Skripsi s1 Nur Rahayu

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 53

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN

IBU DALAM MERAWAT ANAK DENGAN LEUKEMIA


LIMFOBLASTIK AKUT YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI
RSPAD GATOT SOEBROTO

DISUSUN OLEH :
NAMA: Nur Rahayu
NIM: 20200910170101
KELAS: TRANSFER B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN IBU DALAM
MERAWAT ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT YANG
MENJALANI KEMOTERAPI DI RSPAD GATOT SOEBROTO
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk dilakukan sidang
Jakarta, Desember 2021
Menyetujui,
Pembimbing

(Ns. Abdu Rahim Kamil S.Kep.,M.Sc)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

(Ns. Neneng Kurwiyah, S.Kep.,MNS)


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Dalam Merawat Anak Dengan
Akut Limfoblastik Leukemia di RSPAD Gatot Soebroto” sesuai jadwal yang
ditentukan.
Selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Miciko Umeda S.Kp,. M.Biomed Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2. Ns. Neneng Kurwiyah, S.Kep.,MNS selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Ns. Abdu Rahim Kamil S.Kep.,M.Sc selaku pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya dan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
5. Suami tercinta Moch.Alfurqaan dan Ananda Aldyas Pratama, Moch.Faizal Rizky
yang selalu mendoakan dan memberi dukungan penuh serta tiada henti
memberikan semangat pada setiap kondisi yang dilalui peneliti dalam
menyelesaikan proses pendidikan ini.
6. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini, yang tanpa
mengurangi rasa hormat tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu
Peneliti menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini jauh dari kata
sempurna, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semua pihak yang telah turut serta membantu peneliti dalam menyelesaikan laporan
penelitian ini. Oleh karna itu, peneliti berharap atas saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca.
Akhir kata, peneliti mengharapkan semoga tujuan dari pembuatan laporan
penelitian ini dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Jakarta, Desember 2021

(Nur Rahayu)
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………… i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………. 6
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leukemia limfoblastik Akut ……………………………………………..... 8
2.1.1 Pengertian ……………………………………………………………...... 8
2.1.2 Epidemiologi ……………………………………………………………. 8
2.1.3 Etiologi ………………………………………………………………….. 9
2.1.4 Patofisiologi …………………………………………………………….. 10
2.1.5 Manifestasi Leukemia Limfoblastik Akut ……………………………… 11
2.1.6 Diagnosis Leukemia Limfoblastik Akut ……………………………….. 12
2.1.7 Tata laksana …………………………………………………………….. 13
2.1.8 Efek Kemoterapi ……………………………………………………….. 15
2.2 Kecemasan ………………………………………………………………. 16
2.2.1 Pengertian ……………………………………………………………… 16
2.2.2 Ciri-ciri Kecemasan ……………………………………………………. 16
2.2.3 Klasifikasi Cemas ……………………………………………………… 17
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu ………………………. 19
2.3.1 Usia …………………………………………………………………….. 19
2.3.2 Pendapatan/Status ekonomi ……………………………………………. 22
2.3.3 Status Pernikahan ………………………………………………………. 23
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Pengertian ……………………………………………………………….. 25
3.2 Hipotesa …………………………………………………………………. 26
3.3 Definisi Operasional …………………………………………………….. 27
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
4.1 Design Penelitian ………………………………………………………… 29
4.2 Populasi dan Sampel ……………………………………………………... 29
4.2.1 Populasi ………..………………………………………………………. 29
4.2.2 Sampel ………………………………………………………………….. 29
4.3 Tempat Penelitian ………………………………………………………… 31
4.4 Waktu Penelitian …………………………………………………………. 31
4.5 Etika Penelitian …………………………………………………………… 31
4.5.1 Autonomy ………………………………………………………………. 32
4.5.2 Beneficence …………………………………………………………….. 32
4.5.3 Non-maleficence ……………………………………………………….. 32
4.5.4 Anonimity ………………………………………………………………. 33
4.5.5 Justice …………………………………………………………………… 33
4.6 Instrumen/Alat Pengumpulan Data ………………………………………. 33
4.6.1Instrumen Penelitian …………………………………………………….. 33
4.7 Prosedur pengumpulan data ………………………………………………. 34
4.8 Pengolahan data ………………………………………………………….. 35
4.9 Rencana Analisa data …………………………………………………….. 36
4.9.1 Analisis univariat ………………………………………………………. 36
4.9.2 Analisi bivariat …………………………………………………………. 37
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan penyakit yang ditakuti oleh banyak orang, karena kata
“kanker” seringkali diasosiasikan dengan kematian (Burish, Meyerowitz, Carey, &
Morrow, dalam Sarafino & Smith, 2011). Kanker dapat menyerang siapa saja, dari
berbagai usia dan jenis kelamin. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian
disebabkan oleh kanker. Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan
yang tidak terkendali, terus bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati). Sel
kanker dapat menyusup ke jaringan sekitar dan dapat membentuk anak sebar.
Diagnosis kanker maupun jenis kanker ditegakkan berdasarkan hasil wawancara
terhadap pertanyaan pernah didiagnosis menderita kanker oleh dokter (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Menurut data Union for International Cancer Control (UICC) (Pusat Data &
Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2015) setiap tahun terdapat sekitar 176.000 anak
yang didiagnosis kanker diseluruh dunia, sementara 11.000 kasus kanker anak
terdapat di Indonesia dan sekitar 650 kasus kanker anak di Jakarta. Jenis penyakit
kanker anak cenderung berbeda dengan kanker pada dewasa. Secara umum, sepertiga
dari kanker anak adalah leukemia. Penyakit kanker terbanyak lainnya adalah limfoma
dan tumor pada sistem saraf pusat. Beberapa jenis tumor yang terjadi hanya pada
anak-anak yaitu neuroblastoma, nephroblastoma, medulloblastoma dan
retinoblastoma (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah kanker pediatrik yang paling
sering terjadi, dan ditandai dengan kelebihan produksi sel darah putih imatur
(limfoblas) di sumsum tulang (Williams et al., 2015). Leukemia atau lebih dikenal
kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak
terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari hasil mutasi sel normal (Muhtadi, 2014).
1
Kejadian leukemia setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000 anak dibawah
15 tahun. Leukemia pada anak terdiri dari dua tipe yaitu:Leukemia Limfoblastik Akut
(LLA) 82% dan Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) 18%. Menurut data WHO
(2019) menyebutkan prevalensi kanker darah di Indonesia dalam lima tahun terakhir
mencapai 35.870 kasus, prevalensi ini mencakup semua usia, baik laki-laki maupun
perempuan (Yulianti & Adnan, 2020). Puncak kejadian LLA pada usia 2-5 tahun,
angka kejadian anak di bawah usia 15 tahun rata-rata 4-4,5/100.000 anak pertahun.
Sebagai tolak ukur keberhasilan pengobatan LLA dapat dilihat atau dinilai
berdasarkan angka ketahanan hidup/kesintasan atau yang sering kita kenal dengan
istilah survival rate. Angka kesintasan merupakan angka yang menunjukan
probabilitas kelangsungan hidup sampai pada periode waktu tertentu atau angka yang
menunjukan kapan suatu kejadian atau event terjadi. Angka ketahanan hidup
(survival rate) yang digunakan sebagai tolak ukur pada pasien leukemia adalah angka
ketahanan hidup 5 tahun (Yulianti & Adnan, 2020).
Berbagai cara telah dilakukan untuk dapat mengobati penyakit ini, salah
satunya dengan cara kemoterapi. Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel neoplasma. Pengobatan semacam
ini telah digunakan sejak tahun 1950-an. Di lain pihak terdapat efek samping yang
ditimbulkan oleh obat-obat kemoterapi yang tidak hanya membunuh sel-sel leukemia
tetapi juga menyerang sel-sel normal. Kemoterapi adalah perawatan berulang dan
teratur yang diberikan secara kombinasi, dengan lama pengobatan selama dua sampai
tiga tahun bagi pasien ALL (Davey,2011). Meskipun merupakan salah satu modalitas
terapi yang dapat membantu proses penyembuhan anak, kemoterapi juga dapat
menimbulkan beberapa efek samping yang membuat anak tidak nyaman. Beberapa
efek samping kemoterapi pada anak penderita kanker antara lain kelelahan, nyeri,
mual dan muntah, anoreksia, alopecia, neuropati, gangguan tidur, gangguan pubertas,
disfungsi gastrointestinal, dan gangguan fungsi ginjal (Marilyn J. Hockenberry &
Wilson, 2018; Kaushal et al., 2013; Potts & Mandleco, 2012).
Menurut Wong Perawatan di rumah sakit yang lama ini merupakan stressor
2
bagi anak karena anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit yang asing,
serta prosedur pengobatan yang membuat tidak nyaman (Mulyani et al., 2019).
Ketika seorang anak atau remaja didiagnosis menderita kanker, itu merupakan
pukulan bagi orang tua, saudara kandung, dan anggota keluarga yang lainnya. Kanker
menciptakan krisis dalam kehidupan setiap anggota keluarga, kehidupan sehari-hari
yang normal berubah. Orang tua harus jauh dari pekerjaan, saudara kandung yang
mungkin perlu diasuh oleh kerabat atau tetangga. Anak yang sakit (pasien) menjadi
fokus utama, dimana waktu dan perhatian keluarga tercurah kepadanya (American
Cancer Society, n.d.).
Diagnosis dan pengobatan kanker memiliki dampak besar tidak hanya bagi
pasien tetapi juga bagi keluarga, dan mempengaruhi setiap aspek kehidupan keluarga.
(Tsai et al., 2013). Masalah - masalah akibat penyakit leukemia limfoblastik akut
yang dapat memicu stres khususnya pada ibu ialah pengobatan yang cukup lama
(kurang lebih 2 tahun), biaya pengobatan yang tergolong mahal, dan bisa
menyebabkan kematian pada anak. Seseorang yang mengalami stres berkepanjangan
rentan mengalami gangguan kejiwaan; salah satunya ialah kecemasan. Kecemasan
ditandai dengan perasaan tidak nyaman, ketakutan, disertai gejala otonom seperti
palpitasi sesak napas dan ketegangan otot (Rani et al., 2015).
Beberapa orang tua merasa khawatir dan cemas akan keadaan anaknya yang
tidak akan bisa kembali normal seperti anak lainnya, selain itu orang tua juga cemas
mengenai efek samping jangka pendek maupun jangka panjang dari pengobatan
anaknya (Saifan, et al., 2014). Orang tua memerlukan bantuan dan dukungan dari
semua pihak yang terlibat, baik bagi kesejahteran orang tua itu sendiri maupun bagi
upaya mereka untuk memberikan perawatan bagi si anak (Sunaryo, 2014). Dari
penelitian terdahulu yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar, dari bulan April-
November 2018 Ibu merasakan kecemasan dan ketidakpastian akan masa depan anak
dengan Leukemia, tema ini muncul dari beberapa sub tema yang mengungkapkan
cemas akan masa depan anaknya, perasaan cemas yang menyebabkan Ibu menjadi
kurang tidur dan merasa kelelahan, kecemasan yang menyebabkan Ibu overprotektif
3
terhadap anak dan cemas karena ketidakpastian hasil pengobatan.
Sementara di RSPAD perawatan anak dengan leukemia limfoblastik akut yang
menjalani kemoterapi selalu didampingi oleh ibu. Dimana efek kemoterapi
berdampak pada kondisi anak antara lain anak merasa mual, muntah, nafsu makan
tidak ada, terkadang memicu terjadinya perdarahan seperti mimisan. Hal ini
menyebabkan stressor psikologis terhadap ibu, yang secara langsung juga berdampak
kepada anaknya. Dari 5 orang yang dilakukan wawancara secara mendalam, 3 orang
ibu yang merawat anak penderita leukemia limpoblastik akut mengatakan mengalami
kecemasan saat anak menjalani kemoterapi seperti khawatir anak tidak ada nafsu
makan, anak mengalami demam sehingga rewel yang berdampak pola istirahat ibu
berubah dan ibu mengatakan khawatir anak tidak dapat hidup secara normal seperti
anak yang lainnya yang dapat melanjutkan sekolah, dapat bermain dengan teman
sebayanya dikarenakan efek kemoterapi yang dapat menurunkan imunitas anak.
Meskipun faktor kecemasan orang tua pernah diteliti sebelumnya. Tapi hasil yang
didapat masih beragam, dan saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hal ini
di RSPAD. Sehingga peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan ibu dalam merawat anak dengan leukemia limpoblastik leukemia yang
menjalani kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.

