Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

AGERATUM CONYZOIDES L.

(PEMANFAATAN SEBAGAI OBAT DAN BIOAKTIVITASNYA)


Marina Silalahi
marina.silalahi@uki.ac.id
Universitas Kristen Indonesia

ABSTRACT

Ageratum conyzoides or badotan is a wild plants which uses as


traditional medicine. This plant has a distinctive aroma similar to "the smell of
goats" so it is called "goatweed". This article aims to explain the use of A.
conyzoides as a drug and its bioactivity. The writing of this article is based on
the study of literature obtained online and offline including various scientific
articles then reviewed and synthesized so as to provide comprehensive
information regarding the use of A. conyzoides as traditional medicine. In
traditional medicine, Ageratum conyzoides is used as medicine for wounds,
ulcers, and fever. Ageratum conyzoides have secondary metabolites such as
terpenoids, flavonoids, steroids, terpenes, saponins, fatty acids, and
alkaloids, with the main compounds stigmasterol and β-sitosterol. Bioactivity
of A. conyzoides are antihistamine, antimicrobial, antiplasmodial,
cytoprotective, analgesic, antioxidant and anti diabetes mellitus.

Keywords: Ageratum conyzoides, antimicrobial, β-sitosterol, cytoprotective,


analgesic.

ABSTRAK

Ageratum conyzoides atau badotan merupakan salah satu tumbuhan liar


yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tumbuhan ini memiliki
aroma khas mirip dengan “bau kambing” sehingga disebut juga sebagai
“goatweed”. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pemanfaatan A.
conyzoides sebagai obat dan bioaktivitasnya. Penulisan artikel ini didasarkan
pada kajian literatur yang diperoleh secara online maupun offline meliputi
berbagai artikel ilmiah kemudian dikaji dan disintesakan sehingga
memberikan informasi yang kompehensif mengenai pemanfaatan A.
conyzoides sebagai obat tradisional. Dalam pengobatan tradisional Ageratum
conyzoides dimanfaatkan sebagai obat luka, bisul, dan demam. Ageratum
conyzoides mengandung metabolit sekunder dari golongan terpenoid,
flavonoid, steroid, terpen, senyawa, saponin, asam lemak, dan alkaloid,
dengan senyawa utama stigmasterol dan β‐sitosterol. Bioaktivitas yang

197
Silalahi, Ageratum Conyzoides l. (Pemanfaatan sebagai Obat dan
Bioaktivitasnya)

dimiliki oleh A. conyzoides antara lain sebagai anti histamin, antimikroba,


antiplasmodial, sitoprotektif, analgesik, antioksidan dan anti diabetes mellitus.

Kata Kunci : Ageratum conyzoides, antimikroba, β‐sitosterol, sitoprotektif,


analgesik.

PENDAHULUAN lingkungan sekitar, namun disisi


Pemanfaatan tumbuhan lain perdagangan tersebut menjadi
sebagai obat tradisonal maupun salah satu sumber mata
sebagai obat alternatif semakin pencaharian sekaligus
diminati seiring meningkatnya mewarisankan pegetahuan lokal.
paradigma untuk kembali ke bahan Ageratum conyzoides
alam. Secara umum diyakini merupakan salah satu tumbuhan
bahwa pemanfaatan tumbuhan liar yang banyak dimanfaatkan
sebagai obat relatif lebih aman sebagai obat tradisional oleh
dibandingkan dengan obat sintesis. berbagai etnis di Indonesia
Hal ini salah satu faktor yang maupun di negara lain. Di
mendorong penelitian tumbuhan Indonesia, A. conyzoides mudah
obat semakin menarik untuk dikaji ditemukan pada lahan terganggu
dari berbagai aspek. Metode yang baik di pekarangan maupun kebun.
dikembangkan untuk mengetahui Oleh etnis Batak, A. conyzoides
khasiat tumbuhan studi dimanfaakan sebagai obat untuk
etnomedisin atau etnobotani, mengatasi bisul dan obat demam
bioessay, dan purifikasi senyawa (Silalahi 2014). Secara empirik
bioaktif. terlihat bahwa A. conyzoides
Peningkatan kebutuhan memiliki dua variasi bunga pita
tumbuhan obat baik oleh industri yaitu putih dan ungu, serta memiliki
farmasi maupun untuk kebutuhan memiliki bau khas yang mirip
sendiri juga terdeteksi dari lahirnya dengan bau kambing sehingga
perdagangan tumbuhan obat baik namanya juga disebut sebagai
tumbuhan hasil budidaya maupun tumbuhan goatweed (Bosi et al.
tumbuhan liar. Kohler dan 2013).
Baghdadi-Sabeti (2011) Pemanfaatan A. conyzoides
menyatakan bahwa pasar menjual sebagai obat telah banyak
tumbuhan obat sebesar 5-18% dilaporkan, namun kajian yang
pertahun. Silalahi et al. (2015) menghubungkan antara
melaporkan sebanyak 245 pemanfaatan dengan
tumbuhan obat tradisional bioaktivitasnya masih terbatas.
diperjualbelikan di pasar tradisonal Artikel ini menjadi salah satu
Kabanjahe Sumatera Utara, yang sumber untuk pemanfaatan dan
digunakan sebagai bahan baku rospek pengembangan A.
berbagai ramuan obat tradisional di

198
JDP Volume 11, Nomor 3, November 2018: 197-209

conyzoides sebagai obat masyarakat lokal Indonesia A.


tradisional maupun obat modern. conyzoides memiliki nama lokal
antara lain badotan, rumput tahi
METODE PENELITIAN babi (Jambi), rumput Belanda
Penulisan artikel ini (Bengkulu), jukut bau, ki bau
didasarkan pada kajian lietratur (Sunda), wedusan, tempuyak
yang diperoleh secara online (Jawa), dus bedusan (Madura),
maupun offline meliputi berbagai empedu tanah (Kalimantan
artikel ilmiah kemudian dikaji dan Tengah), mbora (Kalimantan
disinteasakan sehingga meberikan Timur), buyuk-buyuk (Manado),
informasi yang kompehensif. tada-tada (Sulawesi Tengah)
(Achmad et al. 2009), siangur
PEMBAHASAN (Batak Angkola-Mandailing), sibau-
bau (Batak Toba) (Silalahi 2014).
BOTANI Ageratum conyzoides L. Ageratum conyzoides memiliki
Ageratum conyzoides sinonim denga A. album Stend; A.
merupakan salah satu spesies caeruleum Hort. ex. Poir.; A.
yang termasuk dalam famili coeruleum Desf.; A. cordifolium
Asteraceae atau yang dikenal juga Roxb.; A. hirsutum Lam.; A. humile
sebagai sembung-sembungan. Salisb.; A. latifolium Car.; A.
Asteraceae terdiri dari sekitar 1100 maritimum H.B.K.; A. mexicanum
genus (Conqruist 1991) hingga Sims.; A. obtusifolium Lam.; A.
1500 genus (Souza and Lorenzi, odoratum Vilm. and Cacalia
2012) dengan jumlah spesies mentrasto Vell. (Jaccoud 1961).
sekitar 20.000 (Conqruist 1991) – Ageratum conyzoides
25.000 spesies (Souza and Lorenzi memiliki bau khas yang mirip
2012) yang tersebar terutama di dengan “bau kambing” sehingga
daerah subtropika dan berimklim namanya juga disebut sebagai
sedang. Genus utama terdiri dari tumbuhan goatweed (Bosi et al.
Senecio memiliki sekitar 1500 2013; Santos et al. 2016). Bau
spesies, Vernonia terdiri dari tersebut diduga berasal dari
sekitar 900 spesies, sedangkan jaringan sekretoris yang terdapat di
Ageratum diperkirakan hanya berbagai organ terutama tangkai
terdiri dari 30 speseis (Conqruist dan helain daun A. conyzoides
1991; de Padua 1999). Genus (Santos et al. 2016). Trikoma non-
Ageratum diperkirakan memiliki glandular terdapat pada batang
sekitar 30 species (Okunade, dan tangkai daun sedangkan
2002), salah satu spesiesnya trikoma glandular hanya ada pada
Ageratum conyzoides. helaian daun (Santos et al. 2016).
Ageratum conyzoides Tanaman ini mudah ditemukan di
merupakan salah satu tumbuhan daerah tropis seperti Afrika, Asia
liar dimanfaatkan oleh berbagai dan Amerika Selatan.
etnis sebagai obat tradisional. Oleh

199
Silalahi, Ageratum Conyzoides l. (Pemanfaatan sebagai Obat dan
Bioaktivitasnya)

Gambar 1. Ageratum conyzoides L. atau badotan. Kiri. Berbunga putih;


Kanan. Berbunga ungu

Gambar 2. Ageratum conyzoides L. (A) Habitus tanaman; (B) akar (ro); (C)
daun (le), permukaan bawah daun (ab) permukaan (ad); (D) Bunga (flo); (E)
Batang (ste); daun (le) (Santos et al. 2016).

