Eksistensi Sistem Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

EKSISTENSI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBENTUKAN

KARAKATER SISWA

Ifa Mahdiyah, Rozihan Anwar, Nabiela Wafiq Azizah


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract. Currently, there are many phenomena of moral decadence in generations. Courtesy,
noble character, and religiosity that have been upheld by the Indonesian people seem lost and are
rarely found in the midst of society. With the formation of character in students as the younger
generation becomes one of the answers to deal with these phenomena. Schools as educational
institutions can be a place to form a generation of character. One alternative to realize this
character-building mission is through Islamic education. This article was written using a
descriptive qualitative research method through a literature study approach. This article was
written with the aim of analyzing and describing the existence of the Islamic education system in
the formation of students' character. The Islamic education system which consists of several
components such as goals, students, teachers, materials, environmental conditions, and
educational tools are very important in the formation of student character. One of the goals of
Islamic education is to form students who have character. Teachers are educators and mentors act
as examples or role models for students. The components of the Islamic education system in the
form of morals and methods of habituation such as charity activities, congregational prayers, 4S
(smiles, greetings, politeness, courtesy) are examples of the existence of the Islamic education
system in shaping the character of students.
Keywords. Islamic Education System, Character, Students
Abstrak. Saat ini banyak terjadi fenomena-fenomena dekadensi moral pada generasi.
Kesopanan, budi pekerti luhur, serta religiusitas yang selama ini dijunjung tinggi oleh
Bangsa Indonesia seakan terasa hilang serta jarang ditemui di tengah-tengah masyarakat.
Dengan pembentukan karakter pada siswa sebagai generasi muda menjadi salah satu
jawaban untuk menghadapi fenomena-fenomena tersebut. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan dapat menjadi tempat untuk membentuk generasi yang berkarakter. Salah
satu alternatif untuk mewujudkan misi pembentukan karakter ini adalah melalui
pendidikan Islam. Artikel ini ditulis menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif melalui pendekatan studi kepustakaan. Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk
menganalisis dan mendeskripsikan eksistensi sistem pendidikan Islam dalam
pembentukan karakter siswa. Sistem pendidikan Islam yang terdiri dari beberapa
komponen seperti tujuan, siswa, guru, materi, kondisi lingkungan, dan alat pendidikan
sangat penting keberadaannya dalam pembentukan karakter siswa. Tujuan pendidikan
Islam salah satunya membentuk siswa yang berakhlak. Guru merupakan pendidik serta
pembimbing berperan sebagai contoh atau teladan bagi siswa. Adapun komponen sistem
pendidikan Islam berupa materi akidah akhlak serta metode pembiasaan diri seperti
kegiatan amal, sholat berjamaah, 4S (senyum, salam, sopan, santun) menjadi contoh dari
eksistensi sistem pendidikan Islam dalam membentuk karakter siswa.
Kata Kunci. Sistem Pendidikan Islam, Karakter, Siswa

A. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama Rahmatan lil alamin. Agama Islam mengatur seluruh
apsek dalam kehidupan manusia. Tidak hanya mengatur hubungan antara manusia
dengan tuhannya atau habl min Allah, tetapi juga mengatur hubungan kita dengan
manusia lainnya atau habl min al-Nas.1 Islam adalah agama yang besar dan telah
tersebar di seluruh penjuru dunia salah satunya di Indonesia. Indonesia adalah
negara yang beranekaragam sosialnya, budaya, suku, dan bahasa. Salah satu faktor
yang melatarbelakangi perubahan sosial dan budaya di Indonesia adalah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kenakeragaman dan perubahan
yang terjadi di Indonesia ini, membuat munculnya tantangan-tantangan yang harus
dihadapi dan datangnya tanpa bisa diprediksi. Oleh karena itu, untuk menghadapi
tantangan-tantangan tersebut perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia tersebut.
Pendidikan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW telah memuat
pendidikan secara kompleks. Pendidikan yang begitu kompleks tersebut telah
diajarkan oleh Nabi berabad-abad yang lalu. Dalam pendidikan yang telah diajarkan
oleh Nabi telah mengacu pada pendidikan yang mengenalkan ketuhanan (tauhid),
pendidikan tentang pembentukan kepribadian (akhlak) dan bahkan pendidikan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mendatangkan rezeki yang berkaitan erat dengan
muamalah. Hal ini membuktikan bahwa agama Islam menaruh perhatian yang besar
pada pendidikan. Pendidikan tidak hanya penting dalam Islam, tetapi penting bagi
suatu bangsa untuk meningkatkan kualitas rakyat dan memajukan negaranya.
Saat ini pendidikan Islam mulai mendapatkan banyak goresan noda yang kurang
mengenakkan. Di zaman sekarang banyak generasi muda mencerminkan sifat serta
perilaku yang jauh dari tujuan pendidikan Islam. Tujuan tersebut yakni membentuk
generasi yang berilmu, berakhlak, serta berkarakter baik yang disebut dengan insan
kamil. Zaman sekarang banyak terjadi dekadensi moral dan merosotnya keimanan.
Maraknya penyalah gunaan narkoba, kriminalitas yang terjadi dimana-mana, seks
bebas yang banyak terjadi di kalangan remaja membuktikan bahwa terjadinya krisis
identitas atau jati diri serta karakter pada Bangsa Indonesia.
Sumber hukum Islam yakni al-Qur’an dan Hadis tidak hanya memuat tentang
keimanan pada Allah SWT, tetapi juga memuat tentang pendidikan. Menurut UU No
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang memaparkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman serta
betakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga demokratis dan tanggung jawab.
Pendidikan karakter berkaitan erat dengan fenomena-fenomena dekadensi moral
yang terjadi saat ini. Kesopanan, budi pekerti luhur, serta religiusitas yang selama ini
dijunjung tinggi oleh Bangsa Indonesia seakan terasa hilang serta jarang ditemui di
tengah-tengah masyarakat. Pendidikan karakter menjadi salah satu jawaban untuk
menghadapi fenomena-fenomena tersebut. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
dapat menjadi tempat untuk membentuk generasi-generasi yang berkarakter. Salah
satu alternatif untuk mewujudkan misi pembentukan karakter ini adalah melalui
pendidikan Islam. Dengan hadirnya pendidikan Islam, diharapkan mampu
menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman dan takwa,

1
Robie Fanreza, Munawir Pasaribu, “PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DIDIK”, The
Progressive and Fun Education Seminar, h. 55
berakhlak, berbudi luhur, beretika, serta berkarakter sebagai perwujudan dari
pendidikan.

B. METODE
Metode penelitian yang digunakan pada artikel ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik
penelitian berupa pengumpulan dan analisis data melalui kegiatan membaca,
mencatat, dan menelaah literatur, catatan, jurnal, laporan ataupun buku yang relevan
dengan tema yang diangkat. Pada penelitian ini lebih banyak menggunakan referensi
dari artikel ilmiah, jurnal dan juga buku yang kemudian dikaji dan ditelaah untuk
ditarik kesimpulan. Penelitian ini dilakukan dengan menggali sumber-sumber yang
berkaitan dengan eksistensi atau keberadaan sistem pendidikan Islam dalam
pembentukan karakter siswa.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Konsep Sistem Pendidikan Islam
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani yakni systema yang artinya
mengumpulkan. Hal ini bermakna sistem adalah suatu kesatuan bermacam-
macam hal kemudian menjadi suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian.
Sistem merupakan keseluruhan yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja
sendiri atu bersama-sama demi tercapainya hasil atau tujuan yang diinginkan
berdasar pada kebutuhan yang ada.2 Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa sistem merupakan keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan berdasar pada kebutuhan.
Selanjutnya beralih pada pendidikan Islam. Pendidikan secara bahasa
memiliki pengertian yaitu berasal dari kata “didik” yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai sebuah langkah atau perbuatan seperti sistem
mendidik.3 Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan lebih
mengacu pada sistem pendidikan.
Definisi Pendidikan Islam secara istilah adalah suatu sistem pendidikan
yang mampu memberi tambahan keagaaman untuk membimbing jasmani dan
rohani seseorang dengan berdasar pada hukum-hukum Islam. Hasan
Langgulung memaparkan bahawa pendidikan Islam merupakan proses
mempersiapkan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan
pengetahuan serta nilai-nilai Islam yang dipadankan bersama fungsi manusia
untuk beramal di dunia kemudian mendapat hasilnya di akhirat.4 Di dalam ajaran
islam, sebuah pendidikan memiliki tiga dasar utama yang menjadi sumbernya
yaitu Al-Qur’an, as-sunnah, ijtihad. Berikut penjelasan mengenai dasar-dasar
tersebut:
a. Al-Quran merupakan kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia. Al-
Qur’an juga merupakan petunjuk bagi manusia yang dapat mencakup segala
aspek kehidupan manusia. Pengertian Al-Qur’an menurut Hasbi Ash Shidieqy
adalah wahyu Allah SWT yang turun kepada Nabi melalui Malaikat Jibril

