Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

KONSERVASI ARSITEKTUR RUMOH ACEH Azhar Abdullah Arif

KONSERVASI ARSITEKTUR RUMOH ACEH


(Kajian Pelestarian Rumoh Aceh di Gampong Lubok-Aceh Besar)

Azhar Abdullah Arif


Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala-Banda Aceh
Jln. Teuku Nyak Arief Darussalam, Banda Aceh
*Email: azhar_aarif@yahoo.com

ABSTRACT
Maintain the authenticity and identity of Architecture Rumoh Aceh, the mandate entrusted by its
predecessor, the founder utoh or buildings in Aceh for the next generation of Acehnese society, especially who
work as experts and historians and cultural buildings. Study Rumoh Aceh can be initiated from the treasury of
the culture and customs of Aceh in the past, and continued with tectonic culture that blends the building's
existence Rumoh Aceh that we know today. But if not maintained and conservation efforts then gradually Rumoh
Aceh will increasingly disappear in Aceh. This is due to the less proficient Utoh building Rumoh Aceh and
understand the philosophy and the building process. Rumoh Aceh is Aceh cultural treasures that can still be
found in some areas in Aceh Province, among others in the region Lubok Gampong Aceh Besar district. Where
there are several buildings Rumoh Aceh are well maintained. However, due to the growing need for space and
residential facilities increasingly complex caused the changes and additions to the original building parts. This
led to the decreasing number of Rumoh Aceh remaining. So that the necessary effort to organize the village area
and an assessment of the suitability of the original typology Rumoh Aceh. Lubok gampong region is an area of
the township near the city of Banda Aceh, making it easier to conduct visual observation of the phenomenon of
change in residential building typology Rumoh Aceh in the region. The study involved several students who
study subjects Architectural Conservation to record symptoms of the changes. Additionally the Aceh provincial
government also has set Gampong Lubok as about culture village area periodically ceremonies by presenting
the tourists at home and abroad. This is in accordance with the Aceh as Halal Cultural Tourism Destination.

Keywords: Typology Rumoh Aceh, Architectural Conservation, Arrangement Of The Village.

PENDAHULUAN Gerakan Aceh Merdeka (GAM), berbagai


peristiwa konflik terjadi dan menghabiskan
Berbagai peristiwa sejarah telah berulang beberapa kawasan gampong dan bangunan khas
kali terjadi di Provinsi Aceh, saat Presiden Aceh menjadi tidak terawat oleh pemiliknya
pertama RI Soekarno,menetapkan Daerah Aceh yang telah meninggalkan kampung untuk
menjadi bagian wilayah Propinsi Sumatera mendapatkan ketenangan hidup di kota.
Utara dan Langkat, maka pemimpin rakyat Aceh Adapun Bencana tsunami yang terjadi
Tgk.Muhd.Daoed Beureueh mencanangkan pada tanggal 26 Desember 2004 mengakibatkan
gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia kerusakan dan kerugian yang besar bagi kota
(DI/TII) pada tahun 1953 menentang keputusan Banda Aceh maupun kawasan pesisir di
tersebut. Selanjutnya untuk menenangkan rakyat Provinsi Aceh. Sebahagian besar kerusakan
Aceh maka diberilah nama Daerah Istimewa sangat berat terjadi di wilayah pesisir yang
Aceh yang berlaku sejak perdamaian terdapat bangunan Rumoh Aceh yang masih
ditandatangani di Kutaradja pada tahun 1967. terawat dengan baik, namun musnah tersapu
Pemerintah Republik Indonesia gelombang tsunami. Sampailah periode
menetapkan Provinsi Aceh sebagai daerah yang perdamaian antara Republik Indonesia dan
memiliki keistimewaan di bidang GAM pada 15 Agustus 2005 di Helsinki
agama,pendidikan dan budaya. Selanjutnya Finlandia, yang membuahkan Undang-undang
gejolak kembali terjadi sejak tahun 1976, pada Pemerintah Aceh No.11 tahun 2006, yang
saat Tgk.M.Hasan di Tiro mencanangkan

