien pengaruhnya adalah positif 0,19
bahwa suatu indikator atau variabel dalam sebuah yang berarti work-life balance mempunyai
model dinyatakan valid dan reliabel apabila pengaruh konstruktif dan signifikan terhadap
mempunyai nilai SLF, AVE, dan CR lebih besar dari kinerja pegawai. Karakteristik arah hubungan dan
0,5 atau idealnya lebih besar dari 0,7. signifikansi pengaruh yang disimpulkan dari
penelitian ini selaras dengan kesimpulan dari
Berdasarkan hasil uji model pengukuran
Dilhani & Dayarathna (2016), Soomro et al. (2018),
diketahui hampir semua indikator pernyataan
Orel (2020), dan Chaudhuri et al. (2020) yang
dalam variabel yang diteliti telah mempunyai nilai
menyatakan bahwa antara variabel work-life
SLF, AVE, dan CR lebih besar 0,5 atau 0,7. Hanya satu
balance dan variabel kinerja pegawai terdapat relasi
indikator pada variabel employee engagement yang
yang bersifat positif.
mempunyai nilai SLF kurang dari 0,5 yaitu indikator
yang mengukur perilaku responden yang larut dan Koefisien efek variabel work-life balance
melupakan segala hal yang ada di sekitarnya pada terhadap variabel employee engagement adalah
saat bekerja dengan nilai SLF sebesar 0,39 sehingga 0,35 dengan nilai t-hitung sebesar 5,38. Hingga
indikator tersebut tidak dimasukkan ke dalam dimaknai bahwa variabel work-life balance mampu
model penelitian. memberikan efek yang positif dan signifikan
terhadap variabel employee engagement yang
Uji Model Struktural berarti hipotesis yang menyatakan bahwa work-life
balance memiliki pengaruh positif terhadap
Uji model struktural dibutuhkan dengan
employee engagement dinyatakan dapat diterima.
tujuan untuk memeriksa apakah model penelitian
Kesimpulan tersebut sama dengan Bedarkar &
yang dibangun pada penelitian ini memenuhi
Pandita (2014), Dinh (2020), Aveline & Kumar
kriteria kebaikan model Structural Equation
(2017), Jaharuddin & Zainol (2019), dan Solanki &
Modelling (SEM). Kriteria kebaikan model yang
Kanthalia (2017) yang menyebutkan bahwa work-
seringkali disampaikan dalam uji model struktural
life balance memiliki andil yang sangat krusial
SEM adalah CFI, GFI, NFI, dan NNFI (McDonald & Ho,
dalam meningkatkan employee engagement yang
2002). Berdasarkan hasil uji model struktural,
pada gilirannya akan meningkatkan kinerja.
model penelitian ini memperoleh nilai kriteria
kebaikan model yang memenuhi syarat (CFI = 0,99, Koefisien efek tak langsung work-life balance
GFI = 0,93, NFI = 0,97, NNFI = 0,98), sehingga terhadap kinerja pegawai melalui employee
disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini engagement adalah 0,23 dengan nilai t-hitung 5,11.
dianggap dapat digunakan melakukan pengujian Hal tersebut menandakan eksistensi pengaruh tidak
hipotesis penelitian. langsung yang substansial dari variabel work-life
balance terhadap kinerja pegawai dengan employee
Model Estimasi Hasil Penelitian
engagement sebagai mediasi. Sehingga dikatakan
Model estimasi hasil riset ini ditampilkan pada bahwa hipotesis yang menyatakan work-life balance
gambar 4 berikut ini: memberikan imbas tidak langsung terhadap kinerja
pegawai melalui employee engagement dapat
Gambar 4. Model Estimasi Hasil Riset
diterima. Kesimpulan tersebut searah dengan hasil
penelitian Bedarkar & Pandita (2014) yang
mengungkapkan bahwa work-life balance
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap
produktivitas individu yang dimediasi oleh work
engagement.
Koefisien dampak persepsi dukungan atasan
terhadap kinerja pegawai adalah 0,14 dengan nilai
t-hitung 2,92. Hal tersebut berarti bahwa variabel
persepsi dukungan atasan berpengaruh signifikan
terhadap variabel kinerja pegawai, sehingga
dikatakan bahwa dugaan yang menunjukkan
Uji Hipotesis Penelitian adanya dampak langsung variabel persepsi
dukungan atasan terhadap kinerja pegawai
Hipotesis yang menyatakan bahwa work-life diterima. Hasil penelitian tersebut konsisten
balance memberikan konsekuensi positif terhadap dengan Haas (2020) dan Aydin & Tuzun (2019)
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