200
JDP Volume 11, Nomor 3, November 2018: 197-209

A B

Gambar 3. Struktur anataomi dari A. conyzoides. A. trikoma yang tidak


berkelenjar. B. sayatan melintang dari batang. Non-glandular trichomes (ngt),
epiermis (ep) collenchyma (co)), endodermis (end), phloem (ph), xylem (xy)
parenchyma (pa) (Santos et al. 2016).

SENYAWA BIOAKTIF yang terganggu seperti pekaragan,


Tumbuhan menghasilkan pinggir jalan, dan kebun. Secara
berbagai metabolit sekunder empirik terlihat A. conyzoides yang
maupun primer yang dapat ada di Indonesia memiliki dua
dimanfaatkan manusia untuk variasi bunga yaitu bunga putih
berbagai tujuan termasuk dalam dan bunga ungu yang diduga
bidang kesehatan atau memiliki perbedaan kandungan
pengobatan. Metabolit sekunder metabolit sekundernya. Ageratum
yang dihasilkan tumbuhan conyzoides mengandung metabolit
terutama dimanfaatkan untuk obat, antara lain: terpenoid, dan
pewarna, dan insektisida. Dalam flavonoid (Bosi et al. 2013), steroid,
bidang pengobatan manusia lebih terpen, senyawa, saponin, asam
banyak memanfaatkan metabolit lemak (Kamboj and Saluja 2011),
sekunder. Metabolit sekunder dan alkaloid (Bosi et al. 2013;
merupakan metabolit yang Kamboj and Saluja 2011).
dihasilkan dari proses metabolisme Kandungan utama dari A.
sekunder, yang dapat conyzoides adalah stigmasterol
memanfaatkan senyawa antara dan β‐sitosterol (Kamboj and
dari metabolisme primer sebagai Saluja 2011), dan pyrrolizidine
prekusor (Taiz dan Zeiger 2006). alkaloid (Bosi et al. 2013). Ekstrak
Metabolit sekunder sebagai salah air A. conyzoides mengandung:
satu bentuk pertahanan terhadap lycopsamine, dihydro-lycopsamine,
cekaman lingkungan termasuk A. acetyl-lycopsamine, lycopsamine
conyzoides. N-oxide, dihydro-lycopsamine N-
Bagi masyarakat lokal oxide, acetyl-lycopsamine N-oxide,
Indonesia A. conyzoides dikenal eupalestin, 5'-methoxynobiletin,
sebagai salah satu gulma yang demethoxyencecalol, encecalol, 2-
mudah ditemukan pada lingkungan hydroxydihydrocinnamic acid, 2,2-

