Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 26

RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

BAB 2
PROFIL KABUPATEN WAKATOBI
2.1. Wilayah Administrasi
2.1.1. Luas Wilayah
Luas Kabupaten Wakatobi adalah 19.200 km2, terdiri dari daratan ± 823 km2 (4,3 %), dan
perairan/lautan ± 18.377 km2 (95,7 %). Kabupaten Wakatobi dengan ibukota di Wangi-Wangi
terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, 25 kelurahan dan 75 desa.. Kecamatan terluas adalah Kec.
Wangi – Wangi dengan luas 2.419,8 km² atau 29,40% sedangkan yang terkecil adalah Kec.
Keledupa dengan luas sebesar 455,0 km² atau 5,53% dari luas wilayah Kabupaten Wakatobi.
Kabupaten Wakatobi memiliki panjang pantai sejauh 198,76 km dengan karakteristik sebagian
besar adalah pantai berpasir membentang dari Semelagi Besar (Kec. Selakau) hinga Tanjung
Datok (Kec. Paloh). Kabupaten Wakatobi terletak di kepulauan jazirah Tenggara Pulau Sulawesi
dan bila ditinjau dari peta Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian Selatan
garis khatulistiwa

2.1.2. Batas Wilayah


Kabupaten Wakatobi terletak memanjang dari Utara ke Selatan di antara 05°00'-06°25' lintang
Selatan (sepanjang ± 160 km) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 123°34'-124°64'
Bujur Timur (sepanjang ± 120 km). Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Wakatobi
adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Buton Utara


Sebelah Timur : Laut Banda
Sebelah Selatan : Laut Flores
Sebelah Barat : Kabupaten Buton

1
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Wakatobi

2
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

2.2. Potensi Wilayah


1. Potensi Ekonomi
Dalam konteks makro, ekonomi wilayah Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sektor
unggulan pada sektor pertanian, jasa, lalu perdagangan, hotel dan restoran. Potensi sektor-
sektor tersebut menunjukkan berbagai jenis kegiatan dilakukan masyarakat. Pergerakan roda
perekonomian wilayah ini didorong oleh sektor pertanian (produk), juga sektor kegiatan jasa
yang memberikan kontribusi cukup tinggi pada perekonomian daerah. Potensi sektor
kelautan dengan kekayaan sumberdaya hayati mendorong terciptanya kegiatan ekonomi di
kawasan ini, yang ditandai dengan perolehan penerimaan daerah dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran.
2. Potensi Pariwisata
Berdasarkan data dari dinas pariwisatadiketahui bahwa jumlah pulau diKabupaten Wakatobi
adalah 138 buah.Sebagai daerah kepulauan yang sebagianbesarnya adalah wilayah
laut,maka wajardaerah ini kaya dengan sumberdaya alamlaut. seperti sekitar 942 species
ikan;90.000 ha luas terumbu karang; 750species karang dari 850 species karang didunia;
memiliki karang atol (Atol Kaledupa) dengan panjang 48 km danmerupakan karang atol
terpanjang di dunia. Potensi pariwisata itu sendiri tumbuh dan berkembang karena
ditunjangoleh keberadaan perikanan dan kelautan yang menjadi andalanKabupaten
Wakatobi karena jenis/speciesnya baik species ikan maupunspecies terumbu karang
merupakan terbanyak di dunia dibanding pusat - pusatdiving dunia lainnya seperti Pulau
Karibia dan Laut Merah dimanamasing-masing memiliki 50 species dan 300 species terumbu
karang.Berikut diuraikan potensi objekdan daya tarik wisata alam pada masing-masing
wilayah kecamatanberdasarkan pulau-pulau utama.
1. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkunganalam di wilayah perairan laut, yang berupa antara lain:
 Bentang pesisir pantai
 Bentang laut, baik perairan di sekitar pesisir pantai maupun lepas pantai yang
menjangkau jarak tertentu yang memiliki potensi bahari.
 Kolam air dan dasar laut
2. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkunganalam di wilayah daratan, yang berupa antara lain:
 Pegunungan dan hutan alam/taman nasional/taman wisata alam/taman hutan raya
 Perairan sungai dan danau
 Perkebunan
 Pertanian
 Bentang alam khusus, seperti gua, karst, padang pasir, dan sejenisnya

3
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

2.3. Demografi dan Urbanisasi


Penduduk merupakan modal dasar pembangunan, seperti yang tercantum dalam Program
Pembangunan Nasional bahwa manusia Indonesai atau penduduk di sebut modal dasar di
samping modal dasar lainnya, apabila mereka dapat dibina dan dikerahkan secara efektif. Namun
penduduk juga menjadi beban pembangunan apabila tidak berkualitas, baik kualitas pendidikan,
kesehatan mental dan fisik. Oleh karena itu penduduk yang banyak bukan jaminan bagi
tercapainya keberhasilan pembangunan. Berdasarkan kepadatan penduduk, kecamatan dengan
kepadatan tertinggi pada tahun 2014 adalah Kecamatan Kaledupa dengan kepadatan
pendudukmencapai 236 jiwa/km2 dan yang terendah adalah Togo-Binongko mencapai 78
jiwa/km2.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Wakatobi Tahun 2014


Luas Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
No Kecamatan Wilayah
(Km2) 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
1 Binongko 93,1 8.364 8.332 8.295 8.268 8.176 89,84 89,50 89,10 88,81 87,82
2 Togo Binongko 62,9 4.694 4.671 4.597 4.579 4.550 74,63 74,26 73,08 72,80 72,34
3 Tomia 47,1 6.925 6.933 6.983 6.994 7.038 147,03 147,20 148,26 148,49 149,43
4 Tomia Timur 67,9 8.443 8.301 8.107 7.973 7.777 124,34 122,25 119,40 117,42 114,54
5 Kaledupa 45,5 10.024 10.166 10.302 10.315 10.531 220,31 223,43 226,42 226,70 231,45
6 Kaledupa Selatan 58,5 6.374 6.386 7.167 7.167 7.150 108,96 109,16 122,51 122,51 122,22
7 Wangi – Wangi 241,98 23.089 23.584 24.068 24.539 25.056 95,42 97,46 99,46 101,41 103,55
8 Wangi – Wangi Selatan 206,02 115.663 69.820 47.315 23.562 24.511 561,42 338,90 229,66 114,37 118,97
Jumlah 823 183.576 138.193 116.834 93.397 94.789 223,06 167,91 141,96 113,48 115,17
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

4
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan


2.4.1. Potensi Ekonomi Wilayah
Dalam konteks makro, ekonomi wilayah Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sektor unggulan
pada sektor pertanian, jasa, laluperdagangan, hotel dan restoran. Potensi sektor-sektor
tersebutmenunjukkan berbagai jenis kegiatan dilakukan masyarakat. Pergerakanroda
perekonomian wilayah ini didorong oleh sektor pertanian (produk),juga sektor kegiatan jasa yang
memberikan kontribusi cukup tinggi pada perekonomian daerah. Potensi sektor kelautan dengan
kekayaan sumberdaya hayati mendorong terciptanya kegiatan ekonmi di kawasan ini, yang
ditandai dengan perolehan penerimaan daerah dari sector perdagangan, hotel dan restoran.
Struktur ekonomi wilayah Kabupaten Wakatobi dapat dilihat dari besaran distribusi persentase
sektoral. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam
sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatusektor,
semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi wilayah. Berikut
data 3 sektor dengan nilai PDRB tertinggi secara berturut-turut pada tahun 2014 adalah 1)
Pertanian sebesar 266.321,35 Juta Rupiah (46,9%), 2) Jasa sebesar 94.125,75 JutaRupiah
(16,6%), 3) Perdagangan, hotel dan restoran sebesar 93.922,68 Juta Rupiah (16,5%).

Tabel 2.2. PDRB Atas dasar Harga Berlaku Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014 (Juta Rp)
Tahun
No Sektor
2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian 96,533.81 185,475.72 211,234.87 226,911.54 266,321.35
2 Pertambangan & Penggalian 7,941.95 10,055.35 11,470.99 12,705.17 18,678.90
3 Industri Pengolahan 9,125.41 10,225.80 11,483.12 13,547.20 16,603.83
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,448.40 3,101.26 3,487.08 3,850.97 4,390.71
5 Bangunan 8,830.49 12,024.17 14,698.48 17,491.37 24,495.90
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 41,931.22 47,892.26 55,856.09 70,221.81 93,922.68
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,952.71 7,147.56 8,766.92 10,732.80 12,459.04
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 12,741.33 19,456.69 27,046.27 29,515.36 37,044.65
9 Jasa - Jasa 43,962.58 54,556.96 64,514.86 75,065.15 94,125.75
Jumlah 228,467.90 349,935.77 408,558.68 460,041.37 568,042.81

5
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

[CATEGORY
NAME];
[CATEGORY NAME];
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]
[CATEGORY
[CATEGORY NAME];
[PERCENTAGE] NAME] ;
[CATEGORY NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME];
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]; [CATEGORY NAME];


[PERCENTAGE] [VALUE];
[PERCENTAGE]
[CATEGORY NAME];
[PERCENTAGE]

Gambar 2.2. Grafik PDRB Atas Harga Berlaku Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014

Tabel 2.3. PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014 (Juta Rp)
Tahun
No Sektor
2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian 65.676,80 67.993,12 69.666,12 72.016,73 73.517,88
2 Pertambangan & Penggalian 6.358,88 7.077,48 7.527,04 7.912,28 9.568,91
3 Industri Pengolahan 8.053,98 8.663,48 9.037,90 9.411,94 10.385,16
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 987,36 1.246,74 1.337,66 1.439,40 1.538,68
5 Bangunan 7.073,21 8.426,81 9.627,07 10.310,00 12.064,36
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23.279,76 24.794,73 25.422,24 28.098,67 31.158,52
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.024,65 4.661,86 5.200,40 5.457,55 5.719,83
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9.784,09 12.529,47 15.678,83 16.622,06 17.550,61
9 Jasa - Jasa 33.874,52 35.889,96 38.070,13 41.317,21 44.965,38
Jumlah 289.410,71 311.445,39 329.675,87 348.249,76 372.013,72

6
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

30.00

25.00

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00

2011 2012 2013 2014

Gambar 2.3. Grafik Pertumbuhan Sektor PDRB Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014

2.4.2. Lingkungan Strategis


1. Topografi
Kabupaten Wakatobi yang berbentuk kepulauan dikelilingi laut dan terdiri dari empat gugusan
pulau besar, yaitu pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, danBinongko. Pulau Wangi-Wangi
bagianSelatan bertopografi datar hingga curam.Kedalaman perairan berkisar 5 - 1.884 m.Tipe
pasang surut campuran semi diurnal terendah ± 500 meter dari garis pantai,khususnya bagian
Selatan. Bagian Barat, Utara dan Timur kondisi pantai relatif curam. Kecepatan arus perairan
pulau Wangi-Wangi 0,09 – 0,6m/detik. Pada musim Timur, kondisi gelombang laut sangat kuat
yangdipengaruhi oleh tiupan angin dari arah laut Banda, sedangkan pada musim Barat tidak
terlalu besar karena terhalang oleh pulau Buton.Pulau Kaledupa, pada bagian Utara
bertopografi datar. Kedalaman perairan berkisar 2 m - 1.404 m. Pada bagian Selatan dan
Timur Pantai kondisi pantai umumnya relatif curam dengan kedalaman 35 m - 414 m.Pulau
Tomia, umumnya bertopografi datar hingga curam dengan kedalaman perairan berkisar 0 m -
1.404 m. Wilayah dengan topografi landai umumnya terletak di bagian Selatan pulau Tomia,
pulauTolandono, dan pulau Lentea Selatan dengan kedalaman perairanmaksimum 280 m,
sedangkan pada bagian Utara kondisi pantainyaumumnya curam/bertubir dengan kedalaman
500 m.Untuk pulau Binongko, secara umum keadaan topografinya relatif curam dengan

7
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

kedalaman perairan berkisar antara 181 m - 721 m, namun pada bagian Selatan mencapai
1.573 meter.
2. Morfologi
Ketinggian merupakan salah satu faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap suhu udara.
Makin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan laut maka semakin rendah suhu udara dan
sebaliknya. Karena wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di
bawah 500 meter dari permukaan laut (mdpl) dan berada di sekitar daerah khatulistiwa,
sehingga daerah ini secara umum beriklim tropis.
3. Klimatologi
Posisinya yang berdekatan dengan garis khatulistiwa menjadikan Kabupaten Wakatobi
beriklim tropis. Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson iklim di Kepulauan Wakatobi termasuk
tipe C, dengan dua musim yaitu musim kemarau (musim timur: April–Agustus) dan musim
hujan (musim barat: September–April) dengan suhu harian berkisar antara 19 – 34oC. Musim
angin barat berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret yang ditandai
dengan sering terjadi hujan, gelombang laut cukup besar sehingga nelayan jarang yang
melaut. Sementara itu musim angin timur berlangsung bulan Juni sampai dengan September
yang ditandai dengan kondisi laut yang teduh, gelombang tenang dan jarang terjadi hujan
sehingga nelayan sering melaut. Peralihan musim yang biasa disebut musim pancaroba
(bulan Oktober-November dan bulan April-Mei) kondisi gelombang laut tidak menentu sangat
tergantung dengan cuaca. Jumlah curah hujan di Kepulauan Wakatobi juga tidak begitu tinggi,
data 10 tahun terakhir menyebutkan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan
September hanya mencapai 2,5 mm dan curah hujan tertinggi di bulan Januari mencapai 229,5
mm. Data statistik terkait kondisi iklim dilakukan melalui pencacatan stasiun pengamatan
cuaca di Kota Kendari. Jumlah hari hujan pada tahun 2007 - 2008 berkisar antara 203-242 hari
hujan, dengan curah hujan antara 2.301 – 3.466 mm. sedangkan suhu udara rata-rata
maksimum pada rentang tahun 2004-2008 adalah 32-34oC. Adapun suhu udara rata-rata
minimum berkisar pada 20-21oC. Dalam kurun waktu tahun 2004-2008 kelembaban udara
antara 75-88%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 4 m/sec. Sebagai kawasan dengan
karakteristik pantai, tekanan udara rata-rata mencapai 1,009 milibar pada tahun 2008.
Keadaan musim di Kabupaten Wakatobi pada umumnya sama seperti daerah-daerah lain di
Indonesia dimana mempunyai 2 musim yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim
penghujan tahun 2008 terjadi di antara bulan Desember sampai dengan bulan April, pada saat
tersebut angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan lautan Pasifik yang mengandung
banyak uap air. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan September, pada bulan-bulan
tersebut angin Timur yang bertiup dari Benua Australia sifatnya kering dan kurang
mengandung air. Khususnya pada bulan April dan Mei di daerah Kabupaten Wakatobi arah
angin tidak menentu, demikian pula dengan curah hujan, sehingga pada bulan-bulan ini

8
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

dikenal dengan musim pancaroba. Curah hujan yang dibawah normal terjadi di bulan Agustus
yaitu di kelurahan Waha Kecamatan Tomia kurang dari 9 mm dibawah curah hujan normal
yaitu 9 – 13 mm, sedangkan di kelurahan Wanci Kecamatan Wangi-Wangi kurang dari 27 mm
dibawah curah hujan normal yaitu 27–37 mm, sedangkan untuk bulan-bulan selain Agustus
curah hujan relatif normal. Sebagai wilayah yang sebagian besar wilayahnya merupakan
lautan, pengaruh musim juga sangat berpengaruh pada aktivitas masyarakat di Kabupaten
Wakatobi. Tingginya gelombang laut dan ombak yang keras akibat pengaruh musim Timur dan
musim Barat, menjadi hambatan bagi masyarakat. Puncaknya biasa terjadi pada bulan Juli-
Agustus. Sehingga, pada bulan-bulan tersebut biasanya transportasi antar pulau sering
mengalami keterlambatan. Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain
dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut dari permukaan air laut. Makin tinggi
posisi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah suhu udara dan sebaliknya.
Karena wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1000
meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa, sehingga daerah ini
bersuhu panas.
4. Hidrologi
Sumber air di Kabupaten Wakatobi umumnya berasal dari air tanah (ground water) dari
wilayah perbukitan yang dialirkan ke rumah rumah penduduk dengan menggunakan pipa besi
dan gua-gua karst yang oleh penduduk setempat disebut Tofa, tetapi air tanah dari perbukitan
dan gua-gua karst tersebut sebagian tidak layak minum hanya bisa digunakan untuk mandi,
cuci dan kakus (MCK), sehingga untuk kebutuhan air minum menggunakan air hujan yang
ditampung dengan guci-guci tanah dan profile tank. Muka air tanah di seluruh Kepulauan
Wakatobi dipengaruhi oleh naik turunnya muka air laut. Selain air tanah dari perbukitan dan air
hujan yang ditampung ada juga air sumur tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak.
5. Geologi dan Tata Lingkungan
Berdasarkan tinjauan geologis, wilayah Kabupaten Wakatobi tersusun dari alluvium, dan
sedimen serta batu gamping, yang berasal dari terobosan beku formasi terumbu berumur
holosen, meosin dan pleosin. Hasil obervasi lapangan, maka kondisi geologi keempat pulau
besar mempunyai kesamaan kondisi geologi, yang merupakan batuan terumbu dengan
kepadatan yang tinggi, sehingga tidak menjadi penghambat dalam melakukan pembangunan
gedung. Namun demikian keadaan geologis dengan batuan terumbu karang tersebut pada
wilayah daratan membuat pengembangan sektor pertanian tanaman pangan terbatas, karena
besarnya dominasi batu karang daripada tanah, terutama di Pulau Binongko. Pulau yang
cenderung memiliki banyak tanah (soil) adalah Kaledupa sehingga kegiatan pertanian lebih
potensial dikembangkan daripada pulau-pulau lainnya.

9
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

6. Potensi Bencana Alam


Bencana alam menjadi salah satu perhatian serius dalam penataan ruang. Daerah atau
kawasan yang nantinya diidentifikasi berpotensi terjadinya bencana alam agar diarahkan
menjadi kawasan lindung atau kawasan budidaya bersyarat. Pengenalan akan kemungkinan
bencana alam sangat diperlukan dalam perencanaan suatu wilayah, sehingga bencana alam
yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda dapat dihindari atau diminimalisir.
 Gelombang Pasang Air Laut
Kabupaten Wakatobi sebagai wilayah kepulauan memiliki potensi bencana alam terutama
bencana alam terkait wilayahnya yang sebagian besar merupakan laut dan pesisir.
Potensi bencana gelombang air laut (tsunami) atau gelombang besar dimungkinkan
terjadi jika adanya gempa besar akibat patahan di bawah laut dengan kedalaman yang
disyaratkan terjadinya gelombang laut besar/tsunami. Hal ini juga terkait dengan
kerentanan wilayah Indonesia yang merupakan ring of fire, wilayah yang dikelilingi jalur
gunung api. Posisi wilayah Kabupaten Wakatobi secara langsung tidak berada jalur
patahan akan tetapi berpotensi terkena limpahan/rembesan gelombang besar dari
wilayah lain disekitar wilayah Kabupaten Wakatobi.
 Erosi
Wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di bawah 500
meter dari permukaan laut (mdpl). Daerah yang paling tinggi tersebut masuk kategori
perbukitan, karena suatu ketinggian disebut gunung hanya ditujukan untuk daerah yang
memiliki ketinggian di atas 500 mdpl. Selain hal tersebut sebagian besar perbukitan terdiri
dari formasi batu karang. Berdasarkan fakta tersebut maka untuk potensi rawan bencana
longsor dan erosi relatif rendah.
 Rawan Bencana Geologi
Rawan bencana geologi karena umunya wilayah pulau-pulau utama di Kabupaten
Wakatobi dominan struktur batuan gamping yang berada pada elevasi ketinggian yang
cukup beragam. Potensi rawan runtuhan batuan (rawan geologi) karena di beberapa
lokasi terutama di bagian tengah pulau seperti di Pulau Wangi-Wangi, Tomia dan
Binongko dimana struktur batuan gamping yang merupakan strukutr batuan utama
pembentuk daratan pulau, tersebar pada semua wilayah, terutama pada daerah
perbukitan, posisi sebaran batuan pada daerah dataran tinggi tersebut jika tidak
diantisipasi, cukup memberikan dampak berupa reruntuhan batuan yang akan
membahayakan wilayah sekitarnya. Saat ini peristiwa longsoran batuan masih relatif
kecil.
 Banjir
Potensi bencana banjir setempat biasa terjadi pada saat musim penghujan dengan curah
hujan relatif tinggi dan aliran air permukaan (run off) tinggi. Banjir yang terjadi umumnya

10
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

bersifat setempat dan sementara serta dampaknya relatif tidak besar. Genangan wilayah
banjir umumnya terjadi terutama pada lokasi/kawasan perkotaan yang sistem drainase
perkotaanya belum optimal seperti yang sering terjadi di Ibukota Kabupaten Wakatobi..
Sehingga perlu adanya langkah antisipasi dengan perbaikan sistem drainase perkotaan.
 Pemanasan Global
Isue pemanasan global (global warming) terkait dengan peningkatan temperatur rata -rata
permukaan bumi dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan dampak pada mencairnya
es di kutub Utara dan Selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka laut (sea level
rise). Pemanasan global diyakini disebabkan oleh berbagai macam aktivitas manusia.
Hasil pembakaran jenis ini antara lain gas karbondioksida (CO2) yang dalam skala global
berjumlah miliaran ton setiap tahun disemburkan ke atmosfir bumi. Akibatnya, sinar
matahari yang tiba di permukaan bumi tak leluasa dipancarkan kembali ke ruang
angkasa. Panas tersebut terperangkap dekat permukaan bumi, menghasilkan gejala
seperti di rumah kaca yang digunakan untuk menyemaikan tanaman (efek rumah kaca).
Peningkatan gas-gas rumah kaca di atmosfer secara terus menerus akan meningkatkan
suhu di bumi. Dampak awal yang dapat dikenali akibat peningkatan gas rumah kaca
adalah perubahan iklim. Akibat yang merugikan dari perubahan iklim adalah perubahan
terhadap lingkungan fisik dan biota. Dampaknya, terjadi kerusakan terhadap komposisi
ketahanan atau produktivitas ekosistem alam.
Proses perubahan iklim terjadinya peningkatan suhu permukaan bumi yang diikuti
naiknya suhu permukaan laut, perubahan curah hujan,perubahan frekuensi dan intensitas
badai, dan naiknya tinggi permukaan laut akibat mencairnya es di kutub. Selanjutnya
akanmenyebabkan perubahan terhadap berbagai sektor antaralain industry pertanian,
perikanan, pariwisata, terjadinya krisis air bersih dan meningkatnya penyakit tertentu.
Diperkirakan dampak perubahan iklim diantaranya naiknya permukaan laut, krisis air
bersih di perkotaan, rusaknya infrastruktur wilayah pantai, menurunnya produktivitas
pertanian, meningkatnya wabah berbagai macam penyakit dan lainnya.Secara umum,
kenaikan muka air laut merupakan dampak daripemanasan global (global warming) yang
melanda seluruh belahan bumi ini. Pemanasan global pada dasarnya merupakan suatu
perubahan fenomena iklim global yaitu dengan peningkatan temperatur rata–rata
permukaan bumi dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan IPCC(International Panel On
Climate Change) bahwa rata - rata suhu permukaan global meningkat 0,3 - 0,6 sejak
akhir abad 19 dan sampaitahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 - 5,80
(Dahuri,2002). Menurut Mustain (2002) pemanasan global tersebut disebabkan oleh
adanya efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon diatmosfer bumi.Naiknya suhu
permukaan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan bumi

11
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

sehingga terjadilah kenaikan muka laut (SeaLevel Rise). Diperkirakan dari tahun 1999-
2100 mendatang kenaikanmuka air laut sekitar 1,4-5,8 m (IPCC dalam Dahuri, 2002).

12
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Gambar 2.4. Peta Topografi

13
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Gambar 2.5. Peta Morfologi

14
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Gambar 2.6. Peta Curah Hujan

15
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Gambar 2.7. Peta Hidrologi

16
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Gambar 2.8. Peta Geologi

17
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Gambar 2.9. Peta Rawan Bencana Alam