2
Abdul Syukur Abu Bakar, 2020, “Sistem Pendidikan Islam”, Vol 1 No. 1, h. 53
3
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia
4
Muhammad Haris, 2015, ‘Pendidikan Islam Dalam Perspektif Prof. H.M Arifin’, Ummul Quro Vol VI, No 2, h. 4
dengan jalan muttawatir kemudian disampaikan pada umatnya serta dihukumi
kafir bagi orang yang mengingkari.5
b. As-Sunnah merupakan sebuah perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi
Muhammad SAW yang dicontohkan kepada pengikutnya. Sunnah juga bisa
berarti perilaku (sirah), jalan (thariqah), kebiasaan atau ketentuan.6 Dalam
kaitannya dengan pendidikan, Nabi menunjukkan pendidikan yang fleksibel,
dan universal sesuai dengan potensi manusia, masyarakat, serta kondisinya,
c. Ijtihad di dalam pendidikan itu sangat diperlukan, karena sebuah pendidikan
merupakan bagian dari sarana untuk membangun kehidupan bersosial. Sistem
pendidikan dalam suatu negara sangat menentukan terjadinya kemunduran
atau kemajuan kebudayaan manusia dalam suatu bangsa.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan tersebut, dapat dilihat
bahwa sistem pendidikan Islam merupakan suatu gabungan komponen yang
bersatu dan terdiri dari unsur pendidikan untuk bekerja sama mencapai sebuah
tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Terdapat enam komponen dalam
sistem pendidikan Islam. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan
pendidikan, siswa, guru, materi, kondisi lingkungan, serta alat pendidikan.7
Samsul Nizar berpendapat mengenai tujuan pendidikan Islam yakni
didasarkan pada QS Adh-Dhariyat : 56, yakni manusia sebagai orang yang
mengabdi kepada Khaliq-Nya, supaya bisa membangun dunia serta mengelola
semua isi dari alam semesta yang sama dengan konsep yang sudah ditetapkan
oleh Allah SWT.8 Adapun tujuan dari sebuah pendidikan Islam secara garis besar
yakni terdiri dari beberapa tahapan:9
a. Tujuan tertinggi.
Tujuan tertinggi ini tidak berubah, dan berlaku untuk semua, tidak terbatas
pada wilayah geografis dan ideologi yang dianut oleh negara-negara. Tujuan
ini adalah akhir dari hakikat keberadaan manusia sebagai khalifah di bumi,
b. Tujuan umum.
Tujuan umum yaitu sebuah tujuan yang tidak dapat di peroleh kecuali lewat
proses penmbelajaran, pengalaman-pengalamab, serta keyakinan akan fakta,
c. Tujuan khusus.
Bentuk dari tujuan khusus adalah operasional serta mudah dilakukannya
evaluasi. Tujuan ini memiliki sifat yang elastis dan adaptik sesuai dengan
perkembangan zaman yang berlangsung.
Komponen dalam sistem pendidikan Islam selanjutnya adalah siswa. Siswa
merupakan bagian dari masyarakat yang ingin mengembangkan kelebihan dari
dirinya lewat sebuah pendidikan yang sesui dengan dengan jalur, jenjang dan
jenis tertentu. Siswa menjadi pelaku yang sangat dalam sebuah pendidikan,
karena sebuah pembelajaran tidak hanya berasal dari guru tetapi juga siswanya.

