Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 28

RISET AKUNTANSI DAN AUDITING

POSITIVE ACCOUNTING THEORY

Dosen Pengampu : Dr. Made Gede Wirakusuma, SE.,M.Si.,Ak.,CA

OLEH:
Kelompok 1

1. Ni Made Mira Sanita (2181611026)


2. Kadek Wanda Pangesti (2181611030)
3. Ni Made Devi Ratnasari (2181611037)
4. Kadek Putri Prabandari (2181611039)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
A. PENDAHULUAN
Teori akuntansi berkembang sejak awal abad ke-20 dan dapat dikatakan bahwa
perkembangan teori akuntansi diawali oleh tulisan Patton and Littleton (1940) yangberjudul
An Introduction to Corporate Accounting Standards. Tulisan ini membawa dampak besar
dalam sejarah penyusunan teori akuntansi yang pada saat itu difokuskan pada penentuan basic
postulate dan pengembangan rerangka konseptual (Astika, 2009)
Istilah teori akuntansi sendiri sering dikaitkan untuk menunjukkan konsep-konsep
akuntansi yang relevan dengan praktik akuntansi yang ada.Pengembangan terhadap teori
akuntansi telah dilakukan, namun tidak satupun dari teori-teori tersebut yang mampu secara
tuntas dan menyeluruh tentang apa yang dinamakan teori akuntansi. Belkaoui (2004:56)
mengatakan bahwa sampai saat ini tidak ada teori akuntansi yang bersifat komprehensif.
Selama tahun 1950-an dan awal 1960-an riset akuntansi lebih banyak dilakukan
terhadap rekomendasi kebijakan dan apa yang seharusnya dilakukan, bukan pada analisa dan
penjelasan mengenai praktik akuntansi yang ada. Teori normatif ini banyak mendapatkan
kritikan karena dasar pemikiran yang digunakan untuk menganalisis teori ini dianggap terlalu
sederhana dan tidak memberikan dasar teoritik yang kuat.
Teori normatif mulai dipertanyakan relevansinya pada tahun 1960-an
denganmunculnya efficiency market hypotheses (EMH) yang memberikan pengaruh besar
terhadap dunia riset akuntansi. Watts dan Zimmermen memberikan alternatif pendekatan bagi
penelitian di bidang akuntansi yang dikenal dengan positive accounting theory(PAT) dengan
mempublikasikan artikel penelitiannya Toward a Positive Accounting Theory of Accounting
Standard dalam The Accounting Review pada tahun 1978.
Tulisan ini akan membahas mengenai PAT dilihat dari beberapa perspektif, antara lain
sejarah munculnya PAT, pergeseran pendekatan dari normatif ke positif, kemudian
perkembangan PAT serta riset mengenai PAT dan juga kritik terhadap PAT.

B. MUNCULNYA POSITIVE ACCOUNTING THEORY


Watts dalam Deegan (2014:206) mengatakan bahwa sejarah munculnya
PATdisebabkan oleh perubahan aliran bisnis di AS pada tahun 1950-an dan 1960-an.
Pergeseran paradigma dihubungkan dengan perubahan dalam aliran bisnis AS di akhir tahun
50an dan awal tahun 60an. Laporan tentang pendidikan bisnis ditetapkan oleh Yayasan Ford
dan Carnegie Corporation of New York adalah katalis bagi perubahan tersebut. Membuat dan
menguji hipotesa dipandang sebagai penting bagi penelitian yang bagus.
Selain itu munculnya PAT juga disebabkan oleh adanya kemajuan fasilitas dalam
menghitung sehingga memudahkan proses analisa data dalam jumlah besar yang digunakan
1
dalam penelitian PAT seperti yang dinyatakan oleh dinyatakan Watts dan Zimmerman dalam
Deegan (2014:206) bahwa komputer dan basis data mesin yang dapat dibaca (CRSP dan
Compustat) menjadi tersedia di tahun 60an. Dan, sebagian dalam merespon terhadap biaya
yang turun dari pekerjaan empiris, keuangan dan teori positif ekonomi menjadi tersedia bagi
pemakaian peneliti akuntansi. Ini mengarah pada perkembangan penelitian akuntansi positif
dan pada peneliti yang terlatih dalam metodologi teori positif.
Adanya kritik terhadap teori akuntansi normatif juga menjadi alasan munculnya PAT.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa “teori” dalam akuntansi tidak lebih dari
sekedar sebuah proposisi normatif. Teori akuntansi hampir sepenuhnya berisikan tentang apa
yang seharusnya dilakukan oleh para akuntan. Bahkan Jensenmenambahkan bahwa riset
akuntansi tidak ilmiah dikarenakan fokus riset akuntansi sebatas pada definisional dan
terlampau normatif. Dari beberapa alasan yang telah dikemukakan di atas merupakan awal
mula munculnya PAT dalam dunia akuntansi.

C. DEFINISI POSITIVE ACCOUNTING THEORY


Dalam ilmu ekonomi, Lo(2003) mengatakan bahwa konsep positif digunakan untuk
membedakannya dari argumen normatif. Istilah teori positif dipopulerkan pertama kali oleh
Friedman pada tahun 1953.Watts dan Zimmerman menggunakan istilah teori positif karena
umum digunakan dalam ilmu ekonomi. Mereka berpendapat proposisi positif berbeda dengan
proposisi normatif. Proposisi positif berhubungan dengan bagaimana dunia bekerja, sedangkan
proposisi normatif berhubungan dengan ketentuan- ketentuan.
Positive theory merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan dan
memprediksikan fenomena tertentu. Seperti yang dinyatakan Watts dan Zimmerman dalam
Scott (2015:284) tentang PAT yakni Teori akuntansi positif (PAT) berkaitan dengan prediksi
tindakan seperti pilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana perusahaan akan
merespon standar akuntansi baru yang sedang diajukan.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa PAT menekankan apakah teori
akuntansi yang dikemukakan dalam literatur akuntansi dapat menjelaskan praktik-praktik
akuntansi yang dilakukan dan meramalkan sebab dari fenomena yang sedang terjadi sekarang
ini serta pengaruhnya di masa mendatang.

D. GESERAN PERSPEKTIF DARI AKUTANSI NORMATIF KE POSITIF


Dalam mempelajari teori akuntansi, terkadang kita dibingungkan antara teori
akuntansi normatif dengan teori akuntansi positif.Watts dan Zimmermen (1986:98)
menjelaskan pengertian teori akuntansi normatif sebagai berikut:

2
...accounting theoriests became much more concerned with prescribinghow
firm should report..............; the became more noramtive—concerned with
what should be done. Very little concerned was exhibited for the empirical
validity of the hypotheses on which the normative prescriptions rested.
Jika dilihat dari pengertian di atas, maka teori normatif berusaha menjelaskan apa
yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian informasi keuangan kepada
para pemakai dan bukan menjelaskan tentang apakah informasi keuangan itu dan mengapa hal
itu terjadi. Hal ini sangat berbeda dengan tujuan dari PAT yang berusaha untuk menguraikan
dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi keuangan itu disajikan dan dikomunikasikan
kepada para pemakai informasi akuntansi.
Deegan (2014:202) dengan bahasa yang lebih sederhana mengemukakan bahwa PAT
merupakan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis “apa yang terjadi”
yangberlawanan dengan pendekatan normatif yang digunakan untuk menganalisis “apa yang
seharusnya terjadi”. Seperti telah disampaikan pada pendahuluan bahwa pendekatan normatif
dalam teori akuntansi mendapatkan perhatian yang besar pada tahun 1940-an sampai
pertengahan 1960-an dengan dikeluarkannya monograph teori akuntansi no.3 yang ditulis
oleh Paton dan Littleton yang berjudul “An introduction to Corporate Accounting Standards”
pada tahun 1940. Namun pada pertengahan tahun 1960-an, teori akuntansi normatif mulai
ditanyakan relevansinyadengan munculnya EMH yang berpengaruh besarterhadap penelitian
akuntansi ke depannya. Sejak saat itu mulai muncul gagasan yang berlawanan dengan teori
normatif yang menyatakanbahwa pasar modal tidak menyesatkan secara sistematis oleh
teknik dan metode akuntansi tertentu (Watts dan Zimmermen, 1990) Watts dan Zimmermen
(1986:104) menyatakan beberapa alasan
mengapa terjadi pergeseran dari teori normatif menuju PAT:
a. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris.
b. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara
individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
c. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasisumber
daya ekonomi secara optimal di pasar modal.
Seperti telah dijelaskan pada pendahuluan di atas, sejak adanya konsep EMH yangmenyatakan
bahwa harga saham akan berubah dengan cepat apabila terdapat informasi baru, hal ini
membawa dampak terhadap perkembangan teori akuntansi. Konsep ini membawa dampak
terjadinya pergesaran dari teori akuntansi normatif menuju PAT.

