Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

MAKALAH OPINI PUBLIK

Mata Kuliah opini publik


Dosen Pengampu : M. Hidayatul Ilham, S.IP.,M.I.KOM
Kelas : ikom B kampus Palembang

Disusun oleh:

Shakira Nasya Anindra


07031382025268

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU


SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG TAHUN AJARAN
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kita nikmat dan juga atas karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “OPINI PUBLIK” tepat pada waktunya. saya juga mengucapkan
terimakasih kepada bapak M. Hidayatul Ilham, S.IP.,M.I.KOM ,Selaku dosen pengampu mata
kuliah opini publik yang telah membimbing saya untuk mengerjakan tugas yang dapat
menambah wawasan dan juga kemampuan kami dalam membuat makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain adalah untuk memenuhi tugas dari
bapak M. Hidayatul Ilham, S.IP.,M.I.KOM Pada mata kuliah opini publik . Selain itu penulisan
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca.

Saya mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
makalah ini oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun saya dan
membantu saya dalam menyempurnakan makalah ini kedepannya.

Palembang, 21 Februari 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan Makalah .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2


2.1 Definisi opini publik ………………………………………………….
A hubungan opini publik dan kebebasan berpendapat di berbagai Negara..
B perkembangan kebebasan berpendapat di Indonesia masa reformasi……
2.2 Perbandingan kebebasan berpendapat dari 3 negara ............................. 2
2.3 Contoh kasus pengaruh media massa terhadap opini publik………….
BAB III PENUTUP............................................................................................. 4
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 4
3.2 Saran ………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 5

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Opini publik merupakan salah satu cara untuk masyarakat atau sekumpulan
orang-orang yang ingin menyampaikan suatu pendapat, masukan atau aspirasi yang ada
dipikiranya, tentang hal-hal yang di lihat atau yang dirasakan secara langsung Tupun
melalui media atau perantara, dilakukan dengan melalui interaksi secara langsung
ataupun melalui media seperti media cetak, media massa bahkan media sosial sekaligus
Opini Publik adalah hal yang selalu dan pasti akan terus terjadi selama ada hal yang dapat
dikomentari atau menjadi bahan publik.
Opini publik seperti satu sisi uang logam dengan sisi lainnya adalah peristiwa.
berarti opini publik terjadi juga dalam segala hal atau peristiwa. misalnya, dalam hal
perdagangan, harga naik, orang mengeluh dan bisa tidak jadi membeli, sebaliknya harga
turun, orang bergembira dan bisa membeli lagi bahkan dalamjumlah yang banyak. hal itu
membuktikan bahwa opini publik mempunyai dampak tersendiri yang mempengaruhi
seseorang dalam menilai suatu hal.
Pembentukan opini publik sangat bergantung pada proses komunikasi.
Masyarakat memperoleh pengetahuan atau informasi tentang persoalan yang terjadi di
masyarakat melalui proses komunikasi. Salah satunya adalah melalui media massa.
Masalah sekecil apapun bisa berkembang dengan cepat karena pemberitaan melalui
media. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang
signifikan. Subyek opini publik adalah masalah baru yang bersifat kontroversial. Unsur-
unsur opini publik adalah pernyataan yang kontroversial mengenai suatu hal yang
bertentangan dan reaksi pertama/gagasan baru.

1.2 Rumusan masalah


1. Definisi opini publik ?
2. Menganalisis Perbandingan kebebasan berpendapat dari 3negara ?
3. Menganalisis contoh kasus pengaruh media massa terhadap opini publik?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui definisi opini public
2. Untuk mengetahui perbandingan kebebasan berpendapat dari 3 negara
3. Untuk mengetahui kasus pengaruh media massa terhadap opini public
1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi opini publik
Cultip dan Center dalam Sastropoetro (1987) menyatakan bahwa opini publik
adalah sejumlah akumulasi pendapat individual tentang suatu isu dalam pembicaraan
secara terbuka dan berpengaruh terhadap sekelompok orang. Dengan demikian, opini
publik terbentuk melalui suatu kegiatan berupa debat pembicaraan, atau pertukaran
informasi antara individi-individu yang berada dalam suatu kelompok.
Opini-opini individual tersebut kemudian dikenal dengan istilah opini publik.
Karena Opini Publik terbentuk dari intregasi “personal opinion” banyak orang, maka
Opini Publik cenderung telah bermukim pada suatu masyarakat yang melembaga, yang
telah lengkap dengan mekanisme kepemimpinan maupun pengawasan komunikasi.
Dengan kata lain Opini dan Opini Publik dilihat oleh Bogardus secara lembaga sentries
dan liberal.
Menurut Clyde, opini publik adalah penilaian sosial mengenai suatu masalah yang
penting dan berarti, berdasarkan proses pertukaran-pertukaran yang sadar dan rasional
oleh khalayaknya (Sumarno, 1990:19)
Kata Opini Publik, terdiri dari kata Opini dan Publik. Opini menurut (Effendy
2003) tidak memiliki tingkatan namun memiliki arah yaitu 1. Opini positif, menyebabkan
seseorang bereaksi secara menyenangkan terhadap orang lain atau suatu persoalan; 2.
Opini netral, jika seseorang tidak memiliki opini mengenai persoalan yang
mempengaruhi keadaan; dan 3.Opini negatif, menyebabkan seseorang memberikan opini
yang tidak menyenangkan atau beranggapan buruk terhadap orang lain atau suatu
persolan.
(susanto, 1975) berpendapat bahwa opini publik mengandung unsur-unsur yaitu
kemungkinan pro dan kontra, sebelum mencapai konsesus; Melibatkan lebih dari
seseorang (misalnya, kelompok, masyarakat, dan lain-lain); Dinyatakan; dan
Mengadakan tanggapan yang pro maupun yang kontra. Sementara (Herbert Blumer 1967)
berpendapat bahwa unsur-unsur opini publik dikonfrontasikan/dihadapkan pada suatu isu;
memiliki perbedaan pendapat tentang isu; dan terlibat dalam diskusi mengenai isu
tersebut.
2
Pendekatan prinsip terhadap kajian opini publik dapat dibagi menjadi 4 kategori :
pengukuran kuantitatif terhadap distribusi opini, penelitian terhadap hubungan internal
antara opini individu yang membentuk opini publik pada suatu permasalahan, deskripsi
tentang atau analisis terhadap peran publik dari opini publik, kajian baik terhadap media
komunikasi yang memunculkan gagasan yang menjadi dasar opini maupun terhadap
penggunaan media oleh pelaku propaganda dan manipulasi.

Dapat disimpulkan bahwa opini publik merupakan salah satu cara untuk
masyarakat atau sekumpulan orang-orang yang ingin menyampaikan suatu pemikiran,
pendapat, masukan atau aspirasi yang ada dipikiranya tentang hal-hal yang di lihat atau
yang dirasakan secara langsung ataupun melalui media dan perantara lainnya, hal ini
dilakukan dengan cara melalui interaksi secara langsung ataupun melalui media seperti
media cetak, media massa bahkan media sosial sekalipun. Opini publik juga bisa
dilakukan beramai-ramai ataupun secara individual.
a. hubungan opini publik dan kebebasan berpendapat di berbagai Negara
Kebebasan sendiri berarti setiap orang dapat melakukan segala sesuatu
menurut kehendak hatinya dan tentu saja dengan bijaksana. Prinsip umum
keadilan yang mendasari dan menerangkan berbagai keputusan moral yang
sungguh-sungguh dipertimbangkan dalam keadaan-keadaan khusus. Kebebasan
merupakan salah satu hak dasar dari semua individu. Setiap manusia berhak atas
posisinya sebagai individu yang memiliki hak-hak dasarnya seperti bertindak,
berpikir dan berinteraksi dengan siapapun. Kebebasan ini yang menurut Paul
Sieghart adalah tentang memanusiakan keingintahuan kita, mendapatkan
informasi tentang sekitar kita, mengkonstruksikan segala ide, keyakinan dan
mimpi, cara melihat dunia, bertukar pikiran, menyampaikan isi pendapat sebagai
hasil pemikiran, mempelajari pengalaman serta berbagai hal di bidang budaya,
sosial ilmiah atau seni. Hal ini yang membedakan manusia dibandingkan makhluk
hidup lainnya yaitu kekuatan atas otonomi dan kebebasannya sendiri. Meski
demikian, terdapat celah yang membatasi kebebasannya itu, yaitu kebebasan
orang lain. Hal ini nantinya harus membuat manusia bertoleransi terhadap hak-
hak dari individu lain.
3
Hubungan opini publik dan kebebasan berpendapat ada pada sistem yang
cara kerja nya. Seperti yang kita tahu opini publik cara masyarakat atau
sekumpulan orang-orang yang ingin menyampaikan suatu pemikiran, pendapat,
masukan atau aspirasi yang ada dipikiranya tentang hal-hal yang di lihat atau yang
dirasakan secara langsung ataupun melalui media dan perantara lainnya. Sama hal
nya dengan kebebasan berpendapat dimana setia individu mempunya hak
kebebasan berpendapat nya sendiri, perihal apa yang dia lihat dan apa yang dia
pikirkan setiap individu berhak berpendapat secara langsung atau melalui media
massa.
b. perkembangan kebebasan berpendapat di Indonesia masa reformasi

2.2 Perbandingan kebebasan berpendapat dari 3 negara


A. Thailand
Thailand merupakan negara monarkhi. Kerajaan Thailand memiliki
peraturan dimana kerjaan Thailand tidak menerima kritikan dengan peraturan
yang kaku serta membatasi kebebasan berpendapat. Ketidak bebasan berpendapat
di Thailand temuat dalam peraturan yang disebut dengan Lese Majeste. Lese
Majeste adalah pasal yang melindungi anggota senior keluarga kerajaan Thailand
dari hinaan atau ancaman. Berdasarkan pasal 112 hukum pidana Thailand,
seseorang yang “merusak nama baik, menghina, atau mengancam raja, ratu, putra
mahkota, atau bangsawan” akan dihukum penjara hingga 15 tahun. Aturan ini
tidak berubah sejak pemberlakuan hukum pidana pertama Thailand pada 1908,
kecuali ketika sanksi dalam pasal Lese Majeste diperkuat pada 1976.
Bunyinya, “Raja harus ditempatkan di singgasana dalam posisi yang
disanjung dan tidak boleh dicemari. Tiada seorang pun boleh menyampaikan
tuduhan atau aksi dalam bentuk apapun terhadap Raja.” Akan tetapi, tiada definisi
yang jelas tentang hinaan terhadap kerajaan. Delik aduan Lese Majeste bisa
disampaikan siapa saja dan terhadap siapa saja. Setiap delik aduan itu harus
diselidiki secara formal oleh kepolisian.

Meski demikian, rincian tentang aduan kasus Lese Majeste jarang


diungkap ke publik lantaran aparat khawatir pelanggaran yang sama bisa diulang
khalayak umum. Para pengkritik menilai pemaknaan Lese Majeste terlalu luas
dan hukumannya terlalu keras. Alasan penerapan Lese Majeste ialah untuk
melindungi keluarga kerajaan.
4
B. Singapura
Di Singapura, beragam aturan membatasi konten sekaligus cara
berekspresi yang diperbolehkan untuk dilakukan. Kebanyakan dari pembatasan
tersebut didasarkan atas kepentingan moralitas publik. Berbagai undang-undang
melakukan penyensoran terhadap film, buku, musik, iklan maupun poster yang
cabul (obscene) atau tidak senonoh. Terdapat pula undang-undang yang
menjadikan kegiatan terkait perkumpulan umum (public assembly), dan yang
dirasa mengganggu ketertiban umum sebagai sebuah delik pelanggaran.
Undang-undang yang dapat dibuat oleh parlemen Singapura untuk
memberikan batasan-batasan terhadap kebebasan berpendapat dapat dikatakan
sangatlah mudah untuk dilakukan. Hanya dengan menggunakan delapan landasan
yang ada pada Pasal 14 ayat (2) huruf a; yakni demi keamanan Singapura,
hubungan baik dengan negara lain, ketertiban umum, moralitas publik,
melindungi kepentingan parlemen, pencemaran nama baik, penghinaan terhadap
pengadilan, dan hasutan untuk melakukan tindak pidana.
Singapura juga mengatur lebih lanjut mengenai pembatasan dalam
menyampaikan pendapat di muka umum. Terutama perihal siapa saja yang
diizinkan untuk menyampaikan pendapat, dan mengenai tempat- tempat yang
dapat digunakan. Pertama, pihak yang dapat menyampaikan pendapatnya di muka
umum hanyalah warga negara Singapura, dan itupun dibatasi oleh banyak syarat-
syarat administratif dan peraturan perundang-undangan secara umum. Kedua,
salah satu tempat yang tidak terlalu mendapat pembatasan serumit tempat umum
lainnya adalah Speaker’s Corner yang terletak di Taman Ho Lim. Tempat ini
ditujukan sebagai ruang terbuka bagi masyarakat Singapura untuk melakukan
kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan dijalankannya hak konstitusional untuk
menyampaikan pendapat.
Kebebasan berarti setiap orang dapat melakukan segala sesuatu menurut
kehendak hatinya dan tentu saja dengan bijaksana. Prinsip umum keadilan yang
mendasari dan menerangkan berbagai keputusan moral yang sungguh-sungguh
dipertimbangkan dalam keadaan-keadaan khusus. Kebebasan merupakan salah
satu hak dasar dari semua individu. Setiap manusia berhak atas posisinya sebagai
individu yang memiliki hak-hak dasarnya seperti bertindak, berpikir dan
berinteraksi dengan siapapun. Kebebasan ini yang menurut Paul Sieghart adalah
tentang memanusiakan keingintahuan kita, mendapatkan informasi tentang sekitar
kita, mengkonstruksikan segala ide, keyakinan dan mimpi, cara melihat dunia,
bertukar pikiran, menyampaikan isi pendapat sebagai hasil pemikiran,
mempelajari pengalaman serta berbagai hal di bidang budaya, sosial ilmiah atau
seni.

5
Hal ini yang membedakan manusia dibandingkan makhluk hidup lainnya
yaitu kekuatan atas otonomi dan kebebasannya sendiri. Meski demikian, terdapat
celah yang membatasi kebebasannya itu, yaitu kebebasan orang lain. Hal ini
nantinya harus membuat manusia bertoleransi terhadap hak-hak dari individu lain.
C. Swedia
2.3 Contoh kasus pengaruh media massa terhadap opini public
a. Kasus “KPK LAWAN POLISI” dalam media sosial twitter
Kasus yang terjadi pada tahun 2012, perseteruan 2 institusi yaitu KPK dan
POLRI Kasus 2 institusi besar ini sudah pernah terjadi beberapa waktu lalu
dimana dikenal dengan slogan Cicak vs Buaya. Dan pada tahun 2012, perseteruan
dua institusi ini kembali terjadi. Berawal dari upaya KPK dengan bantuan para
penyidik dari kepolisian membongkar kasus simulator SIM di tubuh Polri yang
melibatkan petingginya. Disaat yang sama, meski telah menegaskan akan
memberikan dukungan kepada kinerja KPK, namun tidak disertai dengan
tindakan yang nyata. Karena selanjutnya yang kemudian berkembang adalah Polri
menarik hampir seluruh penyidik dari kepolisian yang berada di KPK termasuk
Komisaris Polisi Novel Baswedan, yang menjadi penyidik dalam kasus dugaan
korupsi simulator SIM.
Puncak dari kasus ini adalah saat kedatangan aparat kepolisian pada 6
Oktober 2012 malam ke kantor KPK untuk menangkap Kompol Novel Baswedan
dengan alasan harus ditahan setelah melakukan tindak pidana di Bengkulu tahun
2004. Peristiwa ini secara cepat membangkitkan keprihatinan publik apalagi
tekanan pada upaya pemberantasan korupsi oleh KPK dirasa sudah sangat kuat.
Akibatnya dukungan pun mengalir cepat dengan terbentuknya secara spontan
gerakan solidaritas menduduki kantor KPK untuk mendukung KPK. Dukungan
ini tidak saja disiarkan melalui media media nasional, tetapi media jejaring sosial
terutama Twitter ikut menyiarkan apa yang tengah berlangsung di gedung KPK.
Bahkan dengan cepat media jejaring sosial ini dapat membentuk opini publik
tentang “Upaya Kriminalisasi KPK” dengan tanda pagar (#) hashtag #saveKPK
dan #saveindonesia. Setiap detik dari peristiwa selanjutnya, di dunia maya, selalu
muncul dalam timeline yang di re-tweet oleh para followers yang membaca dan
mengikuti proses ini.
Proses yang terjadi kemudian dengan cepat membentuk opini publik yang
kebanyakan memang mendukung KPK daripada Polisi. Polisi dianggap sebagai
pihak yang bersalah sementara KPK sebagai pihak yang benar. Namun kemudian
yang menjadi permasalahan karena opini yang terbentuk melalui ruang virtual ini
sangat menyudutkan pihak-pihak tertentu dengan menggunakan kata-kata makian,
hujatan, mencemarkan nama baik serta sejenisnya.
6
Jika dihubungkan maka hal tersebut juga melanggar Undang-Undang No. 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Opini-opini pribadi yang terbentuk pada media sosial seperti Twitter, akan
saling pempengaruhi satu sama lain sehingga dapat membentuk satu kesamaan
opini yang menggiring opini pribadi menjadi opini publik. Apalagi melalui media
sosial seperti Twitter yang memiliki sifat yang cepat sehingga dengan cepat juga
dapat membentuk opini publik. Tweet yang diposting oleh orang-orang ternama
seperti artis dan selebriti lainnya akan semakin memudahkan opini publik tersebut
terbentuk. Ini ditandai dengan adanya retweet berkali-kali dari postingan sang
selebriti tersebut. Hal ini tentunya menyebabkan opini semakin cepat menyebar
dan dibaca orang lain sekaligus membentuk kesamaan opini.
Kebebasan berpendapat melalui media sosial tentunya harus diikuti
dengan pemberlakuan etika dalam berpendapat. Dimana kebanyakan pengguna
internet saat mengemukakan pendapat mereka melalui media sosial tidak
mengedepankan etika dan tata krama. Sehingga banyak status dan komen yang
tidak menghargai baik pribadi seseorang maupun institusi. Tidak dipungkiri
bahwa sifat media sosial yang bebas dan cenderung tidak terkendali sehingga
tanpa sadar terkadang pengguna dengan bebas juga menyerang privasi seseorang.
Dengan menjunjung etika, informasi yang dipublikasikan meski itu tentang
ketidaksetujuan terhadap suatu masalah, namun tidak merugikan dan