5
Muhammad Aman Ma’mun, 2018, ‘Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an’, Jurnal Pendidikan Islam, 4.1, h. 52–
62.
6
H. Hairillah, 2015 ‘Sunnah of the Prophet Muhammad That Had Been Understood by the Majority of Muslims as
Role Models; in the Form of Words, Deeds / Actions and the Approval of the Actions of Others by the Prophet
Must Always Be Understood in a Dynamic and Lively Way. When S’, Mazahib, Vol. XIV, No. 2 196–97.
7
Dahrun Sajadi, 2021, “Sistem Pendidikan Islam di Indonesia”, Tahdzib Al-Akhlak: Jurnal Pendidikan Islam Vol.4 No.
1, h. 50
8
Muhammad Haris.
9
Samsul Nizar. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan Islam.
Siswa dapat menjadi sumber belajar terutama pada pembelajaran aktif. Siswa
sebagai input dalam lembaga pendidikan khusunya lembaga pendidikan Islam,
serta sebagai penentu keberhasilan suatu sistem pendidikan. Komponen
selanjutnya adalah pendidik atau guru. Guru bertugas untuk membimbing,
mengajar, dan melatih siswa. Guru harus memenuhi kualifikasi sebagai pendidik
dengan menyertakan ijazah atau sertifikat yang relevan. Dalam sistem pendidikan
Islam juga terdapat materi atau suatu pesan yang disampaikan oleh guru pada
siswa untuk tercapainya tujuan pendidikan. Selanjutnya adalah lingkungan
pendidikan. Lingkungan pendidikan yang terdiri dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat merupakan ruang dan waktu yang mendukung kegiatan
pendidikan. Siswa mampu meningkatkan kualitas diri dan meningkatkan potensi
secara maksimal tentunya dengan didukung oleh lingkungan yang kondusif.
Komponen selanjutnya adalah alat pendidikan. Alat disini diartikan sebagai
penunjang dalam melaksanakan sebuah pendidikan yang digunakan sebagai
perantara atau penghubung guru dan siswa dalam menyampaikan materi. Salah
satu alat pendidikan adalah metode yang digunakan dalam penyampaian materi.
Adapun metode pengajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi
dalam pendidikan Islam. Mengajar adalah salah satu cara menyampaikan
pelajaran kepada siswa. Diharapkan metode ini akan memudahkan siswa untuk
memahami apa yang dikatakan guru, serta memungkinkan terjadinya
pembelajaran yang efektif. Metode dalam pendidikan Islam selalu berlandaskan
prinsip dan erat kaitannya dengan nilai-nilai agama Islam. Menurut Abuddin
Nata ada beberapa metode atau cara pembelajaran dalam sebuah pendidikan
Islam. Metode tersebut yaitu; metode kisah teladan, sebuah nasihat, metode
pembiasaan, sebuah hukuman, metode ceramah serta diskusi.10 Dengan metode-
metode tersebut, diharapkan dapat memudahkan siswa dalam proses
pembelajaran.
Terdapat beberapa landasan melatarbelakangi adanya pendidikan Islam
yang ada di Indonesia, yaitu seperti pada Undang-Undang Dasar 1945 pada bab
IX pasal 29 ayat 2, yang berbunyi a) Negara berdasarkan Atas Ketuhanan Yang
Maha Esa (b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
Kemudian dasar dalam pendidikan Islam yang secara umum adalah oparisonal
yaitu dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di
sekolah-sekolah di Indonesia. Selain dasar umum tersebut, ada juga dasar secara
keagaaman yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad. Dari dasar-dasar tersebut
diharapkan mampu menjadi petunjuk untuk membangun diri manusia ke arah
yang lebih baik.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi diri sendiri maupun
masyarakat yang luas. Dalam hal sosial, pendidikan sangat dipandang penting
untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Bahkan pendidikan
merupakan aspek yang dapat digunakan untuk menilai sebuah kemajuan dari
negara. Tidak heran jika sebuah negara yang memiliki masyarakat yang kurang
berpendidikan akan dipandang sebagai negara yang tidak maju. Oleh karena itu
pendidikan Islam diharapkan mampu untuk membantu mendorong sistem
pendidikan yang ada di Indonesia ini supaya menjadi lebih maju dari sebelumya.