3
E. PERKEMBANGAN POSITIVE ACCOUNTING THEORY

Perkembangan PAT menurut Godfrey (1994:57) dapat dibagi dalam dua tahapan yaitu:
a) Tahap pertama, tahapan ini berisi tentang penelitian mengenai hubungan antara
pengumuman laba dengan reaksi harga saham.

Penelitian-penelitian pada tahap ini juga menunjukkan bahwa laporan akuntansi


yang disiapkan sesuai dengan metode biaya historis menyediakan informasi yang
digunakan dalam penilaian saham.Effisiensi Markets Hypothesis (EMH) dan Capital Aset
Pricing Models (CAPM) juga termasuk dalam tahapan ini.Konsep EMH pertama kali
dikemukakan oleh Fama pada tahun 1965.EMH merupakan konsep di mana pasar modal
dikatakan efisien jika harga saham benar-benar mencerminkan semua informasi
yangrelevan. Pada tahun 1970, Fama membagi tiga tingkatan dalam konsep EMH yaitu
weak form efficiency (diasumsikan bahwa harga saham saat ini mencerminkan informasi
dimasa lalu), semi strong form efficiency (diasumsikan bahwa harga saham saat ini
mencerimankan informasi masa lalu dan informasi yang dipublikasikan kepada publik),
dan strong form efficiency ( diasumsikan bahwa harga saham saat ini mencerminkan
semua informasi baik yang dipublikasikan atau tidak).
b) Tahap kedua, penelitian yang termasuk dalam tahapan ini lebih menekankan pada literatur
yang menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik lintas perusahaan.
Teori yang dikembangkan dari penelitian dalam tahap ini berhubungan erat dengan
tujuan perusahan untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Penelitian yang
terkenal dalam tahapan ini adalah mengenai agency cost yang dilakukan oleh Jensen dan
Meckling pada tahun 1976. Penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling
menemukan bahwa manajer (agen) yang diangkat oleh pemegang saham (principal) sering
sekali mengalami konflik kepentingan dalam kenyataannya. Konfikkepentingan ini disebut
agency problem yang akan menyebabkan agency cost.
Kabir (2002) mengemukakan bahwa PAT dalam empat dekade terakhir ini
berkembang menjadi sebuah ilmu sains yang dapat digunakan untuk menjelaskan pilihan
metode yang akan digunakan oleh manajer maupun konstituen lain dari laporan
keuangan. Deegan (2014:205) mengemukakan bahwa perkembangan PAT tidak lepas
dari makalah dari Ray Ball dan Philip Brown, publikasi Ball dan Brown pada tahun
1968 dalam Journal of Accounting Research menyebabkan ketertarikan pada penelitian
positif yang tersebar luas pada penelitian pasar modal yang terkait dengan akuntansi.
Selain itu
perkembangan PAT juga didukung oleh karya teoritisi Fama yang terkait dengan

4
perkembangan EMH.
Menurut Watts dan Zimmermen (1986:65) PAT mempunyai dua elemen utama
yaitu asumsi dan hipotesis. Asumsi merupakan titik awal di mana seorang peneliti mulai
dari penelitian. Peneliti menggunakan asumsi untuk mengatur, menganalisis,
danmemahami fenomena empiris yang berkaitan dengan fokus penelitian seperti
penggunaan metode LIFO dan FIFO untuk meminimalkan kewajiban pajak. Dari asumsi
ini, maka peneliti dapat menggunakan hipotesis untuk diuji empiris. Asumsi yang
digunakandalam PAT adalah kesepakatan bahwa pasar modal adalah efisien (efficient
capital markets), behavioral opportunistic dan juga informasi akuntansi adalah komoditi
ekonomi dankomoditi politik serta setiap individu bertindak atas kepentingan diri sendiri
secara rasional.
Watts dan Zimmermen dalam makalahnya yang berjudul “Positive Accounting
Theory: A Ten Years Perspective” (1990) mengemukakan tiga hipotesis dari PAT yaitu:
1. The bonus plan hypotheses. Hipotesis ini mengemukakan bahwa manajer akan
memilih prosedur akuntansi yang akan menggeser pendapatan di masa mendatang
ke periode sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan bonus.
2. Hipotesis perjanjian hutang. Hipotesis ini mengemukakan bahwa bagi perusahaan
yang akan melanggar perjanjian hutang, maka manajer akan memiliki
kemungkinan akan memilih prosedur akuntansi yang menggeser pendapatan
periode mendatang ke periode sekarang sehingga meningkatkan laba bersih dan
akhirnya menghindari kesalahan teknis.
3. Hipotesis biaya politik.Hipotesis ini mengemukakan bahwa perusahaan yang
memiliki profitabilitas tinggi akan cenderung menggeser pendapatannya dari
periode ini ke periode mendatang untuk menghindari adanya biaya politis.
Ketiga hipotesis ini membentuk komponen yang penting dari PAT dan akan mengarah pada
prediksi yang dapat diuji secara empiris.

F. PENELITIAN EMPIRIS DARI POSITIVE ACCOUNTING THEORY


Sejak kemunculannya pada tahun 1970-an, Riyono (1996) mengemukakan bahwa PAT
telah melahirkan beberapa penelitian penting untuk mengeksplorasi praktek akuntansi dan
perilaku pihak terkait dalam suatu organisasi secara empiris.
Penelitian empiris mengenai PAT pertama kali dilakukan oleh Ball dan Brown pada
tahun 1968 serta Beaver pada tahun yang sama telah berhasil memberikan bukti empiris bahwa
pengumuman laba berpengaruh terhadap harga saham dan juga volume perdagangan saham
suatu perusahaan. Kedua karya inilah yang menjadi acuan bagi penelitian-penelitian
5
PAT pada masa mendatang.
Scott (2015:290-293) mengemukakan beberapa penelitian dari PAT yaitu antara
lain:
1. Penelitian Lev (1979), Lev tidak membuat rekomendasi apapun tentang bagaimana
perusahaan dan investor harus bereaksi terhadap eksposure draft dari SFAS 19. Lev hanya
menekankan pada bagaimana investor bereaksi pada prospek perusahaan minyak dan gas
yang menggunakan metode full-cost untuk berpindah pada metode succesfull-effort. Jadi
studi Lev membantu kita memahami mengapa perusahaan yang berbeda memilih kebijakan
akuntansi yang berbeda dan mengapa sejumlah manajer keberatan terhadapperubahan
dalam kebijakan tersebut serta mengapa investor bereaksi pada dampak potensial dari
perubahan kebijakan akuntansi atas income bersih.
2. Penelitian Healy (1985) yang menguji tentang hypotheses bonus plan. Healy menemukan
bukti bahwa manajer perusahaan yang mempunyai rencana bonus akan mengadopsi secara
sistematis kebijakan akrual untuk memaksimalkan bonusnya.
3. Penelitian Sweeney (1994) mengenai hypotheses debt covenant. Sweeney menemukan
bahwa perjanjian yang paling sering dilanggar berhubungan dengan pemeliharaan modal
kerja dan ekuitas pemegang saham, sedangkan rasio hutang terhadap ekuitas dan rasio
cakupan bunga tidak terlalu sering dilanggar.
4. Penelitian Jones (1991)meneliti tentang hypotheses political cost. Jones menemukan
bahwa perusahaanmenurunkan income bersih yang dilaporkannya selama investigasi
keringanan/pembebasan impor. Ini terkait dengan aspek biaya politik.