338

yang menjelaskan bahwa dukungan atasan Pembahasan


berdampak positif terhadap prestasi kerja pegawai.
Dalam rentang empat tahun dari tahun 2017
Hipotesis yang menyebutkan bahwa persepsi sampai dengan 2020, persentase kinerja kualitas
dukungan atasan mempunyai efek positif terhadap pelaksanaan anggaran yang paling rendah terjadi
employee engagement dinyatakan dapat diterima. pada tahun 2020, yaitu sebesar 96,16%. Pada tahun
Hal tersebut merujuk pada hasil riset ini yang 2020, Pemerintah dan masyarakat mengalami
membuktikan bahwa koefisien dampak yang tantangan yang sangat berat dan disruptif, berupa
dihasilkan dalam hubungan antara variabel munculnya pandemi Covid-19. Keadaan tersebut
persepsi dukungan atasan dan employee telah memaksa dunia kerja baik sektor publik
engagement adalah sebesar 0,30 dengan nilai t- maupun sektor privat untuk segera menerapkan
hitung sebesar 4,86. Ancarani et al. (2021) dan Flexible Working Space (FWS). Sistem kerja ini
Pattnaik & Panda (2020) juga menemukan hal yang memungkinkan para pekerja sektor publik
sama bahwa dukungan yang diberikan atasan melaksanakan tugas dan fungsinya dari rumah atau
mampu memberikan pengaruh positif terhadap Work From Home (WFH). Sebagai sebuah sistem
employee engagement. yang baru bagi instansi pemerintahan,
penerapannya tentu mengalami banyak tantangan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
dan hambatan yang harus segera diselesaikan agar
dugaan yang memandang adanya pengaruh tidak
tidak berdampak pada penurunan kinerja baik
langsung dari persepsi dukungan atasan terhadap
kinerja individu maupun kinerja organisasi.
kinerja pegawai dengan employee engagement
sebagai mediasi dapat diterima. Hal tersebut Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam
berdasarkan nilai koefisien dampak tidak langsung konteks implementasi sistem kerja WFH, maka
variabel persepsi dukungan atasan ke kinerja adanya work-life balance, persepsi dukungan atasan
pegawai lewat variabel employee engagement serta employee engagement memainkan peran kunci
sebagai mediasi adalah 0,20 dengan nilai t-hitung dalam menjaga produktivitas para pegawai Kantor
4,58. Kesimpulan penelitian ini mengonfirmasi Pusat DJPb dalam tingkat yang optimal. Pegawai
penelitian dari Talebzadeh & Karatepe (2020) yang Kantor Pusat DJPb yang melakukan WFH, jika
menyebutkan variabel dukungan atasan berimbas pegawai tersebut merasakan adanya work-life
signifikan terhadap kinerja pegawai melalui balance serta menganggap adanya dukungan atasan
variabel work engagement yang bekerja sebagai langsung selama melakukan WFH, dan memiliki
variabel mediasi. employee engagement, akan dapat menjaga
produktivitas kerjanya.
Hasil riset menunjukkan nilai koefisien
dampak employee engagement terhadap kinerja Pada penelitian ini employee engagement
pegawai adalah 0,66 dengan skor t-hitung 12,83. terbukti merupakan faktor penting dalam
Dengan demikian disimpulkan bahwa hipotesis menentukan kinerja pegawai. Seorang pegawai
yang menyebutkan employee engagement yang engaged terhadap organisasi akan lebih
berdampak positif terhadap kinerja pegawai mudah dalam mencapai kinerja terbaik meskipun
dinyatakan diterima. Pola korelasi antara employee harus menjalani sistem kerja WFH. Dominasi
engagement dengan kinerja pegawai tersebut dimensi absorption pada variabel employee
sejalan dengan hasil riset yang dilakukan oleh engagement menunjukkan bahwa perasaan asyik
Anitha (2014), Chen & Peng (2021), Hameduddin & dalam bekerja mendorong pegawai Kantor Pusat
Fernandez (2019), dan Tummers & Knies (2013) DJPb untuk tidak mudah teralihkan perhatiannya
yang menyebutkan bahwa sebagai variabel mediasi, pada saat bekerja dan mampu menjaga
employee engagement mempunyai pegaruh yang produktivitas yang optimal terutama dalam
positif dan signifikan dalam mendorong menuntaskan tugas dan fungsi yang menjadi
peningkatan kinerja pegawai. tanggung jawabnya (internal role performance).
Analisis Mediasi Variabel Employee Engagement Tidak hanya berdampak secara langsung
terhadap perubahan kinerja pegawai, employee
Berangkat dari hasil penelitian dan uji
engagement juga mampu menjadi media dalam
hipotesis serta pengelompokkan variabel mediasi
memperkuat dampak faktor-faktor lain terhadap
dari Zhao et al. (2010) diketahui bahwa employee
kinerja pegawai Kantor Pusat DJPb yang melakukan
engagement mampu menjadi variabel mediasi
WFH, yaitu work-life balance dan persepsi
komplementer yang berarti bahwa keberadaan
dukungan atasan. Hal tersebut menunjukan bahwa
employee engagement mampu memperkuat
employee engagement tersebut tidak muncul begitu
pengaruh variabel work-life balance dengan
saja, namun banyak dipicu oleh kemampuan
koefisien korelasi sebesar 0,23 dan variabel
pegawai dalam menyeimbangkan dan mengelola
persepsi dukungan atasan mempunyai koefisien
waktu untuk bekerja dan melakukan aktivitas
korelasi sebesar 0,20.
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