215
Edisi cetak
Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 09 no. 02, JULI 2018 215-221

menjelaskan Aceh sebagai daerah Otonomi penjaga kebudayaan atau kultur Aceh yang
Khusus. perlu dilestarikan keberadaannya. Penelitian ini
Penulisan penelitian ini bertujuan untuk mengacu pada pengertian Konservasi dalam
mengevaluasi karakteristik keberadaan arsitektur yang telah banyak disampaikan oleh
bangunan Rumoh Aceh pada lahan masyarakat para pakar pelestarian bangunan maupun
yang masih memiliki bangunan Rumoh Aceh di peneliti arsitektur dari berbagai institusi secara
Gampong Lubok, serta memberikan gambaran akademik. Namun untuk Rumoh aceh masih
secara spasial mengenai daerah yang mengalami sangat jarang yang melakukan pengkajian secara
perubahan bentuk bangunan akibat rehabilitasi ilmu konservasi arsitektur.
lingkungan binaan dengan menerapkan Setiap tempat (place) akan dibentuk oleh
arsitektur lokal seperti Rumoh Aceh. budaya dan karakter setempat (genious loci)
yang berasal dari filosofi dan adat istiadat yang
mengiringi kehidupan masyarakatnya, dalam
METODE PENELITIAN konteks Aceh diwakili oleh semboyan adat bak
po teumeuruhom, hukom bak syiah kuala…yang
Secara umum tahapan penelitian yang dapat diartikan bahwa peran hukum dan agama
diterapkan dalam mengevaluasi karakteristik Islam ibarat zat dan sifatnya yang tidak dapat
keberadaan bangunan Rumoh Aceh di Gampong dipisahkan didalam kehidupan sehari-hari.
Lubok-Kab.Aceh Besardilakukan dalam empat (Azhar A.Arif, dkk.Seminar Nasional Kearifan
tahap yaitu: persiapan, pengumpulan Lokal USU,2015).
data,deskripsi teknik konstruksi bangunan Konservasi secara umum diartikan
Rumoh Aceh dan evaluasi pelaksanaan pelestarian namun demikian dalam khasanah
pembangunan rumah hunian di kawasan para pakar konservasi ternyata memiliki
Gampong Lubok berdasarkan kaidah konservasi serangkaian pengertian yang berbeda-beda
arsitektur. implikasinya. Menurut J, Widodo (2006) istilah
Bangunan Rumoh Aceh merupakan bangunan konservasi yang biasa digunakan para arsitek
tradisional yang telah bertahan secara turun mengacu pada Piagam dari International
temurun di tengah masyarakat Aceh. Didasari Council of Monuments and Site (ICOMOS)
atas kekhawatiran tersebut Pemerintah Aceh tahun 1981 yaitu: Charter for the Conservation
telah melaksanakan workshop tentang of Places of Cultural Significance, Burra,
inventarisasi dan dokumen Rumah tradisional di Australia. Piagam ini lebih dikenal dengan
Aceh yang dilaksanakan oleh Dinas Burra Charter. Dalam Burra Charter konsep
Kebudayaan dan Pariwisata Aceh di Banda konservasi adalah semua kegiatan pelestarian
Aceh, 2015. Arif, A. Kamal, menyebutkan sesuai dengan kesepakatan yang telah
peran Utoh sebagai pembangun Rumoh Aceh dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi
sebagai batu sendi dari proses membangun adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat
bangunan di tengah komunitas masyarakat, dan atau ruang atau obyek agar makna kultural yang
memiliki peran penting dalam aspek terkandung didalamnya terpelihara dengan baik.
kebudayaan yang melingkupi kawasan hunian Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih
yaitu lingkungan binaan setempat (gampong). spesifik yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk
Demikian pentingnya peran Utoh ditengah fisik) dan fungsinya. Kegiatan konservasi
masyarakat sehingga isteri Raja Aceh Sultan meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai
Iskandar Muda yaitu Putroe Phang pada abad 17 dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya
M telah menyusun Qanun atau peraturan pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut.
kerajaan Aceh tentang pembangunan rumoh Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi
Aceh dan dipersiapkan bagi pihak isteri maupun kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu
anak perempuan (peurumoh). Di daerah Aceh, upaya pencegahan adanya aktivitas perubahan
seorang arsitek dipanggil dengan Utoh. sosial atau pemanfaatan yang tidak sesuai dan
Keahlian Utoh sendiri dewasa ini semakin bukan secara fisik saja.
menghilang. Namun dengan berjalannya waktu Secara kajian tektonika Rumoh Aceh
dan terjadinya transformasi kultur tradisional menggunakan material alam berupa kayu,papan
menjadi kultur modern telah mengakibatkan ,atap daun rumbia,tali,pasak kayu dan batu belah
peran utoh semakin berkurang dan terdesak oleh sebagai landasan tiang. Framton, Kenneth
perkembangan zaman. Dalam konteks ini peran (1995), menyebutkan istilah Tektonika berasal
Utoh dari masa ke masa telah menjelma menjadi dari kata tukang kayu (carpenter) atau