1.2 Rumusan Masalah


Kanker dapat menyerang siapa saja, dari berbagai usia dan jenis kelamin.
Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker atau
tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus
bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati). Sel kanker dapat menyusup ke
jaringan sekitar dan dapat membentuk anak sebar. Diagnosis kanker maupun jenis
kanker ditegakkan berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan pernah
didiagnosis menderita kanker oleh dokter (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah kanker pediatrik yang paling
sering terjadi dan ditandai dengan kelebihan produksi sel darah putih imatur
(limfoblas)
4
di sumsum tulang. Kejadian leukemia setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000
anak dibawah 15 tahun. Leukemia pada anak terdiri dari dua tipe yaitu: Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA) 82% dan Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) 18%.
Berbagai cara telah dilakukan untuk dapat mengobati penyakit ini, salah
satunya dengan cara kemoterapi. Kemoterapi adalah perawatan berulang dan teratur
yang diberikan secara kombinasi, dengan lama pengobatan selama dua sampai tiga
tahun bagi pasien ALL.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dikatakan orang tua merasa
khawatir dan cemas akan keadaan anaknya yang tidak akan bisa kembali normal
seperti anak lainnya, selain itu orang tua juga cemas mengenai efek samping jangka
pendek maupun jangka panjang dari pengobatan anaknya, Ibu merasakan kecemasan
dan ketidakpastian akan masa depan anak dengan Leukemia yang menyebabkan Ibu
overprotektif terhadap anak dan cemas karena ketidakpastian hasil pengobatan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Atmadiyanti, Sriati dan Nurhidayah
(2018) bahwa pada masa dewasa awal orang tua yang memiliki anak dengan penyakit
kronis mengalami tingkat kecemasan rendah hingga sedang, rentang usia tertentu baik
untuk menjalankan peran sebagai orang tua, seperti usia yang tidak terlalu muda dan
tidak terlalu tua tergolong baik dalam aspek fisik dan psikologis. Penelitian yang
dilakukan oleh Kurniawan & Mariyam (2008) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kecemasan orang tua, bahwa faktor ekonomi merupakan
faktor yang mempengaruhi kecemasan orang tua selama perawatan anaknya di rumah
sakit. Hal ini dikarenakan orang tua tidak mampu memanfaatkan sumber bantuan
yang ada. Kaplan mengatakan bahwa gangguan depresi berat terjadi pada orang yang
tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau dengan kata lain bercerai
ataupun berpisah (Maulyda et al., 2015). Selain itu, mendampingi anak menjalani
pengobatan kanker akan memberikan dampak stress yang berat dan berkepanjangan
pada orang tua, terutama ibu, hal ini karena ibu lebih banyak menghabiskan waktu
untuk merawat anak (Gudmundsdottir, 2012).
Sikap cemas orangtua yang berlebihan, justru akan membuat anak ikut cemas.
5
Anak jadi “ketularan” cemas, sebagai manifestasi dari kecemasan orangtuanya.
Seseorang yang mengalami stress dan konflik psikologis seperti depresi, penolakan,
marah, dan cemas akan mengakibatkan perubahan sistem kekebalan tubuh pasien,
yang akan mengganggu proses penyembuhan pasien itu sendiri, padahal pasien
dengan ALL dibutuhkan sistem kekebalan tubuh (imunitas) yang tinggi (Lubis,
2009;Mulyani et al., 2019). Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu dalam merawat anak
dengan akut limfoblastik leukemia yang menjalani kemoterapi di RSPAD Gatot
Soebroto.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
kecemasan ibu dalam merawat anak dengan leukemia limfoblastik akut yang
menjalani kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.3 Adanya pengaruh faktor usia ibu terhadap kecemasan ibu dalam
merawat anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
1.3.4 Adanya pengaruh faktor pendapatan terhadap kecemasan ibu dalam
merawat anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
1.3.5 Adanya pengaruh faktor status pernikahan orangtua terhadap
kecemasan ibu dalam merawat anak dengan leukemia limfoblastik
akut yang menjalani kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
1.3.6 Adanya pengaruh efek pengobatan kemoterapi terhadap kecemasan
ibu dalam merawat anak dengan leukemia limfoblastik akut yang
menjalani kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
6

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.4.1 Keperawatan Anak
Sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dalam mengatasi
kecemasan ibu dalam merawat anak anak dengan leukemia
limfoblastik akut baik sebelum maupun sesudah menjalani kemoterapi.
1.4.2 Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan dasar pengetahuan
bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada ibu dan
keluarga dalam merawat anak anak dengan leukemia limfoblastik akut
yang menjalani kemoterapi.
1.4.3 Peneliti
Sebagai informasi dasar untuk penelitian berikutnya agar dapat
dikembangkan lebih luas serta dapat digunakan sebagai sumber
informasi ilmu pengetahuan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Leukemia limphoblastik Akut


2.1.1 Pengertian
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang. Biasanya ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih dengan manifestasi
adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi (sel blast) secara berlebihan dan
menyebabkan terdesaknya sel darah yang normal yang mengakibatkan fungsinya
terganggu (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Leukemia Limfoblastik Akut atau Acute Lymphocytic Leukemia (ALL)
adalah jenis kanker yang disebabkan oleh limfosit yang belum matang di sumsum
tulang (Rehman et al., 2018).