18
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

2.4.3. Isu – Isu Strategis


Isu-isu strategis Wilayah Kabupaten Wakatobi secara umum dan secara khusus pada bidang
Cipta Karya adalah sebagai berikut :
1. Kabupaten Wakatobi sebagai Kawasan Taman Nasional Laut Wakatobi
Kabupaten Wakatobi sebagai kawasan lindung nasional yaitu Taman Nasional Laut
Wakatobi dengan mayoritas wilayahnya adalah lautan ± 18.377 KM2 (95,7 %) dengan
daratan hanya sekitar ± 823 KM2 (4,3 %).
2. Transportasi
 Teridentifikasi adanya kawasan tertinggal (Binongko dan Togo Binongko) sebagai
dampak dari rendahnya aksesibilitas kawasan terutama rendahnya intensitas
transportasi penyeberangan dari dan menuju Pulau Binongko; dan
 Infrastruktur antar pulau dengan transportasi internal dan eksternal.
3. Ekonomi dan Sektor Unggulan
 Sebagai wilayah kepulauan dengan mayoritas wilayahnya lautan maka potensi
perikanan dan kelautan sangat potensial, namun untuk saat ini berdasarkan kontribusi
belum memberikan kontribusi yang besar;
 Berdasarkan hasil analisis sektor unggulan Kabupaten Wakatobi adalah 1)
Perdagangan, hotel dan restoran dan 2) Jasa-jasa. Berkembangnya kedua sektor
tersebut merupakan indikasi bahwa kegiatan pariwisata, terutama potensi wisata
kelautan mempengaruhi perkembangan kedua sektor tersebut di atas; dan
 Adanya destinasi wisata yang memiliki nilai sejarah, sosial dan budaya meliputi
benteng-benteng bersejarah, kuburan tua, kesenian khas baik itu tarian, kain adat,
maupun upacara adat dan sebagainya yang perlu dilestarikan yang tersebar di hampir
semua pulau.
4. Kondisi Daya Dukung Wilayah
 Keterbatasan sumberdaya lahan, dimana selain besarnya wilayah lautan, wilayah
daratan yang ada-pun sebagian besar relatif tidak terlalu subur karena terdiri dari
struktur batuan dan karang.
 Sumberdaya air sangat terbatas terutama air bersih/air tawar, dimana berdasarkan data
bahwa kapasitas produksi sekitar 130 liter/detik, angka ini hanya cukup untuk melayani
kebutuhan sampai tahun 2025, karena pada tahun 2030kebutuhan air bersih
Kabupaten Wakatobi akan lebih meningkat lagi, sehingga sebelum tahun 2030 harus
diupayakan mencari sumber-sumber air baru untuk mengantisipasi kebutuhan pada
tahun tersebut dan tahuntahun yang akan datang yang terus meningkat sesuai laju
pertumbuhan penduduk.
 Sumberdaya energi listrik sangat terbatas, hal ini dapat diketahui dari pengamatan
lapangan dimana hanya Pulau Wangi-Wangi saja yang layanan listriknya mencapai 24

19
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

jam penuh. Hal ini berbeda sekali dengan pulau-pulau lainnya yang hanya dilayani listrik
sekitar 12 jam.
5. Keterpaduan (integrasi) sektor pariwisata dengan sektor perikanan kelautan dan fungsi
Kabupaten Wakatobi sebagai Taman Nasional Laut Wakatobi (kawasan konservasi).
6. Sistem pengolahan sektor perumahan permukiman dalam memenuhi ketersediaan
pelayanan air bersih, sanitasi (pengelolaan sampah dan air limbah) yang memperhatikan
daya dukung dan karakteristik pulau.

20
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Tabel 2.4. Kajian Isu – Isu Strategis Kabupaten Wakatobi


Peluang
NO Aspek Potensi Masalah Tantangan Pengembangan Lokasi
Pengembangan
FISIK LINGKUNGAN
1 Persampahan DARATAN
 Penanganan sampah di wilayah daratan  Masyarakat masih menggunakan konsep  Mengurangi produksi sampah yang dihasilkan  Program yang terlaksana dan  Pongo
relatif cukup baik. 0,0003 m3 orang/hari. timbun dan bakar untuk mengatasi masalah oleh masyarakat Kabupaten Wakatobi yang telah dijalankan saat ini dapat  Wandoka
Hal ini terkait dengan jumlah timbulan sampah. diperkirakan 706,39 M3/hari. saja menghilang setelah  Mandati
sampah yang masih kecil 0,0003 m3 masa pemerintahan saat ini  Mola Raya
orang/hari. yang masih dapat ditangani  Diperlukan apresiasi oleh pemerintah dan warga bila tidak dilakukan  Tongano Barat
oleh masyakat pada umumnya. Tepapi masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dari sinkronisasi program yang  Tongano Timur
pada kawasan perdagangan seperti pasar budaya pola hidup sehat dan metoda akan berjalan oleh  Bahari (Usuku)
perlu mendapat perhatian. pembuangan sampah dari TPS dan bak sampah pemerintahan berikutnya  Waha Onemai
 Dengan perkembangan kota di masa yang ada dan menjalankan aturan Perda  Tetap menjalankan aturan
datang maka diperlukan suatu sistem sampah dan beberapa keputusan bupati tentang dan anjuran yang telah
persampahan yang baik untuk mengatasi kawasan bebas sampah dan larangan ditetapkan melaui Edukasi,
timbulan sampah dan peningkatan volume membuang sampah dilaut dan waktu membuang penyuluhan, kampanye,
sampah dan peningkatan kapasitas TPA sampah bagi masyarakat sosialisasi, uji
komala  Menciptakan Sistem pengelolaan sampah coba/percontohan sistem 3 R
secara modern sehingga hasil sampah dapat
bernilai ekonomis untuk tahun mendatang .
DIATAS AIR
 Diperlukan suatu mekanisme dan sistem  Masih ada sebagian masyarakat yang  Diperlukan apresiasi oleh pemerintah dan warga  Tetap menjalankan aturan  Mola Raya
penampungan sampah melaui metode dan masih menjadikan laut sebagai halaman masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dari dan anjuran yang telah  Lohoa, Mantogola, Sampela,
teknik pengumpulan sampah diatas air belakang. Dan belum sadar akan larangan budaya pola hidup sehat dan metoda ditetapkan melaui Edukasi, Buranga, Waduri, Kaledupa
sehingga masyarakat yang bermukim membuang sampah dilaut. pembuangan sampah dari TPS dan bak sampah penyuluhan, kampanye,  Lamanggau Onemai Di Tomia.
diatas air tidak membuang sampah dilaut.  Metode pembuangan sampah yang ada dan menjalankan aturan Perda sosialisasi, uji
Ataupun yang menjadi area belakang dipermukiman diatas air dilakukan dengan sampah dan beberapa keputusan bupati tentang coba/percontohan sistem 3 R
rumah masyarakat. menyusun batu diatas air dengan bentuk kawasan bebas sampah dan larangan
lubang dan nantinya ditimbun dapat membuang sampah dilaut dan waktu membuang
merusak lingkungan. sampah bagi masyarakat
PESISIR
 Penanganan sampah di wilayah daratan  Masih ada sebagian masyarakat yang  Diperlukan apresiasi oleh pemerintah dan warga  Tetap menjalankan aturan  Mola Raya, Kapota Raya, Kolo,
relatif cukup baik. 0,0003 m3 orang/hari. masih menjadikan laut sebagai halaman masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dari dan anjuran yang telah Wanci.
Hal ini terkait dengan jumlah timbulan belakang. Dan belum sadar akan larangan budaya pola hidup sehat dan metoda ditetapkan melaui Edukasi,  Langge, Buranga, Laulua,
sampah yang masih kecil 0,0003 m3 membuang sampah dilaut. pembuangan sampah dari TPS dan bak sampah penyuluhan, kampanye, Sombano Mantigola, Peropa,
orang/hari.  Metode pembuangan sampah yang ada dan menjalankan aturan Perda sosialisasi, uji Sampela, Waduri, Buranga,
 Dengan perkembangan kota di masa dipermukiman diatas air dilakukan dengan sampah dan beberapa keputusan bupati tentang coba/percontohan sistem 3 R Ambeua, Sombano, Kaledupa
datang maka diperlukan suatu sistem menyusun batu diatas air dengan bentuk kawasan bebas sampah dan larangan  Waha, Onemai,Patua, Bahari,
persampahan yang baik untuk mengatasi lubang dan nantinya ditimbun dapat membuang sampah dilaut dan waktu membuang Lamanggau Di Tomia.
timbulan sampah dan peningkatan volume merusak lingkungan. sampah bagi masyarakat  Taipabu, Wali, Rukuwa, Popalia
sampah dan peningkatan kapasitas TPA di Binongko
komala