216
Edisi cetak
KONSERVASI ARSITEKTUR RUMOH ACEH Azhar Abdullah Arif

pembangun (builder). Tektonika sangat erat menciptakan cross ventilation pada bagian
dengan material, struktur dan konstruksi suatu dalam Rumoh Aceh.
bangunan dan sangat mementingkan ekspresi Bentuk Rumoh Aceh yang telah
estetika yang ditimbulkannya. Dengan aktifitas permanen inilah yang ingin dicari konsistensi
membangun maka eksistensi manusia menjelma dalam melakukan upaya rehabilitasi dan
menjadi makhluk pembangun di dunia. Hal rekonstruksi di kawasan gampong Lubok.
tersebut dapat diartikan bahwa fungsi profesi Walaupun bukan area tsunami namun
arsitek sebagai perencana bangunan dan perkembangan akan kebutuhan sehari-hari
kawasan lingkungan binaan sangat terhormat di menyebabkan beberapa bangunan Rumoh Aceh
dunia ini. telah hilang dan berganti dengan bangunan
rumah tembok (landed houses).

HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Orientasi dan Aksesibilitas Dalam


Mendirikan Rumoh Aceh
Melalui serangkaian pendataan secara Rumoh Aceh merupakan wujud dari
langsung ke lokasi maka akan diperoleh ekspresi mentaati dan selalu mengingat
beberapa point penting yang merupakan hasil kewajiban akan menjalankan ibadah terhadap
penelitian sebagai berikut: Allah SWT, sehingga orientasi bangunan adalah
membujur dari barat ke timur dengan arah
1. Kajian Budaya Tektonika Rumoh Aceh pencapaian tangga pada bagian depan bangunan
Di Gampong Lubok yang menghadap ke arah utara atau selatan. Hal
Kajian budaya tektonika Rumoh Aceh tersebut untuk menghindari arah sirkulasi
adalah membahas elemen struktur bangunan, menuju dalam rumah yang berhadapan dengan
konstruksi, dan sistem hubungan antar elemen orang yang sedang beribadah (shalat) yang
struktur (joint of constructions) dimana sistem mengarahkan pandangan nya ke arah Kiblat
sambungan atau persendian merupakan titik (barat). Bila ditemukan bangunan Rumoh Aceh
sentral dalam menciptakan keutuhan bentuk yang meletakkan tangga pada bagian barat,
bangunan sehingga tegak berdiri. Tektonika maka dapat dipastikan kurang memahami
arsitektur dapat terbaca dari sejarah dan makna dan filosofi dari konsep keislaman dalam
perkembangannya dan dapat pula dipelajari dari mendirikan Rumoh Aceh. Selain itu dengan
maknanya (meaning). Aspek tektonika dalam selalu terjadinya arah angin dari barat ataupun
Rumoh Aceh dapat dilihat pada pengolahan timur maka bentuk atap yang memanjang pada
bentuk arsitektur dengan menggubah desain arah barat dan timur dimaksudkan agar
berdasarkan pembagian susunan ruang pada pengaliran udara segar di bagian bawah atap
denah bangunan; konstruksi sambungan dari (tulak angen) dapat terjadi pada siang atau
material yang serasi dengan rancangan malam hari. Demikian pula untuk pencahayaan
bangunan; peran ornament atau dekorasi sebagai pada siang hari, sinar matahari dapat masuk ke
elemen estetika. bagian dalam melalui jendela dan ukiran pada
Kearifan lokal yang dapat dipelajari pada bagian lubang tulak angen. Dengan demikian
bangunan Rumoh Aceh antara lain: bentuk dapat disimpulkan bahwa desain dan konstruksi
panggung dan kolong sebagai ekspresi terhadap Rumoh Aceh sangat memperhatikan aspek
lingkungan alam dan tepian sungai yang sering lingkungan alami sehingga dapat menghemat
mengalami banjir bahkan binatang buas dimasa energy listrik dan penggunaan air condition
lalu. Tiang utama penyangga terbuat dari kayu (AC).
pilihan, dinding terbuat dari bilah papan, dan Dalam kajian terhadap Rumoh Aceh yang
bagian penutup atap dari daun rumbia. didirikan di gampong Lubok didapat beberapa
Sedangkan untuk sistem penghubung konstruksi tipe bangunan Rumoh Aceh yaitu: Rumoh Aceh
tidak menggunakan paku, melainkan ikatan tali dengan jumlah tiang banyak (16 tiang);
rotan dan pasak kayu. Sedangkan tipe atau bangunan Rumoh Aceh dengan jumlah 12 tiang;
bentuk Rumoh Aceh sendiri telah bersifat tetap Rumoh Santeut, yang memiliki kolong yang
(permanency) dengan orientasi arah bangunan, rendah. Untuk kenyamanan yang lebih baik,
ruangan dan jumlah ruangan, serta elemen maka beberapa bangunan Rumoh Aceh juga
struktur utama yang terdiri dari: umpak batu, dilengkapi alat pendingin ruangan (AC).
kolom (tameh), balok (toi), lantai (aleue),bagian
atap (tulak angen) yang berfungsi untuk