2.1.2 Epidemiologi
Sebanyak 80% ALL terjadi pada anak-anak, dan merupakan penyakit yang
berbahaya ketika terjadi pada orang dewasa. Di Amerika Serikat, insiden ALL
diperkirakan 1,6 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2016, diperkirakan 6.590 kasus
baru didiagnosis, dengan lebih dari 1.400 kematian akibat ALL. Insiden ALL
tertinggi menyerang pada masa kanak-kanak dan tertinggi kedua terjadi sekitar usia
50 tahun. Sedangkan di negara berkembang 83% ALL, ditemukan pada anak kulit
putih dibandingkan kulit hitam. Secara epidemiologi, Leukemia Akut merupakan 30-
40% dari keganasan pada anak, puncak kejadian pada usia 2-5 tahun, angka kejadian
anak di bawah usia 15 tahun rata-rata 4-4,5/100.000 anak pertahun. Angka kematian
Leukemia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” (RSKD) tahun 2006-2010 adalah sebesar 20-30% dari seluruh jenis
kanker pada anak. ALL masa kanak-kanak berkembang lebih sering pada anak laki-
laki daripada anak perempuan (laki-laki: perempuan).
8

Leukemia limfoblastik akut (ALL), seperti kanker pada umumnya, mungkin


timbul dari interaksi antara paparan baik dari dalam maupun luar lingkungan, faktor
genetik (diwariskan) dan kemungkinan lainnya (Inaba et al., 2013).

2.1.3 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui namun anak-anak dengan cacat
genetik (Trisomi 21, sindrom “Bloom’s, anemia “Fanconi’s dan ataksia
telangiectasia) mempunyai resiko lebih tinggi menderita leukemia dan kembar
monozigot (Permono & Ugrasena, 2006). Dilansir dari situs Kemenkes RI.com
artikel yang dimuat oleh dr. Tjin Willy, 2019 menuliskan bahwa “Leukemia
limfoblastik akut disebabkan oleh adanya perubahan atau mutasi genetik sel punca di
sumsum tulang, sehingga proses pematangannya terganggu. Selain menggangu proses
pematangan sel punca dari limfoblas menjadi limfosit, mutasi genetik tersebut
menyebabkan limfoblas terus memperbanyak diri sehingga menggangu produksi sel
darah lain. Penyebab munculnya mutasi gen tersebut belum diketahui dengan jelas,
namun ada beberapa hal yang diduga dapat memperbesar kemungkinan terjadinya
perubahan ini, di antaranya:
1. Menderita kelainan genetik lain. Menderita kelainan genetik tertentu, misalnya
Down syndrome, diduga membuat seseorang berisiko mengalami ALL.Memiliki
anggota keluarga yang menderita ALL. Seseorang yang memiliki anggota
keluarga penderita ALL berisiko untuk menderita ALL juga. Meskipun demikian,
jangan disalahartikan bahwa ALL diwariskan secara genetik dari orang tua
kepada anaknya.
2. Pernah menjalani pengobatan kanker. Seseorang yang pernah menderita kanker
jenis lain dan menjalani pengobatan, baik kemoterapi atau radioterapi, lebih
berisiko terkena.
3. Terpapar radiasi. Orang yang terkena paparan radiasi lebih berisiko terkena ALL.
Contohnya pekerja di reaktor nuklir atau korban bencana nuklir.
4. Merokok. Paparan berbagai zat kimia berbahaya dari asap rokok, misalnya
benzene, membuat seseorang perokok lebih berisiko menderita ALL.
9
5. Bekerja di lingkungan yang terpapar zat kimia. Tidak mengikuti standar prosedur
dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja di lingkungan yang
berhubungan dengan bahan kimia dapat meningkatkan risiko terkena.
6. Infeksi virus. Virus Epstein - Barr adalah salah satu virus yang berisiko
menyebabkan ALL.
7. Sistem imun yang lemah, seseorang dengan sistem imun yang lemah, misalnya
HIV/AIDS atau mengonsumsi obat imunosupresif dalam jangka panjang, lebih
berisiko terkena ALL dibanding orang lain.

2.1.4 Patofisiologi
ALL didapat dari diturunkan (acquired) atau karena cedera genetik pada DNA
sel tunggal di sumsum. ALL mengakibatkan perkembangan yang tidak terkendali dan
berlebihan serta terjadinya akumulasi sel yang disebut "limfoblas" atau "leukemic
blast," yang gagal berfungsi sebagai sel darah normal. Kehadiran leukemic blast akan
menghambat produksi sel normal. Sehingga ketika didiagnosis ALL maka jumlah sel
darah sehat (eritrosit, leukosit, dan trombosit) biasanya lebih rendah dari normal (Tri
Yuniningsih, 2017).
Patogenesis ALL melibatkan proliferasi dan diferensiasi abnormal dari
populasi klonal sel limfoid. Studi pada populasi anak telah mengidentifikasi sindrom
genetik yang mempengaruhi sebagian kecil kasus ALL, seperti sindrom Down
sindrom, anemia Fanconi, sindrom Bloom, ataksia telangiectasia dan sindrom
kerusakan Nijmegen. Faktor predisposisi lainnya termasuk paparan radiasi pengion,
pestisida, pelarut tertentu atau virus seperti Epstein - Barr Virus dan Human
Immunodeficiency Virus. Namun dalam sebagian besar kasus, ini muncul sebagai
keganasan pada individu yang sebelumnya sehat. Penyimpangan kromosom adalah
ciri dari ALL, tetapi tidak cukup untuk menghasilkan leukemia (Terwilliger & Abdul-
Hay, 2017).
Baru-baru ini ditemukan varian dengan profil ekspresi gen yang sama dengan
(Philadelphia) Ph-positif ALL tetapi tanpa rearrangement BCR-ABL1 yang telah
10
diidentifikasi. Lebih dari 80% dari kasus ini yang disebut ALL Ph-like, varian
memiliki delesi pada faktor key transkripsi yang terlibat dalam pengembangan sel-B
termasuk IKAROS family zinc finger 1 (IKZF1), faktor 3 transkripsi (E2A), early B-
cell factor 1 (EBF1) and padan paired box 5 (PAX5). Demikian pula, mutasi yang
mengaktifkan kinase terlihat pada 90% ALL Ph-like. Yang paling umum dari ini
termasuk pengaturan ulang melibatkan ABL1, JAK2, PDGFRB, CRLF2 dan EPOR,
mengaktifkan mutasi IL7R dan FLT3 dan delesi SH2B3, yang mengkodekan JAK2-
negative regulator LNK.Ini memiliki implikasi terapeutik yang signifikan karena
menunjukkan bahwa ALL like ph cenderung membawa prognosis yang lebih buruk
dan dapat merespon inhibitor kinase.

Gambar 1.a. gambar darah normal dan b.gambar leukemia limphoblastik akut

2.1.5 Manifestasi Leukemia Limfoblastik Akut


Penderita leukemia limfoblastik akut akan mengalami gejala akibat kurangnya
sel darah yang matang. Gejala yang muncul antara lain berupa:
1. Perdarahan spontan (epistaksis, perdarahan gusi)
2. Perdarahan kulit (petekie, hematom/kulit mudah lebam)
3. Rentan mengalami infeksi, yang ditandai dengan sering demam, pucat, lemas,
dan sesak napas akibat anemia.
11
Gejala-gejala tersebut timbul akibat penurunan jumlah seluruh sel darah (sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit) yang matang, karena sumsum tulang
hanya dikuasai oleh limfoblas. Gejala lainnya yang dapat dirasakan penderita
leukemia limfoblastik akut adalah:
1. Nyeri sendi dan tulang.
2. Muncul benjolan pada leher, ketiak, atau selangkangan akibat pembengkakan
kelenjar getah bening.
3. Perut terasa begah akibat pembesaran organ hati dan limpa.
4. Pembesaran testis dengan konsistensi keras.
5. Pada beberapa kasus, ALL juga dapat menimbulkan gangguan saraf akibat
limfoblas yang menumpuk di otak dan saraf tulang belakang. Gejala gangguan
saraf bisa berupa:
a. Sakit kepala
b. Pusing
c. Muntah
d. Pandangan kabur
e. Kejang

2.1.6 Diagnosis Leukemia Limfoblastik Akut


Dari gejala yang diderita, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk
mencari tahu penyebab keluhan tersebut. Bila menduga leukemia limfoblastik akut
adalah penyebabnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan berupa:
2.1.6.1 Tes darah. Pemeriksaan hitung darah lengkap merupakan cara terbaik untuk
skrining leukemia akut yang akan menunjukkan perubahan jumlah sel darah
putih (bisa bertambah atau berkurang), serta adanya kelainan pada jenis sel
darah putih. Selain itu, jumlah sel darah merah dan trombosit akan rendah.
Sampel darah yang diperoleh dilakukan pemeriksaan hapusan darah dengan
mikroskop cahaya, dan menunjukkan adanya sel-sel blast leukemia (sel imatur
yang tidak berfungsi seperti leukosit matur normal).
12
2.1.6.2 Aspirasi sumsum tulang. Aspirasi sumsum tulang dilakukan untuk mengambil
sampel darah dan jaringan di sumsum tulang penderita, yaitu pada tulang di
sekitar bokong. Pemeriksaan sumsum tulang lebih sering dilakukan untuk
mendiagnosis ALL karena sebagian pasien tidak memiliki blast leukemia
yang beredar dalam darah pada saat diagnosis. Sampel ini akan diperiksa
dengan mikroskop untuk melihat bentuk sel darah dan perubahan jaringan
sumsum tulang.
2.1.6.3 Pungsi lumbal. Pungsi lumbal dilakukan dengan mengambil sampel cairan
otak dan saraf tulang belakang, dari sela-sela tulang belakang. Sampel cairan
otak akan diperiksa untuk melihat apakah sel kanker sudah menyebar ke otak
dan saraf tulang
2.1.6.4 Tes genetik. Tes genetik menggunakan sampel yang diambil saat aspirasi
sumsum tulang. Tujuannya adalah untuk melihat mutasi gen yang terjadi.
2.1.6.5 Pemeriksaan lain, misalnya pemindaian (foto Rontgen, USG, atau CT scan)
dan biopsi kelenjar getah bening, jarang dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan
bila dokter mencurigai keluhan yang dialami pasien disebabkan oleh penyakit
lain, misalnya limfoma.