21
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Peluang Tantangan
NO Aspek Potensi Masalah Lokasi
Pengembangan Pengembangan
FISIK LINGKUNGAN
2 Air Minum DARATAN
 Peningkatan sumber air baku melalui upaya  Sistem penyediaan air minum terkendala oleh  Sumber air baru dengan debit air yang kecil,  Alasan efisiensi penggunaan  Pongo
penyediaan air minum yang dapat menyuplai debit air dan sumber air yang berkurang pada sehingga diperlukan intake baru dan sumber- daya listrik PLN dapat  Wandoka
seluruh kota sumber air minum berasal dari musim kemarau sumber air baru serta pembangunan jaringan menghambat kinerja pompa
Air Dalam Goa Wa Gehe-gehe di Kontamale,  Kondisi air minum yang berkapur. perpipaan baru yang ada.  Mandati
tee-bete , mata air goa Kapota dan liya  Sistem perpipaan yang belum melayani  Diperlukan metode dan teknologi terapan pada  Penerapan teknologi masih  Mola
seluruh kota masa yang akan datang dengan memanfaatkan menjadi ide dan gagasan yang  Kaeldupa
 Sumber air goa memerlukan tenaga pengisap aset air laut sebagai sumber air minum dan belum dituangkan dalam
melalui pompanisasi teknologi aerasi untuk menghilangkan kadar kapur aplikasi dilapangan.  Bahari (Usuku)
 Masih banyak jalur pipa yang belum yang terdapat dalam air terlarut  Binongko dan Togo Binongko
tersambung
 Pipa transmisi yang belum seusai kebutuhan
pelanggan

DIATAS AIR
 Nilai air tawar untuk keperluan air minum dan  Upaya menghubungkan pipa transmisi dari  Akses air minum untuk masyarakat diatas air (Bajo)  Menghubungkan transmisi dan  Mola di Wanci.
keperluan lainnya menjadi sangat berharga daratan ke kawasan permukiman diatas air perlu diupayakan solusinya bagi pemerintah daerah. jaringan perpipaan memerlukan  Lohoa, Mantogola, Sampela,
dimasyarakat diatas air. terkendala oleh debit air dan jangkauan Melalui dana APBD ataupun hibah dari sektor biaya dan konstruksi bawah laut Buranga di Kaledupa
 Dominan masyarakat mengambil air dari jaringan yang jauh dan terputus swasta. yang sesuai  Lamanggau Onemai Di
wilayah daratan yang diangkut menggunakan  Sistem perpipan yang teputus dan tidak  Penerapan teknologi masih Tomia.
perahu memiliki Pompa. menjadi ide dan gagasan yang
belum dituangkan dalam
aplikasi dilapangan.

PESISIR
 Peningkatan sumber air baku melalui upaya  Sistem penyediaan air minum terkendala oleh  Sumber air baru dengan debit air yang kecil,  Alasan efisiensi penggunaan  Mola, Kapota, Kolo di
penyediaan air minum yang dapat menyuplai debit air dan sumber air yang berkurang pada sehingga diperlukan intake baru dan daya listrik PLN dapat Wanci.
seluruh kota sumber air minum berasal dari musim kemarau pembangunan jaringan perpipaan baru. menghambat kinerja pompa  Langge, Buranga, Laulua,
Air Dalam Goa Wa Gehe-gehe di Kontamale,  Kondisi air minum yang berkapur.  Mengurangi tingkat salinitas air dan zat kapur yang ada. Sombano Mantogola,
tee-bete , mata air goa Kapota dan liya  Sistem perpipaan yang belum melayani melalui metode dan teknologi terbaru  Penerapan teknologi masih Peropa, Sampela, Waduri,
seluruh kota menjadi ide dan gagasan yang Buranga, Ambeua,
 Sumber air goa memerlukan tenaga pengisap belum dituangkan dalam
Sombano di Kaledupa
melalui pompanisasi aplikasi dilapangan.
 Waha, Onemai,, Patua,
 Masih ada masyarakat yang menggunakan
sumber air minum dari sumur resapan. Bahari, Lamanggau Di
Tomia.
 Taipabu, Wali, Rukuwa,
Popalia di Binongko