217
Edisi cetak
Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 09 no. 02, JULI 2018 215-221

3. Hilangnya Konsep Bersuci pada


Rumoh Aceh di Gampong Lubok
Pada umumnya pemilik Rumoh Aceh
selalu menyediakan tempat membasuh kaki
berupa Guci pada bagian lantai dasar Rumoh
Aceh, dan penempatan sumur dan kamar
mandi/wc yang berjarak dari bangunan rumah
utama. Sedangkan dapur merupakan bangunan
tambahan yang dapat diletakkan di atas tanah
ataupun di atas panggung (rangkang). Dari
pengamatan visual maupun survey secara
langsung ke lokasi (by name by address) Rumoh
Aceh di Gampong Lubok telah mengalami Gambar 1. Bangunan Rumoh Aceh.Tampak pada
pergeseran fungsi dan karakteristik bangunan bagian depan, memperlihatkan susunan ruang yaitu,
Rumoh Aceh asli. Banyak ditemukan perubahan serambi depan, serambi tengah, dan serambi
pada penambahan ruang bagian kolong dan belakang, yang berfungsi sebagai tempat beraktifitas
kaum lelaki di seuramoe keue (serambi depan) dan
bagian samping rumah ,akibat bertambahnya
perempuan di seuramoe likot (serambi belakang)
kebutuhan seperti dapur, kamar madi/wc dan dalam Rumoh Aceh
garasi untuk penyimpanan kenderaan bermotor Sumber: Azhar A. Arif, dkk. 2015
seperti sepeda motor,mobil maupun alat
pertanian seperti traktor pembajak sawah.

4. Transformasi Bentuk dan Ruang


Dalam Rumoh Aceh di Gampong
Lubok
Rumoh Aceh bertipe panggung dan
besaran bangunan berdasarkan jumlah ruang.
Ada bangunan Rumoh yang berpola tiga ruang,
lima ruang,tujuh ruang dan sepuluh ruang. Yang
dimaksud dengan ruang adalah bagian traveyang
beradadiantara kolom-kolom sejajar dengan Gambar 2. Bangunan Rumoh Aceh di Gampong
bubungan atap. Rumoh Aceh dilengkapi Lubok, yang telah mengalami perubahan pola
beranda depan (seuramoe keue), beranda susunan ruang maupun bentuk bangunan
belakang (seuramoe likot) dan ruang bagian Rumoh Aceh
tengah disebut Tungai terdiri dari dua kamar Sumber: Azhar A. Arif, dkk. 2015
tidur dan lantainya lebih tinggi dari kedua
serambi. Hal ini menandakan bagian tengah
5. KONSERVASI ARSITEKTUR
Rumoh Aceh merupakan tempat yang
RUMOH ACEH DI GAMPONG
diutamakan yaitu sebagai kamar tidur pemilik
rumah (peurumoh) (Gambar 1, dan 2). LUBOK
Sejalan dengan perkembangan konstruksi
bangunan dan kemudahan memperoleh material
bangunan, maka peran Utoh dan ahli bangunan
tradisional Aceh semakin meredup, demikian
pula dengan keberadaan bahan bangunan utama
seperti batang kayu bulat yang digunakan
sebagai kolom, bagian balok kayu dan bilahan
papan tebal sebagai elemen konstruksi utama,
semakin sulit di dapat. Dari pengamatan visual
terhadap keberadaan bangunan hunian di
gampong Lubok diperoleh gambaran (serial
vision) kawasan lingkungan perumahan yang
dibatasi oleh pagar hidup (sejenis tanaman teh)
yang secara berkala dipelihara dengan baik oleh
warga. Bagi pemilik Rumoh Aceh pun

218
Edisi cetak
KONSERVASI ARSITEKTUR RUMOH ACEH Azhar Abdullah Arif

merasakan akansemakin sulit dan mahal biaya Susunan Ruang Maupun Bentuk Bangunan Rumoh
pemeliharaan karena beberapa bagian elemen Aceh
konstruksi bangunan harus diganti. Dari
beberapa hasil wawancara dengan pemilik
Rumoh Aceh, terdapat beberapa fakta unik
bahwa biaya perawatan Rumoh Aceh lebih
mahal dibandingkan dengan bangunan tembok
diatas tanah. Generasi muda yang mendapat hak
warisan Rumoh Aceh yang berkecukupan telah
memugar dan menggantikan bentuk Rumoh
Aceh menjadi bangunan rumah tembok. Bila hal
ini berlangsung secara terus menerus tanpa ada
upaya regulasi dan panduan Penataan
Lingkungan Gampong Lubok, maka akan Gambar 4. Bangunan Rumoh Aceh di Gampong
Lubok, yang Masih Menggunakan Atap Rumbia
menyebabkan punahnya bangunan Rumoh Aceh
Namun Mengalami Perubahan Susunan Pola Ruang
di Gampong Lubok. Melalui penelitian ini,
penulis memandang perlu disiapkan dokumen
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan 7. Deskripsi Konstruksi Rumoh Aceh
(RTBL) Gampong Lubok secara lebih yang Perlu di Konservasi
komprehensif baik dari segi infrastruktur Konstruksi Rumoh Aceh yang perlu
lingkungan maupun konsep desain Konservasi dikonservasi dijelakan pada Gambar 5 dan 6.
Rumoh Aceh dan alternatif pengembangan
halaman pekarangan dengan memperhatikan
garis sempadan bangunan (GSB).

6. Tipologi Bentuk Rumoh Aceh di


Gampong Lubok
Bangunan rumah yang terdapat di
gampong Lubok sebagian besar masih
menyerupai dan disesuaikan dengan bentuk
Rumoh Aceh yang berpanggung dan tersedianya
kolong pada rumah tersebut sebagai ruang Gambar 5. Bangunan Rumoh Aceh di Gampong
aktifitas luar rumah. Beberapa tipe rumah yang Lubok, yang Perlu Dikonservasi, Hasil Penelitian
dibangun sesuai dengan karakter khas Rumoh Mahasiswa Konservasi Arsitektur Unsyiah, 2016
Aceh. Namun pada beberapa kawasan telah
terjadi perubahan bentuk yang cukup signifikan
antara lain: bangunan tembok satu lantai,
bangunan tembok dua lantai, gabungan Rumoh
Aceh kayu dan material tembok, bangunan
Rumoh Aceh yang dikonservasi secara mandiri
oleh pemilik. Gambar 3 dan 4 adalah
keberadaan tipologi bangunan hunian rumah di
Gampong Lubok.