339

pribadi dan eksistensi dukungan atasan langsung dihadapi pegawai dalam menjalankan pekerjaan,
yang diperoleh pegawai. dan menyampaikan isu-isu strategis organisasi
serta menyampaikan cara bagaimana membuka
Peranan penting work-life balance dalam
komunikasi dengan para pemangku kepentingan
menghadirkan perasaan positif dalam diri setiap
secara jarak jauh. Dukungan atasan langsung ini
pegawai Kantor Pusat DJPb ditunjukan oleh
membuat pegawai menjadi lebih cepat beradaptasi
kemampuan pegawai mengelola waktu untuk
dengan segala perubahan pola kerja pada sistem
bekerja dan berumah tangga yang kesemuanya
WFH. Menurut Eisenberger et al. (2002), setiap
dilakukan di rumah sehingga pegawai mempunyai
pegawai menganggap penting adanya dukungan
waktu yang memadai untuk menjalin komunikasi
atasan langsung karena merupakan perwujudan
secara intens dengan keluarga dan/atau koleganya.
dari dukungan organisasi terhadap dirinya.
Waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan
keluarga dibutuhkan karena sebagian pegawai Pada sisi produktivitas pegawai, penelitian ini
Kantor Pusat DJPb menjalankan Long Distance menunjukkan bahwa dalam kerangka WFH,
Marriage (LDM). kemampuan untuk menyelesaikan tugas pokok
yang menjadi tanggung jawabnya terbukti menjadi
Pegawai Kantor Pusat DJPb yang selama ini
sebuah hal yang penting dalam menggambarkan
menjalankan LDM, sebelum memulai pekerjaan,
kinerja pegawai Kantor Pusat DJPb di masa
dapat membuat perencanaan dan target kinerja
pandemi Covid-19. Para pegawai merasa percaya
secara harian yang memuat daftar prioritas
diri mampu menyelesaikan pekerjaan yang
pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk
diberikan karena saat ini dalam rangka mendukung
menyelesaikannya sebagai panduan yang
implementasi Flexible Working Space (FWS) telah
menggambarkan alokasi waktu yang dibutuhkan
dibekali berbagai aplikasi berbasis teknologi
untuk merampungkan pekerjaan agar target
informasi seperti Aplikasi Naskah Dinas Elektronik
tercapai. Melalui panduan tersebut juga akan
(Nadine) untuk menyelesaikan pekerjaan naskah
terlihat jelas berapa alokasi waktu untuk bekerja
dinas, Aplikasi Sistem Perbendaharaan dan
dan alokasi waktu untuk berkomunikasi dengan
Anggaran Negara (SPAN) dan Aplikasi Sistem
keluarga dan/atau kolega.
Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) untuk
Mengacu pada hasil penelitian ini, work-life menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan
balance juga memainkan peran krusial dalam manajemen anggaran pada DJPb.
mendorong peningkatan produktivitas secara
Penelitian ini telah menemukan fakta bahwa
langsung meskipun dampak yang diberikan tidak
dari sudut pandang pegawai, aspek work-life
sebesar ketika yang bersangkutan memiliki
balance, employee engagement, dan dukungan
employee engagement. Kemampuan mengelola
atasan menjadi suatu hal yang penting untuk
waktu dan menjaga keseimbangan secara konstan
meningkatkan kinerja mereka di masa pandemi
tidak hanya membuat pegawai Kantor Pusat DJPb
Covid-19. Sedangkan dari sudut pandang
merasa terpenuhi kebutuhan pribadinya dan
organisasi, menjaga tingkat produktivitas pegawai
mendapatkan dukungan atasan tetapi juga dapat
agar tetap optimal merupakan suatu keharusan
melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal
karena kinerja pegawai itu sendiri merupakan
yang berujung pada peningkatan kinerja organisasi
jantung dari kinerja organisasi.
seperti kinerja kualitas pelaksanaan anggaran.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
Selain work-life balance, dukungan atasan
kecenderungan penurunan kinerja organisasi di
langsung yang dipersepsikan secara positif oleh
masa pandemi Covid-19, para pengambil keputusan
pegawai Kantor Pusat DJPb juga memberikan
di DJPb harus menyusun kebijakan strategis yang
kontribusi yang besar dalam membangun kondisi
berkaitan dengan manajemen sumber daya
psikologis yang positif dalam diri setiap pegawai
manusia. Kebijakan sumber daya manusia yang
Kantor Pusat DJPb yang melaksanakan WFH.
disusun haruslah sebuah kebijakan yang pro
Dukungan atasan langsung yang mendapatkan
terhadap peningkatan employee engagement, work-
persepsi positif paling besar adalah contoh yang
life balance dan meningkatkan kompetensi
diberikan atasan langsung mengenai cara-cara
kepemimpinan para atasan langsung sehingga
bagaimana meningkatkan kinerja di masa pandemi
mempunyai gaya kepemimpinan transformatif yang
Covid-19.
mampu memberikan dukungan kepada
Praktik di lapangan yang menunjukkan adanya bawahannya secara positif untuk bersama-sama
cara-cara yang diberikan oleh atasan langsung bekerja secara maksimal dalam sistem kerja WFH.
untuk meningkatkan kinerja adalah atasan
Secara konkret, salah satu kebijakan sumber
langsung secara berkala melakukan zoom meeting
daya manusia yang perlu dilakukan untuk
sebelum memulai pekerjaan untuk mendiskusikan
meningkatkan employee engagement, work-life
apa yang harus dikerjakan, kendala-kendala yang
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

