Professional Documents
Culture Documents
JURNAL FARMASI (Dwi Asmi Nirmalasasi)
JURNAL FARMASI (Dwi Asmi Nirmalasasi)
JURNAL FARMASI (Dwi Asmi Nirmalasasi)
ABSTRACT
Since ancient times, green tea leaves have been known to be very useful in treating and
nourishing hair. Green tea leaves contain polyphenol compounds that can strengthen roots and
accelerate hair growth so that they can be used to treat hair loss problems, where loss often occurs in
today's society due to lack of nutritional intake and the use of chemicals that are not suitable and harmful
to hair. To overcome this, a study aimed to make hair tonic preparations using ethanol extract of green
tea leaves was carried out. Hair tonic formulations use 96% ethanol, propylenglycol, menthol, methyl
paraben, propyl paraben, and distilled water. In this study, the thick green tea leaf extract was
formulated into a hair tonic with a concentration of 30%, 40% and 50%. The physical quality testing of
hair tonic preparations includes organoleptic, pH, viscosity and specific gravity tests in the 0 to 6 cycle
storage. Hair tonic preparations were tested on rabbit test animals of the oryctolagus cuniculus type to
determine at what concentration the formulation had the most optimal hair growth effectiveness. The
results of the rabbit hair growth test showed that control (+) was 1.33cm, control (-) was 0.86cm,
formulation 1 was 0.94cm, formulation 2 was 1 cm and formulation 3 was 1.43 cm. The conclusion is that
formulation 3 with a concentration of 50% is more effective in accelerating the growth of rabbit hair
compared to concentrations of 30% and 40% and can be said to be close to positive control.
Keywords : Green tea leaves, hair tonic, hair growth, 50% concentration, Oryctolagus cuniculus
ABSTRAK
Sejak zaman dahulu daun teh hijau diketahui sangat bermanfaat dalam merawat dan
menyuburkan rambut. Daun teh hijau mengandung senyawa polifenol yang dapat memperkuat akar dan
mempercepat pertumbuhan rambut sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah kerontokan,
dimana kerontokan sering terjadi pada masyarakat saat ini dikarenakan kurangnya asupan nutrisi serta
penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak cocok dan berbahaya terhadap rambut. Untuk mengatasi hal
ini maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membuat sediaan hair tonic menggunakan ekstrak
etanol daun teh hijau. Formulasi sediaan hair tonik menggunakan bahan etanol 96%, propilenglikol,
mentol, methyl paraben, propyl paraben, dan aquades. Pada penelitian ini ekstrak kental daun teh hijau
diformulasi menjadi sediaan hair tonik dengan konsentrasi 30%, 40% dan 50%. Pengujian mutu fisik
sediaan hair tonik yang dilakukan meliputi uji organoleptik, pH,viskositas dan bobot jenis pada
penyimpanan siklus ke-0 hingga ke-6. Sediaan hair tonic diujikan pada hewan uji kelinci berjenis
oryctolagus cuniculus untuk mengetahui pada kosentrasi berapa formulasi yang mempunyai efektivitas
pertumbuhan rambut yang paling optimal. Hasil dari uji pertumbuhan rambut kelinci menunjukkan pada
kontrol (+) yaitu 1,33cm , kontrol (-) yaitu 0,86cm , formulasi 1 yaitu 0,94cm , formulasi 2 yaitu 1 cm dan
formulasi 3 yaitu 1,43 cm. Kesimpulannya yaitu pada formulasi 3 dengan konsentrasi 50% lebih efektif
mempercepat pertumbuhan rambut kelinci dibandingkan dengan konsentrasi 30% dan 40% dan dapat
dikatakan mendekati kontrol positif.
Kata kunci : Daun teh hijau, Hair tonic, pertumbuhan rambut, konsentrasi 50%, Oryctolagus cuniculus.
PENDAHULUAN
Rambut merupakan mahkota bagi kaum wanita dan kaum pria yang memiliki peran penting
dalam kehidupan, salah satu unsur yang tidak bisa diabaikan karena rambut mencerminkan keperibadian,
umur, dan kesehatan. Rambut berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas terik matahari dan cuaca
dingin (Said dan Haikal, 2009). Banyak permasalahan kesehatan rambut yang sering diantaranya rambut
rontok serta kebotakan, rambut lepek, rambut bercabang, dan rambut berketombe. Permasalahan pada
rambut yang paling dikhawatirkan oleh setiap orang adalah kerontokan rambut yang mengakibatkan
kebotakan (Priskila, 2012). Penyebab rambut kepala rontok dapat dipengaruhi oleh hormonal, status gizi,
kelainan genetik, radikal bebas, stress dan efek samping obat. Kerontokan yang paling ditakuti atau
terbesar masih disebabkan oleh radikal bebas (Soepardiman L et al., 2010).
Untuk mengatasi masalah kerontokan rambut dan kebotakan dapat dilakukan adalah dengan
melakukan perawatan rambut. Perawatan rambut yang dilakukan diantaranya yaitu pemberian vitamin,
shampo, dan konditioner, masker rambut, creambath serta hair tonic. Salah satu perawatan rambut untuk
mencegah kerontokan adalah dengan menggunakan hairtonic. Hair tonic merupakan obat penyubur
rambut yang digunakan untuk memperkuat akar rambut, merangsang tumbuhnya rambut, dan
memperlancar peredaran darah serta membantu melumasi rambut (Prasetyo, 2013).
Berbagai produk hair tonic baik dari bahan kimia maupun alami, telah banyak dikembangkan
untuk mengatasi masalah kerontokan rambut. Salah satunya hair tonic yang beredar di pasaran berasal
dari zat kimia yaitu Minoxidil. Penggunaan Minoxidil dalam jangka panjang berpotensi menimbulkan
efek samping seperti alergi kulit, sakit kepala, vertigo, edema sampai hipotensi (Messenger dan
Rundegen, 2004). Penggunaan tanaman sebagai obat telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia yang
disebut sebagai obat tradisional. Pengobatan dengan menggunakan obat tradisional dewasa ini sangat
popular dan semakin disukai oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena harga yang terjangkau, mudah
didapat dan juga memiliki efek samping yang relatif sedikit (Wijaya, 1995). Salah satu bahan alam yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah kerotokan dan kebotakan yaitu teh hijau. Ekstrak daun teh
dapat digunakan sebagai bahan campuran hair tonic dimana daun teh ini mengandung beberapa senyawa
kimia slah satunya seperti polifenol yang dapat memperkuat akar rambut. Flavonoid yaitu membantu
melawan pembentukan radikal bebas. Saponin berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke folikel
rambut (Kurniawan 2013).
Pengujian aktivitas hair tonic dilakukan terhadap kelinci berjenis lokal (Oryctolagus cuniculus),
dipilih hewan kelinci karena kelinci memiliki struktur dan susunan sel yang mirip dengan manusia.
(Sarwono, 2007). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kefektifan dari sediaan hair tonic
ekstrak teh hijau dan mengetahui padaformulasi berapa sediaan hair tonic efektif tumbuh terhadap
pertumbuhan rambut kelinci.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Farmasi dan Laboratorium Biologi
Farmasi STIKES Rumah Sakit Anwar Medika yang terletak di Jl. Raya By Pass Krian KM 33 Sidoarjo.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2020. Penelitian ini termasuk penelitian
eksperimental. Tahap pertama yaitu determinasi tanaman. Selanjutnya dilakukan pembuatan serbuk
simplisia daun teh hijau ( Camellia sinenss, L.). Serbuk simplisia daun teh hijau diekstraksi dengan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, ekstrak etanol daun teh hijau diformulasi ke dalam
sediaan hair tonic. Evaluasi sifat fisika hair tonic meliputi uji organoleptis, pH, viskositas dan berat jenis.
Data hasil uji pH dianalisis secara deskriptif. Data hasil uji efektivitas pertumbuhan rambut kelinci
dianalisis menggunakan uji statistik one way ANOVA untuk data Parametrik sedangkan data Non
Parametrik dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis.
