Professional Documents
Culture Documents
Ujian Praktek Komunikasi Sosial Masyarakat Dan Budaya Bahari
Ujian Praktek Komunikasi Sosial Masyarakat Dan Budaya Bahari
Ujian Praktek Komunikasi Sosial Masyarakat Dan Budaya Bahari
Oleh:
Ibnu Hajar
NRP. 54182112244
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ..............................................................................................
i
iii
4.2
Saran ........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Salah satu dampak yang terjadi yaitu masyarakat bisa saling
mengenal dan memperkenalkan adat kebiasaan, kebudayaan, dan
kepercayaan.
Dampak yang diberikan oleh pariwisata terhadap sosial
budaya masyarakat sangat terlihat jelas dalam pariwisata Indonesia
khususnya di daerah Belitung. Belitung ialah bagian dari Provinsi
Kep.Bangka Belitung yang dikenal dengan nama “Negeri Laskar
Pelangi” dan sudah resmi masuk menjadi Global Geopark pada
tanggal 15 April 2021 dalam sidang UNESCO sehingga potensi
pariwisata pulau Belitung tidak kalah dengan daerah lain yang sudah
maju pariwisatanya. Saat ini banyak stakeholder baik pemerintah
maupun swasta yang mengupayakan adanya perkembangan dan
pembangunan pariwisata di Belitung, dengan harapan dapat
mensejahterakan rakyat dan meningkatkan APBD.
Salah satu destinasi yang sedang diupayakan untuk menjadi
destinasi maju adalah Pantai Tanjungtinggi, Tanjung Kelayang,
Pulau Lengkuas, dan lainnya. Destinasi tersebut memiliki keindahan
alam yang tak kalah bagus seperti di tempat wisata lainnya,
didukung dengan keindahan pantai, pasir putih serta dipadukan
dengan langit yang indah. Sekarang destinasi-destinasi tersebut
sudah mulai banyak dikenal oleh masyarakat luar baik dalam
cakupan local maupun luar negeri.
Berdasarkan perubahan yang terjadi akibat aktivitas
pariwisata tersebut, maka diperlukan penelitian yang membahas
sejauh mana dampak yang diberikan oleh pariwisata. Baik itu
dampak pada perubahan sosial serta dampak pada perubahan
budaya yang terjadi di daerah Belitung. Dampak tersebut mencakup
dampak positif dan negatif dari perubahan yang terjadi.
1.2 Tujuan
2
1. Untuk mengetahui perbedaan unsur budaya antara wisatawan
dengan masyarakat di daerah Belitung.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari aktivitas
pariwisata di daerah Belitung.
3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Menurut Suwantoro (1997, dalam Permana, 2010), pengertian
pariwisata berkaitan erat dengan perjalanan wisata, yaitu suatu
perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan menurut Undang-
Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata
yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Permana, 2010).
2.2 Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal- hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia, dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang
berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan dapat
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata culture juga
kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa
Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran,
akal budi, hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan yang sukar diubah. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
4
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kuntjaraningrat bahwa
“kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah bentuk jamak
dari buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga menurutnya
kebudayaan dapat diartikan sebagai hal- hal yang bersangkutan
dengan budi dan akal, ada juga yang berpendapat sebagai suatu
perkembangan dari majemuk budidaya yang artinya daya dari budi
atau kekuatan dari akal. Kuntjaraningrat berpendapat bahwa
kebudayaan mempunyai paling sedikit tiga wujud, yaitu pertama
sebagai suatu ide, gaagsan, nilai- nilai norma-norma peraturan dan
sebagainya, kedua sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola dari
manusia dalam sebuah komunitas masyarakat, ketiga benda-benda
hasil karya manusia.
Sementara Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi
merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan
oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.
5
budaya yang terjadi tidak dapat sepenuhnya dipandang sebagai
dampak pariwisata semata–mata. Hal ini karena pariwisata terjalin erat
dengan berbagai aktivitas lain yang mungkin pengaruhnya lebih besar
atau sudah terpengaruh jauh sebelum pariwisata berkembang.
Secara teoritis, Cohen (1984) mengelompokkan dampak sosial
budaya pariwisata ke dalam sepuluh kelompok besar yaitu:
1. Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara
masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas
termasuk tingkat ekonomi atau ketergantungannya.
2. Dampak terhadap hubungan antar personal antara anggota
masyarakat.
3. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/ kelembagaan
sosial.
4. Dampak terhadap migrasi dari satu daerah ke daerah
pariwisata.
5. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat.
6. Dampak terhadap pola pembagian kerja.
7. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial.
8. Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan.
9. Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan–
penyimpangan sosial.
10. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat isitiadat.
6
masyarakat juga dapat mengambil keuntungan agar wisatawan lebih
akrab dalam suasana kekeluargaan. Sedangkan dampak negatif yakni
tidak menghormati adat setempat, adanya wisatawan yang suka
melacur, adanya pengadopsian kebiasaan wisatawan yang buruk, dan
perilaku wisatawan yang “bebas berbuat apa saja”
7
100 meter yang diapit oleh 2 semenanjung. Batu-batu granit yang ada
di kawasan ini ada yang berukuran beberapa ratus kubik. Tumpukan
batu-batu granit ini membentuk bukit-bukit, lorong-lorong dan gua-gua
kecil yang menyekat-nyekat Pantai Tanjung Tinggi. Kegiatan wisata
yang dilakukan pengunjung adalah berenang, bermain pasir,
menyusuri batu-batu granit raksasa, fotografi, menikmati
pemandangan laut dan kuliner khas seperti gangan dan minuman
kelapa muda. Fasilitas wisata yang tersedia berupa deretan warung
makan yang menyediakan menu makanan laut dan kuliner lokal
seperti gangan dan minuman kelapa muda. Warung-warung makan
tersebut dikelola oleh masyarakat desa Tanjung Tinggi. Tidak jauh
dari Pantai, terdapat fasilitas resort berbintang, Lor In Hotel and
Resort. Namun demikian, lahan wilayah Pantai Tanjung Tinggi yang
memiliki sumber daya alam yang tinggi ini dimiliki oleh swasta.
8
2.4.3 Pulau Lengkuas
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan
sesamanya. Pada masyarakat Belitung penggunaan bahasa sehari-hari
menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa melayu, sedangkan untuk
wisatawan lokal menggunakan bahasa Indonesia dan wisatawan
mancanegara menggunakan bahasa Inggris.
2. Sistem Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi
sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana
manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial.
Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur
oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan
di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari.
Dalam kehidupan social masyarakat Belitung terdapat lima punggawa
adat atau perangkat adat salah satunya adalah Dukun Kampung, Lurah
(Kades), Pengulu, Lebai dan Pengguling (Bidan Dusun). Kelima orang
inilah keselamatan atau ketentraman warga dan wilayah mereka.
10
Setiap kampung (dusun) di Belitung harus memiliki dukun,
yang terdiri dari dukun tua dan wakilnya yang biasa disebut dukun muda.
Dukun kampung diangkat berdasarkan garis keturunan. Fungsi utamanya
adalah sebagai tabib yang mengobati penyakit warga di wilayahnya.
Fungsi kedua adalah menjaga kelestarian hutan yang diyakini sebagai
tempat bersemayam makhluk-mahkluk halus.
Dalam kehidupan sehari-hari peranan dukun kampung
melebihi peran seorang kepala desa. Setiap kegiatan yang akan dilakukan
oleh masyarakat selalu mengikuti tata cara yang telah ditetapkan oleh
dukun kampung. Pelanggaran terhadap larangan tersebut mengakibatkan
resiko yang harus ditanggung oleh pelanggar. Seorang dukun kampung
memiliki wilayah tersendiri yang tidak didasarkan pada wilayah
administrasi sehingga bisa saja seorang dukun kampung memiliki wilayah
yang terdiri atas dua atau tiga desa. Kehidupan sosial yang seperti ini
jarang ditemukan di kota lain bahkan di negara manapun.
11
masyarakat di daerah Belitung adalah bertani, nelayan, buruh/karyawan
tambang, karyawan perkebunan kelapa sawit, berdagang dan ditambah
dengan pariwisata yang saat ini semakin berkembang hingga membuka
lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat. Berbeda dengan wisatawan
asing yang mayoritasnya dari negara barat yang mata pencahariannya
kebanyakan dari industri.
5. Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan suatu masyarakat terbentuk secara
alamiah. Dimana sistem kepercayaan merupakan pedoman hidup yang
diyakini oleh suatu masyarakat dalam menjalankan kehidupan sosial
keagamaannya. Pada masyarakat Belitung mayoritas penduduknya
adalah beragama Islam tetapi masih banyak yang memegang teguh
kepercayaan nenek moyang yaitu mitos-mitos contohnya seperti rumah
yang baru dibangun sebelum ditinggalkan harus disiram dengan air
khusus agar tidak terkena sial. Mitos-mitos seperti ini jarang terjadi atau
ditemukan di kota ataupun negara lain.
6. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari
penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat
tradisional. Deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan
seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat. Belitung
memliki banyak sekali kesenian tradisional yang memikat daya tarik
wisatawan lokal maupun mancanegara. Kesenian tradisional Belitung
meliputi antara lain seni musik, seni tari, sastra tutur, dan teater rakyat.
Kesenian-kesenian tersebut yaitu :
1) Begambus
Biasanya ditampilkan dalam berbagai acara kesenian rakyat dan
selamatan di Belitung. Kesenian ini sangat bernuansa Islami, dimana
syair-syair berisi petuah dinyanyikan seiring alunan gambus.
12
2) Begubang
Begubang kesenian Melayu Belitong yang umumnya ditampilkan dalam
suatu upacara atau syukuran dengan 2 atau 3 orang lelaki melantunkan
pantun nasehat yang saling berkaitan satu.
3) Berebut Lawang
Jika masyarakat Betawi memiliki tradisi palang pintu, masyarakat Belitung
pun memiliki satu tradisi beradu pantun yang biasa disebut berebut
lawang. Sama seperti palang pintu dalam.
4) Beripat Beregong
Beripat Beregong merupakan Sejenis pemainan adu ketangkasan dengan
menggunakan rotan sebagai alat pemukul. Masing-masing pemain
mengandalkan kemampuan menangkis dan memukul punggung lawan.
5) Dul Mulok
Dul Mulok merupakan sebuah drama tradisional berbahasa melayu.
Drama tradisional ini akan membawakan cerita rakyat setempat dengan
iringan alat musik gendang dan biola.
6) Lesong Panjang
Lesong panjang biasanya dimainkan pada saat musim panen padi tiba.
Alat utamanya adalah sebuah lesung yang terbuat dari kayu pilihan yang
bersuara keras dan jernih.
7) Maras Tahun
Maras Taun berasal dari kata “maras” yang berarti “meniris
( membersihkan duri halus) dan “taun” berasal dari kata “tahun”. Maras
Taun diadakan setiap setahun sekali.
8) Muang Jong
13
Muang Jong berarti melepaskan perahu kecil ke laut. Perahu kecil
tersebut berbentuk kerangka yang didalamnya berisikan sesajian.
9) Tari Campak
Tari campak di Belitung ini ada 2 macam yaitu Campak Darat dan
Campak Laut. Tarian ini adalah tari khas masyarakat belitung dari suku
sawang.
12)Tari Sepen
Tari Sepen adalah tarian tradisional masyarakat kepulauan Belitung yang
di dalamnya terdapat unsur gerakan pencak silat. Tarian ini merupakan
tari tradisional dari daerah Bangka Belitung.
3.2 Dampak
14
sesuatu yang alamiah. Setiap orang, setiap bangsa memiliki keunikan
sendiri-sendiri. Dengan adanya perbedaan ini bisa memunculkan dampak
positif maupun dampak negatif dikehidupan masyarakat tergantung
bagaimana cara masyarakat itu sendiri menyikapinya. Sikap menganggap
bahwa budaya sendiri adalah budaya yang terbaik dan budaya-budaya
lain seharusnya mengikuti tata cara budaya sendiri dan dinilai
berdasarkan standar budaya sendiri adalah sikap yang harus dihindari
ketika berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda. Sikap ini
adalah bentuk dari etnosentrisme negatif (Samovar, Porter, & McDaniel,
2010). Jika seorang cenderung bersikap etnosentrisme negatif, hal itu
akan menghambat keberhasilan dalam berkomunikasi antarbudaya.
