Professional Documents
Culture Documents
Bab 2 UNIV
Bab 2 UNIV
KAJIAN PUSTAKA
Teori sinyal dikembangkan oleh Ross pada tahun 1977, menyatakan bahwa
akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calin investor agar
bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan untuk calon investor.
Calon investor dapat mengetahui laporan keuangan suatu perusahaan dan dapat
terhadap keputusan investasi. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan
pelaku bisnis karena informasi menyajikan keterangan catatan dan gambaran masa
lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi perusahaan dan pasar modal.
Informasi yang lengkap dan relevan serta akurat dan tepat waktu diperlukan
investor pasar modal sebagai alat untuk menganalisis sebelum mengambil
informasi yang diterima dari masing-masing pihak tidak sama. Dengan kata lain,
teori sinyal berkaitan dengan asimetri informasi. Teori sinyal menunjukkan adanya
turunnya inflasi, suku bunga dan nilai tukar (Kurs) merupakan sinyal yang menjadi
berdampak pada return berupa capital gain yang ikut mengalami perubahan pula.
Saat inflasi, suku bunga dan nilai tukar mengalami perubahan, maka akan menekan
harga saham, hal ini terjadi sebagai respond dari ketidakstabilitas ekonomi makro
tersebut. Dalam teori portofolio APT (Arbitrage Pricing Theory), kondisi tersebut
portofolio saham investor yang pada akhirnya dapat mempengaruhi harga saham.
Penggunaan teori sinyal pada informasi tentang ROA atau seberapa besar
tingkat laba yang didapat dari aset yang digunakan yaitu ketika ROA bernilai tinggi
maka ini menunjukkan kondisi yang baik sehingga menjadi sinyal yang baik pula
bagi para investor. Dikarenakan dengan nilai ROA yang tinggi berarti kinerja
dengan banyaknya permintaan pada saham akan membuat harga saham meningkat
Tingkat return saham merupakan salah satu hal yang dapat mendorong
untuk mengambil resiko atas investasi yang dilakukan, dan teori yang mencoba
menerangka bagaimana suatu aset dinilai oleh pasar atau bagaimana menentukan
jumlah pengembalian yang layak atas suatu investasi yaitu arbitrage pricing
theory. Teori tersebut dirumuskan oleh Ross pada tahun 1976, teori ini pada
identik sama tidak dapat dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang
dipergunakan adalah hukum satu harga (the law of one price). Ketika aset dengan
karakteristik yan sama dijual dengan harga yang berbeda, maka akan memberi
kesempatan untuk melakukan arbitrase yaitu membeli aset dengan harga rendah
dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi agar
Tiga asumsi yang mendasar model APT adalah: 1) pasar modal dalam kondisi
kurang pasti. 3) pendapatan asset dapat dilihat mengikuti model faktor (Fahmi,
2015:199). Menurut Husnan menjelaskan bahwa adanya asumsi yang unik pada
APT yaitu bahwa pemilik modal dapat melakukan short selling secara tidak
terbatas dan APT dapat merumuskan tingkat pengembalian suatu saham yang
dipengaruhi oleh lebih dari satu faktor. Faktor yang dimaksud dalam APT ialah
kondisi makroekonomi, namun APT tidak menjelaskan faktor apa saja yang
mempengaruhi pengambalian atau return. APT akan sangat berguna jika kita bisa
mengukur expected return dari masing-masing faktor tersebut, dan (3) mengukur
1. Setiap faktor resiko harus memiliki pengaruh menyebar pada return sekuritas.
mereka harus memiliki harga bukan nol (non-zero price). Isu-isu tersebut harus
mempengaruhi return.
3. Pada setiap awal periode, faktor-faktor resiko harus tidak dapat diprediksi
didapat para investor dari investasi saham yang diperdagangkan di pasar modal
(saham perusahaan go public). Dan menurut Fahmi (2013:152) return saham adalah
sejumlah dana yang telah ditempatkannya. Didalam pasar saham tidak selalu
menjamin bahwa return pasti dibagikan kepada investor, tetapi ada beberapa return
merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung menggunakan data
historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja dari perusahaan dan juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi
serta resiko di masa datang. 2) return ekspektasi, merupakan return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi
yang sifatnya telah terjadi. Return ekspektasi sifatnya belum terjadi dan dapat
dihitung berdasar nilai ekspektasi masa depan, nilai-nilai return historis atau dengan
(2017:236) dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu capital gain (capital loss) dan yield.
capital gain merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga
antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan
jumlah yang diinvestasikan, yang artinya semakin tinggi perubahan harga saham
maka akan semakin tinggi return yang dihasilkan. Return inilah yang merupakan
pengukuran seberapa besar keuntungan yang didapatkan investor atas investasi yang
dilakukan.
