Professional Documents
Culture Documents
LP Askep Perilaku Kekerasan (Bulan)
LP Askep Perilaku Kekerasan (Bulan)
OLEH :
PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat
dilakukakan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku
kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang
dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137).
2. Penyebab
A. Faktor Predisposisi
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau
perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan
cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan
b. Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang diterima
sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar
c. Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar
d. Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan
ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.
B. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan
(Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Direja, (2011) ada bebarapa tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut:
a. Fisik
1) Mata melotot
2) Pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Wajah merah
6) Tegang
b. Verbal
1) Mengancam
2) Mengumpat dengan kata-kata kasar
3) Bicara dengan nada keras
4) Kasar dan ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
4. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
Scan Hasil yang ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia berupa abnormalitas otak seperti atrofi
lobus temporal, pembesaran ventrikel dengan rasio ventrikel-otak meningkat yang dapat
dihubungkan dengan derajat gejala yang dapat dilihat.
MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat memperlihatkan gambaran yang lebih kecil
dari lobus frontal rata-rata, atrofi lobus temporal (terutama hipokampus, girus parahipokampus, dan
girus temporal superior).
Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area spesifik otak dan dapat menyatakan aktivitas
metabolik yang rendah dari lobus frontal, terutama pada area prefrontal dari korteks serebral.
Alat yang dapat memetakan aliran darah dan menyatakan intensitas aktivitas pada daerah otak yang
bervariasi.
5. Komplikasi
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu metode psikofarmakologi dan
metode psikososial.
A.Metode Biologik
Berikut adalah beberapa metode biologik untuk penatalaksanaan medis klien dengan perilaku
kekerasan yaitu:
1.Psikofarmakologi
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepin seperti Lorazepam dan
Clonazepam, sering digunakan didalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan perlawanan klien.
Tapi obat ini direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan
dan ketergantungan, juga bisa memperburuk gejala depresi. Selanjutnya pada beberapa klien yang
mengalami effect dari Benzodiazepin dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone
obat anti cemas, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan
dan depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera
kepala, demensia dan ’developmental disability’.
b).Anti depresi
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan
perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas yang
berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.( Keliat, Dkk. 2005).
7. Penatalaksanaan Keperawatan
lingkungan seclusion
a.Strategi preventif
1) Kesadaran diri
Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan
memisahkan antara masalah pribadi.
2) Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah dengan
tepat.
3) Latihan asertif
b. Strategi antisipatif
A) Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif : Bersikap tenang, bicara tidak dengan cara
konkrit, tunjukan rasa menghakimi, hindari intensitas kontak mata langsung, demonstrasikan cara
mengontrol situasi, fasilitas pembicaraan klien dengan dengarkan klien, jangan terburu –
buru menginterprestasikan dan jangna buat janji yan tidak tepat.
B) Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca, group program yang
dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
C) Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterima dan tidak
dapat diterima serta konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar.
Sp 1 pasien : membina hubungan saling percaya ; identifikasi penyebab perasaan marah , tanda ,
dan gejala yang dirasakan ; perilaku kekerasan yang dilakukan: akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik.
1. ORIENTASI :
‘’Assalamualaikum pak , perkenalkan nama saya Ak, panggil saja A , saya perawat yang bertugas
diruangan soka ini.hari ini saya dinas pagi pukul 07.00-14.00.saya yang akan merawat bapak selama
bapak berada dirumah sakit ini . namun bapak siapa?senangnya dipanggil apa?’’
‘’Bagaimana perasaan bapak saat in?masih ada perasaan kesal atau marah?’’
Baiklah, sekarang kita akan berbincang – bincang tentang perasaan marah bapak.’’
‘’berapa lama bapak mau kita berbincang – bincang ? bagaimana kalau 10 menit?”
‘’dimana enaknya kita duduk sambil berbincang – bincang ya pak? Bagaimana kalau diruang
tamu ?”
2. KERJA
‘’ apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak penuh marah? Lalu apa
penyebabnya? Samakah dengan sekarang?O, jadi ada 2 penyebab kemarahan bapak.’’
‘’pada saat penyebab kemarahan itu ada , seperti kita bapak pulang kerumah namun istri belum
menyediakan makanan ( misalnya ini adalah penyebab kemarahan pasien ) , apa yang bapak
rasakan?’’(tunggu respon pasien )
‘’apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar – debar , mata melotot , rahang
terkatup rapat , dan tangan mengepal ?’’
‘’ada beberapa cara untuk mengontrol emosi, pak .salah satunya adalah dengan cara fisik dengan
cara ini, bapak dapat menyalurkan amarah melalui kegiatan fisik.’’
‘’ ada berapa cara , bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu ?’”
‘’ begini pak , kalau tanda – tanda marah tadi sudah bapak rasakan , bapak berdiri lalu traik nafas
dari hidung , tahan sebentar , lalu keluarkan / tiup perlahan – lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan amarah. Ayo coba lagi, tarik nafas dari hiduung , bagus , tahan dan keluarkan melalui
mulut. Nah , lakukan 5 kali lagi . bagus sekali , bapak sudah bisa melakukan . bagaimana prasaan
bapak?’’
‘’nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin sehingga bisa sewaktu-waktu rasa marah itu
muncul , bapak sudah terbiasa melakukan.’’
3. TERMINASI
’ iya , jadi ada 2 penyebab bapak marah …. (sebutkan ) dan yang bapak rasakan …… ( sebutkan )
serta yang bapak lakukan
…. (sebukan) serta akibatnya … (sebutkan ) serta yang bapak lakukan ….(sebutkan ) serta
akibatnya …. (sebutkan)’’
‘’saat sendirian nanti , coba renungkan lagi penyebab marah bapak yang lalu serta apa yang bapak
lakukan saat marah yang belum kita bahas tadi dan jangan lupa latihan nafas dalamnya ya pak.’’
‘’ sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, berapa kita sehari bapak mau latihan nafas?jam berapa
saja pak?’’
‘’baik. Bagaimana kalau 2 jam lagi saya dating dan kita latihan lagi cara yang lain untuk mengontrol
/ mencegah marah . tempatnya disini saja ya pak , assalamualaikum .’
’
8. Pencegahan
tindak kekerasan:
kekerasan;
kekerasan;
pelaku;
Data Obyektif
Data Objektif :
b. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
c. Fokus Intervensi
Tujuan Khusus:
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efeksamping).
Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Daftar Pustaka
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info
MEdia.
Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta
Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama