Artikel - Puisi - Hanna Allora Sianturi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Artikel

Analisis Puisi “ Dibawah Kedamaian Selimut Palsu”

hannaalloras@gmail.com

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan Estate. Kode Pos, : 20221.

Abstract

Poetry is one type of literary work whose language style is largely determined by rhythm,
rhyme, and the arrangement of lines and stanzas. Poetry is written with careful language and
the right choice of words, thereby increasing people's awareness of the experience and
providing special responses through the arrangement of sounds, rhythms, and special
meanings. Poetry contains all elements of literature in its writing. The development and
change of form and content in poetry always follows the development of tastes, changes in
aesthetic concepts and human intellectual progress. Poetry is able to make expressions of
thoughts that affect feelings and increase the imagination of the five senses in a rhythmic
arrangement. Poetry is conveyed in language that has deep and interesting meanings. The
content in the poem is a record and representative of the important experiences experienced
by humans.

The emphasis on the aesthetic aspect of language and the deliberate use of repetition, meter,
and rhyme is what separates poetry from prose. However, this distinction is still debated and
the view of the laity usually distinguishes poetry and prose from the number of letters and
sentences in the work. Poetry is shorter and denser, while prose flows more like telling a
story. Some modern scholars have an approach by defining poetry not as a type of literature
but as an embodiment of the human imagination, which is the source of all creativity. In
addition, poetry is also an outpouring of one's heart that brings others into the state of his
heart.

In poetry, figure of speech is also usually inserted which makes the poem more beautiful. The
figure of speech also varies, one of which is sarcasm, which is a direct satire with rudeness.
Abstrak

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan oleh
irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Penulisan puisi dilakukan dengan bahasa yang
cermat dan pilihan kata yang tepat, sehingga meningkatkan kesadaran orang akan
pengalaman dan memberikan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan
pemaknaan khusus. Puisi mengandung seluruh unsur sastra di dalam penulisannya.
Perkembangan dan perubahan bentuk dan isi pada puisi selalu mengikuti perkembangan
selera, perubahan konsep estetika dan kemajuan intelektual manusia. Puisi mampu membuat
ekspresi dari pemikiran yang mempengaruhi perasaan dan meningkatkan imajinasi panca
indra dalam susunan yang berirama. Penyampaian puisi dilakukan dengan bahasa yang
memiliki makna mendalam dan menarik. Isi di dalam puisi merupakan catatan dan
perwakilan dari pengalaman penting yang dialami oleh manusia.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter, dan
rima adalah yang mebedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan
dan pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan
kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir
seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan
mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai perwujudan imajinasi
manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu, puisi juga merupakan curahan
isi hati seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan hatinya.

Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas
tersebut juga bermacam-macam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung
dengan kasar.
Pendahuluan

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan sebuah perasaan atau suatu
pikiran dari penyair secara imajinatif. Penyair merupakan seseorang yang membuat atau
menciptakan sebuah puisi. Puisi berperan penting dalam sebuah karya sastra yang mengacu
pada sajak dan terkadang puisi bisa juga berbentuk pantun.

Dalam proses pembuatan puisi, seorang penyair menggunakan bahasa yang penuh
makna dan sistematis.

Ciri-Ciri Puisi

Puisi adalah suatu jenis karya sastra berupa ungkapan isi hati penyair atau penulis yang di
dalamnya terdapat irama, ritme dan lirik.

Selain itu, secara umum puisi juga memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

1. Bahasa yang digunakan dalam puisi lebih padat daripada naskah drama atau prosa

2. Puisi memiliki rima atau sajak yang teratur

3. Puisi terdiri dari kesatuan sintaksis atau gatra

4. Puisi memiliki makna konotatif

5. Puisi memiliki sifat yang simetris

Jenis-Jenis Puisi

Puisi memiliki beragam jenis, namun umumnya puisi dibagi menjadi tiga jenis, di antaranya
puisi lama, puisi baru dan puisi kontemporer. Masing-masing jenis puisi tersebut memiliki
karakter yang berbeda-beda, berikut penjelasannya.

1. Puisi Lama

Puisi lama merupakan puisi yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Sehingga puisi ini
cenderung memiliki aturan dan bermakna yang sering digunakan saat upacara adat. Puisi ini
terbagi menjadi beberapa jenis, seperti pantun, talibun, syair, dan gurindam.

2. Puisi Baru

Puisi baru merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan perasaan serta pikiran yang
menggunakan bahasa dengan memperhatikan irama, mantra, penyusunan lirik hingga makna
di dalam puisi tersebut. Puisi baru memiliki beberapa ciri-ciri, seperti menggunakan puisi
empat seuntai, tiap barisnya atas sebuah gatra yang terdiri dari 4-5 suku kata.

3. Puisi Kontemporer

Puisi kontemporer adalah puisi yang selalu berusaha menyesuaikan perkembangan zaman
atau keluar dari ikatan konvensional. Umumnya jenis puisi ini tidak lagi mementingkan irama
serta gaya bahasa seperti puisi lama dan puisi baru. Adapun klasifikasi puisi kontemporer
meliputi puisi konkret, puisi lama dan puisi mbeling atau puisi yang tidak mengikuti aturan
umum.

Cara Membuat Puisi

1. Banyak Membaca

Cara membuat puisi yang paling utama adalah membaca. Sebelum menulis puisi sebaiknya
banyak membaca buku-buku karya sastra berbentuk puisi. Dengan banyak membaca buku
sastra tentu akan memperkaya referensi, sehingga akan menambah inspirasi kamu.

2. Menentukan Tema

Dalam proses pembuatan puisi, hal yang tidak boleh dilewatkan adalah menentukan tema.
Sebelum menulis pastikan tema yang akan kamu angkat di dalam puisi tersebut sudah jelas.

3. Perhatikan Diksi dan Rima

Cara membuat puisi selanjutnya yaitu memperhatikan diksi dan rima. Diksi merupakan
pilihan kata yang selaras. Kamu harus memilih kata yang benar-benar selaras serta memiliki
makna dalam setiap baitnya.

4. Proses Merangkai Kata

Setelah mendapatkan tema serta telah memilih diksi yang pas, maka segeralah menulis.
Ungkapkan segala hal yang sedang kamu rasakan, kemudian tuangkan dalam bentuk tulisan.
Ekspresikan semua yang ada di hati dan pikiran. Cobalah untuk selalu jujur dalam menulis
sebuah puisi.

Selanjutnya, cara membuat puisi yang tak boleh terlewat adalah judul. Sebenarnya judul bisa
kamu buat sebelum menulis puisi. Akan tetapi untuk pemula silahkan cari judul yang paling
menarik setelah kamu selesai menulis puisi.
Pembahasan

Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu – Widji Thukul

apa guna punya ilmu


kalau hanya untuk mengibuli
apa gunanya banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu

di mana-mana moncong senjata


berdiri gagah
kongkalikong
dengan kaum cukong

di desa-desa
rakyat dipaksa
menjual tanah

tapi,tapi,tapi
dengan harga murah
apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu

Wiji Widodo atau dikenal sebagai ‘Wiji Thukul’ lahir dari keluarga sederhana di
Sorogenen, Solo 26 Agustus 1963. Ia mulai menulis puisi sejak SD dan tertarik pada dunia
teater ketika duduk di bangku SMP. Dia adalah sastrawan sekaligus aktivis HAM yang
banyak terlibat dalam aksi demonstrasi. Semenjak tragedi 1998 jejaknya menghilang dan
tidak diketahui keberadaannya sampai saat ini. Meski sampai sekarang tak jelas
keberadaannya, tapi karya-karya Wiji tetaplah hidup, bahkan ibarat bensin yang terus
menyulut semangat mereka yang berjuang melawan ketidakadilan.