201
Silalahi, Ageratum Conyzoides l. (Pemanfaatan sebagai Obat dan
Bioaktivitasnya)

dimethylchromane, 3,4- (Diallo et al. 2010), luka bakar, luka


dihydroprecocene II, 3’-hydroxy- yang memiliki aktivitas sebagai
5,6,7,8,4’,5’-hexamethoxyflavone, antimikroba dan berbagai penyakit
linderoflavone B, coumarin, infeksi bakteri, arthrosis, sakit
precocene II, 5,6,7,3',4',5'- kepala dan dyspnea, pneumonia,
hexamethoxyflavone, analgesik, anti-inflammatori, anti-
ageconyflavone C (Bosi et al. asthmatic, anti-spasmodic dan efek
2013). Lycopsamine dan N-oxide hemostatik, penyakit perut,
dari ekstrak A. conyzoides memiliki penyakit ginekologi, lepra dan
aktivitas sebagai hepatotoxins dan penyakit kulit lainnya (Kamboj and
tumorigens, sedangkan Saluja 2008). Walaupun A.
pyrrolizidine alkaloid merupakan conyzoides digunakan secara
senyawa toksin (Bosi et al. 2013). tradisional untuk mengatsai
Nour et al. (2010) melaporkan berbagai jenis penyakit, namun
kandungan flavonoid yang terdapat yang telah diuji secara ilmiah
pada ekstrak metanol A. antara lain: obat asam, obat
conyzoides antara lain 5,6,7,8,5- diabetes mellitus, antioksidan, anti
pentamethoxy-3; 4- mikroba, sitoprotektif, analgesik,
methylenedioxyflavone antiplasmodial, dan obat luka.
(eupalestin); 5,6,7,5-tetramethoxy- OBAT ASMA
3,4-methylenedioxyflavone; Asma merupakan salah satu
5,6,7,8,3,4,5-heptamethoxyflavone penyakit yang diakibatkan
(5-methoxynobiletine); 5,6,7,3,4,5- gannguan pernafasan, yang
hexamethoxyflavone; dan 4- mengakibatkan penderita sulit
hydroxy-5,6,7,3,5- bernapas karena adanya
pentamethoxyflavone penyempitan saluran pernafasan.
(ageconyflavone C). Secara empirik terlihat bahwa obat
yang digunakan untuk penderita
MANFAAT Ageratum conyzoides asma adalah anti histamin.
Ageratum conyzoides telah Pemanfatan A. conyzoides sebagai
lama dimanfaatkan sebagai obat obat asma karena dapat
maupun sebagai insektisida, menginduksi relaksasi trakea telah
namun kajian pada artikel ini lebih dilaporkan oleh Achola dan
difokuskan pemanfaatannya Munenge (1998). Ektraks A.
sebagai obat. Penelitian tumbuhan conyzoides memiliki aktivitas untuk
obat terus dilakukan untuk mecari melawan aktivitas 5-
alternatif dalam pengobatan. hydroxytryptamine (5-HT) dan
Berdasarkan studi etnobonatani A. histamin yang diisolasi dari trakea
conyzoides dimanfaatkan sebagai dan menghamabat aktivitas 5-HT
obat penyakit kulit, gangguan sebesar 79% dan histamin sebesar
mental, penyakit infeksi (Okunade 86% (Achola and Munenge 1998).
2002), agen pencuci perut, ANTI MIKROBA
antipiretik, anti-ulkus, dan luka

202
JDP Volume 11, Nomor 3, November 2018: 197-209

Berbagai penyakit dikaitkan vincristin sulfat. Penyelidikan saat


dengan infeksi mikroba yang ini menunjukkan bahwa A.
bersifat patogen maupun yang conyzoides memiliki sifat
menyebabkan keracnan makanan. antioksidan dan sitotoksik yang
Pertumbuhan mikroba dihambat luar biasa (Nasrin et al. 2013).
dengan cara merusak komponen OBAT LUKA
sel mikroba atau menghambat Berbagai aktivitas manusia
sintesa DNA. Hasil penelitian mengakibatkanya luka pada kulit
menunjukkan bahwa A. conyzoides dan merupakan salah satu jalan
menghambat pertumbuhan masuk berbagai mikroba patogen
Staphylococcus aureus (Akinyemi terhadap luka. Hasil penelitian
et al. 2005). Minimum inhibition menunjukkan bahwa ekstrak A.
concentration dari ekstrak air dan conyzoides memiliki aktivitas
etanol dari A. conyzoides sebesar sebagai anti luka, karena
55,4 - 71,0 mcg/ml terhadap merangsang pembentukan jaringan
Staphylococcus aureus (Akinyemi ikat berupa jaringan fibroblas.
et al. 2005). Ekstrak metanol dari A. conyzoides
ANTIOKSIDAN diberikan pada sebayak 20 hewan
Senyawa yang digunakan percobaan dibagi menjadi dua
atau berpotensi sebagai kelompok sebagai kontrol dan
antioksidan merupakan senyawa percobaan. Setiap hewan diberi
yang menghambat radikal bebas. luka seluas 2cm x 2cm pada kulit
Potensi sebagai antioksidan dari disisi kanan dorsoventral.
ekstrak metanol batang Ageratum Peningkatan yang signifikan dalam
conyzoides diukur dengan persentase kontraksi luka pada
menggunakan aktivitas DPPH hari ke-10 pada kelompok
scavenging, mengurangi eksperimen dibandingkan dengan
kemampuan, kapasitas antioksidan kontrol (82,3 ± 1,6% vs 55,0 ±
total serta total fenolik. Persentase 4,2%) (Oladejo et al. 2003).
(%) pembilasan DPPH radikal Ekstrak akar A. conyzoides
bebas dari ekstrak ditemukan memiliki aktivitas untuk
konsentrasi tergantung dengan penyembuhan luka (Sachin et al.
nilai IC50 46,01 ± 2,23 μg/ml 2009), namum poliherbal yang
sedangkan nilai IC50 asam terdiri dari A. conyzoides, Ficus
askorbat standar ditemukan religiosa, Curcuma longa and
menjadi 29,56 ± 0,11 μg/ml. Daya Tamarindus indica, memiliki
reduksi antioksidan ditemukan aktiviats yang lebih tinggi
tergantung konsentrasi. dibandingkan dengan ekstrak
Sitotoksisitas yang ditunjukkan tunggal A. conyzoides pada tikus
oleh antioksidan ditemukan (Sachin et al. 2009). Ageratum
menjanjikan dengan nilai LC50 conyzoides mengandung senyawa
1,32 μg/ml, dibandingkan dengan bioaktif berupa pyrrolizidine
nilai LC50 (0,689 μg/ml) dari alkaloids dan polymethoxyflavones