memojokkan orang lain, maka informasi tersebut dapat juga ditanggapi secara
positif bagi setiap orang yang baca dan menerimanya.
b. Kasus bank century
Kasus Bank Century yang dinyatakan bermasalah oleh Sidang Paripurna
Hak Angket Bank Century DPR - RI. Kasus ini belum saja usai menjadi bahan
opini publik, muncul kasus lain yang tidak kalah pentingnya. Pemberitaan secara
masif tertembaknya Nurdi M. Top oleh media massa, gembong teroris yang
paling dicari oleh polisi, telah mengalihkan opini publik. Semua media latah
memberitakannya, padahal yang tertembak ternyata orang lain. Hal ini merupakan
indikasi adanya pengalihan isu oleh pihak - pihak yang berada atau terlibat dalam
kasus Bank Century dan berusaha mengalihkan atau memengaruhi ke opini publik
kasus teroris. Dari contoh tersebut memberikan bukti bahwa opini publik bisa
diciptakan, diarahkan dan direncanakan secara baik.
7
Fenomena ini menjelaskan bahwa opini publik bisa terbentuk di
masyarakat luas, sementara data dan fakta tidak mendukungnya. Disinilah letak
berbahayanya opini publik tersebut apabila dipergunakan untuk tujuan - tujuan
yang tidak baik, karena bisa membawa dampak negatif serta merugikan pihak -
pihak yang tersangkut dalam pembentukan opini tersebut. Bahkan kehidupan
berbangsa dan bernegara dapat terganggu karenanya.
Pengungkapan dan penanganan kasus Bank Century yang berjalan lambat,
meskipun sudah ada keputusan politis dari Sidang Paripurna Hak Angket Bank
Century DPR-RI yang menyatakan bahwa penanganannya bermasalah. Masalah
yang dikemukakan di atas, menarik minat dan menjadi bahan pembicaraan dalam
kehidupan publik karena bersifat kontroversial. Pembicaraan itu bisa di rumah,
tempat kerja, warung, bus / mobil, kampus atau dimana saja. Awal pembicaraan
berjalan tenang, tetapi lambat laun tanpa disadari mereka terlibat dalam diskusi.
Masing - masing mengemukakan pandangan, sehingga timbul saling
melemparkan argumentasi dalam menyampaikan solusi penyelesaian masalah.
Karena masing – masing berpikir dalam konteks kerangka pengetahuan (frame of
reference) dan bidang pengalaman (field of experience) yang berbeda, sehingga
terdapat masukan yangberagam serta simpang siur,namun lambat laun arahnya
menjadi jelas sehingga terjadi titik temu di dalam pengambilan sikap dan
penyelesaian masalah tersebut.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Opini publik merupakan salah satu cara untuk masyarakat atau sekumpulan
orang-orang yang ingin menyampaikan suatu pemikiran, pendapat, masukan atau aspirasi
yang ada dipikiranya tentang hal-hal yang di lihat atau yang dirasakan secara langsung
ataupun melalui media dan perantara lainnya, hal ini dilakukan dengan cara melalui
interaksi secara langsung ataupun melalui media seperti media cetak, media massa
bahkan media sosial sekalipun. Opini publik juga bisa dilakukan beramai-ramai ataupun
secara individual.
Sisi negative dari opini publik tersebut apabila dipergunakan untuk tujuan - tujuan
yang tidak baik, bisa membawa dampak negatif serta merugikan pihak - pihak yang
tersangkut dalam pembentukan opini tersebut. Bahkan kehidupan berbangsa dan
bernegara dapat terganggu karenanya.
3.2 Saran
Opini publik harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum diungkapkan ke
kekhalayak dan disebar luaskan ke masyarakat lain baik diluar daerah atau diluar negri.
Opini publik harus dilakukan secara berhati-hati agar komunikan tersebut tidak
menimbulkan kesimpulan sendiri dari apa yang telah disampaikan dan hanya pasti akan
menerima dampak negative atau positif
9
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, O.U. 2003. Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi. bandung: Citra Aditya Bhakti 35.
Herbert Blumer. 1967. Interactionis. new jersey: prentice hall 9.
susanto, Astrid, S. 1975. Pendapat Umum. bandung: Bina Cipta 156.
https://media.neliti.com/media/publications/222347-none-e7d62d72.pdf
https://www.researchgate.net/publication/
337888575_Aktualisasi_Kebebasan_Berpendapat_di_Negara_Demokrasi_yang_Lemah_Pe
rbandingan_Indonesia_dan_Singapura
10

You might also like