Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Konsep Lanjut Usia

a. Pengertian Lanjut Usia

Berdasarkan definisi secara umum, sekelompok manusia yang

memasuki fase akhir dalam hidupnya dan biasa disebut dengan

lansia yang umurnya ≥60 tahun keatas . Sedangkan Departeman

kesehatan RI menyebutkan bahwa seseorang dikatakan berusia lanjut

dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia

(WHO) bahwa usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun ( Kushariyadi,

2010; Indriana, 2012; Wallnce, 2007). Menurut WHO ada batasan

Umur Lanjut Usia, yang terdapat dalam kategori (Kushariyadi,

2010):

1) Usia pertengahan : 45-59 tahun

2) Lanjut usia : 60 – 74 tahun

3) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun

4) Usia sangat tua : diatas 90 tahun

b. Hipertensi pada lansia

Hipertensi adalah tekanan darah yang melebihi batas normal

yaitu sistolik lebih dari 140 dan diastolik lebih dari 90. Hipertensi

sering terjadi pada lansia karena banyak faktor yang mempengaruhi

salah satunya seperti umur, genetik, berat badan, konsumsi garam


8

dan kurangnya aktifitas. Pada lansia tekanan sistolik akan terus

meningkat diusia 80 tahun dan diastolik juga terus meningkat sampai

usia 55-60 tahun, kemudian perlahan-lahan akan menurun secara

derastis. Penderita hipertensi tidak merasakan gejala-gejala yang

aneh karena tekanan darah senantiasa sering berubah-ubah (Suoth, et

al., 2014).

Hipertensi lanjut usia dapat diketahui dengan peningkatan

sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik didapati pada pertengahan

usia diatas ≥65 tahun. Tekanan diastolik akan meningkat diusia

sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun. Tekanan

sistolik akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia lansia

(Lumbantobing, S.M, 2008). Menurut (JNC VII, 2003) tidak ada

batasan khusus untuk mengetahui batas hipertensi pada lansia.

Namun ada kategori yang dapat menjadikan batasan hipertensi pada

lansia.

1) Stadium 1 (Hipertensi ringan) : 140-159/90-99 mmHg

2) Stadium 2 (hipertensi sedang) : 160-179/100-109 mmHg

3) Stadium 3 (hipertensi berat) : 180-209/110-119 mmHg

c. Penyebab hipertensi pada lansia

Penyebab hipertensi pada lanjut usia mengalami penurunan

dinding aorta karena terjadinya perubahan dalam katup jantung yang

menebal dan akan menjadi kaku, sehingga kemampuan darah

memompa ke jantung akan semakin menurun. Untuk mendapatkan


9

oksigen yang cukup maka pembuluh darah harus berjalan dengan

normal dan keefektifan darah harus meningkat agar volume serta

kontraksi darah menjadi terkendali (Brunner & Suddarth, 2013).

d. Klasifikasi hipertensi pada lansia

Hipertensi berdasarkan (Tantochris, 2014). Penyebabnya dapat

diklasifikasikan menjadi 2 golongan besar yaitu :

1) Hipertensi essensial (hipertensi primer) disebut juga hipertensi

idiopatik yang tidak diketahui penyebabnya. Ada 95% kasus dan

banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,

lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis dan faktor

yang meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.

2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi renal yang penyebab

spesifikasinya diketahui. Terdapat sekitar 5% kasus penderita

hipertensi, seperti gangguan penyakit ginjal, hipertensi vaskuler

renal dan faktor hipertensi yang bias untuk dikendalikan

(Sutono, 2008).

e. Komplikasi hipertensi pada lansia

1) Penyakit jantung coroner

Semakin bertambahnya usia maka aliran darah di pembuluh

darah tidak lancar karena pengerasan pada arteri. Penyakit yang

sering dialami oleh penderita hipertensi yaitu karena adanya

pengapuran pada sendi dan otot jantung, sehingga terjadi

penyempitan pada pembuluh darah yang menyebabkan pasokan


10

aliran darah menjadi berkurang. Bahkan terasa nyeri dan juga

dapat menimbulkan serangan jantung (Sulistiyowati, 2014).