203
Silalahi, Ageratum Conyzoides l. (Pemanfaatan sebagai Obat dan
Bioaktivitasnya)

(Galati et al. 2001). Flavonoid pada tikus berpuasa normal


menunjukkan aktivitas anti- (Nyunaï et al. 2009). Hal yang
inflamasi (Galati et al. 2001). hampir sama juga dilaporkan oleh
OBAT DIABETES MELLITUS (Agunbiade et al. 2012) bahwa
Secara umum tumbuhan hewan diabetes yang diinduksi
yang digunakan oleh masyarakat aloksan diberikan 500 mg/kg berat
lokal sebagai obat diabetes badan ekstrak air dari A.
mellitus merupakan tumbuhan conyzoides dan glibenclamide
yang memiliki rasa pahit (Silalahi sebagai agen referensi
2015a). Hal tersebut didasarkan hipoglikemik. Ekstrak air dari A.
bahwa diabetes mellitus mellitus conyzoides mengurangi glukosa
dihubungkan dengan kelebihan darah puasa hewan percobaan
kadar “gula” di dalam tubuh, oleh sebesar 39,1% (Agunbiade et al.
karena itu dibutuhkan senyawa 2012).
pahit untuk menetralkannya. Pemberian ekstrak daun A.
Walaupun demikian tidak semua conyzoides hingga 5000 mg/kg
tumbuhan yang memiliki bersifat diberikan kepada tikus Wistar dan
anti diabetes (de Padua et al. kemudian diamati secara individual
1999). Wiryodidagdo et al. (2000) 1 jam setelah pemberian dosis,
menyatakan bahwa tumbuhan dan setidaknya sekali sehari
utama berkhasiat sebagai obat selama 14 hari. Hasil penelitian
penyakit diabetes mellitus menunjukkan bahwa hingga dosis
merupakan tumbuhan yang batas 5000 mg/kg ekstrak daun A.
menghasilkan senyawa yang conyzoides tidak menyebabkan
mampu menekan atau kematian atau tanda-tanda
merangsang kerja kelenjar toksisitas akut pada tikus diuji
endokrin, sehingga dapat selama periode observasi. Hal
memengaruhi produksi hormon tersebut menunjukkan bahwa
dan mengubah proses fisiologi ekstrak hidroalkohol A. conyzoides
organ tubuh. relatif aman ketika diberikan secara
Ekstrak air A. conyzoides oral pada tikus (Diallo et al. 2010).
telah terbukti memiliki sifat Uji bioasai dilakukan pada tikus
hipoglikemik dan anti hiperglikemik diabetes yang disebabkan oleh
pada tikus percobaan. Tikus yang streptozotocin (STZ). Essensial oil
diuji diberi ekstrak air dari A. dari A. conyzoides memiliki potensi
conyzoides pada dosis 100, 200, anti hiperglikemik dan
dan 300 mg/kg menunjukkan mengandung lebih dari satu
signifikan secara statistik senyawa anti hiperglikemik dengan
menunjukkan aktivitas hipoglikemik karakteristik kimia dan mekanisme
dan antihiperglikemik. Untuk tes aksi yang berbeda (Nyunaï et al.
toleransi glukosa oral, hanya dosis 2010).
100 mg/kg dilemahkan secara SITOPROTEKTIF
signifikan kenaikan glukosa darah

204
JDP Volume 11, Nomor 3, November 2018: 197-209

Berbagai makanan dan daerah tropis termasuk Indonesia.