340

balance, dan dukungan atasan adalah melakukan perlu diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
revitalisasi peran para pimpinan di DJPb sebagai memberikan saran yang membangun berkaitan
seorang coach. Peranan seorang pemimpin baik dengan pelaksanaan pekerjaan pada unit kerjanya
sebagai coach, konselor, maupun mentor dapat guna mencapai kinerja terbaik. Kegiatan morning
menjadi jawaban untuk membantu pegawai briefing antara atasan dengan bawahannya dapat
mengatasi permasalahan mengatur keseimbangan menjadi sarana bagi pegawai untuk menyampaikan
waktu dalam bekerja dan berumah tangga dan saran dan ide-ide yang berkaitan dengan
memberikan contoh mengenai cara meningkatkan pelaksanaan pekerjaannya.
kinerja di masa pandemi Covid-19 yang kemudian
akan menumbuhkan employee engagement dan
kinerja pegawai. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai keterbatasan seperti
KESIMPULAN penulis belum dapat melakukan penelitian
terhadap hubungan antar variabel dengan
Penelitian ini mempunyai implikasi bahwa
jangkauan yang lebih luas dan beragam karena DJPb
kebijakan work-life balance dapat dibangun dengan
itu sendiri merupakan salah satu instansi
berfokus pada komitmen pegawai dan organisasi
Pemerintah Pusat yang mempunyai unit kerja
untuk memanfaatkan jam kerja secara optimal dan
vertikal pada 34 provinsi. Selain itu, penelitian ini
produktif sehingga pegawai tidak perlu mengambil
juga belum memasukkan faktor Human Resources
lembur. Untuk dapat melakukan manajemen waktu
Practices (Krishnaveni & Monica, 2018), kreativitas
secara baik di masa pandemi Covid-19, para
(Ismail et al., 2019), serta pendidikan dan pelatihan
pegawai bersama dengan atasan langsungnya perlu
(Githinji & Muli, 2018) sebagai faktor penting yang
melaksanakan pertemuan secara berkala seperti
mempengaruhi kinerja pegawai di masa pandemi
morning briefing secara daring untuk berbagi
Covid-19. Oleh karena itu, akan menjadi sangat
informasi dan rencana target kerja harian atau
menarik ketika penelitian selanjutnya dapat
mingguan. Selain itu, penelitian ini juga mendukung
memasukkan ketiga faktor tersebut dalam
gagasan bahwa peranan atasan langsung dalam
pengukuran kinerja pegawai pada sektor publik
bentuk menawarkan ide-ide baru dalam melakukan
dengan mengambil sampel yang lebih besar dan
sebuah pekerjaan kepada pegawai adalah suatu hal
beragam.
yang perlu mendapatkan perhatian di masa
pandemi Covid-19. Agar dapat menawarkan ide-ide
baru tersebut, atasan langsung perlu didorong REFERENSI
untuk berkolaborasi secara aktif dengan Adhitama, J., & Riyanto, S. (2020). Maintaining
bawahannya. Selain itu, organisasi perlu Employee engagement and employee
menjalankan kebijakan pengembangan kompetensi performance during covid-19 pandemic at PT
kepemimpinan yang mampu membentuk gaya Koexim Mandiri Finance. Quest Journals
kepemimpinan transformatif dengan melaksanakan Journal of Research in Business and
Program Pengembangan Kepemimpinan (PPK) bagi Management, 8(3), 6–10.
para pimpinan mulai dari tingkat pejabat pengawas
sampai dengan pejabat pimpinan tinggi pratama. Ancarani, A., Arcidiacono, F., Di Mauro, C., &
Giammanco, M. D. (2021). Promoting work
Berdasarkan hasil analisis, employee engagement in public administrations: the
engagement terbukti mampu memperkuat peranan role of middle managers’ leadership. Public
work-life balance dan persepsi dukungan atasan Management Review, 23(8), 1234–1263.
dalam meningkatkan kinerja. Oleh karena itu, guna https://doi.org/10.1080/14719037.2020.17
memelihara dan memperkuat employee 63072
engagement di masa pandemi Covid-19, di samping
penguatan peran kepemimpinan transformasional, Anitha, J. (2014). Determinants of employee
organisasi perlu mengintensifkan kembali Program engagement and their impact on employee
Coaching, Counseling, and Mentoring secara berkala performance. International Journal of
menggunakan sarana teknologi seperti aplikasi Productivity and Performance Management,
video conference dan mekanisme pelaporan 63(3), 308–323.
program tersebut sebagai bagian dari monitoring https://doi.org/10.1108/IJPPM-01-2013-
kemajuan Program Coaching, Counseling, and 0008
Mentoring. Sinergi dan kolaborasi antara atasan Armstrong, M., & Taylor, S. (2014). Armstrong’s
dengan bawahannya menjadi sangat penting bagi handbook of human resource management
pegawai dalam mencapai kinerjanya di masa practice (13th ed.). Kogan Page.
pandemi Covid-19 dengan memberikan ruang http://books.google.com/books?id=NVnd4s6
komunikasi dua arah yang cukup luas. Pegawai JtioC&pgis=1
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