2.1.7 Tata laksana


2.1.7.1 Penanganan suportif
a. Pemberian tranfusi komponen darah yang diperlukan
b. Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit
c. Pemberian nutrisi yang baik dan memadai
d. Pemberian antibiotik, anti jamur, dan anti virus bila diperlukan
e. Pendekatan psikososial
f. Perawatan di ruang yang bersih
g. Kebersihan Oro-anal (mulut dan anus)
2.1.7.2 Kemoterapi
Pengobatan utama leukemia limfoblastik akut adalah kemoterapi, Kemoterapi
13
ialah salah satu pengobatan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker (National
Cancer Institute, 2017). Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk
menghancurkan sel kanker. Biasanya bekerja dengan menjaga sel kanker agar tidak
tumbuh, membelah, dan membuat lebih banyak sel. Karena sel kanker biasanya
tumbuh dan membelah lebih cepat dari sel normal, kemoterapi lebih berpengaruh
pada sel kanker, komponen dasar berbagai terapi untuk anak-anak dengan ALL
serupa dan akan diberikan dalam beberapa fase, yaitu:
2.1.7.2.1 Fase induksi
Fase terapi ini bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker dalam tubuh,
terutama di darah dan sumsum tulang. Terapi induksi berlangsung selama
4 sampai 6 minggu dan termasuk glukokortikoid (prednison atau
deksametason), vinkristin, sediaan asparaginase, penggunaan antrasiklin
secara opsional, dan kemoterapi intratekal.(O’Brien et al., 2018)
2.1.7.2.2 Fase konsolidasi
Fase terapi ini bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa
setelah terapi induksi. Setelah remisi, pengobatan termasuk 6 sampai 8
bulan kemoterapi kombinasi intensif yang dirancang untuk
mengkonsolidasikan remisi dan mencegah perkembangan leukemia SSP
yang jelas.
2.1.7.2.3 Fase pemeliharaan
Fase terapi ini dilakukan untuk mencegah sel-sel kanker tumbuh kembali.
Pengobatan dalam satu minggu fase intensifikasi tertunda (protokol II).
Pemberian metotreksat berulang, diberikan melalui infus intravena pendek
atau dengan dosis tinggi selama 24 jam diikuti dengan pemberian asam
folinat untuk "menyelamatkan" jaringan normal dari racun.
2.1.7.3 Terapi tambahan untuk sistem saraf pusat
Terapi ini khusus diberikan kepada pasien yang sel-sel kankernya sudah
menyebar ke sistem saraf pusat.
2.1.7.4 Terapi lain yang dapat dijalani oleh pasien untuk mengobati leukemia
limfoblastik akut adalah: 14
 Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan dengan cara mengganti sumsum
tulang pasien dengan sumsum tulang yang sehat dari donor.
 Radioterapi
Radioterapi dilakukan dengan cara menembakkan sinar khusus ke area
Tujuannya adalah untuk membunuh sel-sel kanker yang telah menyebar
ke otak atau saraf tulang belakang.
 Targeted therapy
Terapi ini dilakukan dengan memberikan obat-obatan sesuai mutasi gen
yang dialami.

2.1.8 Efek Kemoterapi


Berdasarkan National Cancer Institute, efek samping yang dapat terjadi akibat
kemoterapi antara lain mual, muntah, diare, alopesia, trombositopenia, neuropati,
myalgia. Selain itu dapat berupa toksisitas hematologi seperti anemia, neutropenia,
dan trombositopenia. Beberapa efek samping kemoterapi pada anak penderita kanker
antara lain kelelahan, nyeri, mual dan muntah, anoreksia, alopecia, neuropati,
gangguan tidur, gangguan pubertas, disfungsi gastrointestinal, dan gangguan fungsi
ginjal (Hendrawati et al,.2021; Marilyn J. Hockenberry & Wilson, 2018; Kaushal et
al., 2013; Potts & Mandleco, 2012).
Demikian pula hasil penelitian Hendrawati et al. (2019) menunjukkan bahwa
salah satu efek kemoterapi adalah luka pada bibir dan mulut atau mukositis. Ismuhu
dkk. (2020) menunjukkan bahwa mual dan muntah juga merupakan efek samping
dari kemoterapi. Namun, berbagai penelitian melaporkan bahwa masalah fisik pada
anak dengan prevalensi tertinggi adalah kelelahan (Allenidekania et al., 2012;
Crichton et al., 2015; Hendrawati et al., 2021; Yılmaz et al., 2016).
Masalah-masalah akibat penyakit leukemia limfoblastik akut yang dapat
memicu stres pada ibu ialah pengobatan yang cukup lama (kurang lebih 2 tahun),
biaya pengobatan yang tergolong mahal, dan bisa menyebabkan kematian pada anak
(Rani et al., 2015).
15
2.2 Kecemasan
2.2.1 Pengertian
Menurut Kaplan, Sadock & Grebb, 2010 Kecemasan merupakan suatu sinyal
yang memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan adalah reaksi
alami manusia, berguna sebagai fungsi biologis yang penting (Anwar et al., 2018).
Sigmund Freud (1936: 69) berpendapat bahwa kecemasan adalah keadaan
efektif, tidak menyenangkan, disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan
orang tersebut terhadap bahaya yang akan datang (Goleman et al., 2019).
2.2.2 Ciri-ciri Kecemasan
Berikut ini dijelaskan ciri-ciri kecemasan (Nevid, dkk 2005; Saleh,2009):
2.2.2.1 Ciri – ciri fisik kecemasan
a. Kegelisahan, kegugupan
b. Tangan atau anggota tubuh bergetar
c. Banyak berkeringat
d. Telapak tangan berkeringat
e. Pening
f. Mulut atau kerongkongan terasa kering
g. Sulit berbicara
h. Sulit bernapas
i. Bernapas pendek
j. Jantung berdebar keras atau berdetak kencang
k. Suara yang bergetar
l. Jari-jari atau anggota tubuh menjadi dingin
m. Leher atau punggung terasa kaku
n. Sensasi seperti tercekik atau tertahan
o. Sakit perut atau mual
p. Sering buang air kecil
q. Wajah terasa memerah
r. Diare 16
2.2.2.2. Ciri – ciri Behavioral (perilaku) kecemasan
a. Perilaku menghindar
b. Perilaku melekat dan dependen
c. Perilaku terguncang
2.2.2.3 Ciri – ciri Kognitif dari kecemasan
a. Khawatir tentang sesuatu
b. Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang
terjadi di masa depan
c. Keyakinan bahwa sesuatu yang buruk atau mengerikan akan segera
terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas
d. Terpaku pada sensasi tubuh
e. Sangat sensitif terhadap sensasi tubuh
f. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa
g. Ketakutan akan kehilangan kontrol
h. Ketakutan akan ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
i. Berpikir bahwa dunia akan runtuh
j. Berpikir bahwa semuanya sudah tidak bisa dikendalikan
k. Berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa bisa diatasi
l. Khawatir terhadap hal sepele
m. Berpikir tentang hal yang mengganggu yang sama secara berulang-ulang
n. Pikiran terasa campur aduk
o. Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran negatif
p. Berpikir akan segera mati
q. Khawatir akan ditinggalkan sendiri
r. Sulit berkonsentrasi atau memusatkan perhatian