Sampel diambil dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur UPT LABORATORIUM HERBAL
MATERIA MEDICA BATU. Sampel yang diambil yaitu daun teh hijau yang muda, berwarna hijau
berbentuk lonjong, ujungnya runcing, Pucuk dan ruasnya berambut. Daun-daun baru yang mulai tumbuh
setelah pemangkasan, lebih besar daripada daun-daun yang terbentuk sesudahnya berkisar antara 2,5 cm -
25 cm, tergantung pada varietasnya.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian, seperti : untuk pembuatan ekstrak teh hijau butuh
satu set alat maserasi (maserator), evaporator dan botol untuk wadah ekstrak. Untuk pelaksanaan Skrining
fitokimia yaitu dibutuhkan beaker glass, batang pengaduk, papan tetes, pipet tetes. Untuk pembuatan
sediaan hair tonic yaitu dibutuhkan beaker glass, corong, gelas ukur 150 ml, batang pengaduk, gelas
arloji, cawan petri, wadah, etiket.
Bahan yang digunakan dalam penelitian, seperti : Serbuk teh hijau 1000 gram, pelarut Etanol
96%. Bahan yang digunakan dalam proses skrining fitokimia yaitu etanol 70%, Mg , HCl pekat,FeCl3
10% ,gelatin 1% dan NaCl 10%, aquades ,HCl 1N, FeCl3 1%, kloroform, asam asetat anhidrida, asam
sulfat pekat, KOH 0,5 N , hidrogen peroksida, asam asetat, toluena, kalium hidroksida 0.5 N . Bahan yang
digunakan pada pembuatan sediaan Hair tonic ekstrak teh hijau ini antara lain teh hijau, etanol 96%,
propilenglikol, mentol, methyl paraben, propil paraben dan aquadest.
Pembuatan ekstrak etanol 96% serbuk daun teh hijau dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan ekstrak daun teh hijau yang digunakan sebagai bahan aktif sediaan hair tonic. Metode yang
digunakan adalah Maserasi. Serbuk Teh Hijau direndam dalam pelarut etanol 96% dengan perbandingan
1:7,5 menurut (Kusumawati,2012) perendaman dilakukan dengan tujuan agar cairan penyari tersebut bisa
melarutkan zat-zat aktif yang terkandung didalam serbuk daun teh hijau. Ekstraksi Teh Hijau dilakukan
dengan menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Pelarut etanol digunakan karena merupakan pelarut
universal yang diduga memiliki aktivitas perangsang pertumbuhan rambut adalah flavonoid. Selama
proses perendaman berlangsung, sambil sesekali dilakukan pengadukan dengan tujuan untuk menjamin
bahwa semua permukaan serbuk dapat dijangkau oleh cairan penyari, sehingga zat aktifnya dapat terlarut
dengan sempurna. Setelah proses maserasi dilakukan proses pemisahan antara simplisia dan filtratnya.
Proses ini dilakukan menggunakan kertas saring. Dimana kertas saring sendiri berfungsi sebagai
penyaring dari ampas yang masih tertinggal dalam filtrat. Filtrat yang diperoleh kemudian dipekatkan
dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50- 60 ºC agar senyawa yang terdapat dalam ekstrak
tidak rusak oleh pemanasan. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan pelarut etanol 96% yang masih
ada di dalam ekstrak. Ekstraksi 1 kg Teh Hijau dengan pelarut etanol 96% menghasilkan 362,8 gram
ekstrak dengan rendemen sebesar 36,28 % . Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan
nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak. Hasil randemen diperoleh dengan besar 36,28% karena
terdapat senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, polifenol, triterpenoid, tanin, saponin. Polifenol pada
teh hijau sebagian besar merupakan golongan flavonoid terutama sub golongan flavonol dan flavanol
yang memiliki banyak gugus hidroksi pada senyawa polifenol mengakibatkan senyawa cenderung bersifat
polar, Dimana pada daun teh hijau mengandung kira-kira 30-40% polifenol (Lupper,1999).
Pada penelitian ini, dibuat formulasi dengan konsentrasi ekstrak yang berbeda yaitu formulasi
1 : 30% , formulasi 2 : 40% , formulasi 3 : 50% namun pembawanya sama yang bertujuan untuk mencari
formulasi terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelebatan rambut yang optimal. Alasan
pemilihan konsentrasi pada ekstrak ini dimana pada penelitian sebelumnya pernah diteliti oleh (Siti
Anisah et.al, 2017) pada ekstrak teh hijau ini memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan rambut dengan
konsentrasi yang optimal sebesar 40 %, sehingga pada penelitian ini dipilih konsentrasi dibawah 40% dan
diatasnya yang akan diaplikasikan pada sediaan hair tonik yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
yang dibuat sebesar 50% dapat memiliki pertumbuhan rambut yang lebih optimal dari konsentrasi 40%.
Uji stabilitas fisik sediaan hair tonic menggunakan metode cycling test. Cycling test merupakan uji
yang digunakan untuk mengetahui terjadinya pembentukan kristal pada sediaan dan berhubungan dengan
keawetan (daya tahan) sediaan hair tonic dalam penyimpanan. Tujuan dilakukannya uji ini yaitu sebagai
simulasi adanya perubahan suhu pada setiap harinya karena suhu merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kestabilan sediaan. Parameter yang diamati pada uji stabilitas fisik pada sediaan hair tonic
meliputi (Organoleptis, uji pH, viskositas, dan berat jenis).
Pengujian organoleptik hair tonic ekstrak daun teh hijau dilakukan untuk melihat tampilan fisik
suatu sediaan yang dihasilkan sebaiknya memiliki warna yang menarik, bau yang menyenangkan dan
konsistensi (bentuk sediaan) yang sesuai dengan spesifikasi. Hasil yang diperoleh terhadap pengamatan
organoleptis hair tonic ekstrak etanol daun teh hijau dapat dilihat pada tabel 3. Hasil pengujian
menunjukkan warna, aroma dan konsistensi (bentuk sediaan) yang sama dari siklus ke-0 setelah
pembuatan hingga siklus ke-6 yaitu berwarna coklat gelap agak hijau, coklat gelap. Berbau khas/ aromatis
teh hijau dan konsistensi cair jernih, hal ini sangat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dimana
sediaan memiliki bentuk / konsistensi jernih dan warna sediaan coklat kehijauan hingga coklat gelap dan
aroma khas teh hijau.
Tabel 4. Hasil Uji PH
Siklus PH (Asam)
ke- Referensi SNI F1 F2 F3
0 5,9 5,8 5,8
1 5,8 5,8 5,8
2 4,5-6,5 5,8 5,7 5,7
3 5,7 5,6 5,6
4 5,6 5,6 5,6
5 5,6 5,5 5,5
6 5,5 5,5 5,5
pH merupakan parameter yang dapat mempengaruhi daya absorpsi sediaan kedalam kulit.
Pemeriksaan pH bertujuan untuk melihat derajat keasaman dari sediaan hairtonic. Evaluasi pH sediaan
hairtonic diukur menggunakan pH meter. Elektroda batang dari alat pH meter dimasukkan kedalam
sediaan. kemudian dilihat angka yang terterapada alat, yang menunjukan nilai pH dari sediaan. Hasil
pengukuran PH ketiga formulasi hairtonic dapat diamati pada tabel 4. Pada siklus ke-0 (awal pembuatan)
formulasi 1, formulasi 2, formulasi 3 yaitu 5,9 , 5,8 ,5,8 . Pada siklus ke-6 (terakhir) dari formulasi 1,
formulasi 2, dan formulasi 3 hasilnya konstan di angka 5,5 hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa pH
sediaan setiap siklusnya semakin hari semakin turun atau asam disebabkan oleh interaksi bahan dalam
sediaan dan perubahan suhu yang sangat ekstrim dari dingin ke panas namun masih dalam rentang aman
digunakan serta pada siklus terakhir pH tetap konstan direntang pH kulit yaitu 4,5 - 6,5.
2
K+
1.5
K-
1
0.5 F1
0 F2
Minggu minggu minggu minggu
1 2 3 4 F3
Data pertumbuhan rambut yang digunakan pada minggu terakhir dianalisis terlebih dahulu
menggunakan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnova dan Shapiro-Wilk) data dikatakan normal jika nilai
P>0,05 dan data dikatakan tidak normal jika P< 0,05 dan diuji homogenitas (Levene) data dikatakan
homogen jika nilai P>0,05 dan data dikatakan tidak homogen jika P< 0,05, dimana data yang diperoleh
tidak parametrik karena data tidak normal namun homogen sehingga dilakukan uji Kruskal-Wallis. Data
hasil yang didapat yaitu 0,000 yang berarti data memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai P <
0,05 . Uji lanjutan untuk melihat perbedaan yang lebih signifikan yaitu dapat dilakukan dengan uji Mann-
Whitney dimana data dianalisis satu persatu. Berdasarkan analisis data hasil pertumbuhan rambut pada
formulasi 1,2 dan 3 terlihat lebih baik daripada kontrol negatif, sedangkan pada formulasi 3 dan kontrol
positif hasil yang didapat tidak berbeda (sama).
Bobot rambut kelinci juga terlihat pada formulasi 3 sebesar 0,296 gram dan kontrol (+) sebesar
0,291gram dengan berat hampir sama. Kontrol (-) sebesar 0,192 gram , sementara itu formulasi 1 sebesar
0,262 gram dan formulasi 2 sebesar 0,271 gram dengan berat hampir sama. Gambar grafik dapat dilihat
dibawah ini :
0.35
0.3
K+
Rentang Bobot
0.25
Rambut Kelinci
0.2 K-
0.15 F1
0.1 F2
F3
0.05
0
Kelinci 1 Kelinci 2 Kelinci 3 Kelinci 4 Kelinci 5
Berat rambut kelinci minggu (terakhir) dianalis terlebih dahulu menggunakan uji normalitas
(Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk) data dikatakan normal jika nilai P > 0,05 dan data dikatakan
tidak normal jika P < 0,05 dan uji homogenitas (Levene) data dikatakan homogen jika nilai P>0,05 dan
data dikatakan tidak homogen jika P < 0,05. Dimana data yang diperoleh parametrik karena data
terdistribusi normal dan homogen,. Dilanjutkan dengan uji ANOVA data berat rambut kelinci yaitu 0,000
> 0,05 sehingga data dinyatakan memiliki perbedaan yang bermakna. Uji lanjutan untuk melihat
perbedaan yang lebih signifikan yaitu dilakukan uji post hoc (Tukey). Berdasarka hasil uji Tukey pada
berat rambut kelinci menunjukkan bahwa kelompok control negatif memiliki perbedaan yang signifikan
dengan kelompok uji dan kelompok control positif. Pada formula 3 dengan konsentrasi 50% tidak
memiliki perbedaan yang bermakna dengan kontrol positif. Kesimpulannya yaitu berdasarkan analisis
pada formulasi 1, 2 dan 3 ini memiliki efektifitas pertumbuhan rambut yang lebih baik dari kontrol
negatif, dimana dapat dilihat dari nilai subset pada formula 3 memiliki berat rambut kelinci yang nilainya
sama dengan kontrol positif.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang Uji Efektivitas Formulasi Hair tonic ekstrak Etanol daun Teh
Hijau (Camellia sinenss, L.) terhadap pertumbuhan rambut kelinci (Oryctolagus cuniculus) dengan
konsentrasi ekstrak yaitu 30%, 40%, dan 50% dapat disimpulkan bahwa Hasil pengamatan uji efektivitas
pertumbuhan rambut kelinci dapat dikatakan formulasi 1, formulasi 2 dan formulasi 3 memiliki
keefektifan dalam menumbuhkan rambut kelinci. Dimana ke 3 formulasi ini memiliki perbedaan yang
siginifikan daripada kontrol negatif dan ketiga formulasi tersebut juga hampir mendekati kontrol positif .