10
Muhammad Haris.
2. Pembentukan Karakter Siswa
Pembentukan adalah usaha yang diwujudkan sebagai hasil perbuatan.
Sedangkan definisi karakter sudah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Hidayatullah, karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama,
atau reputasi. Megawati mengatakan bahwa karakter dibentuk oleh rutinitas
sehari-hari yang sesuai dengan makna karakter secara bahasa yakni, "mengukir".
Kegiatan pengukiran ini membutuhkan proses, keterampilan, dan ketelitian
untuk dapat menciptakan ukiran yang kokoh, serta proses pembentukan karakter
individu yang harus dimulai sejak dini dan diharapkan karakter tersebut dapat
tertanam kuat pada individu tersebut.11 Dengan demikian dapat ditarik benang
merah pengertian dari pembentukan karakter adalah suatu proses membentuk
kualitas mental atau moral yang dilakukan setiap hari dengan harapan karakter
tersebut dapat melekat kuat pada diri individu.
Menurut Marzuki, karakter identik dengan akhlak, karakter cukup identik
dengan akhlak dimana dalam karakter juga mencakup hal-hal yang umum dalam
perilaku manusia. Seperti hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan dengan
diri sendiri, hubungan dengan lingkungan yang diwujudkan dalam pikiran,
sikap-sikap, perasaan, perkataan serta perbuatan berdasar norma agam, hukum,
etika, budaya serta adat istiadat.12
Ada dua pandangan mengenai dasar pembentukan karakter. Pertama,
merupakan paradigma (wilayah sempit pendidikan moral) yang menganggap
pembentukan karakter dalam kerangka pemahaman moral dan memiliki karakter
yang lebih sempit. Dalam pandangan pertama ini, diputuskan untuk memberikan
preferensi tertentu kepada siswa. Kedua, merupakan paradigma pendidikan
yang dipandang dari sudut pemahaman masalah masalah moral yang lebih luas.
Pandangan kedua melihat pembentukan karakter sebagai pedagogi di mana
orang-orang yang terlibat dalam pendidikan menjadi subjek pengembangan
karakter. Pandangan ini melihat siswa sebagai agen yang memaknai,
mempersepsikan, dan mewujudkan nilai-nilai melalui kebebasan.13
Mu’in mengemukakan mengenai enam sikap utama dalam pribadi
seseorang yang dapat dijadikan pedoman untuk mengukur serta menilai karakter
individu. Enam sikap tersebut adalah:14
a. Penghormatan (Respect)
Tujuan dari adanya penghormatan adalah untuk menunjukkan bagaimana
cara bersikap secara khidmat baik pada diri sendiri maupun orang lain.
Biasanya rasa hormat dapat ditunjukkan melalui sikap sopan dan juga
membalas kebaikan baik dengan sikap maupun pemberian,
b. Tanggung jawab (Responsibility)
Sikap bertanggung jawab menunjukkan apakah seseorang memiliki karakter
yang baik atau tidak. Orang yang tidak bertanggung jawab seringkali dibenci

11
Hardiyana, 2014, “PENGARUH GURU PKn TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA,” JURNAL ILMIAH PPKn
IKIP VETERAN SEMARANG VOL. 2 NO. 1, h. 57
12
Rosyad, Ali Miftakhu, 2019, “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MANAGEMEN SEKOLAH,”
TARBAWI: Jurnal Ilmu Keilmuan Manajemen Pendidikan Vol. 5 No. 02, h. 117.
13
Ainissyifa, Hilda 2014, “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam,” hal. 6 Jurnal Pendidikan
Universitas Garut Vol.08 No.01, h. 6.
14
ibid, hal. 7
oleh banyak orang, yang membuktikan bahwa tidak bertanggung jawab
merupakan karakter yang tidak perlu dikembangkan,
c. Kesadaran berwarga-negara (Citizenship-civic duty)
Meningkatkan kesadaran kewarganegaraan membutuhkan sifat tindakan
untuk menciptakan masyarakat yang menghormati hak-hak sesama warga
Negara,
d. Keadilan dan kejujuran (Fireness)
Keadilan berdasar pada aspek kesamaan (sameness) atau memberikan hak-hak
yang sama pada orang lain tanpa pandang bulu,
e. Kepedulian dan kemauan berbagi (Caring)
Rasa peduli meupakan perekat dalam masyarakat. Kepedulian membuat
sesorang mengetahui rasa menjadi orang lain yang biasanya dicerminkan
melalui perbuatan memberi atau langsung terlibat dengan orang yang terkait.
f. Kepercayaan (Tristworhiness)
Di dalam kepercayaan terdapat beberapa elemen terkait karakter, antara lain
integritas, yaitu karakter seseorang mengenai kesesuaian antara apa yang dia
ucapkan dan apa yang dia lakukan.
Dalam dunia pendidikan saat ini telah banyak ditemukan perilaku-
perilaku tidak bermoral yang dilakukan oleh siswa yang masih sekolah,
contohnya seperti tawuran antar pelajar, video mesum yang viral di media sosial
dimana pelakunya adalah seorang pelajar, penyalahgunaan narkoba dan obat-
obatan terlarang lainnya, bahkan beberapa pelajar putri rela menjual
“kegadisannya” demi memenuhi gengsinya. Menurut Agus Wibowo
berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI, 2003)
menyatakan sebanyak 32% remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar
Indonesia (Jakarta, Surabaya, Bandung) pernah berhubungan seks.15
Terkait fenomena tersebut , Aizumardi Azra berpendapat bahwa situasi ini
menjelaskan pentingnya pembentukan karakter untuk direkonseptualisasi
kembali.16 Lembaga pendidikan, termasuk sekolah/madrasah, keluarga dan
lingkungan sosial, diharapkan menjadi teladan atau panutan dalam proses
pendidikan siswa. Padahal, pendidikan tidak hanya mengajarkan pengembangan
akal, tetapi juga pembentukan moral yang baik dan pikiran yang berbudi luhur.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk menanamkan nilai-nilai pada
siswa dan memperbaharui hidup dengan menghargai kebebasan individu. Selain
itu, pendidikan karakter juga bertujuan untuk menggalakkan sosialisasi terkait
peningkatan kualitas penyelenggaraan dan hasil belajar di sekolah yang bermuara
pada pembentukan karakter seluruh siswa secara terpadu dan seimbang serta
tercapainya akhlak mulia sesuai dengan standar kompetensi kelulusan.17 Dengan
demikian, pembentukan karakter sangat penting untuk membentuk generasi
penerus bangsa yang bermoral dan berilmu.
3. Eksistensi Sistem Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter Siswa