G. BEBERAPA KRITIK TERHADAP POSITIVE ACCOUNTING THEORY


Gagasan PAT yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmermen tidak hanya kontroversial
tetapi juga menimbulkan kritik dan sanggahan dari berbagai pihak. Ekowati (2006)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa kritikan yang ditujukan bagi PAT yang dipandang
dari berbagai perspektif yaitu:
a. Perspektif Metode Riset
Ball dan Foster pada tahun 1982; Holthausen dan Leftwich pada tahun 1983 dan McKee
et.al pada tahun 1984 dalam Ekowati (2006) mengemukakan bahwa metode riset yang
dilakukan oleh Watts dan Zimmermen lemah dalam reduksi kekuatan tes. Tes pada PAT
kurang kuat dikarenakan masalah-masalah yang berkaitan dengan spesifikasi model,
masalah-masalah yang menspesifikasikan variabel sebelah kiri dan kanan, dan variabel-
variabel yang dihilangkan. Sedangkan Lev dan Ohlson pada tahun 1982 dalam Ekowati
(2006) memandang PAT tidak dapat digunakan untuk model multipersonal, multiperiod
6
equilibria, juga terdapat kesenjangan antara strategic consedirations dan pendekatan game
theory yang dijadikan basis pengembangan teori formal. Kemudian Houlthausen dan
Leftwich pada tahun 1983 melihat terdapat dikotomi problematik dari variabel dependen
yang mempresentasikan persetujuan atau ketidaksetujuan dalam penentuan standar
akuntansi. McKee, Bell dan Boatsman pada tahun 1984 juga memandang bahwa terdapat
bias identifikasi statistik dalam studi Watts dan Zimmermen.
b. Perspektif Metodologi Riset
Watts dan Zimmermen mengemukakan bahwa PAT merupakan teori yang mengandung
nilai. Cristenson (1983) mengkritik pendapat Watts yang menyatakan bahwa “Teori positif
dalam penetapan standart akuntansi adalah penting untuk memastikan bahwa preskripsiyang
diberikan oleh teori normatif memang benar dan layak untuk diterapkan”. (Watts dan
Zimmermen, 1978). Cristenson (1983) juga menambahkan bahwa pertanyaan-pertanyaan
riset positif hanya terpaku pada pendekatan sosiologi bukan pada teori akuntansi, hal ini
dikarenakan deskripsi dan prediksi hanya mengenai perilaku akuntan dan manajer, bukan
pada perilaku entitas-entitas akuntansi.
c. Perspektif Lingkup di Luar Riset
Sterling mengganggap PAT tidak memenuhi syarat sebagai ilmu yang utuh tetapi hanya
dianggap sebagai “cottage industri”. Dari segi praktik akuntansi, PAT bertujuan untuk
menjelaskan dan memprediksi. Konsep ini mendefinisikan fenomena akuntansi sebagai
konstruksi matematik yang digunakan untuk mempresentasikan bentuk-bentuk informasi
akuntansi. Bagi Sterling, konstruk ini dianggap hanya menggambarkan kata- kata danangka-
angka yang dapat dilihat dalam bentuk riil dan kejadian nyata. Watts dan Zimmermen
mengatakan bahwa akuntan akan berusaha memaksimalkan kepentingan individu. Boland
dan Gordon mengkritik bahwa dalam teoriekonomi sendiri, maksimalisasi kepentingan
individu tidak dapat sepenuhnya dilakukan karena juga harus mempertimbangkan
kepentingan bersama.
Selain itu, kritik terhadap PAT dari Watts dan Zimmermen juga datang dari Milne
(2001) yang mengemukakan penelitian akuntansi positif telah sedikit menawarkan
pemahaman kita tentang pengungkapan perilaku sosial perusahaan, tapi untuk alasan yang
berbeda.Hal itu menunjukkan teori akuntansi positif gagal untuk menawarkan bukti
substantif apa pun untuk mendukung pandangan bahwa perusahaan menggunakan laporan
tahunan pengungkapan sosial dalam mengejar kekayaan kepentingan mereka sendiri.
Bahkan, di hampir semua kasus penelitian empiris pengaturan untuk menguji teori akuntansi
positif sebagai dasar untuk pengungkapan sosial perilaku telah gagal untuk mengikuti
argumen dari Watts dan Zimmerman. Whittington (1987: 329) dalam Lo (2003)
7
mengkritik pernyataan bahwa teori akuntansi positif adalah bebas dari penilaian subyektif
dan bersifat ilmiah sedangkan teori normatif mempunyai penilaian subyektif yang tinggi
dan tidak ilmiah, adalah tidak dapat diterima dengan dua keberatan sebagai berikut:
1. Teori akuntansi positif tidak bebas dari penilaian atau implikasi preskriptif.
2. Anggapan bahwa semua teori yang tidak positif adalah normatif dalam arti mengarah
pada preskripsi-preskripsi, adalah tidak benar.
Deegan (2014: 236-239) menuliskan beberapa kritik terhadap PAT antara lain:
a) PAT tidak memberikan resep dan oleh karena itu tidak menyediakan sarana
memperbaiki praktik akuntansi. Sterling menambahkan bahwa PAT
tidak dapat memberikan beberapa jawaban karena ia membatasi dirinya sendiri
pada pertanyaan deskriptif.
b) Kritik kedua PAT adalah bahwa itu tidak bebas nilai, seperti yang ditegaskan.
Jika kita melihat beragam penelitian yang memakai PAT, kita akan melihat tidak
adanya rumusan (yaitu, tidak ada pedoman seperti apa yang yang harus
dilakukan).
c) Kritik ketiga PAT terkait dengan asumsi dasar bahwa semua tindakan
dikendalikan oleh keinginan untuk memaksimalkan kesejahteraan seseorang.
Bagi banyak peneliti asumsi seperti itu menunjukkan perspektif yang
terlalunegatif dari manusia
d) Kritik lain atas PAT adalah bahwa karena permulaan umumnya di tahun 70an
masalah yang dibahas tidak menunjukkan perkembangan besar. Review literatur
PAT sekarang menunjukkan bahwa hipotesa ini terus diuji pada lingkungan yang
berbeda dan dalam hubungan dengan masalah kebijakan akuntansi yang berbeda
bahkan setelah dua puluh tahun berlalu sejak Watts dan Zimmerman pada tahun
1978.
e) Kritik selanjutnya adalah bahwa PAT secara ilmiah cacat. Diperdebatkan bahwa
saat hipotesa menghasilkan pengejaran bagi PAT seringkali hipotesis yang
diajukan tidak didukung, maka secarailmiah PAT harusnya ditolak.
Sejumlah kritik yang diberikan oleh beberapa peneliti di bidang akuntansi tersebut tidak
menyurutkan besarnya perhatian terhadap riset PAT ini, sampai saat ini masih banyak riset-
riset akuntansi yang menggunakan pendekatan PAT.

8
RINGKASAN DAN REVIEW ARTIKEL INTERNASIONAL

Judul : The Effect of Bonus Schemes on Accounting


Decisions Penulis : Paul M. Healy
Penerbit : Journal of Accounting and Economics (1985), 7: 85-107

1. RINGKASAN
1.1 Latar Belakang
Skema pemberian bonus yang berbasis laba merupakan rancangan pemberian
bonus terhadap eksekutif perusahaan yang paling populer. Penelitian sebelumnya
menguji bahwa eksekutif dihargai oleh skema bonus sehingga mereka memilih
prosedur akuntansi yang meningkatkan pendapatan untuk memaksimalkan
kompensasi bonus mereka. Tetapi hasil empiris mereka bertentangan. Pengujian ini,
memiliki beberapa masalah. Pertama, mereka mengabaikan definisi pendapatan dari
rencana, pendapatan sering didefinisikan sehingga keputusan akuntansi tertentutidak
mempengaruhi bonus. Kedua, pengujian sebelumnya menganggap skema
kompensasi selalu mendorong manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang
meningkatkan pendapatan. Tetapi manajer juga dapat memilih prosedur penurunan
pendapatan. Misalnya, mereka biasanya mengizinkan dana yang disisihkan untuk
penghargaan kompensasi bila penghasilan melebihi target yang ditetapkan.
Darisebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1980 oleh Fox terhadap 1000
perusahaan terbesar di Amerika, ditemukan bahwa 90 persen menerapkan skema
bonus yang berbasis laba akuntansi sebagai kompensasi terhadap para manajernya
Makalah ini menguji hubungan antara manajer yang menerapkan akuntansi berbasis
akrual dan keputusan prosedur akuntansi dan laporan pendapatan insentif yangsudah
direncanakan. Jika penghasilan begitu rendah sehingga tidak peduli yang prosedur
akuntansi yang dipilih laba target tidak akan terpenuhi, manajer memiliki insentif
untuk mengurangi laba saat ini dengan menunda pendapatan ataumempercepat
write-off, dimana strategi ini dikenal sebagai 'taking a bath' ataw juga sering dikenal
dengan istilah “mandi besar”. Strategi ini tidak mempengaruhi penghargaan bonus
saat ini dan meningkatkan kemungkinan memenuhi target laba masa depan, Studi
terdahulu tidak mengontrol untuk situasi tersebut dan, karenanya, mengecilkan
hubungan antara insentif kompensasi dan keputusan akuntansiprosedur.

9
1.2 Landasan Teori
Penelitian sebelumnya diteliti oleh Fox (1980) dimana mereka menemukan
bahwa pada tahun 1980 sembilan puluh persen dari seribu perusahaan terbesar AS
manufaktur yang digunakan rencana bonus untuk menggaji manajer,
sedangkanhanya dua puluh lima persen menggunakan rencana kinerja. Bonus
penghargaan juga cenderung merupakan proporsi yang lebih tinggi dari kompensasi
eksekutif puncak dari pembayaran kinerja. Pada tahun 1978, misalnya, Fox
melaporkan bahwa untuk sampel yang rasio rata-rata bonus akuntansi untuk gaji
pokok adalah lima puluh dua persen. Rasio rata-rata untuk penghargaan kinerja
adalah tiga puluh empat persen. Selanjutnya Watt (1977) dan Watts dan Zimmerman
(1978) dimana mereka mendalilkan bahwa skema bonus menciptakan insentif bagi
manajer untuk memilih prosedur akuntansi dan akrual untuk meningkatkan nilai
sekarang daripenghargaan mereka. Hagerman dan Zmijewski (1979), Holthausen
(1981), Zmijewski dan Hagerman (1981), Collins, Rozeff dan Dhaliwal (1981), dan
Bowen, Noreen, dan Lacey (1981). Penelitian tersebut menguji bahwa bonus
digunakan sebagai dasar dalam memberikan penghargaan untuk para eksekutif
sehingga mereka memilih prosedur akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan
dimana bonus yang akan diterima menjadi lebih maksimal. Makalah ini
mengusulkan sebuah teori yang lebih lengkap dari efek akuntansi skema insentif
bonus.
1.3 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan antara lain Uji statitisik yaitu uji Chi-
square dan uji t, The Sign dan uji Wilcoxon Signed-Ranks. Uji statistik yang
digunakan sudah tepat untuk menemukan dan menguji hipotesis melalui data yang
digunakan. Populasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar pada tahun 1980 dari 250 perusahaan industri AS terbesar. Benar umum
bagi pemegang saham perusahaan-perusahaan ini untuk mendukung penerapannya
rencana bonus pada pertemuan tahunan. Pembaruan rencana selanjutnya diratifikasi,
biasanya setiap tiga, lima atau sepuluh tahun dan ringkasan rencana disertakan di
dalamnya pernyataan proxy pada setiap kesempatan ini. Salinan pertama yang
tersedia dari rencana bonus dikumpulkan untuk setiap perusahaan

10
dari pernyataan proxy di salah satu tiga sumber: Peat Marwick, Perpustakaan
Citicorp dan Perpustakaan Baker di Sekolah Bisnis Harvard. Informasi rencana
diperbarui setiap kali ada perubahan di rencana diratifikasi.
1.4 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian kontingensi didapatkan hasil sebagai berikut.
1) Berkaitan dengan discretionary accrual dan skema bonus dalam pelaporan
laba, hasil pengujian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara
discretionary accrual dengan insentif pelaporan laba manajemen berdasarkan
skema bonus. Jika batas atas atau bawah mengikat, maka manajer memilih
discretionary accrual yang menurunkan pendapatan. Begitu sebaliknya, jika
batas atas atau bawah yang telah ditentukan tidak mengikat, maka manajer
cenderung memilik discretionary accrual yang meningkatkan pendapatan. Jika
manajer memilih discretionary accrual untuk meningkatkan nilai kompensasi
bonus, maka terdapat insiden akrual negatif yang lebih tinggi dan lebih rendah
untuk portofolio LOW dan UPP daripada untuk portofolio MID. Dalam tes
tambahan yang membandingkan discretionary accrual perusahaan berdasarkan
skema bonus yang mengikat batas atas dengan discretionary accrual perusahaan
berdasarkan skema bonusnya yang tidak mengikat batas atas. Dalamteori yang
digunakan memprediksi bahwa manajer yang memiliki skema bonus mengikat
batas atas dengan insentif, maka memilih discretionary accrual yang
menurunkan pendapatan. Prediksi tambahan dari teori ini diuji menggunakan
semua tahun perusahaan yang penghasilannya melebihi batas bawah. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa mendukung teori yaitu rata-rata discretionary
accrual perusahaan lebih sedikit untuk tahun perusahaan dengan batas atas yang
mengikat dalam 9 dari 10 perbandingan perusahaan yang dilaporkan. Dalam
artian bahwa perusahaan yang tidak mengingat batas atas dalam skema
bonusnya lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan yang mengikatbatas
atas dalam skema bonusnya.
2) Pengaruh perubahan sukarela dalam prosedur akuntansi terhadap laba juga
digunakan dalam menguji implikasi teori. Perubahan sukarela dalam prosedur
akuntansi mencerminkan keputusan prosedur akuntansi murni diskresioner.

11
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil pengujian tidak mendukung teori,
artinya bahwa perubahan akuntansi terhadap laba tidak memiliki hubungan
dengan skema bonus yang tersedia. Sedangkan perubahan dalam skema bonus
berkaitan dengan perubahan dalam prosedur akuntansi. Perbandingan jumlah
rata-rata perusahaan untuk perubahan sukarela dalam prosedur akuntansi
berdasarkan perubahan skema bonus lebih besar daripada perusahaan tanpa
perubahan skema bonus.
1.5 Simpulan hasil penelitian
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan bahwa sebagai berikut.
1) Terdapat hubungan yang kuat antara akrual dan insentif pelaporan pendapatan
manajer berdasrkan kontrak bonus. Hasil tes tambahan kemudian
membandingkan akrual untuk perusahaan berdasarkan skema bonus yang tidak
mengikat batas atas dengan mendukung teori yang digunakan.
2) Pengujian teori juga menggunakan perubahan sukarela dalam prosedur akuntansi
sebagai proyeksi untuk keputusan akuntansi diskresioner. Hasilnya menunjukkan
bahwa tingginya insiden perubahan sukarela dalam prosedur akuntansi selama
bertahun-tahun, mengikuti adopsi atau modifikasi skema bonus. Namun, para
manajer tidak melakukan perubahan prosedur akuntansi untuk menurunkan laba
ketika skema bonus batas atas atau bawah mengikat.
2. REVIEW
2.1 Review Motivasi Penelitian
Motivasi dalam penelitian ini adalah karena skema pemberian bonus
terhadap para eksekutif merupakan alat yang paling populer, namun penelitian
sebelumnya yang menguji postulat tentang hubungan antara skema pemberianbonus
dengan pemilihan prosedur akuntansi yang menaikkan pendapatan untuk
memaksimalkan bonus kompensasi mereka menemukan hasil yang bertentangan.
Selain itu, Motivasi penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti ingin
mengembangkan penelitian sebelumnya, dimana penelitian ini menguji kontrak

12
bonus yang khas, serta memberikan analisis yang lebih lengkap dari penelitian
sebelumnya.
2.2 Review Masalah Penelitian
Masalah Penelitian adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana perubahan
dalam prosedur akuntansi oleh manajer yang terkait dengan adopsi atau modifikasi
rencana bonus mereka. Selain itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana manajemen
menerapkan kebijakan akrual yang terkait dengan pendapatan dimana hal ini
berkaitan dengan kontrak insentif bonus mereka.
2.3 Review Landasan Teori
Teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini
adalah teori Agency. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing
individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agen.
2.4 Review Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
H1 : Kebijakan akrual yang diterapkan manajer berhubungan dengan pelaporan
pendapatan insentif terkait rencana bonus manajer.
H2 : Perubahan metode akuntansi oleh manajer berhubungan dengan dengan
pelaporan pendapatan insentif terkait rencana bonus manajer.
Adapun untuk menguji H1, peneliti melakukan pengujian kontijensi dan
table hasil uji menunjukkan bahwa decomposed accrual mengidentifikasikan
adanya perubahan persediaan dan piutang dagang sebagai subkomponen akrual
sangat berhubungan dengan insentif rencana bonus manajer. Namun terdapat
beberapa keterbatasan dari contingency test ini. Pertama, metode penugasan
observasi portofolio LOW memiliki bias seleksi. Kedua, adanya error dalam
mengukur akrual diskresioner. Ketiga, adanya error dalam mengukur laba sebelum
akrual diskresioner. Pengujian tambahan dilakukan dengan membandingkan akrual
bagi perusahaan yang rencana bonusnya meliputi batas atas dengan perusahaan
yang rencana bonusnya tidak memiliki batas atas. Teori memprediksi bahwa
manajaer yang rencana bonusnya memiliki batas atas akan berinsentif memilih
akrual diskresioner income-decresing (penurunan pendapatan) ketika batas tersebut
dicapai. Hasil uji ini ternyata sesuai dengan teori tersebut.
Kemudian untuk menguji H2, contingency test direplikasi dengan

13
menggunakan perubahan prosedur akuntansi pada laba yang tersedia (laba
dilaporkan) untuk bonus sebagai proksi keputusan akuntunsi diskresioner. Hasil uji
test tidak mendukung teori yang ada. Adapun penjelasan yang memungkinkan
untuk ini adalah karena 1) mengubah prosedur akuntansi lebih menghabiskan
banyak biaya bagi manajer dibandingkan dengan mengubah akrual, dan 2)
perubahan prosedur akuntansi memengaruhi lana dan rencana bonus saat ini dan
yang akan datang. Menurut kami, pembangunan hipotesis telah sesuai dengan
masalah penelitian, tujuan, dan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
2.5 Review Desain Penelitian
1) Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan meliputi kebijakan
akuntansi dan prosedur akuntansi dan skema bonus. Skema bonusdigunakan
dalam mempengaruhi kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi sebagai
suatu keputusan dalam akuntansi. Penentuan skema bonusyang dilakukan
sebagai penghargaan kinerja, manajer dapat merubah suatu keputusan
akuntansi yang diambil dengan mengesampingkan kepentingan stakeholder.
Variabel- variabel penelitian ini sangat menarik untuk diteliti dan ditelaah
lebih lanjut yang nantinya dapat dikembangkan kembali pada penelitian
terkini dengan menambahkan variabel tertentu.
2) Validitas Internal dan Eksternal
Validitas internal dalam penelitian ini ditunjukkan dengan menggunakan
teori yang sesuai dengan masalah penelitian, alat analisis, proyeksi yang
digunakan, dan konsistensi hasil yang didapatkan tanpa keluar dari
rancangan penelitian. Kami rasa validitas internal penelitian ini sudah baik.
Sedangkan, validitas eksternal ditunjukkan dengan hasil penelitian
yangdapat mengeneralisasi populasi yang dipilih. Namun hasil penelitian
inibelum dapat mengeneraliasi populasi yang digunakan sehingga
menunjukkan kurangnya validitas eksternal. Hal ini dikarenakan,
penggunaan teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yang mengeliminasi perusahan-perusahaan yang tidak
memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan. Sampel yang
digunakansebanyak 94 perusahaan dari 250 perusahaan. Jika dilihat dari
populasi yang dieliminasi tersebut, perusahaan yang menjadi popoluasi
telah memberikan
14
skema bonus pada para manajer sebagaimana pada kriteria sampel tersebut
dan sama dengan karekterisitk sampel yang digunakan, akan tetapi skema
bonus yang diberikan oleh perusahaan yang dieliminasi dilakukan dengan
cara yang berbeda sehingga dikeluarkan dan sampel penelitian ini sehingga
hasil penelitian belum bisa mengeneralisasi keseluruhan populasi penelitian
sesuai dengan karakteristik perusaahan.
3) Pengumpulan Data dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data dari
COMPUSTAT dari tahun 1964 – 1980 dan menggunakan data dari Moody’s
Indusrtial. Sedangkan proksi yang digunakan penelitian ini ada dua proksi
yaitu discretionary accrual dan prosedur akuntansi. Proksi pertama
berkaitan dengan discretionary dan non discretionary dan diperkirakan
dengan selisih antara laba akuntansi yang dilaporkan dengan arus kas
operasi. Proksi kedua berkaitan dengan pengaruh perubahan sukarela dalam
prosedur akuntansi pada laba yang dilaporkan. Perubahan akuntansi
menggunakan dua sumber antara lain sampel perubahan depresiasi oleh
Holthausen (1981) dan perubahan yang didokumentasikan oleh Tren dan
Teknik Akuntansi. Penelitian ini sangat baik jika dilihat dari data penelitian
yang digunakan dengan lebih dari 5 tahun sehingga dapat dibandingkan dan
memberikan hasil penelitian yang sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian.
4) Uji Statistik
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan antara lain Uji statitisik yaitu
uji Chi-square dan uji t, dan uji Wilcoxon Signed-Ranks. Uji statistik yang
digunakan sudah tepat untuk menemukan dan menguji hipotesis melalui
data yang digunakan. Akan tetapi, kekurangannya terletak pada uraian
mengenai persentase (dalam uji regresi berganda disebut dengan R square
atau adjusted R square) pengaruh variabel x ke variabel y sehingga dengan
adanya uraian terkait deskripsi ini, para penelitia berikutnya mendapatkan
peluang untuk penelitian pengembangan.
5) Konsistensi antara Masalah Penelitian, Hipotesis dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, konsistensi antara masalah penelitian, hipotesis, dan
analisis data yang digunakan sudah tepat. Uraian masalah penelitian ini

15
dikaitkan pada pembangunan hipotesis dan pemilihan analisis data. Dalam
penelitian ini, masalah penelitian berkaitan dengan adanya skema bonus
yang diberikan dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan dan prosedur
akuntansi di perusahaan. Masalah penelitian ini kemudian, dibangun
hipotesis sebanyak 2 hipotesis yang berkaitan dengan skema bonus dengan
kebijakan dan prosedur akuntansi. Analisis data penelitian ini
mengakomodir dan mengacu pada masalah dan hipotesis penelitiansehingga
hasil penelitian menggambarkan daripada masalah yang diajukan.
6) Konsistensi Hasil Pengujian dengan Simpulan
Dalam penelitian ini, antara uraian hasil pengujian dengan simpulan
penelitian menunjukkan adanya konsistensi. Simpulan mampu menguraikan
hasil pengujian dengan singkat dan jelas.
7) Implikasi Penelitian
Dalam penelitian ini, implikasi hanya diuraikan bagi penelitian
selanjutnya, tidak menguraikan implikasi bagi pihak-pihak terkait sehingga
dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.

16
RINGKASAN DAN REVIEW ARTIKEL INTERNASIONAL

Title : Debt-Covenant Violations and Managers Accounting


ResponsesAuthor : Amy Patricia Sweeney
Journal : Journal of Accounting and Economics , 17 (1994) 281-3b8

1. RINGKASAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Penelitin Amy Patricia Sweeney menguji mengenai perubahan akuntansi, biaya
default dan perjanjian berbasis akuntansi yang dilanggar oleh 130 perusahaan yang
melaporkan pelanggaran dalam laporan tahunan. Pelanggaran atas perjanjian utang
dapatmemicu berbagai pinalti keuangan seperti kemungkinan percepatan jatuh tempo
utang, peningkatan tingkatbunga, penyerahan jaminan, atau negosiasi ulang masa
utang. Dalam perjanjian pinjaman pribadi yang pertama kali dan sering dilanggar
adalah batasan kekayaan bersih dan modal kerja dan dalam 52% kasus pinjaman
membutuhkan tanggapan kreditor untuk menyelesaikan gagal-bayar tersebut.
Semakin suatu perusahaanmendekati pelanggaran utang, manajemen akan
cenderungmemilih prosedur akuntansi yang dapat memindahkan laba periode
mendatang ke periode berjalan.
Namun, baru-baru ini studi time-series yang memeriksa pilihan akuntansi
manajer ketika perusahaan beradahampir melanggar batasan perjanjian utang
menyajikan hasil yang beragam [lihat Healy dan Palepu (1990), DeFond dan
Jiambalvo (1994), dan DeAngelo, DeAngelo, dan Skinner (1994)]. Untuk
memberikan uji langsung proposisi bahwa manajer mengubah akuntansi prosedur
dalam menanggapi pengetatan batasan perjanjian hutang, saya memeriksa rangkaian
waktu dari pilihan akuntansi manajersebelum perusahaan melanggar batasan
berbasisakuntansi dalam perjanjian hutang. Saya mendokumentasikan apakah
manajer berubah prosedur akuntansi, jenis prosedur akuntansi yang diubah manajer,
kapan manajer membuat perubahan ini, dan sejauh mana perubahan ini
mempengaruhipembatasan perjanjian berbasis akuntansi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa manajer perusahaan yang mendekati pelanggaran pembatasan
berbasis akuntansi lebih cenderung membuat perubahan akuntansi diskresioner yang
meningkatkan pendapatan dan lebih awal mengadopsi perubahan akuntansi wajib
yang

17
meningkatkan pendapatan daripada perusahaan kontrol, disesuaikan dengan
industri,ukuran, dan periode waktu.
1.2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini menggunakan Teori Kontrak (Contract Theory) dan teori
agensi (agency theory).
1.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, untuk menentukan sampel menggunakan


metodepurposive sampling. Data dalam penelitian ini menggunakan laporan tahunan
perusahaan yang diambil dari National Automated Accounting Research System
(NAARS). Dalam laporan tersebut terdapat 750 pelanggaran perjanjian yang
dilakukan oleh 300 perusahaan selamaperiode tahun 1977-1990. Untuk memastikan
suatu perusahaan sebagai pelanggar pertama kali pada periode 1980-1989, penelitian
ini mengecualikan perusahaan yang melanggar selama 1977-1979. Kemudian, untuk
memastikan adanya keseragaman semuaperusahaan sehubungan dengan pentingnya
berbagai prosedur akuntansi, penelitian ini memasukkan perusahaan pabrikan
(manufaktur) yaitu industri SIC 20 hingga 39. Dari adanya pertimbangan kriteria
sampel tersebut, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130
perusahaan dari Compustat’s Expanded Annual Industrial atau Annual Research
Files dengan pelanggar pertama kali selama periode 1980-1989. Sampel penelitian
diselarskan pada waktu penelitian. Dalam penelitian ini, sampel kontrok dibentuk
untuk menganalisis kebijakan akuntansi pada industri manufaktur SIC. Penelitian ini
menggunakan analisis cross- sectional. Uji statistik yang digunakan antara lain uji
chi-square, uji Wilcoxon Rank Sum, dan Uji T dalam melakukan pengujian hipotesis
penelitian.
1.4 Simpulan dan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajer perusahaan yang mendekati
pelanggaran pembatasan berbasis akuntansi lebih cenderung membuat perubahan
akuntansi diskresioner yang meningkatkan pendapatan dan lebih awal mengadopsi
perubahan akuntansi wajib yang meningkatkan pendapatan daripada perusahaan
kontrol,disesuaikan dengan industri, ukuran, dan periode waktu.

18
2. REVIEW
2.1 Review Motivasi Penelitian
Penelitian ini termotivasi dari pengujian tentang hubungan antara perjanjian
hutang denganpilihan metode akuntansi oleh penelitian terdahulu dan dikembangkan
dengan memberikan buktiterupdate untuk mendukung hipotesis berbasis perjanjian
hutang bahwamanajer perusahaan menggunakan pendekatan kegagalan teknis dalam
menanggapi perubahan akuntansi yang menaikkan laba. Dengan memeriksa
perusahaan-perusahaan yang melanggar pembatasan yaitu kekayaan bersih dan
pembatasan modal kerja, peneliti ingin menunjukkan apakah perubahan akuntansi
sebenarnya menunda pelanggaran atas perjanjian utang, dan memberikan bukti
bahwa respon akuntansi dari manajer tergantung dari apakah biaya gagal bayar
dibebankan oleh kreditur, apakah manajer memiliki fleksibilitas akuntansi, dan
apakah biaya pajak yang signifikan berkaitan dengan perubahan akuntansi yang ada.
2.2 Review Masalah Penelitian
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana manajer
perusahaan yang memiliki fleksibilitas akuntansi dan menanggung beban biaya
default seharusnya lebih memungkinkan untuk merubah prosedur akuntansi yang
meningkatkan pendapatan dalam menanggapi pengetatan batasan perjanjian utang
dan bagaimana manajer beralih sementara ke prosedur akuntansi yang meningkatkan
pendapatan secara default teknis.
2.3 Review Landasan Teori
Dalam penelitian ini menggunakan Teori Kontrak (Contract Theory) dan teori
agensi (agency theory). Menurut kami, kedua teori ini sudah tepat digunakan dalam
menjelaskanpelanggaran perjanjian utang dan perubahan prosedur akuntansi.
2.4 Review Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, hipotesis yang dibangun adalah sebagai berikut.
H1 : Manajer perusahaan yang memiliki fleksibilitas akuntansi dan menanggung
beban biaya default seharusnya lebih memungkinkan untuk merubah prosedur
akuntansi yang meningkatkan pendapatan dalam menanggapi pengetatan batasan
perjanjian utang.
H2 : Manajer beralih sementara ke prosedur akuntansi yang meningkatkan
pendapatan secara default teknis
Hipotesis yang dibangun menggambarkan permasalahan, penelitian sebelumnya,
dan

19
teori yang digunakan dalam penelitian ini.
2.5 Review Desain Penelitian
1) Variabel Penelitian
Untuk memberikan percobaan langsung dan kuat dari hubungan antara
perjanjian hutang dan pilihan akuntansi, peneliti mengidentifikasi titik waktu
ketika perusahaan melanggar batasan akuntansi dalam perjanjian hutang mereka
dan mendokumentasikan rangkaian waktu pilihan akuntansi manajer seputar
pelanggaran ini. Secara ekstrim, karena kriteria pemilihan sampel peneliti
mengharuskan perusahaan untuk melanggar batasan perjanjian hutang. Hanya
perusahaan yang telahkehabisan fleksibilitas akuntansi mereka yang berada
dalam sampel pelanggaran. Bias seleksi ini berpotensi menghasilkan sampel
standar perusahaan yang tidak mengubah prosedur akuntansi karena fleksibilitas
akuntansi yang tersedia bagi manajer tidak cukup untuk menunda atau mencegah
teknis standar.
2) Validitas Internal
Penelitian ini memiliki validitas internal yang tinggi karena terdapat
konsistensi antara masalah penelitian, hipotesis, dan analisis data, serta
konsistensi antara hasil pengujian dengan simpulan.
3) Validitas Eksternal
Validitas eksternal berkaitan dengan pemilihan sampel dalam penelitian.
Penelitian ini memiliki validitas yang rendah, karena sampel yang dipilih untuk
penelitian ini hanya perusahaan pada sektor manufaktur dengan ukuran tertentu
yang melakukan pelanggaran utang pertama kali dan telah menggunakan
fleksibilitasprosedur akuntansi untuk menghindari kendala perjanjian utang.
4) Pengumpulan dan Analisis Data
Data penelitian merupakan penelitan kuantitatif dengan menggunakan data
sekunder, yaitu diperoleh dari National Automated Accounting ResearchSystems
(NAARS) dengan metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive
sampling.Data mengenai perusahaan yang melanggar perjanjian utang dan
perusahaan kontrol diperoleh dari Compustat’s Expanded Annual Industrial atau
Annual Research Files dan Compustat’ Industrial File.

20
5) Konsistensi antara Masalah Penelitian, Hipotesis dan Analisis Data
Pada penelitian ini terdapat konsistensi antara masalah penelitian, hipotesis
dananalisis data yang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian Masalah yang
diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana para manajer
menanggapipengetatan perjanjian utang. Hipotesis yang dibangun juga sudah
berdasarkan masalah ini. Analisis data yang digunakan juga sudah tepat untuk
menguji kedua hipotesis tersebut sehingga mampu memberikan bukti untuk
mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.
6) Konsistensi Hasil Pengujian dengan Simpulan
Pada penelitian ini, hasil pengujian konsisten dengan simpulan penelitian.
Hasil pengujian dibahas secara detail pada hasil penelitian, dan dinyatakan
kembali secara ringkas pada kesimpulan. Di mana penelitian ini secara umum
menyimpulkan bahwamanajer perusahaan yang mengalami gagal bayar membuat
banyak perubahan akuntansi yang meningkatkan laba dibandingkan manajer
perusahaan kontrol. Selain itu penelitian juga menyimpulkan bahwa manajer
bersikap rasional terhadap pilihan metode akuntansi dan hubungannya terhadap
dampak arus kas perusahaan.
7) Implikasi Kebijakan
Implikasi kebijakan bagi perusahaan adalah bahwa sebaiknya perusahaan
tetap menjaga konsistensi prosedur dan metode akuntansi yang digunakan
sehingga tidak akan terjadi pelanggaran perjanjian utang. Walaupun perubahan
akuntansi yang ada masih dalam standar yang ada akan tetapi baik juga untuk
memperhatikan adanya konsistensi antar periode akuntansi, sehingga laporan
keuangan masih memiliki dayaperbandingan.

21
RINGKASAN DAN REVIEW ARTIKEL INTERNASIONAL

Title : Earnings Management During Import Relief


Investigations Author : Jennifer J. Jones
Journal : Journal of Accounting Research Vol. 29 No. 2 Autumn 1991 Printed in
U.S.A.

1. RINGKASAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Peraturan perdagangan luar negeri memberikan jalan untuk pemberian keringanan
impor melalui tarif, kuota, perjanjian pemasaran, dan / atau bantuan penyesuaian federal.
Dalam banyak kasus, peningkatan proteksi impor mengakibatkan perpindahan kekayaan
dari konsumen dalam negeri, importir dalam negeri, dan pemasok asing ke produsen
barang dalam negeri yang dilindungi tersebut. Manajer perusahaan yang akan
mendapatkan keuntungan dari perlindungan impor yang ditingkatkan memiliki insentif
untuk mengambil tindakan guna meningkatkan kemungkinan mendapatkan perlindungan
tersebut dan / atau meningkatkan jumlah perlindungan yang diberikan. Cara-cara di mana
para manajer dapat meningkatkan nilai yang diharapkan dari keringanan imporbergantung
pada faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh regulator ketika membuat keputusan
keringanan impor.
Studi ini menguji apakah perusahaan yang akan mendapatkan keuntungan dari
keringanan impor (misalnya, kenaikan tarif dan pengurangan kuota) berupaya untuk
menurunkan pendapatan melalui manajemen pendapatan selama investigasi keringanan
impor oleh Komisi Perdagangan Internasional Amerika Serikat (ITC). Penentuan
keringanan impor yang dilakukan oleh ITC didasarkan pada beberapa faktor yang
ditentukan dalam undang-undang perdagangan federal, termasuk profitabilitas industri.
Penggunaan nomor akuntansi secara eksplisit dalam regulasi keringanan impor
memberikan insentif bagi manajer untuk mengelola pendapatan guna meningkatkan
kemungkinan memperoleh keringanan impor dan / atau meningkatkan jumlah keringanan
yang diberikan.
Ketentuan undang-undang dari tindakan perdagangan luar negeri yang berkaitan
dengan klausul pelarian umum, bea balik, dan investigasi antidumping, adalah fokus
utama dari studi ini. Undang-undang antidumping, countervailing duty, dan klausul
pelarian umum mengharuskan ITC untuk membuat keputusan cedera yang
menguntungkan sebelum keringanan impor dapat
22
diberikan. berdasarkan impor, Departemen Perdagangan menentukan kenaikan tarif
yang diperlukan untuk mengimbangi margin dumping atau subsidi luar negeri. Penentuan
cedera secara khusus membutuhkan penggunaan nomor akuntansi (yaitu, keuntungan,
penjualan, dan persediaan) dalam peraturan perdagangan luar negeri.
1.2 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan adalah manajemen laba. Penggunaan laba yang
dilaporkan oleh ITC dalam penentuan cedera memberikan insentif bagi manajer untuk
membuat pilihan akuntansi yang meningkatkan cedera perusahaan. Dengan melakukanitu,
manajer dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan keringanan impor yang
diinginkan dan / atau meningkatkan jumlah keringanan yang diberikan; Oleh karena itu,
hubungan antara angka akuntansi dan penentuan cedera dapat mengakibatkan pilihan
akuntansi manajer memiliki konsekuensi ekonomi (yaitu, transfer kekayaan darikonsumen
ke produsen dalam negeri karena keringanan impor).
ITC biasanya meminta informasi selama lima tahun sebelum tanggal petisi diajukan
untuk kasus klausul pelarian umum, dan tiga tahun untuk kasus antidumping dan
countervailing duty. Informasi aktual yang diminta oleh ITC dalam setiap investigasi
ditunjukkan dalam laporan staf. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
investigasi ITC bergantung pada jenis investigasi. ITC harus menyelesaikan penyelidikan
klausul pelarian umum dalam waktu enam bulan setelah pengajuan petisi. Dalam
investigasi antidumping dan countervailing duty, ITC harus menyelesaikan investigasi
mereka dalam waktu 120 hari setelah penetapan awal afirmatif (dumping atau subsidi)
atau 45 hari setelah penetapan akhir afirmatif oleh Sekretaris Perdagangan.
1.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
H1 : Manajer dari produsen domestik yang akan mendapat manfaat dari import relief,
membuat pilihan akuntansi yang mengurangi laba yang dilaporkan selama periode
investigasi ITC dibandingkan dengan periode non investigasi.