2017:236):
Pt − (Pt−1 )
R=
(Pt−1 )
Jika pada saat ini harga saham (Pt ) lebih tinggi dari harga saham sebelumnya
(Pt-1) maka investor mendapatkan keuntungan dari modalnya (capital gain), begitu
pula sebaliknya.
Dalam penelitian ini maka peneliti memilih menggunakan capital gain (loss)
sebagai proksi dari return saham, hal ini mengingat perusahaan tidak selalu
membagikan deviden kas secara periodik kepada pemegang sahamnya untuk itu
return saham dapat dihitung dengan capital gain (loss) karena naik turunnya harga
2.1.3 Inflasi
naiknya harga barang dan jasa yang pada umumnya berlangsung secara terus
menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi
mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya
nilai uang. Dengan demikian, inflasi bisa juga diartikan sebagai penurunan nilai uang
menggambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan
nilai mata uang mengalami pelemahan. Naiknya harga barang ini bukanlah terjadi
pada satu atau dua barang, melainkan kenaikan harga ini terjadi pada semua barang
Inflasi yang cukup tinggi mempunyai dampak buruk bagi individu, masyarakat
ataupun kegiatan ekonomi secara menyeluruh. Penurunan daya beli individu dan
masyarakat khususnya yang mempunyai pendapatan tetap ini merupakan salah satu
permintaan barang dan jasa tertentu dan kemudian akan mempengaruhi investasi.
Terjadinya inflasi ini akan menimbulkan gejolak mengenai tuntutan kenaikan upah
yang dimilikinya harus dapat mengendalikan inflasi pada tingkat yang dapat
Berdasarkan skala tingkat inflasi, ada 4 (empat) kategori skala yang dapat
1. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun). Jenis inflasi ini dikenal sebagai
inflasi ringan karena skala inflasi dibawah 10%, dan kondisi ini dialami oleh
indonesia pada era sekarang (pasca reformasi) dan masa orde baru.
2. Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun). Inflasi yang dianggap tidak efektif
3. Inflasi berat (antara 30-100% per tahun). Inflasi berat ialah kondisi dimana
keperluan perang.
Fahmi menjelaskan bahwa kondisi inflasi yang kecil atau dalam posisi satu
digit, bahkan dibawah 5% per tahun merupakan kondisi inflasi yang dianggap oleh
Perbedaan dari skala inflasi diatas berguna untuk melihat dampak inflasi yang
lebih baik yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang menjadi
bergairah untukk melakukan investasi. Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah
yaitu saat terjadi hiperinflasi, keadaan perekonomian menjadi kacau balau, dan
investasi”.
Menurut fahmi, jika dilihat dari skala penilaian inflasi, banyak pihak
kategori inflasi ringan, sedangkan yang paling ditakuti adalah berada dalam kategori
hiperinflasi. Hal ini dikarenakan ketika pada kondisi hiperinflasi tidak sedikit rencana
yang tidak bisa dijalankan, bahkan perubahan kebijakan dan pengalihan atas
keputusan aset harus dilaksanakan. Pada saat hiperinflasi, melalui peningkatan harga
100% atau lebih per tahun, terdapat kecenderungan orang lebih tertarik pada aset
keras seperti real estate dan logam mulia dibandingkan aset keuangan seperti saham
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa inflasi ialah kenaikan harga
barang maupun jasa secara terus menerus yang berdampak pada individu, masyarakat
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik, maka dalam penelitian ini Indeks
Indeks Harga Konsumen adalah indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga
dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun
kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa. Dengan
tersedianya data IHK bulanan, triwulan, atau per semester, maka dapat menghitung
inflasi setiap bulannya. Berikut ini ialah formula dari inflasi dengan indikator IHK
Keterangan:
Laju inflasi periode t
Indeks Harga Konsumen pada periode t
Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t
2.1.4 Suku Bunga BI
Menurut Sunariyah (2013), suku bunga ialah harga dari pinjaman yang
dinyatakan sebagai persentasi uang pokok per unit waktu. Suku bunga merupakan
pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari
pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan
jumlah pinjaman dan tingkat suku bunga merupakan harga yang harus dibayarkan
oleh peminjam untuk memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu
tertentu, tingkat suku bunga juga merupakan rasio pengembalian sejumlah investasi
sebagai bentuk imbalan yang diberikan kepada investor (Astuti et al, 2013).