22
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Peluang
NO Aspek Potensi Masalah Tantangan Pengembangan Lokasi
Pengembangan
FISIK LINGKUNGAN
3 Permukiman DARATAN
 Dimungkinkannya peningkatan kualitas  Kulaitas lingkungan permukiman yang  Peningkatan Kualitas lingkungan melalui subsidi  Sulitnya mewujudkan  Pongo
lingkungan permukiman dengan berbagai buruk dengan kondisi bangunan yang dan bantuan program yang dapat meningkatkan perbaikan lingkungan pada  Wandoka
program yang dicanangkan oleh dominan dari material kayu memberi kualitas hunian masyarakat Kawasan Permukiman yang  Mandati
pemerintah terkesan buruk dan tidak tertata  Program Peningkatan Kualitas Permukiman dan tidak sesuai dengan  Mola
Program Pembangunan Permukiman Baru. peruntukkan lahannya  Bahari (Usuku
Untuk mengatasi masalah kerusakan suatu sebagai kawasan
kawasan dan kemunduran kualitas bangunan permukiman berdasarkan
dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat RTRW Kabupaten
menurut standar yang berlaku
DIATAS AIR
 Karakater Etnis yang sering bermukim  Etnis Suku Bajo Berkembang Kuat,  Secara Historis menunjukkan bahwa masyarakat  Budaya masyarakat suku bajo  Mola, di Wanci.
mengelompok dan membentuk satu membangun di atas air yang fungsi lebih betah hidup diatas laut. Dan sebagai pusat yang merasa nyaman hidup  Lohoa, Mantogola,
kelompok penduduk., dan selalu berkmpul ruangnya berada di Zona Pemanfaatan kegiatan masyarakat diatas dilaut sehingga sulit Sampela, Buranga di
secara bersama-sama. Ditandai dengan Lokal  Adanya ketidak jelasan menyangkut pengaturan dan enggan untuk pindah dari Kaledupa
banyaknya kawasan yang bermukim  Permukiman diatas Laut sangat Berpotensi Kawasan yang bermukim diatas air. lingkungannya.  Lamanggau Onemai Di
mengelompok baik didaratan maupun sebagai Kawasan Rawan Bencana  Status Penguasaan, dan Kepemilikan maupun  Belum terdapat peraturan Tomia.
bermukim diatas air. Gelombang. perlindungan hukum terhadap hak Lahan diatas yang mengatur secara legal
 Memiliki nilai Jual Wisata dengan Karakter  Adanya indikasi permukiman diatas laut Laut yang diberikan oleh pemerintah belum jelas terhadap permukiman
unik dan masih Tradisional. melakukan Penimbunan area rumah  Adannya kondisi dilematis bagi masyarakat yang penduduk diatas air.
 Permukiman diatas air yang telah lama Penduduk dengan menggunakan material bermukim diatas laut karena tidak memiliki  Tidak adanya penetapan
bermukim secara turun temurun sehingga Koral Laut. kepastian dan belum ada ketentuan hukumnya. batas bidang tanah.
keberadaan mereka juga harus diakui dan  Sampah dapat menyebabkan pencemaran  Kawasan permukiman diatas
terintegrasi dalam satu bagian masyarakat ekosistem dan Buruknya kesehatan air tumbuh menjadi kawasan
Wakatobi. masyarakat slum area dan squter yang
tidak sesuai dengan RTRW.
PESISIR
 Sebagai kawasan pesisir potensi ekonomi  Wilayah pesisir mayoritas dihuni oleh  Secara Historis menunjukkan bahwa masyarakat  Sulitnya mewujudkan  Mola, Kapota, Kolo di
dalam bidang perikanan laut dan tangkat masyarakat berpenghasilan rendah dan lebih betah hidup dekat dengan aktivitas laut perbaikan lingkungan pada Wanci.
serta budidaya rumput laut memberikan kekerabatan keluarga yang dekat satu  Adanya ketidak jelasan menyangkut pengaturan Kawasan Permukiman yang  Langge, Buranga, Laulua,
sumbangsi positif bagi peningkatan taraf sama lain Kawasan. tidak sesuai dengan Sombano Mantogola,
ekonomi masyarakat  Penghasilan masyarakat belum dapat  Kualitas permukiman di Kawasan pesisir peruntukkan lahannya Peropa, Sampela, Waduri,
 karakter melaut masyarakat yang masih menopang penghidupan secara utuh dikategorikan semi permanen dengan konsep sebagai kawasan Buranga, Ambeua,
tradisional dan ramah Lingk. merupakan  Pola hidup yang kurang sehat memberikan rumah panggung dan rumah biasa dari kalangan permukiman berdasarkan Sombano di Kaledupa
asset kearifan local yang masih terjaga dampak buruk bagi lingkungan. masyarakat berpenghasilan RTRW Kabupaten  Waha, Onemai,, Patua,
 Pola kehidupan masyarakat yang unik  Kurangnya wadah bagi masyarakat untuk  Kerjasama dan sinkronisasi Bahari, Lamanggau Di
menjual hasil perikanan kawasan antara pemerintah Tomia.
dan badan konservasi tentang  Taipabu, Wali, Rukuwa,
batas dan kelayakan Popalia di Binongko
pemanfaatan ruang pesisir.

23
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Peluang
NO Aspek Potensi Masalah Tantangan Pengembangan Lokasi
Pengembangan
FISIK LINGKUNGAN
4 Sanitasi dan DARATAN
Drainase  Armada Angkutan Sampah saat ini  Tidak Memiliki Jaringan Drainase  Peningkatan jumlah Armada dan pengangkutan  Mewujudkan kawasan hunian  Pongo
berjumlah 2 unit untuk mengangkut sampah  Drainase tidak menerus dan volume agar jumlah sampah yang terangkut dapat dan lingkungan yang sehat  Wandoka
kota jaringan tidak sama diwujudkan pada tahun mendatang sangat tergantung dari upaya  Mandati
 Pembangunan Kawasan TPA melalui  Ukuran saluran kecil dan sedimen besar  Pembangunan kawasan TPA memerlukan biaya pemerintah untuk  Mola
Konsep cotroling landfill di Komala dengan  Masalah elevasi saluran yang menyebabkan yang tidak sedikit mewujudkannya dan tentunya  Bahari (Usuku
luas kawasan TPA ± 3 Ha, berpotensi air tidak mengalir  Pembangunan instalasi Pengolahan Air Limbah diperlukan kerjasama
beroperasi sampai beberapaTahun kedepan  Sisterm pengolahan limbah langsung diharapkan dapat mengurangi beban masyarakat dalam menjaga
 Dimungkinkan perncanaan dan dibuang kelingkungan sekitar dan tidak pencemaran dipesisir pantai nantinya dan memelihara kualitas
pembangunan drainase baru baik itu melaui diolah  Peningkatan jaringan dan utilitas kawasan lingkungannya dan budaya
perbaikan dan meningkatkan kualitas diharapkan dapat memberikan dampak positif hidup sehat
jaringan dan sanitasi yang baik bagi bagi kawasan permukiman  Menumbuhkan Kesadaran
masyarakat masyarakat dalam menjaga
lingkungan
DIATAS AIR
  Sanitasi Buruk dan langsung kelaut  Sosialisasi dan edukasi sangat tergantung dari  Mewujudkan kawasan hunian  Mola, di Wanci.
 MCK langsung Kelaut keinginan masyarakat untuk berubah dari pola dan lingkungan yang sehat  Lohoa, Mantogola,
 Budaya hidup sehat belum terlihat hidup tidak sehat menuju pola budaya hidup sangat tergantung dari upaya Sampela, Buranga di
sehat pemerintah dan kerjasama Kaledupa
masyarakat dalam menjaga  Lamanggau Onemai Di
dan memelihara kualitas Tomia.
lingkungannya dan budaya
hidup sehat
PESISIR
 Dimungkinkan perncanaan dan  Reklamasi pantai masih dilakukan secara  Sosialisasi dan edukasi sangat tergantung dari  Mewujudkan kawasan hunian  Mola, Kapota, Kolo di
pembangunan drainase baru baik itu tradisional pada kawasan pesisir. keinginan masyarakat untuk berubah dari pola dan lingkungan yang sehat Wanci.
melaui perbaikan dan meningkatkan  Sanitasi Buruk dan langsung kelaut hidup tidak sehat menuju pola hidup sehat sangat tergantung dari upaya  Langge, Buranga, Laulua,
kualitas jaringan dan sanitasi yang baik  MCK langsung Kelaut pemerintah kerjasama Sombano Mantogola,
bagi masyarakat.  Budaya hidup sehat belum terlihat masyarakat Peropa, Sampela, Waduri,
 Menumbuhkan Kesadaran Buranga, Ambeua,
masyarakat dalam menjaga Sombano di Kaledupa
lingkungan  Waha, Onemai,, Patua,
Bahari, Lamanggau Di
Tomia.
 Taipabu, Wali, Rukuwa,
Popalia di Binongko