2.2.3 Klasifikasi cemas


Adpun klasifikasi dari kecemasan (Stuard, 2006; Purnamasari, 2019) yaitu;
2.2.3.1 Kecemasan ringan dimana berhubungan dengan ketegangan dalam
17
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada
dan meningkatkan rasa persepsinya. Kecemasan ringan dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, lapang
persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, dan
motivasi meningkat.
2.2.3.2 Kecemasan sedang dapat memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang
lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun
dapat terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini adalah
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung, bicara dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu belajar namun tidak
optimal, konsentrasi menurun, mudah tersinggung, mudah lupa dan
marah.
2.2.3.3 Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul
pada tingat ini adalah tidak dapat tidur, sering kencing, lahan persepsi
menyempit, tidak dapat belajar secara efektif, hanya fokus pada
dirinya saja, bingung, dan disorientasi.
Gejala kecemasan tampak lebih umum terjadi pada orang tua yang memiliki
anak penderita kanker, dibandingkan orang tua yang memiliki anak sehat.
Penelitian
lain yang dilakukan oleh Khalifa dan rekannya tahun 2014 ditemukan bahwa
orangtua yang anaknya mengidap leukemia limfoblastik akut mengalami kecemasan
terutama ibu (Rani et al., 2015).
Pada umumnya orangtua setelah mengetahui anaknya mengidap kanker
mereka akan merasa shock, tidak percaya, takut, merasa bersalah, sedih, cemas dan
marah. Selain itu, mendampingi anak menjalani pengobatan kanker akan memberikan
dampak
18
stress yang berat dan berkepanjangan pada orangtua, terutama ibu. Hal ini bisa
disebabkan karena ibu lebih banyak menghabiskan waktu untuk merawat anak (Rani
et al., 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Delavari dan rekannya (2014) ditemukan
bahwa ibu yang anaknya menderita kanker memiliki tingkat kecemasan yang lebih
tinggi dibandingkan ayah yang anaknya menderita kanker (Wati & Qoyyimah, 2018).
Menurut penelitian Borjalilu.S dkk, 2016 menggambarkan hampir semua
responden mengalami kecemasan dalam kasus ibu dari anak-anak dengan ALL yang
juga mendukung penelitian sebelumnya dimana hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ibu yang mendampingi anaknya dengan ALL sejak awal
diagnosis hingga setelah selesai pengobatan lebih cenderung mengalami depresi dan
stres secara terus menerus (Fetriyah et al., 2019).
Kecemasan yang dirasakan ibu yang mendampingi anak penderita ALL akan
berdampak pada psikologisnya terutama emosi yang menyebabkan sulit tidur karena
ibu pasien memikirkan pendidikan anaknya dimana berkaitan dengan ketidakpastian
akan masa depan, kesembuhan dimana anak dapat beraktivitas seperti biasanya
sebelum anak divonis menderita ALL, dan juga memikirkan biaya yang harus
dikeluarkan di rumah sakit, selain beradaptasi dengan kondisi anak, tekanan finansial,
ibu juga berjuang untuk mengatasi dengan baik di bawah tekanan dalam perawatan
(Maulyda et al., 2015).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu


2.3.1 Usia
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia usia adalah lama waktu hidup atau
ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Menurut depkes 2013, umur atau usia adalah
satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang
hidup maupun yang mati.
2.3.1.1 Kategori Usia Menurut Depkes RI (2009):
a. Balita = 0 – 5 tahun
19
Untuk usia anak yang masih dini, akan diperhatikan secara khusus dan
diharuskan untuk mengikuti kegiatan posyandu secara rutin. Hal ini
bertujuan agar gizi anak tercukupi melalui vitamin atau imunisasi yang
wajib diberikan.
b. Anak- anak, = 5 – 11 tahun
Tahapan anak dalam mengenyam pendidikan dasar yaitu wajib belajar 12
tahun yang sudah ditetapkan oleh menteri pendidikan
c. Remaja Awal = 12 – 1 6 tahun
Hampir sama dengan umur anak dibawahnya, umur dengan rata – rata 12-
16 masih dalam pendidikan yang akan mengubah pola pikirnya untuk ke
jenjang berikutnya
d. Remaja Akhir = 17 – 25 tahun
Masa peralihan dari remaja menjadi dewasa diikuti oleh perkembangan
hormon pada seseorang yang mengubahnya menjadi berbeda secara fisik
yang lebih matang, pemikiran yang terbuka dan terorganisir
e. Dewasa Awal = 26- 35 tahun
Di umur tersebut, anak sudah harus berkembang secara mandiri untuk
mencari jati diri yang akan menentukan masa depannya. Umur di posisi
ini diharapkan sudah dewasa dalam menghadapi satu permasalahan
f. Dewasa Akhir = 36- 45 tahun
Masa seseorang sedang dalam baik dan buruk menjalani kehidupan.
Munculnya banyak masalah dan bagaimana seseorang itu menyelesaikan.
g. Lansia Awal = 46- 55 tahun
Masa peralihan menjadi tua, menurunan jumlah hormon pada tubuh. Dan
fungsi organ juga menurun.
h. Lansia Akhir. = 56 – 65 tahun
Masa menuju tua yang harus memperhatikan psikis, biasanya mulai
menurunnya indera penglihatan dan pendengaran.
i. Manula = 65 – sampai seterusnya
20
Untuk umur–umur selanjutnya masa tua dimana mereka harus
memperhatikan kesehatan. Dengan adanya fasilitas posyandu lansia,
diharapan bisa dimanfaatkan dengan baik.
2.3.1.2 Kategori Usia menutur WHO :
WHO menggolongkan usia dengan pembagian sebagai berikut :
 Anak-anak di bawah umur = 0 – 17 tahun
 Pemuda = 18 – 65 tahun
 Setengah baya = 66 -79 tahun
 Orang tua usia = 80 – 99 tahun
 Orang tua berusia panjang = 100 tahun ke atas.
Menurut Haryanto, 2002 umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan
perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman
berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit
atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap (Dewi Kuraesin, 2009).
Menurut Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009 menerangkan
bahwa usia yang paling baik untuk menjadi orang tua adalah antara 18 dan 35 tahun,
selama waktu ini orang tua dianggap berada pada kondisi kesehatan yang optimum.
Kaplan, Sadock dan Grebb (2010) mengatakan bahwa kecemasan dapat terjadi pada
semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan sebagian besar kecemasan terjadi
pada umur 21-45 tahun. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan
(2008) ada hubungan yang signifikan antara umur orang tua dengan tingkat
kecemasan dalam mendampingi anak yang mengalami fase pengobatan.(Anwar et al.,
2018).
Orang tua dari anak-anak dengan kanker memiliki risiko lebih besar
mengalami tekanan psikologis (yaitu, kecemasan, depresi, dan gejala stres pasca-
trauma) serta kesulitan penyesuaian (Cusinato et al.,2017,van Oers et al., 2014).
Hasil studi pendahuluan di RSUD Arifin Achmad menyatakan usia orang tua
yang mengalami kecemasan berada pada rentang usia dewasa awal (18 tahun - 40
tahun). Usia dewasa awal adalah masa penyesuaian diri terhadap pola-pola
kehidupan. Masa dewasa awal dianggap sebagai fase penyesuain diri terhadap
kehidupan dan
21
harapan sosial baru. Menyesuaikan dalam kehidupan baru, mulai berperan sebagai
suami istri, orang tua, pekerja, maupun pencari nafkah. Kesulitan menyesuaikan diri
pada masa ini akan meningkatkan perasaan kecemasan (Anwar et al., 2018, Pieter,
Janiwarti, dan Saragih 2011).
2.3.2 Pendapatan/Status ekonomi
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015:23.1), pengertian pendapatan adalah
penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal
dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen,
royalti, dan sewa.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015:23.1), pendapatan dapat timbul dari
transaksi dan kejadian berikut ini:
2.3.2.1 Penjualan barang
Barang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual dan barang
untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah
dari property lain yang dimiliki untuk dijual kembali.
2.3.2.2 Penjualan jasa
Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas entitas yang telah
disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama satu periode.
Jasa tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu
periode.
2.3.2.3 Penggunaan asset entitas oleh pihak lain menimbulkan pendapatan
dalam
bentuk:
 Bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau jumlah
terhutang kepada entitas.
 Rolyati yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas.
 Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai
dengan proporsi mereka atas kelompok modal tertentu.
Sedangkan menurut Diana dan Setiawati (2017:361) menyatakan bahwa
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan
kenaikan
22
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”, yang berasal dari
penjualan dengan diskon, penjualan dengan pelunasan ditangguhkan, penjualan
barang, penjualan jasa, Bunga, royalty, dividen. Dilansir dari laman Kadinjakarta.id
menyebutkan Pemprov DKI Jakarta menetapkan besaran UMP Jakarta 2021 sebesar
Rp 4.416.186 (UMR Jakarta 2021).
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas
(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015).
Penghasilan dalam suatu keluarga mempunyai peran yang cukup besar dalam
kesehatan. Keluarga atau orang tua berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
dan tempat mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan
dan memenuhi kebutuhan keluarga yang salah satunya adalah kesehatan setiap
anggota keluarga. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang memiliki pendapatan
rendah (Efendi dan Makhfuli, 2009). Status ekonomi juga dapat mempengaruhi
tingkat kecemasan orang tua dalam mendampingi pengobatan anak kanker. Menurut
Efendi & Makhfudli mengatakan bahwa penghasilan rendah biasanya rentan terhadap
penyakit kronis dan mudah terjadi penularan penyakit dikarenakan biaya pengobatan
yang mahal, sehingga semakin rendah status ekonomi seseorang maka kontribusi
terhadap kecemasan justru semakin besar (Anwar et al., 2018).
2.3.3 Status pernikahan
Menurut Badan Pusat Statistik, Status kawin tidak hanya bagi mereka yang
kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya) tetapi juga mereka
yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.
Klasifikasi status pernikahan menurut Badan Pusat Statistik;
2.3.3.1 Belum Menikah
2.3.3.2 Kawin
Kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi
23
perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah.
Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum
(adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama
dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri.
2.3.3.3 Cerai Hidup
Cerai hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena
bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku
cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka
yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin. Wanita yang
mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.
2.3.3.4 Cerai Mati
Cerai mati adalah seseorang ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum
kawin lagi.
Menurut Potter & Perry (2005) masa dewasa awal merupakan usia yang
produktif, usia memilih pasangan hidup dengan ikatan pernikahan, usia menjadi
orang tua, dan usia yang menimbulkan berbagai macam masalah kehidupan. Tugas
perkembangan dewasa awal pada tahap pernikahan yaitu: membentuk hubungan
intim dengan pasangan, memutuskan dan bekerja menghadapi tujuan bersama,
menetapkan pedoman peran dalam keluarga, membentuk hubungan sosial dengan
orang lain dan memilih nilai moral yang dapat diterima oleh keduanya (Anwar et al.,
2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Hagedoorn dan rekannya (2011) menemukan
bahwa orangtua yang memiliki anak dengan kanker memiliki resiko lebih besar untuk
mengalami gangguan kecemasan dibandingkan dengan orangtua yang memiliki anak
sehat. eResponden tidak hanya merawat keluarga yang sakit saja, tetapi mereka harus
melakukan akivitas yang lainnya, seperti mengerjakan urusan rumah tangga, mencari
tambahan finansial untuk biaya pengobatan, melayani suami, dan lain sebagainya
sehingga tingkat stres menjadi meningkat karena fikiran yang bercabang (Wati &
Qoyyimah, 2018).
24

BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Pengertian
Kerangka konsep merupakan turunan dari kerangka teori yang telah disusun
sebelumnya dalam telaah pustaka. Kerangka konsep merupakan visualisasi hubungan
antara berbagai variabel, yang dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai
teori yang ada dan kemudian menyusun teorinya sendiri yang akan digunakannya
sebagai landasan untuk penelitiannya (Imas & Nauri, 2018).
Variabel Independen:
Variable dependen:
- Usia
- Pendapatan Kecemasan ibu dalam merawat anak
- Status pernikahan dengan leukemia limfoblastik akut
yang menjalani kemoterapi
- Efek pengobatan kemoterapi

Kerangka konsep penelitian ini menjelaskan tentang variabel-variabel yang


diukur dalam penelitian. Kerangka konsep pada penelitian ini meliputi variabel
independen yang terdiri dari usia ibu, pendapatan, status pernikahan dan efek
kemoterapi dan variabel dependen yaitu kecemasan ibu dalam merawat anak dengan
leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi.
Dalam penelitian ini variable yang dapat diukur sebagai berikut;
3.1.1 Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain,
apabila variabel independen berubah maka dapat menyebabkan variabel lain
berubah (Imas & Nauri, 2018). Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia,
pendapatan, status pernikahan dan efek pengobatan kemoterapi yang dapat
mempengaruhi kecemasan ibu.
3.1.2 Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen, artinya variable dependen berubah karena disebabkan oleh
perubahan pada
25
variabel independen (Imas & Nauri, 2018). Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kecemasan ibu dalam merawat anak dengan leukemia limfoblastik
akut yang menjalani kemoterapi.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sementara yang akan diuji kebenarannya.
Hipotesis ini merupakan jawaban sementara berdasarkan pada teori yang belum
dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan pengujian hipotesis
melalui uji statistik (Imas & Nauri, 2018).
3.2.1 Jenis-jenis hipotesis (Imas & Nauri, 2018)
3.2.1.1 Hipotesis Nol (Ho) merupakan hipotesis yang menyatakan tidak ada
hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya atau
hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara variabel yang
satu dengan yang lainnya.
3.2.1.2 Hipotesis Alternatif (Ha) Merupakan hipotesis yang menyatakan ada
hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya atau
hipotesis yang menyatakan ada perbedaan antara variabel yang satu
dengan yang lainnya.
3.2.2 Berdasarkan kerangka konsep maka hipotesis penelitian ini adalah:
3.2.2.1 Adanya pengaruh usia ibu terhadap kecemasan ibu dalam merawat
anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi di
RSPAD Gatot Soebroto.
3.2.2.2 Adanya pengaruh pendapatan terhadap kecemasan ibu dalam merawat
anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi di
RSPAD Gatot Soebroto.
3.2.2.3 Adanya pengaruh status pernikahan terhadap kecemasan ibu dalam
merawat anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.

26
3.2.2.4 Adanya pengaruh efek pengobatan kemoterapi terhadap kecemasan
ibu dalam merawat anak dengan leukemia limfoblastik akut yang
menjalani kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
3.3 Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti secara
operasional di lapangan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pada
pelaksanaan pengumpulan data dan pengolahan serta analisis data (Imas & Nauri,
2018).
Pada penelitian ini yang akan diamati adalah kecemasan ibu dalam merawat
anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi, maka dibawah
ini variable akan diuraikan secara operasional.

27
28
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan cara survey dan desain penelitiannya yaitu cross sectional. Penelitian
kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis
dengan menggunakan teknik statistik. Penelitian yang sering menggunakan cara ini
adalah penelitian eksperimen dan survey. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
memusatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah aktual melalui proses
pengumpulan, penyusunan atau pengklasifikasikan, pengolahan, dan penafsiran data
(Kurniati et al., 2015).

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Menurut Usman dalam bukunya mengungkapkan Populasi adalah semua nilai
baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari
karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Imas &
Nauri,2018;Usman,2009).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua dari anak dengan penyakit
Leukemia Limpoblastik Akut 50 orang.

4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan. Penelitian dengan
menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan dengan penelitian
menggunakan populasi karena penelitian dengan menggunakan sampel lebih
menghemat biaya, waktu, dan tenaga (Imas & Nauri, 2018).
Penentuan besar sample menurut rumus slovin, yaitu :
29
n= N
(1+N e2)

Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
e2 : Tingkat kesalahan yang dipilih (95% atau 0,05)
Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan
populasi.
Penentuan besar sampel
n= N
(1+N e2)
n= 50
(1+50x0,052)
n= 50
(1+50x0,0025)
n= 50
(1+0,125)
n= 50
1,125
n = 44,4 = 44 sampel

Dalam penelitian jumlah sampel minimum yang diteliti yaitu 44 responden,


untuk mengantisipasi drop out maka besar sample ditambah 10% menjadi 49
responden.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Dalam pengambilan sampel peneliti juga memperhatikan kriteria inklusi
dan eksklusi agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi. Penentuan
sampel juga menggunakan kriteria pemilihan sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi.
30
1. Kriteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota populasi menjadi
sampel yang memenuhi kriteria secara teori yang sesuai dan terkait dengan topik
dan kondisi penelitian. Atau dengan kata lain, kriteria inklusi merupakan ciri-ciri
yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel.
Pada penelitian ini kriteria inklusi yaitu;
a. Ibu yang merawat anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani
kemoterapi minimal 6 bulan.
b. Dapat berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan
2. Kriteria eksklusi.
Kriteria ekslusi adalah kriteria yang dapat digunakan untuk mengeluarkan
anggota sampel dari kriteria inklusi atau dengan kata lain ciri-ciri anggota
populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.
Pada penelitian ini tidak ada kriteria eksklusi.

4.3 Tempat Penelitian


Tempat peneliti mengumpulkan data-data yaitu di Lt 2 Paviliun Ade Irma
Suryani RSPAD Gatot Soebroto.

4.4 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan selama peneliti dinas atau bekerja di Lt 2
Paviliun Ade Irma Suryani pada bulan September 2021 – Januari 2022. Dimulai
dengan pembuatan proposal, pengumpulan data, pengolahan data dan pelaporan hasil
penelitian.

4.5 Etika Penelitian


Etika penelitian adalah aturan untuk perilaku yang tepat selama proses
penelitian, berpikir dan bertindak untuk perlindungan subjek manusia (Doody &
31
Noonan, 2016). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperhatikan protocol
kesehatan yang diterapkan di RSPAD Gatot Soebroto dengan memakai masker,
menjaga jarak dan memcuci tangan sebelum mendatangi responden dalam ruang
perawatan dan prinsip-prinsip dasar etik penelitian yang meliputi Autonomy,
Beneficence, Non Maleficence, Anonimity dan Justice (Doody & Noonan, 2016).
Pertimbangan etik terkait penelitian ini, dilakukan melalui perizinan dari RSPAD
Gatot Soebroto dan Institusi Universitas Muhamadiyah Jakarta.
4.5.1 Autonomy
Otonomi menganggap peserta sebagai orang mandiri yang mampu membuat
pilihan sendiri dan mengelola kepentingan mereka. Peneliti memberikan kebebasan
bagi responden apakah bersedia ikut dalam penelitian atau tidak. Peneliti
menyerahkan keputusan kepada responden dan menghormati dan menghargai apapun
yang telah diputuskan oleh responden. Peneliti mendatangi calon responden dan
memberikan informasi lengkap mengenai tujuan, manfaat penelitian, dan prosedur
penelitian kepada responden yang diikut sertakan dalam penelitian. Peneliti juga
menanyakan kesediaan keterlibatan responden dan meminta responden menuliskan
persetujuannya dilembar persetujuan yang telah disediakan oleh peneliti.
4.5.2 Beneficence
Beneficence adalah berusaha untuk berbuat baik atau menguntungkan peserta.
Peneliti memberikan penjelasan tentang manfaat dan keuntungannya bagi responden
dan peneliti. Peneliti menyampaikan keuntungan dari penelitian ini yaitu sebagai
upaya peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Keuntungan penelitian bagi
responden adalah responden dapat mengetahui kondisi psikologisnya apakah
mengalami kecemasan atau tidak.
4.5.3 Non-maleficence
Non-maleficence berarti berusaha untuk tidak menyakiti. Peneliti memiliki
tanggung jawab untuk menyeimbangkan manfaat potensial dengan risiko potensial
untuk mengurangi kemungkinan risiko dan menjaga perlindungan peserta (Parahoo,
2014).
32
4.5.4 Anonimity
Pada lembar pengumpulan data, hanya mencantumkan nama. Peneliti juga
menjamin kerahasiaan semua informasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dari
responden.
4.5.5 Justice
Peneliti menekankan keadilan terhadap semua responden tanpa ada
diskriminasi dan penelantaran. Peneliti tidak melakukan diskriminasi saat memilih
responden penelitian. Responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang telah
ditetapkan. Saat pemilahan responden, peneliti tidak memberikan perlakuan yang
berbeda terhadap responden yang memenuhi kriteria tersebut.