2) Gagal jantung

Semakin tingginya otot memaksa untuk bekerja lebih keras

memompa darah, maka kondisi itu berakibat otot jantung akan

menebal sehingga daya otot mempompa semakin menurun.

Tanda adanya komplikasi seperti itu nafas menjadi sesak dan

terputus-putus (Sulistiyowati, 2014).

3) Stroke

Kondisi tekanan darah yang meningkat akan mengalai

pecah dipembuluh darah, sehingga terjadi pendarahan di otak

dan adanya sumbatan darah oleh gumpalan darah yang tidak

lancar akibat penyempitan di daerah pembuluh darah

(Sulistiyowati, 2014).

2. Konsep epidemologi hipertensi

a. Pengertian epidemologi

Definisi dari epidemologi adalah model investigasi yang

digunakan untuk mengetahui ada perubahan dari salah satu faktor

atau tidak, maka akan terjadi perubahan keseimbangan diantara

mereka. Sehingga dapat mengakibatkan bertambah atau

berkurangnya penyakit yang bersangkutan (Timmreck, 2004).

Epidemologi dari hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah

dalam arteri dalam jangka waktu lama tanpa gejala dimana tekanan
11

abnormal tinggi dalam arteri meningkatkan risiko stroke, gagal

jantung, kerusakan ginjal, serangan jantung. Epidemologi penyakit

hipertensi dapat dijelaskan melalui pendekatan Trias epidemologi.

1) Agent (faktor penyebab).

Definisi dari agent adalah penyebab penyakit bisa bakteri,

virus, parasite, atau jamur yang merupakan agent yang

ditemukan sebagai penyebab penyakit infeksius.

Faktor-faktor yang mempengaruhi agent :

a) Konsumsi garam

Mengandung iodium yang dianjurkan tidak lebih dari

6 gram perhari atau kadar dari natrium.

Studi ilmiah secara konsisten menunjukkan bahwa

pengurangan asupan garam menurunkan tekanan darah

pada orang dengan hipertensi dan orang-orang dengan

tekanan darah normal, di semua kelompok usia, dan di

semua kelompok etnis, meskipun ada variasi di besarnya

penurunan. (WHO, 2013).

WHO memberikan info melalui rekomendasi pola

mengkonsumsi garam yang tepat untuk mengurangi risiko

terjadinya penyakit hipertensi. Kadar yang

direkomendasikan yaitu ≥2300 gram sodium (6 gram

perhari) atau sebagai gambaran untuk mengukur yaitu

dengan 1 sendok teh garam dapur (Irawati, 2013).


12

b) Kardiovaskuler

Hipertensi kronis menyebabkan peningkatkan

kekakuan arteri, meningkatkan darah sistolik melebar faktor

ini menyebabkan tekanan perfusi koroner menurun,

meningkatkan konsumsi oksigen miokrad dan dapat

menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini dapat

mengarah ke edema paru serta gagal ventrikel kiri (South,

2014).

c) Penyumbatan pembuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah disebabkan karena

adanya penumpukan plak-plak lemak yang dapat

mengakibatkan kolestrol. Pembuluh darah yang terkena

arterosklerosis akan mengurangi elastisitas dan aliran darah

keseluruh tubuh terganggu, sehingga memicu

meningkatnya volume darah dan tekanan darah

(Ismuningsih, 2013).

2) Host (penjamu)

Definisi dari host adalah organisme, biasanya manusia

atau hewan yang menjadi tempat persinggahan penyakit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi host :

a) Status psikologis (stress)

Pada saat orang mengalami stress hormone adrenalin

meningkat dan meningkatkan tekanan darah melalui


13

kontraksi arteri serta meningkatkan denyut jantung. Stress

terus-menerus maka tekanan darah akan tetap tinggi,

sehingga orang tersebut mengalami hipertensi (South,

2014).

b) Genetik

Pakar juga menemukan hubungan antara riwayat

keluarga penderita hipertensi dengan resiko untuk juga

menderita penyakit ini.