15
Sutarna, Nana “PENDIDIKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM", Jurnal FKIP UNS
dalam Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN, h. 324
16
ibid
17
Ibid, h. 325
Sistem pendidikan Islam merupakan seperangkat unsur yang saling
berhubungan yang terdapat dalam pendidikan dengan berlandaskan pada nilai-
nilai Islam sehingga membentuk suatu kesatuan demi tercapainya tujuan lembaga
pendidika Islam. Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa komponen atau
unsur dalam sistem pendidikan Islam. Komponen-komponen tersebut adalah
tujuan pendidikan, siswa, guru, materi, kondisi lingkungan, serta alat pendidikan.
Untuk terlaksananya sistem pendidikan Islam, diperlukan lembaga pendidikan
Islam. Madrasah dan pondok pesantren merupakan contoh lembaga pendidikan
yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. Madrasah dibagi menjadi tiga apabila
ditinjau dari segi tingkatannya yakni tingkat Ibtidaiyah (tingkat dasar), tingkat
Tsanawiyah (tingkat menengah), dan tingkat Aliyah (tingkat menengah atas).18
Berikut ini beberapa tugas lembaga pendidikan Islam yakni madrasah:
a. Mewujudkan pendidikan Islam yang berdasar pada prinsip Islam guna
tercapainya tujuan pendidikan. Perwujudan ini agar siswa beribadah dan
mentauhidkan Allah SWT,
b. Menjaga fitrah siswa sebagai insan mulia agar tidak terjadi penyimpangan,
c. Membersihkan jiwa dan pikiran dari emosi dan hawa nafsu akibat
berkembangnya zaman,
d. Memberi wawasan nilai dan moral, serta peradaban agar pemikiran siswa
berkembang,
e. Menciptakan kesatuan serta kesamaan antar siswa.
Dari paparan di atas, salah satu tugas dari lembaga pendidikan Islam yakni
madrasah adalah memberi wawasan mengenai nilai dan moral agar pemikiran
siswa berkembang. Moralitas siswa disini erat kaitannya dengan konsep karakter.
Karakter merupakan nilai-nilai yang khas dalam diri seseorang baik mengetahui
nilai kebaikan, kemauan berbuat baik, serta dampak yang baik terhadap
lingkungan. Konsep pembentukan karakter sudah ada pada zaman Nabi
Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan perintah Allah SWT mengenai misi
utama dan pertama Nabi Muhammad SAW yakni perbaikan akhlak umatnya.
Konsep akhlak dalam Islam sejalan dengan karakter. Keduanya membahas
tentang perilaku manusia. Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah sikap
yang berakar pada jiwa dan dengan mudah menghasilkan berbagai perilaku
tanpa perlu pertimbangan dan perenungan.19
Dalam Islam akhlak dan karakter merupakan sasaran utama dalam
pendidikan. Akhlak dipandang sebagai dasar untuk tercapainya keseimbangan
dalam kehidupan manusia. Empat hal yang menjadi prinsip dasar akhlak yakni:20
a. Hikmah merupakan kondisi atau psikis seseorang yakni mereka dapat
membedakan antara hal yang benar dan salah,
b. Syajaah yang artinya kebenaran. Hal ini bermakna keadaan psikis seseorang
mencurahkan serta meredam potensional aspek emosi di bawah kendali akal,
c. Iffah yang artinya adalah kesucian. Hal ini bermakna keinginan atau hawa
nafsu seseorang dapat dikendalikan oleh akal serta syariat,

18
Haidar Putra Daylay, 2007, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenda
Media Group, h. 65
19
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 99
20
Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri Menurut Konsep Nabawi, Terj Afifudin, (Solo:
Media Insani, 2003), h. 34
d. Adl yang artinya keadilan. Hal ini bermakna keadaan psikis seseorang yang
mengatur tingkat emosi serta nafsu pada saat melampiaskan disesuaikan
dengan kebutuhan hikmah.
Prinsip-prinsip akhlak yang diuraikan di atas menekankan bahwa sifat jiwa
manusia terdiri dari nafsu baik dan jahat. Namun, nafsu tersebut dapat
dikendalikan melalui pendidikan dengan mempraktekkan perilaku yang
mengarah pada hal-hal baik. Dengan demikian, Islam mengedepankan proses
pendidikan sebagai sarana dalam membentuk watak atau karakter anak.
Moralitas atau akhlak adalah fondasi utama dari tujuan sistem pendidikan
Islam. Hal ini sejalan bersama pentingnya pengenalan pendidikan karakter di
lembaga pendidikan. Membangun bangsa yang besar yang diakui dan dihormati
di dunia membutuhkan masyarakat yang baik yang dapat diawali dengan
pembentukan karakter. Salah satunya dengan penanaman nilai-nilai akhlak
dalam proses pembelajaran.
Pendidikan yang berkaitan dengan akhlak tidak hanya diberikan sebagai
pengetahuan semata, tetapi sangat penting untuk dipelajari lewat pembiasaan diri
dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan diri merupakan salah satu komponen
metode pembelajaran dalam sistem pendidikan Islam untuk pembentukan
karakter siswa. Contoh perwujudan dari metode ini adalah membiasakan
kegiatan amal, 4S (senyum, salam, sopan, santun), kegiatan Jum’at bersih, yasinan
dan lain sebagainya. Selain itu, metode lainnya adalah keteladanan. Guru sebagai
role model harus memberikan contoh atau menjadi teladan bagi siswanya, yakni
dengan mengedepankan aspek perilaku daripada bicara tanpa aksi. Guru juga
harus mendorong siswa untuk selalu berperilaku baik dalam kehidupan sehari-
harinya. Oleh sebab itu, guru yang bertugas untuk menilai dan mengawasi siswa
mengenai bagaiamana mereka berperilaku sehari-hari di sekolah. Hal tersebut
membutuhkan dukungan dari semua pihak seperti guru, orang tua, dan teman-
temannya.
Proses belajar dan mengajar yang diharapkan dalam pendidikan akhlak
adalah mendidik bukan mengajar. Mendidik artinya proses belajar lebih
mengarah pada bimbingan serta nasehat. Membimbing dan menasehati bermakna
mengarahkan siswa untuk menerapkan nilai-nilai sebagai suri tauladan dalam
kehidupan nyata. Jadi, tidak sekedar memaparkan hal-hal yang sifatnya
pengetahuan saja.21 Mendidik dengan penuh perhatian berarti selalu
memperhatikan serta aktif mengikuti perkembangan anak terutama dalam
perilaku sehari-hari. Hal ini dapat menjadi ukuran tingkat bagi seorang guru
dalam proses belajar mengajar. Sebab hal terpenting dalam pendidikan Islam
adalah adanya perubahan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari
sebagai wujud dari aplikasi pengetahuan yang didapat.
Penanaman akhlak pada siswa dilakukan dengan memberi pemahaman
tentang akidah yang benar sebagai landasan utamanya. Dengan demikian,
pendidikan Islam sangat penting keberadaanya dalam pembentukan akhlak atau
karakter siswa. Pendidikan agama khususnya pendidikan Islam merupakan
pondasi bagi pembelajaran ilmu pengetahuan lain, karena membentuk siswa yang
berkepribadian, religius, dan berilmu. Pendidikan Islam mengajarkan tentang

21
Nur Ainiyah, 2013, “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Islam”, Jurnal Al Ulum: Jurnal Studi-Studi Islam
Vol. 13 No. 1, h. 35
pentingnya penanaman akhlak yang dimulai dari kesadaran anak dalam
beragama. Pendidikan Islam mengajarkan akidah sebagai dasar keagamaan, al-
Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman, fiqih sebagai rambu-rambu hukum
dalam ibadah, sejarah Islam mengenai keteladanan dalam hidup, serta akhlak
sebagai pedoman berperilaku.