minuman yang dikosumsi dapat Kina (Chinchona ledgeriana) yang
berdampak negatif terhadap menghasilkan kuinin merupakan
jaringan lambung terutama alkohol. tumbuhan yang telah lama dikenal
Mahmood et al. (2005) sebagai obat malaria (Ukwe et al.
menyatakan bahwa ekstrak air 2010). Berbagai fakta
daun A. conyzoides memiliki menunjukkan bahwa Plasmodium
aktivitas sebagai sitoprotektif meningkatkan resistensinya
(perlindungan sel) untuk melawan terhadap berbagai senyawa kimia
lesi lambung yang diinduksi alkohol anti malaria. Untuk itu penelitian
pada tikus. Empat kelompok tikus tumbuhan sebagai anti malaria
Sprague Dawley jantan yang terus dilakukan termasuk A.
masing masing enam ekor hewan conyzoides. Silalahi (2014)
yaitu kelompok I diberi dengan menyatakan bahwa etnis Batak
fosfat buffer saline 5mL/kg sebagai Sumatera Utara juga memanfatkan
kontrol dan kelompok II dan III tumbuhan yang sangat pahit untuk
diberi dengan 250 mg/kg dan 500 mengatasi malaria termasuk di
mg/kg ekstrak A. conyzoides (5 dalamnya A. conyzoides. Daun A.
mL/kg) secara berturut-turut, conyzoides yang diesktrak dengan
sedangkan kelompok IV diberi menggunakan air, metanol dan n-
dengan cimitide 50 mg/kg sebagai hexana memiliki aktivitas sebagai
referensi. Secara maksroskopis antiplasmodial sehingga dapat
pemberian etanol mengakibatkan digunakan sebagi obat malaria.
lesi hemorrhagic pada jaringan Aktivitas anti plasmodial dari
mukosa lambung, sebaliknya ekstrak air dan metanol secara in-
dengan pemberian 250-500 mg/kg vivo diuji pada tikus yang terinfeksi
ektrak air dan cimitidine secara Plasmodium berghei selama 4 hari.
signifikan menurunkan lesi Semua ekstrak A. conyzoides
lambung dibandingkan dengan menunjukkan aktivitas
kontrol. Secara mikroskopis antiplasmodial yang signifikan (p
pemberian ekstrak air A. <0,05), namun efektivitasnya
conyzoides dan cimitidine tergantung dosis (Ukwe et al.
menunjukkan penghambatan lesi 2010).
lambung dan ditandai dengan OBAT PENYAKIT TIDUR
reduksi edema submukosa Penyakit tidur merupakan
dibandingkan dengan kontrol salah satu panyakit yang
(Mahmood et al. 2005). disebabkan oleh protozoa dari
ANTIPLASMODIAL golongan Trypanosoma. Ekstrak
Malaria merupakan salah diklorometana A. conyzoides
satu penyakit menular yang menunjukkan aktivitas (IC50 = 0,78
disebabkan oleh Plasmodium spp. µg/ mL) terhadap bentuk aliran
dengan perantraaan nyamuk, darah Trypanosoma brucei
umumnya banyak ditemukan di rhodesiense (agen penyakit tidur di