341

Aryee, S., Walumbwa, F. O., Gachunga, H., & Hartnell, – a review of literature from the Indian
C. A. (2016). Workplace family resources and context. Industrial and Commercial Training,
service performance: the mediating role of 52(3), 155–170.
work engagement. Africa Journal of https://doi.org/10.1108/ICT-01-2019-0003
Management, 2(2), 138–165.
Chen, S. W., & Peng, J. C. (2021). Determinants of
https://doi.org/10.1080/23322373.2016.11
frontline employee engagement and their
75265
influence on service performance.
Atatsi, E. A., Stoffers, J., & Kil, A. (2019). Factors International Journal of Human Resource
affecting employee performance: a systematic Management, 32(5), 1062–1085.
literature review. Journal of Advances in https://doi.org/10.1080/09585192.2018.15
Management Research, 16(3), 329–351. 05764
https://doi.org/10.1108/JAMR-06-2018-
Cole, M. S., Bruch, H., & Vogel, B. (2006). Emotion as
0052
mediators of the relations between perceived
Aveline, S., & Kumar, R. M. (2017). Employee supervisor support and psychological
engagement and effects of work life balance in hardiness on employee cynicism. Journal of
software industries in Chennai. International Organizational Behaviour, 27(4), 463–484.
Journal of Pure and Applied Mathematics,
Diamantidis, A. D., & Chatzoglou, P. (2019). Factors
116(22), 459–466.
affecting employee performance: an empirical
Aydın, E., & Kalemci Tüzün, I. (2019). Organizational approach. International Journal of Productivity
support sources and job performance and Performance Management, 68(1), 171–
relations: what about occupational 193. https://doi.org/10.1108/IJPPM-01-
commitment? Anatolia, 30(3), 379–389. 2018-0012
https://doi.org/10.1080/13032917.2019.15
Dilhani, W. G. ., & Dayarathna, N. W. K. D. . (2016).
97740
The Impact of work life balance practices on
Bakker, A. B., Demerouti, E., & Verbeke, W. (2004). employee performance of female machine
Using the job demands-resources model to operators on the Sri Lankan Apparel Sector.
predict burnout and performance. Human Human Resource Management Journal, 04(01),
Resource Management, 43(1), 83–104. 13–26.
https://doi.org/10.1002/hrm.20004
Dinh, L. N. (2020). Determinants of employee
Bedarkar, M., & Pandita, D. (2014). A Study on the engagement mediated by work-life balance
drivers of employee engagement impacting and work stress. Management Science Letters,
employee performance. Procedia - Social and 10(4), 923–928.
Behavioral Sciences, 133, 106–115. https://doi.org/10.5267/j.msl.2019.10.003
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.04.17
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (2018).
4
Laporan kinerja Direktorat Jenderal
Bhate, R. (2013). Supervisor supportiveness: Global Perbendaharaan tahun 2017.
perspectives (Issue June). The Sloan Center on
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (2019).
Aging & Work at Boston College.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal
Cantor, D. E., Morrow, P. C., & Blackhurst, J. (2015). Perbendaharaan Tahun 2018.
An Examination of How Supervisors Influence
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (2020).
Their Subordinates to Engage in
Laporan kinerja Direktorat Jenderal
Environmental Behaviors. Decision Sciences,
Perbendaharaan tahun 2019.
46(4), 697–729.
https://doi.org/10.1111/deci.12149 Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (2021).
Laporan kinerja Direktorat Jenderal
Carter, W. R., Nesbit, P. L., Badham, R. J., Parker, S. K.,
Perbendaharaan tahun 2020.
& Sung, L. K. (2018). The effects of employee
engagement and self-efficacy on job Dousin, O., Collins, N., & Kler, B. K. (2019). Work-life
performance: a longitudinal field study. balance, employee job performance and
International Journal of Human Resource satisfaction among doctors and nurses in
Management, 29(17), 2483–2502. Malaysia. International Journal of Human
https://doi.org/10.1080/09585192.2016.12 Resource Studies, 9(4), 306.
44096 https://doi.org/10.5296/ijhrs.v9i4.15697
Chaudhuri, S., Arora, R., & Roy, P. (2020). Work–life Eisenberger, R., Stinglhamber, F., Vandenberghe, C.,
balance policies and organisational outcomes Sucharski, I. L., & Rhoades, L. (2002).