4.6 Instrumen/Alat Pengumpulan Data


4.6.1 Instrumen Penelitian
Instrument pengumpulan data (IPD) ialah alat yang digunakan oleh peneliti
untuk menggali data dari obyek atau subyek penelitian (Kurniati et al., 2015). Ada
dua kategori instrument pengumpulan data yang dipilih sesuai dengan paradigma
yang digunakan. Bagi yang menggunakan strategi ukur mengukur dalam
pengumpulan data, maka instrument pengumpulan datanya adalah paper dan pensil.
Artinya instrument itu berupa daftar pertanyaan yang dituangkan dalam kertas dan
bisa dijawab oleh responden dengan menggunakan pensil.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
memahami variabel yang akan diukur dan jawaban apa yang diharapkan dari
responden (Iskandar, 2008; Imas & Nauri, 2018). Pada penelitian ini peneliti
menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan yang telah disusun dengan baik
untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti.
a. Lembar Kuesioner I tentang karakteristik/demografi responden meliputi: usia,
pendapatan, status pernikahan dan efek pengobatan kemoterapi.
33
b. Lembar Kuesioner II menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety
(HARS) yang terdiri dari 14 pertanyaan tertutup yang terkait kecemasan dimana
responden dapat memberikan tanda (√) pada jawaban yang telah disediakan
dengan skor 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat dan 4 = berat sekali.
Setelah responden mengisi kuesioner, peneliti akan menjumlahkan skor
keseluruhan dengan rentang total skor 0-56.
HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya
gejala-gejala pada individu yang mengalami kecemasan. Instrumen ini telah diuji
validitas dan reliabilitasnya oleh Fu’ad, Dayal, & Fuad (2015). Hasil uji validitas
tiap item pertanyaan >0,05 dan nilai reliabilitasnya 0,793 > 0,6, sehingga
kuesioner ini dapat dinyatakan valid dan reliabel (Thoyibah et al., 2020).

4.7 Prosedur pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin melakukan
penelitian dari RSPAD Gatot Soebroto dan Kepala Ruangan Pav.Ade Irma Suryani
dimana peneliti memberikan kuesioner kepada responden. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan peneliti sebagai berikut;
4.7.1 Tahap persiapan
Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke bagian Akademik FIK UMJ
yang ditujukan kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto, setelah proposal
penelitian mendapatkan persetujuan dan telah disahkan oleh dosen
pembimbing dan koordinator mata ajar. Berdasarkan surat izin dan
rekomendasi tersebut, selanjutnya peneliti meminta izin, menyampaikan
maksud, tujuan penelitian dan melakukan pengambilan data kepada Kepala
Bagian Keperawatan dan Kepala Pendidikan dan Latihan RSPAD Gatot
Soebroto.
4.7.2 Tahap pelaksanaan
Peneliti terlebih dahulu melakukan sosialisasi mengenai tujuan, manfaat,
prosedur penelitian kepada kepala ruang dan Ketua Tim Non Infeksi.
34
Pada fase orientasi peneliti mengidentifikasi responden kemudian
peneliti memperkenalkan diri dan meminta izin untuk menjadikan calon
responden sebagai responden dalam penelitian dan tetap melaksanakan
protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, menggunakan masker dan menjaga
jarak). Setelah diizinkan peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan
penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu
dalam merawat anak dengan leukemia limpoblastik akut.
Selanjutnya Peneliti meminta kesediaan dan persetujuan calon responden
dengan mengisi dan menandatangani informed consent apabila responden
bersedia.
Pada fase kerja setelah mendapat surat persetujuan untuk menjadi
subjek penelitian dari responden, peneliti memberikan kuesioner kepada
responen sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Peneliti mendampingi
responden selama pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan bertanya
apabila ada yang kurang paham dalam mengisi kuesioner.
Fase terminasi, setelah reponden selesai mengisi kuesioner, peneliti
memastikan ada atau tidak kuesioner yang tidak terisi dan mengucapkan
terimakasih kepada responden.

4.8 Pengolahan Data


Pengolahan data adalah suatu cara atau proses dalam memperoleh data
(Hasan, 2002). Pengolahan data adalah bagian dari penelitian setelah pengumpulan
data. Pada tahap ini data mentah atau raw data yang telah dikumpulah dan diolah atau
dianalisis sehinggamenjadi informasi (Imas & Nauri, 2018). Tahapan analisis data
secara manual adalah sebagai berikut:
4.8.1 Editing
Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data yang sudah
dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner disunting kelengkapan
jawabannya. Jika pada tahapan penyuntingan ternyata ditemukan
35
ketidaklengkapan dalam pengisian jawaban, maka harus melakukan
pengumpulan data ulang. Peneliti juga melakukan pengecekan terhadap
kelengkapan pengisian kuesioner dari responden, bila diperlukan peneliti
melakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi data tersebut
4.8.2 Coding
Coding adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel dibuat sesuai
dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan. Peneliti melakukan
pengkodean dengan mengubah data yang berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka sehingga mempercepat entry data dan mempermudah
analisis data mengklasifikasikan data atau jawaban menurut kategorinya/.
Pemberian kode disesuaikan dengan kode dalam definisi operasional
penelitian.
4.8.3 Data Entry
Data entry adalah mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban
masing-masing pertanyaan. Setelah penyuntingan data dan pengkodean data
dilakukan, peneliti memasukkan data satu persatu kedalam program software
Statistical Product and Service Solution (SPSS) untuk dilakukan tabulasi data
agar data tersusun dengan rapi, mudah dibaca dan dianalisis.

4.9 Rencana Analisa data


4.9.1 Analisis univariat
Analisis univariat menggambarkan variabel-variabel penelitian. Statistik
deskriptif dapat disebut juga analisis univariat yang dilakukan menurut jenis
data baik kategorik maupun numerik (Imas & Nauri, 2018). Tujuan dari
analisis ini adalah untuk menjelaskan/mendiskripsikan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu: usia,
pendapatan, status pernikahan dan efek pengobatan kemoterapi dan variable
terikat yaitu kecemasan ibu.

36

Tabel 4.1 Analisa univariat


No Variabel Analisa
1 Usia (Numerik) Mean, median, SD, minimum-maksimum
2 Pendapatan (Numerik) Mean, median, SD, minimum-maksimum
3 Status pernikahan (Kategorik) Distribusi frekuensi dan presentase
4 Efek pengobatan kemoterapi (Numerik) Mean, median, SD, minimum-maksimum

4.9.2 Analisis bivariat


Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan terhadap dua
variabel. Variabel yang ingin diketahui yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan ibu dalam merawat anak dengan leukemia limfoblastik akut yang
menjalani kemoterapi. Analisa dilakukan dengan menggunakan Uji Korelasi Pearson
dan Uji T Independent.
Tabel 4.2 Analisa bivariat
Variabel
No Variabel Independen Dependen Cara Uji
1. Uji Korelasi Pearson
1 Usia (Numerik)
2. Uji Korelasi Pearson
2 Pendapatan (Numerik) Kecemasan Ibu
(Numerik) 3. Uji T Independent
3 Status pernikahan (Kategorik)
4. Uji Korelasi Pearson
4 Efek pengobatan kemoterapi (Numerik)
37

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI.,Pedoman Penemuan Dini Pada Kanker Anak (2011)