205
Silalahi, Ageratum Conyzoides l. (Pemanfaatan sebagai Obat dan
Bioaktivitasnya)

Afrika Timur). Ekstrak ini juga conyzoides memblok


menunjukkan aktivitas nyata nerromuscular (Achola and
terhadap Leishmania donovani Munenge 1997). Ekstrak A.
(IC50 = 3,4 µg/mL) serta conyzoides memiliki aktivitas
Plasmodium falciparum (Malaria memblokir saluran kalsium mirip
tropica IC50 = 8,0 µg/mL) (Nour et dengan verapamil (Achola and
al. 2010). Munenge 1997).
ANALGESIK
Senyawa analgesik merupakan KESIMPULAN
senyawa yang berfungsi untuk 1. Ageratum conyzoides
mengurangi rasa sakit. mengandung metabolit sekunder
Pemanfaatan A. conyzoides dari golongan terpenoid,
sebagai analgesik telah dilaporkan flavonoid, steroid, terpen,
oleh (Rahman et al. 2012). Ekstrak senyawa, saponin, asam lemak,
alkohol daun A. conyzoides dan dan alkaloid, dengan senyawa
Emilia sonchifolia memiliki aktivitas utama stigmasterol dan β‐sitosterol
untuk mengurangi rasa sakit, 2. Ageratum conyzoides dalam
namun responnya tergantung pengobatan tradisonal
dosis. Ekstrak alkohol dari daun A. dimanfaatkan sebagai obat luka,
conyzoides memiliki kemampuan bisul, dan demam. Bioaktivitas
mengurangi rasa sakit yang lebih yang dimiliki oleh A. conyzoides
tinggi dibandingkan dengan Emilia antara lain sebagai anti
sonchifolia yaitu sebesar 49,85% histamin, antimikroba,
dan 39,47%. Efek ekstrak A. antiplasmodial, sitoprotektif,
conyzoides memiliki efek yang analgesik, antioksidan dan anti
signifikan (P <0,05) untuk diabetes mellitus.
mengurangi rasa sakit ACUAN PUSTAKA
dibandingkan natrium diklofenak
Achmad, S.J., Syah, Y.M., Hakim,
(40 mg/kg). Ekstrak A. conyzoides
E.H., Juliawaty, L.D., Makmur,
mengurangi rasa sakit sebesar
L., & Mujahidin, D. (2008). Ilmu
35,48% pada rasa nyeri yang
Kimia dan Kegunaan Tumbuh-
diinduksi dengan formalin 2,0 g/kg
Tumbuhan Obat Indonesia.
dan dengan morfin (0,5 mg/kg)
Institut Teknologi Bandung,
(Rahman et al. 2012). Ekstrak A.
Bandung, viii + 350 hlm.
conyzoides mengandung metabolit
Achola, K.J. & Munenge, R.W.
sekunder khususnya flavonoid
(1998). Bronchodilating and
(Moreira et al. 2007) memiliki
uterine activities of Ageratum
aktivitas sebagai analgesik dengan
conyzoides extract.
target utama prostaglandins
Pharmaceutical Biology 36(2):
(Rajnarayana et al. 2001).
93-96.
Kemampuan untuk mengurangi
Adebayo, A.H., Zeng, G.Z., Zhang,
rasa sakit diduga berhubungan
Y.M., Ji, C.J., Akindahunsi,
dengan kemampuan ekstrak A.

206
JDP Volume 11, Nomor 3, November 2018: 197-209

A.A., & Tan, N.H. 2010. No 12(1). Backhuys Publishers,


Toxicological evaluation of Leiden.
precocene II isolated from Diallo, A., Eklu-Gadegkeku, K.,
Ageratum conyzoides L. Agbonon, A., Aklikokou, K.,
(Asteraceae) in Sprague Creppy, E.E. & Gbeassor, M.
Dawley rats. African Journal of (2010). Acute and sub-chronic
Biotechnology 9(20): 2938- (28-day) oral toxicity studies of
2944. hydroalcohol leaf extract of
Agunbiade, O.S., Ojezele, O.M., Ageratum conyzoides L
Ojezele, J.O., & Ajayi, A.Y. (Asteraceae). Tropical Journal
(2012). Hypoglycaemic activity of Pharmaceutical Research
of Commelina africana and 9(5): 463-467.
Ageratum conyzoides in relation Galati, E.M., Miceli, N., Taviano,
to their mineral composition. M.F., Sanogo, R., & Raneri, E.
African Health Sciences 12(2): (2001) Antiinflammatory and
198-203. antioxidant activity of Ageratum
Akinyemi, K.O., Oladapo, O., conyzoides. Pharmaceutical
Okwara, C.E., Ibe, C.C., & Biology 39(5): 336-339.
Fasure, K.A. (2005). Screening González, A.G., Aguiar, Z.E.,
of crude extracts of six Grillo, T.A., Luis, J.G., Rivera,
medicinal plants used in South- A., & Calle, J. (1991).
West Nigerian unorthodox Chromenes from Ageratum
medicine for anti-methicillin conyzoides. Phytochemistry 30:
resistant Staphylococcus 1137-1139.
aureus activity. BMC Herz, W. & Kulanthaivel, P. (1982).
Complementary and Alternative Flavones from Eupatorium
Medicine 5(6): 1-7. leucolepis. Phytochemistry 21:
Bosi, C.F., Rosa, D.W., Grougnet, 2363-2366.
R., Lemonakis, N., Halabalaki, Jaccoud, R.J.S. (1961).
M., Skaltsounis, A.L., & Biavatti, Contribuição para o estudo
M.W. (2013). Pyrrolizidine formacognóstico do Ageratum
alkaloids in medicinal tea of conyzoides L. Rev. Bras. Farm.
Ageratum conyzoides. Brazilian 42(11/12): 177-197.
Journal of Pharmacognosy Kamboj, A. & Saluja, A.K. (2011).
23(3): 425-432. Isolation of stigmasterol and β-
Conqruist, A. (1981). An Integrated sitosterol from petroleum ether
Sysytem of Clasification of extract of aerial parts of
Flower Plants. Columbia Ageratum conyzoides
University Press, New York. (Asteraceae). International
De Padua, L.S., Journal of Pharmacy and
Bunyapraphatsara, & R.H.M.J. Pharmaceutical Sciences 3(1):
Lemmens.(1999). Plants 94-96.
Resources of South-East Asia