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

342

Perceived supervisor support: Contributions the mediating role of creativity. International


to perceived organizational support and Journal of Productivity and Performance
employee retention. Journal of Applied Management, 68(3), 506–523.
Psychology, 87(3), 565–573. https://doi.org/10.1108/IJPPM-02-2018-
https://doi.org/10.1037/0021- 0052
9010.87.3.565
Jaharuddin, N. S., & Zainol, L. N. (2019). The impact
Elgar, E. (2010). New horizons in management. of work-life balance on job engagement and
Handbook of employee engagement: turnover intention. The South East Asian
Perspectives, issues, research and practice (S. L. Journal of Management, 13(1), 106–118.
Albrecht (ed.)). Cheltenham: Edward Elgar https://doi.org/10.21002/seam.v13i1.10912
Publishing.
Jex, S. M., & Britt, T. W. (2014). Organizational
Githinji, J. W., & Muli, J. (2018). Employee psychology: A scientist-practitioner approach
engagement strategies and employee (3rd ed.). New Jersey: John Wiley & Sons, INC.
performance of Air Kenya Limited. 3(4), 397–
Jin, M. H., & McDonald, B. (2017). Understanding
412. http://ir-
employee engagement in the public sector: the
library.ku.ac.ke/handle/123456789/21068
role of immediate supervisor, perceived
Gitongu, M. K., Kingi, W., & Uzel, J. M. (2016). organizational support, and learning
Determinants of employees’ performance of opportunities. American Review of Public
State Parastatals in Kenya: A Case of Kenya Administration, 47(8), 881–897.
Ports Authority. International Journal of https://doi.org/10.1177/027507401664381
Humanities and Social Science, 6(10), 197– 7
203. www.ijhssnet.com
Jones, K., & Taylor, B. (2017). Work life balance in
Gruman, J. A., & Saks, A. M. (2011). Performance the accounting industry. The Applied
management and employee engagement. Management Review, 1(1), 63–81.
Human Resource Management Review, 21(2),
Jose, G., & Mampilly, S. R. (2015). Relationships
123–136.
Among perceived supervisor support,
https://doi.org/10.1016/j.hrmr.2010.09.004
psychological empowerment and employee
Haas, E. J. (2020). The role of supervisory support engagement in Indian workplaces. Journal of
on workers’ health and safety performance. Workplace Behavioral Health, 30(3), 231–250.
Health Communication, 35(3), 364–374. https://doi.org/10.1080/15555240.2015.10
https://doi.org/10.1080/10410236.2018.15 47498
63033
Kossek, E. E., & Groggins, A. (2014). Work-Life
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. Balance. In S. C. L. Cooper (Ed.), Wiley
(2019). Multivariate data analysis (8th ed.). Encyclopedia of Management. John Wiley &
Hampshire: Cengage Learning-EMEA. Sons, Ltd.
https://doi.org/10.1097/AOG.0b013e31823c
Hameduddin, T., & Fernandez, S. (2019). Employee
026d
Engagement as administrative reform: testing
the efficacy of the OPM’s employee Krishnaveni, R., & Monica, R. (2018). Factors
engagement initiative. Public Administration influencing employee performance: The role
Review, 79(3), 355–369. of human resource management practices and
https://doi.org/10.1111/puar.13033 work engagement. International Journal of
Business Performance Management, 19(4),
Holland, P., Cooper, B., & Sheehan, C. (2017).
450–475.
Employee voice, supervisor support, and
https://doi.org/10.1504/IJBPM.2018.095095
engagement: The mediating role of trust.
Human Resource Management, 56(6), 915– Lockwood, N. R. (2003). Work/life balance:
929. https://doi.org/10.1002/hrm challenges and solutions for human resource
management. SHRM Research, Research
Imperatori, B. (2017). Engagement and
Quarterly, 1–10.
disengagement at work. drivers and
organizational practices to sustain employee Low, S. P., & Chua, B. K. (2019). Work-life balance in
passion and performance. Gewerbestrasse: construction: Millennials in Singapore and
Springer International Publishing. South Korea. Management in the Built
Environment. Singapore: Springer.
Ismail, H. N., Iqbal, A., & Nasr, L. (2019). Employee
https://doi.org/10.1007/978-981-13-1918-
engagement and job performance in Lebanon:
1.
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