Apabila orang tua 60% menderita hipertensi maka

anak juga besar kemungkinan mewarisi riwayat hipertensi

dari kedua orang tua karena hipertensi esensial lebih besar

ataupun kembar satu telur (Arifin, 2016).

Penelitian genetik ini menunjukkan bahwa tekanan

darah yang dimiliki dari seorang anak akan lebih mendekati

tekanan darah orang tuanya bila hubungan darah mereka

sangat erat (Arifin, 2016).

c) Kecukupan gizi

Faktor gizi berhubungan dengan hipertensi karena

aterosklerosis menyebabkan terjadinya hipertensi.

Aterosklerosis terjadi karena kerusakan yang dibentuk oleh

lapisan epitel. Akibat tingginya mengkonsumsi kolestrol

dan lemak yang dapat memicu aterosklerosis. Untuk

mencegah aterosklerosi harus mengkonsumsi serat


14

makanan Mg dan beberapa mikro nutrien, sehingga

mencegah atau memperlambat aterosklerosis (Sujati, 2016).

d) Aktifitas Fisik

Orang yang rajin olahraga maka akan terhindar dari

kegemukan karena adanya gerakan pada tubuh. Salah satu

olahraga yang dapat dilakukan yaitu senam, jogging, dan

bersepeda. Selain olahraga dapat mengeluarkan keringat,

olahraga juga dapat mengeluarkan kadar garam yang

berlebih pada tubuh (Arifin, 2016).

e) Kebiasaan pola hidup.

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa gaya hidup

yang modern, menunjukkan berkurangnya aktifitas

olahraga, gaya hidup yang serba instan, memakan-makanan

instan, cenderung menggunakan bahan pengawet seperti

natrium benzoate dan monosodium glutamate, sehingga

perilaku tersebut dapat memicu naiknya tekanan darah

(Herawati, 2011).

f) Umur

Bertambahnya umur serta proses penuaan, maka

serabut kolagen pembuluh darah meningkat dan dinding

aorta akan menebal. Dengan berkurangnya efektifitas dalam

tubuh pembuluh darah tidak lancar, sehingga terjadinya

penyempitan tekanan sistolik yang menyebabkan tekanan

darah naik diatas rata-rata (Agus, A dkk, 2010).


15

Faktor risiko umur sangat berpengaruh pada

terjadinya hipertensi. Riset Kesehatan Dasar 2013

menyatakan bahwa prevalensi hipertensi meningkat seiring

dengan bertambahnya usia (Riskesdas 2013).

Individu yang berada pada rentang umur 40-70 tahun,

berisiko 2 kali terkena penyakit kardiovaskular untuk setiap

peningkatan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau 10

mmHg diastolik pada ambang tekanan darah antara 115/75-

185/115 mmHg, sehingga pencegahan hipertensi sebaiknya

dilakukan sebelum umur 40 tahun (WHO, 2012).

Seiring bertambahnya usia maka risiko naiknya tekanan

darah juga akan semakin tinggi karena adanya pertambahan

usia disetiap tahunnya (CDC, 2016).

g) IMT

Kegemukan pada seseorang yang lemaknya berlebih

dapat menyebabkan risiko tinggi munculnya penyakit

jantung dan pembuluh darah dalam tubuh. Disebut berat

badan berlebih apabila melebihi Indeks Massa Tubuh

(IMT) ≥25 kg/ untuk orang Indonesia, dan gambaran

jumlah lemak dalam tubuh agar mengetahui tentang risiko

kesehatan yang harus diperhatikam. IMT sendiri dapat

diketahui dengan cara membagi tinggi badan dan berat

badan tubuh (Irwan, 2016).


16

Berat badan tubuh berlebih dapat ditentukan dari hasil

indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan alat

pengukuran sederhana untuk memantau dan mengetahui

status gizi orang dewasa yang khususnya berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan tubuh.