1.4 Penelitian Sebelumnya


Penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai rujukan dalam studi ini adalah
Peltzman (1976) yang berpendapat bahwa regulator tidak akan secara eksklusif melayani
satu kepentingan ekonomi (misalnya, produsen dalam negeri) tetapi akan membantu
kelompok-kelompok yang memberikan jumlah terbesar dari keuntungan pribadi kepada
regulator. Liberty dan Zimmerman (1986) mengenai negoisasi kontrak karyawan dengan
serikat pekerja, Healy(1985) tentang penetapan kompensasi manajemen oleh pemegang

23
saham, DeAngelo (1986) dengan kasus buyout manajemen dan DeAngelo (1988)
mengenai proxy contest.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder
berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel
berjumlah 23 perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi untuk
investigasi import relief yang membutuhkan bantuan ITC untuk membuat penentuan
kerugian, yaitu investigasi antidumping, countervailing duty, dan general escape clause.
Data dari laporan keuangan tahunan perusahaan digunakan untuk membangun proxy
manajemen laba perusahaan. Lima industri yang termasuk dalam sampel yaitu
automobiles, carbon steel, stainless steel, copper, dan footwear. Data Keuangan
perusahaan dalam lima industri tersedia di Compustat. Sampel yang diperoleh terdiri dari
23 perusahaan dari lima industri. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah;statistik deskriptif, t- statistic, wilcoxon signed rank test dan two tailed Durbin
Watson serta Z statistic.
1.6 Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian model akrual yang dilakukan, memberikan hasil bahwa
tahun 0 mendukung hipotesis manajemen laba sedangkan tahun -1 tidak mendukung.
Nilai Z statistik untuk tahun +1 adalah -1,228 dengan uji satu sisi tingkat signifikansi
0,109 menunjukkan bahwa tidak ada pembalikan akrual diskresioner pada tahun +1 yang
mana konsisten dengan statistik deskriptif. Berikutnya, pengujian model misspecification
memberikan hasil bahwa scatter plot dari persamaan regresi tidak menunjukkan hubungan
nonlinier antara akrual abnormal dengan perubahan pendapatan, oleh karena itu residu
negatif untuk tahun 0 tidak terlihat pada hasil pengujian model misspecification.
Kemudian hasil pengujian alternatif juga tidak mengindikasikan bahwa perusahaan
membuat penurunan akrual pendapatan yang lebih dibandingkan perusahaan yang
diselidiki berdasarkan undang-undang countervailing dan antidumping. Selanjutnya, hasil
dari pengujian portofolio menunjukkan bahwa masalah yang berkaitan dengan korelasi
cross sectional dikurangi dengan mengelompokkan perusahaan ke dalam portofolio
industri, akrual diskresioner pada tahun 0 masih secara signifikan terjadi income-
decreasing. Secara empiris pengujian yang menggunakan total akrual menunjukkan
bahwa akrualdiskresioner adalah pendapatan menurun pada tahun 0 dimana memberikan
dukungan untuk hipotesis manajemen laba.

24
1.7 Simpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil yang dipaparkan oleh penulis, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil pada riset ini mendukung hipotesis manajemen laba dimana manajer melakukan
income- decreasing accruals selama import relief investigations. Pengujian hipotesis
manajemen laba berdasarkan pada model ekspektasi perusahaan spesifik untuk
memprediksi total akrual normal. Model ini memungkinkan untuk dilakukan perubahan
akrual non- diskresioner yang disebabkan karena kondisi ekonomi. ITC dapat mengambil
manfaat dengan memperhatikan bukti yang diberikan di sini bahwa manajer tampaknya
membuat pendapatan penurunan akrual selama periode import relief investigations.
1.8 Implikasi Kebijakan
Implikasi kebijakan pada penelitian ini yaitu riset ini memberikan informasi bahwa
manajer akan melakukan income decreasing selama periode investigasi ITC. Model
ekspektasian dalam penelitian juga mempertimbangkan kondisi-kondisi ekonomi yang
berdampak pada perusahaan. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan ukuran atau
proksi lainnya dari manajemen laba dan perusahaan yang dijadikan objek penelitian dapat
dilakukan pada jenis industri lainnya.

2. REVIEW ARTIKEL
2.1 Kelebihan
1) Masalah Penelitian atau Latar Belakang Masalah
a. Artikel ini sudah menampilkan secara spesifik fenomena apa yang
mendukung sehingga penelitian ini penting dilakukan.
b. Artikel ini ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dipahami.
2) Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian sudah sesuai dengan masalah penelitian serta análisis data
yang dilakukan untuk melakukan pengujian hipótesis juga sudah dilakukan dengan
baik dan mampu memberikan bukti untuk mendukung atau menolak hipotesis yang
diajukan.
3) Desain Penelitian
Penelitian ini menunjukkan rantai kausal dan validitas logika yang baik. Dimana
ketika pemerintah mengelurakan atran mengenai import relief dan melakukan
investigasi, perusahaan domestik yang merasa diuntungkan akan melakukan suatu
pemilihan metode akuntansi yang mengurangi laba selama periode terjadinya
investigasi. Lebih dari itu pada hasil penelitian menandakan bahwa hasil yang
didapatkan merupakan hasil yang benar-benar berasal dari variabel bebas bukan dari

25
variabel lainnya.
4) Konsistensi Antara Hasil Penelitian dengan Simpulan Masalah
Sudah terdapat konsistensi antara hasil pengujian dan simpulan. Dimana hasil
pengujian dan simpulan sama-sama menjabarkan hasil dari hipotesis penelitian secara
sistematik dan terstruktur. Hasil pengujian dan simpulan menjabarkan.
2.2 Kekurangan
1) Masalah Penelitian atau Latar Belakang Masalah
Artikel tidak mencantumkan penjelasan tentang hubungan antar variabel yang
disertai rujukan dan penyampaiannya kurang sistematis.
2) Landasan Teori
a. Peneliti tidak menyebutkan dan menjelaskan grand theory yang digunakan dalam
penelitian.
b. Peneliti tidak menambahkan secara rinci teori dari variabel yang digunakandalam
penelitian.
3) Desain Penelitian
Selain itu sampel hanya diambil dari 5 jenis kategori industry yaitu,
automobiles, carbon steel, stainless steel, copper, dan footwear sehingga dikatakan
variabel eksternal penelitian ini tidak cukup tinggi. Namun terlepas daridibatasinya
jumlah industry dan sampel yang digunakan, penggunaan model Jones dalam
mendeteksi manajemen laba pada kasus-kasus lain telah digunakan secara luas.

26
DAFTAR PUSTAKA

Marlina Magdalena. 2018. Positive Accounting Theory (Pat): Telaah Literatur Dari Berbagai
Perspektif. Jurnal Akuntansi Vol 9, No 2
William R Scott. 2003. Financial Accounting Theory. Third Edition. Toronto, Ontario: Pearson
Education Canada Inc.

27

You might also like