Sediaan Hair tonic ekstrak Etanol daun Teh Hijau ( Camellia sinenss, L.) menunjukkan bahwa formulasi
3 dengan konsentrasi 50% lebih efektif mempercepat pertumbuhan rambut kelinci dibandingkan dengan
konsentrasi 30% dan 40% dan formulasi 3 dapat dikatakan sama dengan kontrol positif.
SARAN
Dari hasil penelitian tentang hair tonic yang mengandung ekstrak daun teh hijau (Camelia sinensis
(L.) disarankan :
1. Kestabilan fisik sediaan hair tonic pada uji cycling tes masih belum stabil pada setiap formulasi
sehingga pada penelitian lebih lanjut dapat diperbaiki baik dari segi konsentrasi bahan aktif maupun
bahan tambahan.
2. Dapat dilakukan uji klinis untuk mengetahui batas toksisitas sediaan hair tonic sehingga dapat lebih
efektif dalam pertumbuhan rambut.
UCAPAN TERIMA KASIH (Huruf Times New Roman 10 point, Bold, spasi 1)
Bagian bersifat pilihan, berisikan ucapan terimah kasih kepada pihak-pihak yang berkontribusi
pada penelitian ini seperti pemberi dana atau sponsor, penyumbang bahan, alat dan sarana. Penulisan
nama tidak menggunakan gelar.
DAFTAR PUSTAKA
Amin J., Simamora Esther Lamria Purba., Anwar E., Djajadisastra J, (2014). Green Tea (Camellia
sinensis L) Ethanolic Extract As Hair Tonic In Nutraceutical; Physical Stability, Hair Growth
Activity On Rats, And Safety Test, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sicences.
6 (5) : 94-99.
Djajadisastra, J. (2004). Cosmetic Stability. Jakarta : Seminar Setengah Hari Hiki
Kurniawan, Pitra. (2013). Daun Waru Menumbuhkan Rambut Dan Meluruhka Haid.
www.tabloidcempaka.com Di akses pada 17 Juni 2013.
Kusumawati, N., Betty S.L.J., Siswa S., Ratih D. 2008. Aktivitas Antibakteri Lactobasili Asal Makanan
Fermentasi Indonesia Terhadap Patogen dan Pengaruhnya Terhadap Mikroflora Usus Tikus.
Jurnal Obat Bahan Alam Vol. 7 : 69-75.
Lupper, S.,(1999). A review of plant in the Treatment of Liver Diseases : Part Two, Vol.4 Alternative
Medicine Review, http://www.Thorne.com/altmedrev/fulltext/liver4-3.html., diakses pada tanggal
16 september 2009.
Messenger, A.g. dan Rundegren, J.(2004). Minoxidil: Mechanism of Action on Hair Growth. British
Journal of Dermatology.
Prasetyo.(2013). Data mining konsep dan aplikasi menggunakan matlab. Yogyakarta : penerbit andi.
Rahayu S. 2007. Efek Campuran ekstrak Etanol Daun Mangkokan (Nortopanax scutellaarium Merr.) dan
seledri (Apium graveolens Linn.) terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan. [Skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi, Universitas
Pakuan.
Rostamailis, dkk, (2008).Tata Kecantikan Rambut Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Cipta.
Said, Haikal . (2009). Panduan merawat rambut. Penebar plus.
Sarwono Hardjowigono Widiatmaka,( 2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan tata Guna
Lahan. Diktat Kuliah. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.
Sitompul, Saulina. (2002). Kandungan Senyawa Polifenol Dalam Tanaman Lidah Buaya, Daun Mimba,
Dan Ampas Buah Mengkudu. Bogor: BPT Ciawi.
Soepardiman L. (2010). Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda dkk. (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Vany Priskila.(2012). Uji stabilitas fisik dan uji aktivitas pertumbuhan rambut tikus putih jantan dari
sediaan hair tonik yang mengandung ekstrak air bonggol pisang kepok (musa balbisiana).
(Depok : Fakultas MIPA. Program studi farmasi.
Wijaya, K. H. 1995.Tanaman Berkhasiat Obat Jilid II. Jakarta: Pustaka Kartini.
Young, A. (2002), Practical Cosmetic Science, Mills and Boon Limited, London, 39-40.