207
Silalahi, Ageratum Conyzoides l. (Pemanfaatan sebagai Obat dan
Bioaktivitasnya)

Kohler, J.C. & Baghdadi-Sabeti, G. Afr. J. Trad. CAM. 6(2): 123-


2011. The World Medicines 130.
Situation, 3rd Ed, World Health Okunade, A.L. (2002). Ageratum
Organization. conyzoides L. (Asteraceae).
Kupriyanova, G. (1997). NMR Fitoterapia 73: 1-16.
studies of the electronic Oladejo, O.W., Imosemi I.O.,
structure of coumarins. J Struct Osuagwu, F.C., Oluwadara,
Chem 38: 408-414. O.O., Aiku, A., Adewoyin, O.,
Mahmood, A.A., Sidik, K., Salmah, Ekpo, O.E, Oyedele, O.O., &
I., Suzainur, K.A.R., & Phili, K. Akang, E.E.U. (2003).
(2005). Antiulcarogenic activity Enhancement of cutaneous
of Ageratum conyzoides leaf wound healing by methanolic
extract against ethanol-induces extracts of Ageratum
gastric ulcer in rat as animal conyzoides in the wistar rat.
model. International Journal of African Journal of Biomedical
Molecular Medicine and Research 6(1): 27-31.
Advance Sciences 1(4): 402- Sachin, J., Neetesh, J., Tiwari, A.,
405. Balekar, N., & Jain, D.K. (2009).
Moazzami, A.A., Andersson, R.E., Simple evaluation of wound
& Kamal-Eldin, A. (2007). healing activity of polyherbal
Quantitative NMR analysis of a formulation of roots of
sesamin catechol metabolite in Ageratum conyzoides Linn.
human urine. J. Nutr. 137: 940- Asian J. Research Chem.
944. 2(2):135-138.
Nasrin, F. (2013). Antioxidant and Santos, R.F., Nunes, B.M., Sá,
cytotoxic activities of Ageratum R.D., Soares, L.A.L., &
conyzoides stems. International Randau, K.P. (2016). Morpho-
Current Pharmaceutical Journal anatomical study of Ageratum
2(2): 33-37. conyzoides. Revista Brasileira
Noura, A.M.M., Khalid, S.A., de Farmacognosia 26: 679-687.
Kaiser, M., Brun, R., Abdalla, Silalahi, M. (2014). The
W.E., & Schmidt, T.J. (2010). ethnomedicine of the medicinal
The antiprotozoal activity of plants in sub-ethnic Batak,
methylated flavonoids from North Sumatra and the
Ageratum conyzoides L. conservation perspective,
Journal of Ethnopharmacology dissertation. Indonesia:
129: 127-130. Universitas Indonesia.
Nyunaï, N., Njikama, N., Silalahi, M., Nisyawati, Walujo,
Abdennebic, E.H., Mbaford, E.B., Supriatna, J., &
J.T., & Lamnaouer, D. (2009). Mangunwardoyo, W. (2015).
Hypoglycaemic and The local knowledge of
antihyperglycaemic activity of medicinal plants trader and
Ageratum conyzoides L. in rats. diversity of medicinal plants in

208
JDP Volume 11, Nomor 3, November 2018: 197-209

the Kabanjahe traditional leaves of Ageratum conyzoides


market, North Sumatra, in mice infected with
Indonesia. Journal of Plasmodium berghei.
Ethnopharmacology 175: 432- International Journal of
443. Pharmaceutical Sciences 2(1):
Taiz, L. & Zeiger, E. (2006). Plant 33-38.
Physiology. Sinauer Associates, Wiryowidagdo, S. (2000). Kimia
Inc, Sunderland: xxvi + 764 hlm. dan Farmakologi Bahan Alam
Ukwe, V.C., Epueke, E.A., Edisi I. Direktorat Pembinaan
Ekwunife, O.I., Okoye, T.C., Pengabdian Pada Masyarakat
Akudor, G.C., & Ubaka, C.M. Direktorat Jenderal Pendidikan
(2010). Antimalarial activity of Tinggi Departemen Pendidikan
aqueous extract and fractions of Nasional, Jakarta.

209

You might also like