Anwar, S. M., Utami, G. T., & Huda, N. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan orang tua anak penderita kanker. Jom Fkp, 5(2), 754–
762.
Doody, O., & Noonan, M. (2016). Nursing research ethics, guidance and application
in practice. British Journal of Nursing, 25(14), 803–807.
https://doi.org/10.12968/bjon.2016.25.14.803
Fetriyah, U., Mahmudah, R., Damayanti, A., & Firdaus, S. (2019). Religiosity, Social
Support and Anxiety in Mothers of Children with Acute Lymphoblastic
Leukemia. 15(IcoSIHSN), 116–122. https://doi.org/10.2991/icosihsn-19.2019.27
Goleman et al., 2019. (2019). Refleksi Kecemasan Dalam Final Destination 3 Karya
James Wong. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Imas, M., & Nauri, A. T. (2018). Buku Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Penemuan Dini Kanker pada Anak. In
Kementerian Kesehatan RI.
Kurniati, I. D., Setiawan, R., Rohmani, A., Lahdji, A., Tajally, A., Ratnaningrum, K.,
Basuki, R., Reviewer, S., & Wahab, Z. (2015). Buku Ajar.
Maulyda, R., Elim, C., Kandou, L. F. J., & Ekawardani, N. (2015). TINGKAT
DEPRESI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK LEUKEMIA
LIMFOBLASTIK AKUT DI RUANG RAWAT ESTELLA RSUP PROF. Dr. R.
D. KANDOU MANADO. E-CliniC, 3(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.7393
Mulyani, S., Mariyam, M., Alfiyanti, D., & Pohan, V. Y. (2019). Dukungan Perawat
Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Pasien Acute Limpoblastik Leukemia.
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 9(3), 225–232.
https://doi.org/10.32583/pskm.9.3.2019.225-232
O’Brien, M. M., Seif, A. E., & Hunger, S. P. (2018). Acute lymphoblastic leukemia
in children. Wintrobe’s Clinical Hematology: Fourteenth Edition, 4939–5015.
https://doi.org/10.1056/nejmra1400972
Permono, B., & Ugrasena, I. (2006). Leukemia akut. Buku Ajar Hematologi-
Onkologi Anak, 236–247.
Rani, M. V. I., Dundu, A. E., & Kaunang, T. M. D. (2015). Gambaran Tingkat
Kecemasan Pada Ibu Yang Anaknya Menderita Leukemia Limfoblastik Akut Di
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-CliniC, 3(1), 440–444.
https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.7401
Rehman, A., Abbas, N., Saba, T., Rahman, S. I. ur, Mehmood, Z., & Kolivand, H.
(2018). Classification of acute lymphoblastic leukemia using deep learning.
Microscopy Research and Technique, 81(11), 1310–1317.
https://doi.org/10.1002/jemt.23139
Terwilliger, T., & Abdul-Hay, M. (2017). Acute lymphoblastic leukemia: a
comprehensive review and 2017 update. Blood Cancer Journal, 7(6), e577.
https://doi.org/10.1038/bcj.2017.53
Thoyibah, Z., Sukma Purqoti, D. N., & Oktaviana, E. (2020). Gambaran Tingkat
Kecemasan Korban Gempa Lombok. Jurnal Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (JPPNI), 4(3), 174. https://doi.org/10.32419/jppni.v4i3.190
Tri Yuniningsih. (2017). Buku Ajar Mata Kuliah MAP.
Wati, N. L., & Qoyyimah, D. F. (2018). Tingkat Stres Ibu Yang Mempunyai Anak
Kanker Leukemia di Rumah Cinta Bandung. Jurnal Keperawatan BSI, VI(1),
69–76.
Lubis, I. T., Lubis, B., Sembiring, T., Rosdiana, N., Nafianti, S., & Siregar, O. R.
(2020). Menilai Status Nutrisi Pasien Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Anak.
Cermin Dunia Kedokteran, 47(2), 139-142.
Muhtadi.I.2014.Blog : Medical Artikel.Topik ke-179: Leukemia (kanker sel darah
putih). Tersedia dalam : https://www.indramuhtadi.com/blog-articles-2014/topik-ke-
179-leukemia-kanker-sel-darah-putih
http://mp5unpam.blogspot.com/2016/01/kerangka-teoritis-dan-hipotesis.html
https://www.hestanto.web.id/pengertian-pendapatan/
https://www.kumpulanpengertian.com/2020/03/pengertian-pendapatan-menurut-para-
ahli.html
https://kbbi.web.id/umur
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/variabel/35
https://www.cancer.net/navigating-cancer-care/how-cancer-treated/chemotherapy/
understanding-chemotherapy
https://www.scribd.com/doc/162685921/usia-menurut-depkes
https://www.scribd.com/document/536711365/MAKALAH-ANXIETY-
DISORDERS-GANGGUAN-KECEMASAN
Willy, dr.Tjin. “Leukemia Limfoblastik Akut.” Alodokter Kemenkes RI 25 Maret
2019 https://www.alodokter.com/leukemia-limfoblastik-akut
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-leukemia-pada-anak
“Upah Minimum Provinsi atau UMP DKI Jakarta Tahun 2021” Kadin DKI Jakarta
16 April 2021 https://kadinjakarta.id/KadinNews-upah-minimum-provinsi-atau-ump-
dki-jakarta-tahun-2021-446--berita-view---profile.html
Lampiran 1 Lembar Inform Concent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Nur Rahayu NIM 20200910170101 adalah mahasiswa S1


Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu
dalam Merawat Anak dengan Akut Limfoblastik Leukemia yang Menjalani
Kemoterapi” penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Ibu/saudara untuk menjadi


responden dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya mohon kesediaan Ibu/saudara
melakukan pelaksanaan tentang tujuan penelitian saya. Jika Ibu/saudara bersedia
silahkan tanda tangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan Ibu/saudara.

artisipasi Ibu/saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu/saudara


bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi
dan semua informasi yang Ibu/saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Jakarta, 202
Peneliti Responden

Nur Rahayu ( )

Lampiran 1. Kuesioner Karakteristik Responden

KUESIONER I
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Kode responden (diisi oleh peneliti):
Petunjuk pengisian:
a. Bacalah dengan baik pertanyaan pada setiap nomor
b. Jawablah setiap pertanyaan dengan memberikan tanda silang ( X ) pada jawaban
anda
c. Beri tanda ceklist ( ) pada pilihan kotak ( ) yang disediakan.
Nama Responden :
Nama anak :
Tanggal Pengisian :
1. Usia ibu : thn
2. Berapakah pendapatan keluarga selama 1 bulan ?
Dibawah UMR, ≤ Rp.4,000,000,- /bulan
Diatas UMR, ≥ Rp.4,000,000,- /bulan
3. Status Pernikahan
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
4. Pilih keluhan yang timbul saat anak menjalani kemoterapi yang membuat ibu
cemas; (pilihan boleh lebih dari 1)
a. Rambut rontok
b. Nyeri
c. Gangguan pencernaan (mual,muntah,diare,konstipasi/sembelit)
d. Penurunan berat badan
e. Perdarahan
f. Sulit tidur
g. Rasa lelah dan lemah sepanjang hari
Lampiran 2. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY


(HARS)

Skor : 0 = tidak ada


1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan


14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
Perasaan Ansietas
-          Cemas
1          
-          Firasat Buruk
-          Takut Akan Pikiran Sendiri
-          Mudah Tersinggung
Ketegangan
-          Merasa Tegang
-          Lesu
-          Tak Bisa Istirahat Tenang
         
-          Mudah Terkejut
-          Mudah Menangis
-          Gemetar
-          Gelisah
Ketakutan
-          Pada Gelap
-          Pada Orang Asing
3 -          Ditinggal Sendiri          
-          Pada Binatang Besar
-          Pada Keramaian Lalu Lintas
-          Pada Kerumunan Orang Banyak
Gangguan Tidur
-          Sukar Masuk Tidur
-          Terbangun Malam Hari
-          Tidak Nyenyak
4          
-          Bangun dengan Lesu
-          Banyak Mimpi-Mimpi
-          Mimpi Buruk
-          Mimpi Menakutkan
Gangguan Kecerdasan
5 -          Sukar Konsentrasi          
-          Daya Ingat Buruk
Perasaan Depresi
-          Hilangnya Minat
-          Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
6 -          Sedih          
-          Bangun Dini Hari
-          Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang
hari
Gejala Somatik (Otot)
7 -          Sakit dan Nyeri di Otot-Otot          
-          Kaku
-          Kedutan Otot
-          Gigi Gemerutuk
-          Suara Tidak Stabil
Gejala Somatik (Sensorik)
-          Tinitus
-          Penglihatan Kabur
8          
-          Muka Merah atau Pucat
-          Merasa Lemah
-          Perasaan ditusuk-Tusuk
Gejala Kardiovaskuler
-          Takhikardia
-          Berdebar
-          Nyeri di Dada
9 -          Denyut Nadi Mengeras          
-          Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau
Pingsan
-          Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
Gejala Respiratori
-          Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
10 -          Perasaan Tercekik          
-          Sering Menarik Napas
-          Napas Pendek/Sesak
Gejala Gastrointestinal
-          Sulit Menelan
-          Perut Melilit
-          Gangguan Pencernaan
-          Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
-          Perasaan Terbakar di Perut
11          
-          Rasa Penuh atau Kembung
-          Mual
-          Muntah
-          Buang Air Besar Lembek
-          Kehilangan Berat Badan
-          Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
Gejala Urogenital
-          Sering Buang Air Kecil
12          
-          Tidak Dapat Menahan Air Seni
-          Amenorrhoe
-          Menorrhagia
-          Menjadi Dingin (Frigid)
-          Ejakulasi Praecocks
-          Ereksi Hilang
-          Impotensi
Gejala Otonom
-          Mulut Kering
-          Muka Merah
13          
-          Mudah Berkeringat
-          Pusing, Sakit Kepala
-          Bulu-Bulu Berdiri
Tingkah Laku Pada Wawancara
-          Gelisah
-          Tidak Tenang
-          Jari Gemetar
14 -          Kerut Kening          
-          Muka Tegang
-          Tonus Otot Meningkat
-          Napas Pendek dan Cepat
-          Muka Merah
Skor total =

You might also like