D. KESIMPULAN
Sistem pendidikan Islam merupakan seperangkat unsur yang saling
berhubungan yang terdapat dalam pendidikan dengan berlandaskan pada nilai-nilai
Islam sehingga membentuk suatu kesatuan demi tercapainya tujuan lembaga
pendidika Islam. Beberapa komponen dalam sistem pendidikan Islam adalah tujuan
pendidikan, siswa, guru, materi, kondisi lingkungan, serta alat pendidikan. Dasar
dalam sistem pendidikan Islam adalah al-Qur’an, as-Sunnah, dan ijtihad. Tujuan
pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yakni
menjadi hamba Allah SWT yang bertaqwa untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Islam menghendaki manusia dididik untuk dapat merealisasikan tujuan
hidupnya yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dengan kehadiran pendidikan
Islam dapat berperan dalam pembentukan karakter siswa yang erat kaitannya
dengan akhlak. Salah satu tujuan dari sistem pendidikan Islam adalah membentuk
generasi yang beriman, bertakwa, dan berakhlakul karimah. Di dalam sistem
pendidikan Islam juga terdiri dari komponen-komponen yang contohnya adalah
materi dan metode pembelajaran dalam pendidikan Islam. Materi akidah akhlak
dalam pendidikan Islam serta metode pembiasaan diri seperti membiasakan kegiatan
amal, sholat berjamaah, 4S (senyum, salam, sopan, santun) menjadi contoh dari
eksistensi sistem pendidikan Islam dalam membentuk karakter siswa.

REFERENSI

Abu Bakar, Abdul Syukur. (2020). “Sistem Pendidikan Islam”, Vol 1 No. 1.

Ainissyifa, H. (2014). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal


Pendidikan Universitas Garut, Vol. 08 No. 01.

Ainiyah, Nur. (2013). “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Islam”. Jurnal Al


Ulum: Jurnal Studi-Studi Islam Vol. 13 No. 1.

Effendy, Rustan dan Irmwaddah. 2018. "Peran Pendidikan Agama Islam Dalam
Membentuk Karakter Religius Siswa. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 1 No.
1.

Fanreza, Robie dan Munawir Pasaribu, “PENDIDIKAN ISLAM DALAM


PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DIDIK”, The Progressive and Fun Education
Seminar.

Haidar Putra Daylay, Haidar. (2007). Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam
di Indonesia, Jakarta: Prenda Media Group.

Hairillah. (2015). ‘Sunnah of the Prophet Muhammad That Had Been Understood by the
Majority of Muslims as Role Models; in the Form of Words, Deeds / Actions and
the Approval of the Actions of Others by the Prophet Must Always Be Understood
in a Dynamic and Lively Way. When S’, Mazahib, Vol. XIV, No. 2 Vol. XIV.

Halim Mahmud, Ali Abdul. (2013) "Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri Menurut Konsep
Nabawi, Terj Afifudin", Solo: Media Insani.

Hardiyana, S. (2014). PENGARUH GURU PKn TERHADAP PEMBENTUKAN


KARAKTER. JURNAL ILMIAH PPKn IKIP SEMARANG, Vol 2 NO. 1.

Haris, Muhammad. (2015) ‘Pendidikan Islam Dalam Perspektif Prof. H.M Arifin’,
Ummul Quro, 6.Jurnal Ummul Qura Vol VI, No 2.

Ma’mun, Muhammad Aman. (2018). ‘Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an’, Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 4 No. 1.

Munir Mulkhan, Abdul. 1993. Paradigma Intelektual Muslim. Jogyakata: Sipress.

Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan Islam

Rosyad, A. M. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Pembelajaran


di Lingkungan Sekolah. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, Vol. 5 No.
02.

Sajadi, Dahrun. (2021) “Sistem Pendidikan Islam di Indonesia”, Tahdzib Al-Akhlak: Jurnal
Pendidikan Islam Vol. 4 No. 1.

Sutarna, N. (n.d.). PENDIDIKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR DALAM


PERSPEKTIF ISLAM. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan; Inovasi
Pembelajaran Berbasis Karakter dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

You might also like