Dewan Gubernur akan mengumumkan pada setiap rapat bulanan Dewan Gubernur
yang diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Secara umum, Bank Indonesia akan menaikkan BI rate jika inflasi ke depan
diperkirakan melebihi target yang telah ditetapkan dan sebaliknya. Dalam hal ini,
memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga BI7-day (Reverse) Repo Rate,
yang merupakan suku bunga acuan baru yang berlaku sejak 19 Agustus 2016.
Penggunaan suku bunga acuan BI7-day (Reverse) Repo Rate sebagai suku
bunga kebijakan baru, diharapkan akan berdampak pada: 1) memperkuat sinyal pada
kebijakan moneter dikarenakan BI7-day (Reverse) Repo Rate sebagai acuan utama
pengaruhnya terhadap pergerakan suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.
pembentukan struktur suku bunga di pasar uang antar bank (PUAB) untuk tenor 3-
12 bulan.
nilai tukar mata uang atau sebagai pengendali uang yang beredar dan sekaligus
orang akan lebih banyak memilih untuk menabungkan uangnya dibandingkan dengan
melakukan pinjaman uang. Sehingga jumlah uang yang beredar semakin sedikit dan
harga komoditas pun turun serta inflasi dapat diatasi, dana tersedia untuk kredit.
Namun sebaliknya, jika uang beredar mengendap lebih banyak pada bank atau
lembaga keuangan lainnya menyebabkan laju investasi melambat. Tetapi jika suku
2016:13). Dalam hal ini pemerintah harus berhati-hati untuk selalu menjaga agar
suku bunga tidak meningkat, sebab akan mendorong para pelaku ekonomi untuk
cenderung lebih banyak memegang aset dalam bentuk obligasi dan deposito atau
mengurangi saham (Fahmi, 2015:72). Kemudian, jika terjadi kenaikan suku bunga
yang tidak wajar, menyebabkan kesulitan bagi dunia usaha dalam pembayaran bunga
ukuran biaya modal yang dikeluarkan perusahan dengan menggunakan dana pemilik
modal. Karena tingkat suku bunga pinjaman mencerminkan biaya pinjaman bisnis
dan ini mempengaruhi kinerja bisnis dalam 2 (dua) cara: 1) tingkat suku bunga
kontan), maka suku bunga yang rendah berarti berkurangnya biaya bunga dan
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga ialah
kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan sebagai pengendali inflasi dan
investasi dan merupakan indikator keputusan yang akan diambil seseorang mengenai
Kurs ialah nilai tukar sebuah mata uang dengan mata uang lainnya,
biasanya nilai tukar ini dipergunakan dalam kegiatan transaksi yang melibatkan dua
negara atau lebih. Menurut Sukirno (2010: 397) menjelaskan bahwa nilai tukar atau
kurs ini menunjukkan harga atau nilai mata uang sebuah negara yang dinyatakan
dalam suatu nilai mata uang negara lain. Kurs ini juga dapat diartikan sebagai jumlah
uang domestik yang diperlukan, ialah banyaknya jumlah uang rupiah yang
diperlukan. Harga yang berbeda dalam pertukaran kedua mata uang, mengakibatkan
nilai atau harga antar kedua mata uang tersebut dibandingkan atau disebut exchange
lain maka, peristiwa ini dikatakan apresiasi. Namun jika nilai tukar mata uang suatu
negara turun terhadap nilai tukar mata uang lain, hal ini dikatakan mata uang suatu
negara mengalami depresiasi. Kondisi nilai tukar atau kurs yang cenderung tidak
bentuk mata uang asing, begitu pula spekulan demi mendapatkan keuntungan dalam
perubahan yang cepat. Nilai tukar terhadap mata uang asing ini memiliki dampak
negatif pada ekonomi dan pasar modal, yakni dengan terjadinya penurunan pada nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing maka menyebabkan meningkatnya biaya
impor bahan baku yang nantinya digunakan dalam produksi dan penurunan ini juga
ekspor (Sunariyah, 2011:23). Dan Ketidakstabilan fluktuatif nilai tukar ini bisa
pastinya akan berdampak pada pasar saham yang mana investor akan cenderung
menarik danya sehingga ini berimbah pada harga saham yang menurun.
Dari penjelasan diatas dapat simpulkan bahwa nilai tukar ini cukup penting
karna nilai tukar ialah perbedaan harga mata uang antar negara yang kemudian akan
Nilai tukar uang atau kurs valuta di klasifikasikan menjadi 4 (empat) jenis
1. Selling Rate (Kurs Jual), merupakan kurs yang ditentukan oleh suatu bank