15
tangan khas daerah dari kerang, tempurung kelapa, batu-batuan
dan sebagainya. Kerajinan kain batik daerah seperti batik daun
simpor.
2. Akulturasi budaya
Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih
yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Singkatnya,
akulturasi adalah proses adaptasi kebudayaan dengan tetap
mempertahankan kebudayaan lama. Akulturasi merupakan suatu
proses sosial yang timbul saat suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu
kebudayaan asing. Kebudayaan asing ini lambat laun diterima dan
diolah tanpa menghilangkan unsur kebudayaan kelompok itu
sendiri. Akulturasi yang terjadi di Belitung akibat pariwisata
memberikan dampak positif dan juga negatif. Dampak postifnya
yaitu semakin banyaknya tour guide atau masyarakat Belitung yang
menguasai bahasa Inggris akibat semakin banyaknya wisatawan
asing yang berwisata ke Belitung sehingga meningkatkan kualitas
sumber daya manusia di daerah Belitung. Selain dampak positif,
dampak negatifnya pun juga tidak bisa dihindari seperti
melunturnya bahasa daerah akibat seringnya menggunakan
bahasa asing.
16
dipantai ditiru oleh masyarakat lokal sehingga bisa melunturkan
budaya-budaya lokal.
4. Marginalisasi
Orang yang termarginalisasi (dalam konteks pariwisata)
merupakan individu yang menolak asimilasi secara penuh
kebudayaan yang dibawa wisatawan ke dalam kehidupan sehari-
hari. Orang yang termarginalisasi tidak mengadopsi seperangkat
norma dan standar yang telah diterima oleh kedua kebudayaan.
Tingkah lakunya dianggap menyimpang oleh kedua kebudayaan
(wisatawan dan penduduk lokal) mengakibatkan terpisahnya
individu tersebut dari kedua kebudayaan tersebut.
5. Komoditifikasi kebudayaan
Komoditifikasi kebudayaan adalah kegiatan menjual
kebudayaan menjadi paket wisata untuk dijual dengan cara
menyesuaikan waktu dan keinginan wisatawan tetapi melupakan
tujuan utama atau sakralnya kebudayaan itu sendiri.
17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari beberapa materi pembahasan tentang dampak pariwisata
terhadap sosial budaya pada masyarakat di pulau Belitung yaitu :
Unsur-unsur kebudayaan yang berbeda yang terjadi pada
masyarakat Belitung akibat pariwisata yaitu sistem bahasa, sosial,
peralatan hidup dan teknologi, mata pencaharian hidup,
kepercayaan, dan kesenian.
Dengan adanya perbedaan pada unsur-unsur budaya tersebut
menimbulkan dampak baik itu positif ataupun negatif.
Dampak positif dari kegiatan atau pengembangan pariwisata di
daerah Belitung meliputi :
1) Memperluas lapangan pekerjaan
2) Meningkatkan pendapatan
3) Dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan
18
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pariwisata terhadap
budaya masyarakat Belitung antara lain :
1) Munculnya kreativitas dan inovasi budaya
2) Akulturasi budaya
3) Efek peniruan (demonstration effect / homogenisasi)
4) Marginalisasi
5) Komoditifikasi kebudayaan
4.2 Saran
Saat ini manusia hidup pada era modernisasi dan globalisasi yang
berasal dari Barat baik pada pariwisata atau lainnya, dimana pengaruh
dari hal tersebut terhadap perilaku budaya umat manusia sangatlah besar
baik yang bersifat positif maupun negatif. Jadi, dampak positif maupun
negatif yang ditimbulkan dari pariwisata tergantung dari bagaimana kita
menyikapinya. Apabila kita menyikapinya dengan baik dan paham dengan
dampak yang akan terjadi maka kita akan mendapatkan manfaat dan
keuntungan. Sedangkan, apabila kita menyikapinya dengan sikap acuh
tak acuh terhadap budaya lokal maka dampak negatif dan kerugiannya lah
yang akan kita dapat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21