Menggunakan pengukuran IMT dapat dilakukan hanya

untuk orang dewasa yang umurnya diatas 18 tahun tidak

untuk ibu hamil, bayi, dan anak (Supariasa, 2012).

3) Environment (lingkungan)

Definisi dari environment adalah segala sesuatu yang

berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang

mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.

a) Kebisingan

Kebisingan yang diakibatkan oleh adanya suara keras

terus-menerus akan mengganggu proses fisiologis pada

jaringan otot dalam tubuh manusia, sehingga memicu emosi

yang tidak stabil. Emosi yang tidak stabil akan

memudahkan sesorang mengalami stress, apalagi ditambah

dengan penyempitan pembuluh darah, maka dapat memacu

jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah

keseluruh tubuh. Hal inilah yang menimbulkan penyakit

hipertensi (Suryani, 2018).


17

b) Status pekerjaan

Berbagai jenis pekerjaan dan kegiatan sehari-hari

masyarakat pedesaan lebih banyak menggunakan tenaga

manusia atau masih mengandalkan fisik, sedangkan

masyarakat perkotaan lebih sering bekerja diruangan

dengan sedikit aktifitas. Hipertensi lebih tinggi terjadi pada

masyarakat perkotaan karena kurangnya aktifitas yang

rendah (Karisyanti, 2017).

b. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia

Penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya terapi hipertensi

untuk lansia. Tujuan dari terapi ini untuk menurunkan angka

morbilitas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan

serebrovaskuler. Sebelum pengobatan dimulai hendaknya melihat

dulu kondisi pada penderita (Rahayu, 2014).

Tekanan darah pada lansia harus dilihat dari penurunan aliran

darah ke otak, jantung, dan ginjal. Menganjurkan lansia untuk

menurunkan TDS <140 mmHg dan TDD <90 mmHg tampaknya

terlalu ketat untuk dianjurkan. Sasaran yang dianjurkan untuk

menurunkan tekanan darah sebanyak 20 mmHg dari tekanan darah

semula dan Sys-Eur trial juga merekomendasikan penurunan <160

mmHg utnuk lansia. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi non

farmakoligi dan farmakologi (Rahayu, 2014) :


18

1) Terapi non farmakologi

Terapi ini dilakukan untuk mengubah pola hidup pada

penderita hipertensi. Salah satunya dengan menurunkan BB

pada kegemukan yang berlebih, mengurangi minum yang

beralkohol, meningkatkan aktifitas gerak tubuh, mengurangi

konsumsi garam, menghentikan kebiasan untuk merokok dan

mengurangi asupan pada lemak jenuh serta kolesterol.

2) Terapi farmakologis

Keputusan untuk memberikan pengobatan farmakologis

pada penderita hipertensi mempertimbangkan beberapa faktor,

yaitu derajat kenaikan tekanan darah, adanya kerusakan organ

dan adanya penyakit kardiovaskuler. Terdapat adanya obat

untuk antihipertensi yang dianjurkan dimana masing-masing

memiliki efetivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi.


19

B. Kerangka Teori

Agent (penyebab)
- Konsumsi garam

- Kardiovaskuler
- Penyumbatan darah

Komplikasi
Host (penjamu) - Jantung koroner
- Genetik Derajat Hipertensi - Gagal jantung
- Aktifitas fisik - Stroke
- IMT

- Status psikologis
- Kecukupan gizi
- Kebiasaan pola
hidup.

Environment
- Kebisingan
- Status pekerjaan

Gambar 2. 1. Kerangka teori


Sumber : Arifin (2016) dan Karisyanti (2017)

Keterangan :

: tidak diteliti

: diteliti

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara IMT dengan derajat hipertensi pada lansia.

2. Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan derajat hipertensi pada lansia.

3. Tidak ada hubungan antara genetik dengan derajat hipertensi pada lansia.
20

4. Tidak ada hubungan antara konsumsi garam dengan derajat hipertensi

pada lansia.

You might also like