Melalui salah satu karyanya yang berjudul “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” ini
Ia menyampaikan beberapa bait puisi yang menyindir para penguasa dan aparat pemerintahan
yang dzalim pada saat itu.
Puisi “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” memiliki makna bahwa sejatinya
seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya dalam kebaikan itu tidak ada
gunanya sama sekali dan orang yang selalu membaca buku namun selalu bungkam dan tidak
bisa menegakkan kebenaran itu juga hanyalah sebuah kesia-siaan.

Dalam puisi tersebut seperti disampaikan sebuah sindiran kepada sebagian penguasa
pemerintahan yang masih suka berkomplot dengan orang-orang licik dengan tujuan yang
tidak baik atau hanya menguntungkan dirinya sendiri. Sedangkan akibatnya adalah rakyat-
rakyat yang tertindas dan tidak mendapat keadilan.

Puisi ini memiliki makna yang sangat mendalam sesuai dengan kenyataan yang
sedang kita alami saat ini. Wiji Thukul menyampaikan pesan melalui puisi “Di Bawah
Selimut Kedamaian Palsu” yaitu agar kita selalu mengamalkan atau memanfaatkan ilmu yang
kita dapat pada hal-hal yang baik dan tidak merugikan orang lain. Kita harus menjadi orang
yang bijak dalam memanfaatkan ilmu yang kita dapat

 Puisi diatas bertemakan tentang politik. Lebih tepatnya sindiran terhadap penguasa
penguasa pemerintahan.
 Memiliki 15 bait
 Puisi diatas memiliki sajak yang berbeda .

Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu – Widji Thukul

apa guna punya ilmu (a)


kalau hanya untuk mengibuli (b)
apa gunanya banyak baca buku (a)
kalau mulut kau bungkam melulu (a)

di mana-mana moncong senjata (c)


berdiri gagah (d)
kongkalikong (e)
dengan kaum cukong (e)

di desa-desa (c)
rakyat dipaksa (c)
menjual tanah (d)

tapi,tapi,tapi (b)
dengan harga murah (d)
apa guna banyak baca buku (a)
kalau mulut kau bungkam melulu (a)

 Puisi ini menceritakan betapa kerasnya para pejabat pada rakyat kecil , dan tak mau
mendengar jeritan kesengsaraan rakyat, seolah olah menutup telinga problematika
rakyat miskin di desa tak menjadi alasan para pejabat pemerintahan turun tangan.
 Makna kiasan yang digunakan di dalam puisi

"Apa guna punya ilmu

Kalau hanya untuk mengibuli"

Dari bahasa kiasan Paradoks, penulils seolah-olah menyampaikan pesan


bahwa terdapat segelintir orang yang mempunyai ilmu tetapi ilmu tersebut
malah disalahgunakan seperti berbohong kepada seseorang atau bahkan
membohongi orang banyak. Sebaiknya gunakan ilmu untuk hal-hal yang
bersifat positif agar tidak merugikan orang lain.

"Apa guna banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu"

Dari bahasa kiasan Paradoks, penulis seolah-olah menyampaikan pesan


bahwa setiap ilmu yang kita miliki ada baiknya diamalkan dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga ilmu yang kita miliki akan lebih
bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain dibandingkan hanya
menyimpannya sendiri.

"Dimana-mana moncong senjata

Berdiri gagah"
Dari bahasa kiasan Personafikasi, penulis seolah-olah menyampaikan pesan
bahwa tidak hanya mulut yang panjang saja yang disebut sebagai moncong,
senjata yang panjang bisa disebut moncong dan berada dimana-mana alias
selalu mengawasi dan yang berdiri dengan gagah bukanlah hanya manusia.
Senjata pun mampu berdiri dengan gagah dengan keadaan siap menembak
untuk siapapun yang dianggap bersalah.