343

Marelli, A. F. (2011). Employee engagement and 0261


performance management in the federal
Schaufeli, W. B., Salanova, M., Gonzalez-Roma, V., &
sector. Performance Improvement, 50(5), 5–
Bakker, A. B. (2002). The measurement of
13. https://doi.org/10.1002/pfi
engagement and burnout: A two sample
Mas-Machuca, M., Berbegal-Mirabent, J., & Alegre, I. confirmatory factor analytic approach. Journal
(2016). Work-life balance and its relationship of Happiness Studies, 3(1), 71–92.
with organizational pride and job satisfaction. https://doi.org/10.1108/IJPSM-09-2017-
Journal of Managerial Psychology, 31(2), 586– 0257
602. https://doi.org/10.1108/JMP-09-2014-
Schneider, B., Yost, A. B., Kropp, A., Kind, C., & Lam,
0272
H. (2018). Workforce engagement: What it is,
McDonald, R. P., & Ho, M. H. R. (2002). Principles and what drives it, and why it matters for
practice in reporting structural equation organizational performance. Journal of
analyses. Psychological Methods, 7(1), 64–82. Organizational Behavior, 39(4), 462–480.
https://doi.org/10.1037/1082-989X.7.1.64 https://doi.org/10.1002/job.2244
Mendis, M. D. V. S., & Weerakkody, W. A. S. (2018). Shields, J. (2016). Managing employee performance
The impact of work life balance on employee and reward: Concepts, practices and strategies
performance with reference to (2nd ed.). New York: Cambridge University
telecommunication industry in Sri Lanka: a Press.
mediation model. Kelaniya Journal of Human
Sirgy, M. J., & Lee, D. J. (2018). Work-Life Balance: an
Resource Management, 12(1), 72–100.
integrative review. Applied Research in Quality
https://doi.org/10.4038/kjhrm.v12i1.42
of Life, 13(1), 229–254.
Motowidlo, S. J., Borman, W. C., & Schmit, M. J. https://doi.org/10.1007/s11482-017-9509-
(1997). A theory of individual differences in 8
task and contextual performance. Human
Solanki, J., & Kanthalia, S. (2017). Work life balance
Performance, 10(2), 71–83.
in India: The key driver of employee
https://doi.org/10.1207/s15327043hup100
engagement. Nirnay The Journal of Decision
2_1
Science, December, 54–65.
Muduli, A., Verma, S., & Datta, S. K. (2016). High
Soomro, A. A., Breitenecker, R. J. ., & Shah, S. A. M.
performance work system in india: examining
(2018). Relation of work-life balance, work-
the role of employee engagement. Journal of
family conflict, and family-work conflict with
Asia-Pacific Business, 17(2), 130–150.
the employee performance-moderating role of
https://doi.org/10.1080/10599231.2016.11
job satisfaction. South Asian Journal of Business
66021
Studies, 7(1), 129–146.
Mwangi, Z. K.,Wario, G., Nzulwa, J.,& Odhiambo, R.
Suan, C. L., & Nasurdin, A. M. (2016). Supervisor
(2018). Effect of coaching on employee
support and work engagement of hotel
performance in state corporations in Kenya.
employees in Malaysia: Is it different for men
The Strategic Journal of Business & Change
and women? Gender in Management: An
Managemen, 5(1), 193–209.
International Journal, 31(1), 2–18.
www.strategicjournals.com
https://doi.org/10.1108/GM-11-2014-0105
Nzuki, R. M., & Kembu, A. S. (2020). Influence of
Talebzadeh, N., & Karatepe, O. M. (2020). Work
perceived supervisor support on organization
social support, work engagement and their
performance at Kakamega Country
impacts on multiple performance outcomes.
Government, Kenya. Archives of Business
International Journal of Productivity and
Review, 8(5), 191–200.
Performance Management, 69(6), 1227–1245.
https://doi.org/10.21013/jmss.v16.n3.p2
https://doi.org/10.1108/IJPPM-05-2018-
Orel, M. (2020). Supporting work–life balance with 0195
the use of coworking spaces. Equality,
Talukder, A. K. M., Vickers, M., & Khan, A. (2018).
Diversity and Inclusion, 39(5), 549–565.
Supervisor support and work-life balance:
https://doi.org/10.1108/EDI-01-2019-0038
Impacts on job performance in the Australian
Pattnaik, S. C., & Panda, N. (2020). Supervisor financial sector. Personnel Review, 47(3), 727–
support, work engagement and turnover 744. https://doi.org/10.1108/PR-12-2016-
intentions: evidence from Indian call centres. 0314
Journal of Asia Business Studies, 14(5), 621–
Tummers, L. G., & Knies, E. (2013). Leadership and
635. https://doi.org/10.1108/JABS-08-2019-
EMPLOYEE ENGAGEMENT: DETERMINAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP Indonesian Treasury Review Vol.6, No.4,
KINERJA PEGAWAI DITJEN PERBENDAHARAAN DI MASA PANDEMI (2021), Hal 329-344.
COVID-19