24
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

Peluang
NO Aspek Potensi Masalah Tantangan Pengembangan Lokasi
Pengembangan
FISIK LINGKUNGAN
6 Penataan Bangunan DARATAN
dan Lingkungan  Rencana Pengembangan Kawasan  Akses untuk kendaraan kebakaran masih  Menciptakan wajah dan entitas bangunan dan  Mewujudkan produk dan  Pongo
sebagai Kawasaninti pengembangan perlu dipertimbangkan terutama pada ruas lingkungan kawasan yang mendukung perda dokement rencana tata  Wandoka
destinasi wisata (pintu masuk) Kabupaten utama jalan dan akses jalan utama dengan bangunan gedung dengan karakter bangunan bangunan dan lingkungan  Mandati
Wakatobi ROW yang terbatas. masyarakat lokal yang unik yang telah ada agar sesuai  Mola
 Penataan Bangunan dan Lingkungan  Belum adanya Hidrant Kebakaran untuk  Memanfaatkan sumber daya dan potensi wisata dengan tematik kawasan dan  Bahari (Usuku
Melalui kegiatan revitalisasi kawasan dan menanggulangi kejadian kebakaran yang ada untuk dapat dikembangkan sebagai kesesuaian dengan arahan
rencana tindak penataan kawasan yang  Sarana bermain dan Ruang Terbuka Hijau aset ruang terbuka puplik dan memberikan tata ruang.
dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi sebagai media untuk saling berinteraksi wajah baru kawasan.
dan tempat wisata tepian pantai bagi dan meningkatkan vitalitas ekonomi
masyarakat. kawasan belum terlihat.
 Penataan bangunan dan lingkungan dapat
berfungsi sebagai panduan rancangan
bangun suatu kawasan yang sesuai
dengan perkembangan kota
DIATAS AIR
 Aset permukiman dan lingkungan kawasan  Kulaitas bangunan dan lingkungan yang  Diperlukan kerjasama dan penelitan mendalam  Menciptakan keharmonisan  Mola di Wanci.
diatas air dapat menjadi salah satu kearifan buruk dan tipologi bangunan yang tentang permukiman diatas air baik struktur, antara kearifan lokal  Lohoa, Mantogola,
lokal masyarakat yang telah lama ada mengurangi nilai estetika kawasan pola, dan bentukan wujud bangunan yang telah masyarakat yang bermukim Sampela, Buranga di
dikabupaten Wakatobi dan destinasi wisata  Kelengkapan infrastrukur penanggulangan lama ada di kawasan permukiman diatas air diatas air dengan prduk tata Kaledupa
yang unik kebakaran belum ada dan minimnya sebagai kearifan lokal masyarakat ruang yang ada untuk  Lamanggau Onemai Di
ketersediaan ruang terbuka sebagai media mewujudkan tata bangunan Tomia.
interaksi masyarakat dan lingkungan yang baik
PESISIR
 Adanya rencana penataan Waterfront city  Belum adanya Hidrant Kebakaran untuk  Aset tepian pantai belum dioptimalkan sebagai  Realisiasi dan tindak lanjut  Mola, Kapota, Kolo di
melalui produk dokument RTBL dimana menanggulangi kejadian kebakaran penunjang kegiatan masyarakat melalui media dari kegiatan penataan dan Wanci.
kawasan pesisir menjadi pintu masuk  Sarana bermain dan Ruang Terbuka Hijau Pariwisata dan sarana rekreasi. pengaturan bangunan dan  Langge, Buranga, Laulua,
utama dari laut. sebagai media untuk saling berinteraksi  Pengelolaan kawasan pesisir belum optimal lingkungan belum nampak Sombano Mantogola,
 Penataan Bangunan dan lingkungan dan meningkatkan vitalitas ekonomi dalam medukung dan menopang pertumbuhan sebagai kebutuhan yang perlu Peropa, Sampela, Waduri,
melalui kegiatan penyusunan RTBL kawasan belum terlihat. kawasan terutama penyeidaan RTH, Buranga, Ambeua,
kawasan Pesisir pantai yang dapat menjadi ruang publik bagi masyarakat Sombano di Kaledupa
RTH Kawasan dan area wisata lainnya yang  Waha, Onemai,, Patua,
 Dimungkinkannya kegiatan penataan dapat memacu pertumbuhan Bahari, Lamanggau Di
kawasan pesisir untuk menciptakan sektor ekonomi kawasan Tomia.
lingkungan yang tertata dan berkualitas  Taipabu, Wali, Rukuwa,
dapat dilakukan melalui kerjasama antara Popalia di Binongko
Pemda dan pemerintah Provinsi dan pusat
Sumber : Dokumen RP2KP Kabupaten Wakatobi

25
RENCANA PENGEMBANGAN INVESTASI JANGKA MENEGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN WAKATOBI

26

You might also like