"Kongkalingkong

Dengan kaum cukong"

Dari bahasa kiasan Sinimisme, penulis seolah-olah menyampaikan pesan


bahwa masih ada segilintir orang yang berkomplotan dengan orang yang
memiliki banyak uang dengan tujuan tertentu yang bersifat buruk atau
merugikan pihak lain sehingga bisa dianggap menguntungkan untuk dirinya.

"Di desa-desa

Rakyat dipaksa menjual tanah"

Dari bahasa kiasan Repitisi, penulis seolah-olah menyampaikan pesan bahwa


di desa-desa, banyak rakyat yang dipaksa harus menjual tanahnya kepada
pihak tertentudengan harga yang relatif murah sehingga menimbulkan
kerugikan atau berdampak cukup besar untuk rakyat secara ekonomi.

"Tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah"

Dari bahasa kiasan pleonasme, penulis seolah-olah yang berarti gaya bahasa
atau bahasa kiasan yang dipakai untuk memperjelas maksud dengan
menggunakan kata berulang dan maknanya sudah dikandung oleh kata yang
mendahuluinya. Penulis hanya mengulang kata "tapi" pada bait keenam karena
bait kelima dan keenam saling berkaitan.

Makna terdapat pada bait kelima lalu penegasan kata berulang


digunakan pada bait keenam. "Dengan harga murah" merupakan penjelasan
setelah adanya penggunaan kata berulang.
"Apa guna banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu"

Dari bahasa kiasan Paradoks, penulis seolah-olah menyampaikan pesan


secara berulang dan kali ini penulis berharap bahwa setiap ilmu yang kita
miliki ada baiknya diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga ilmu yang kita miliki akan lebih bermanfaat untuk diri sendiri
maupun orang lain dibandingkan hanya menyimpannya sendiri.

Pada puisi Wiji Thukul yang berjudul "Di Bawah Selimut Kedamaian
Palsu" terdapat bahasa kiasan Paradoks, Personafikasi, Sinimisme, Repitisi,
dan Pleonasme.dari bahasa kiasan tersebut, dapat ditelaah bahwa puisi tersebut
menceritakan sebuah pemerintahan dimana sang pejabat yang mempunyai
banyak ilmu dan telah banyak membaca buku malah menyalahgunakan ilmu
tersebut untuk membohongi orang lain dan bekomplotan dengan kaum yang
memiliki banyak uang untuk bisa membeli banyak tanah di desa-desa dengan
harga yang cukup murah.

Sedangkan rakyat yang sudah banyak membaca buku tidak berani


melawan ketika dipaksa untuk menjual tanahnya dengan harga yang sangat
murah karena terlalu banyak senjata yang berdiri dengan gagah sehingga
rakyat pun hanya bisa diam.

Dari puisi "Di Bawah Seleimut Kedamaian Palsu" Karya Wiji Thukul,
seolah-olah pengarang beharap bahwa para pejabat serta seseorang yang
memiliki banyak uang dapat berlaku bijaksana terhadap setiap orang maupun
masyarakat. Wiji Thukul pun seolah-olah menyampaikan pesan kepada rakyat
bahwa sebaiknya rakyat bisa memanfaatkan ilmu yang telah ia terima dengan
sebaik mungkin.
Kesimpulan

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan sebuah perasaan atau suatu pikiran
dari penyair secara imajinatif. Penyair merupakan seseorang yang membuat atau menciptakan
sebuah puisi. Puisi berperan penting dalam sebuah karya sastra yang mengacu pada sajak dan
terkadang puisi bisa juga berbentuk pantun.

Puisi memiliki ciri ciri dan jenis jenis tersendiri tergantung tema apa yang di ambil oleh sang
penyair pada puisinya.

Puisi “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” menggunakan kata atau kiasan kiasan yang tidak
terlalu sulit , untuk bait yang digunakan bersifat ganjil karena berjumlah 15 bait dengan sajak
yang berbeda beda.

Puisi ini memiliki banyak kiasan yang mengacu pada sindiran kepada para pejabat negara
yang menutup mata dan telinga kepada rakyat miskin didesa.

You might also like