344

meaningful work in the public sector. Public Whittington, J. L., Meskelis, S., Asare, E., & Beldona,
Administration Review, 73(6), 859–868. S. (2017). Enhancing employee engagement:
https://doi.org/10.1111/puar.12138 An evidence-based approach. Gewerbestrasse:
Palgrave Macmillan.
Turner, P. (2020). Employee engagement in
contemporary organizations: Maintaining high Wood, J., Oh, J., Park, J., & Kim, W. (2020). The
productivity and sustained competitiveness. relationship between work engagement and
Palgrave Macmillan. work–life balance in organizations: a review of
https://doi.org/10.1007/978-3-030-36387-1 the empirical research. Human Resource
Development Review, 19(3), 240–262.
Van Dooren, W., Bouckaert, G., & Halligan, J. (2015).
https://doi.org/10.1177/153448432091756
Performance management in the public sector
0
(S. P. Osborne (ed.); 2nd ed.). Routledge Taylor
& Francis Group. Zedeck, S., & Mosier, K. L. (1990). Work in the family
https://doi.org/10.4324/9780203885673- and employing organization. American
13 Psychologist, 45(2), 240–251.
https://doi.org/10.1037/0003-
Wambui, M. L., Cherotich, B. C., Emily, T., & Dave, B.
066X.45.2.240
(2017). Effects of work life balance on
employees’ performance in institutions of Zerwas, C. S. (2019). Work-life balance and women’s
higher learning. a case study of Kabarak entrepreneurship: An exploration of influencing
University. Kabarak Journal of Research & factors. Springer Nature Switzerland AG.
Innovation, 4(2), 60–79. https://doi.org/10.1007/978-3-030-29804-3
Waseem, S. N., & Mehmood, K. (2019). A study on Zhao, X., Lynch, J. G., & Chen, Q. (2010).
the drivers of employee engagement and its Reconsidering Baron and Kenny: Myths and
relationship with employee performance. truths about mediation analysis. Journal of
South Asian Journal of Management Sciences, Consumer Research, 37(2), 197–206.
13(2), 172–190. https://doi.org/10.1086/651257
https://doi.org/10.21621/sajms.2019132.05

You might also like