Gambar 6. Detail Konstruksi Bangunan Rumoh


Aceh di Gampong Lubok, yang Perlu Dikonservasi
Sumber: Hasil Penelitian Mahasiswa Konservasi
Arsitektur Unsyiah, 2016

8. Penerapan Tipe Arsitektur Rumoh


Aceh pada Bangunan Sarana Ibadah
dan Sarana Umum di Gampong Lubok
Bangunan sarana ibadah (Mesjid) dan
bangunan musyawarah gampong (Balee
Gambar 3. Bangunan Rumoh Aceh di Gampong
meusapat) di Gampong Lubok didirikan pada
Lubok, yang Belum Mengalami Perubahan Pola

219
Edisi cetak
Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 09 no. 02, JULI 2018 215-221

saat putra gampong Lubok alm. Muzakkir di jalur sirkulasi utama Gampong Lubok
Walad menjadi Gubernur Daerah Istimewa merupakan pohon asam jawa yang ditanami
Aceh pada tahun 1970-1980.Warga gampong pada masa era kolonial Belanda berkuasa.
Lubok sangat menghormati dan menyampaikan Sehingga pada bagaian koridor jalan lingkungan
penghargaan bagi mantanGubernur Aceh belum banyak ditemui tanaman pengarah
tersebut yang telah mengembangkan pola maupun tanaman pelindung yang dapat
penataan gampong Lubok secara lebih modern membentuk iklim tropis mikro yang Hal
dan membangun beberapa fasilitas sarana umum tersebut dimaksudkan untuk mengurangi emisi
dan sosial. Bahkan penerapan jenis pekarangan dan efek rumah kaca pada kawasan permukiman
hijau yang bertahan sampai sekarang merupakan dan lingkungan binaan di Gampong Lubok
gagasan orisinal beliau, yang pada masanya (Gambar 8).
sering memimpin rapat pejabat pemerintahan
Provinsi Daerah Istimewa Aceh pada masa itu di
Bale Meusapat Gampong Lubok. Hal tersebut
juga menandakan adanya keinginan dari
pimpinan daerah (Gubernur) untuk
mempertahankan kekayaan budaya lokal Aceh
pada bangunan Rumoh Aceh maupun bangunan
sarana umum lainnya (Gambar 7).

Gambar 8. Gerbang Gampong Lubok dan


Lingkungan yang Perlu Dikonservasi
Sumber: Hasil Penelitian Mahasiswa Konservasi
Arsitektur Unsyiah, 2016

Gambar 7. Balee Meusapat Gampong Lubok dengan


Konstruksi Bangunan Rumoh Aceh yang
Perlu Dikonservasi
Sumber: Hasil Penelitian Mahasiswa Konservasi
Arsitektur Unsyiah, 2016

9. Lingkungan Binaan Gampong Lubok Gambar 9. Lokasi Penelitian Konservasi


Sesuai ketentuan dalam Undang-undang Gampong Lubok
No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Sumber: Azhar Arif dan Mahasiswa Konservasi
ditemukan data luas ruang terbuka hijau (RTH) Arsitektur Unsyiah, 2016.
dan jalur penghijauan di kawasan permukiman
maupun jalur sirkulasi yang masih kurang dari
30% luas kota Banda Aceh. Hal tersebut telah KESIMPULAN
diantisipasi oleh pemerintah kota Banda Aceh
dengan menciptakan ruang terbuka berupa Dari penelitian yang sudah dilakukan dan
Taman Hutan Kota dan taman bermain di pandangan secara umum yang disampaikan oleh
beberapa kawasan permukiman. Namun hal warga masyarakat gampong Lubok, dapat
tersebut belum sampai terjadi di kawasan disimpulkan Rumoh Aceh memiliki tingkat
Kabupaten Aceh Besar yang masih banyak budaya tektonika dan seni yang tinggi. Dengan
kawasan budidaya perkebunan dan pertanian. demikian keberadaan Rumoh Aceh dan budaya
Hanya saja seiring semakin banyaknya tektonika yang dimilikinya merupakan kearifan
kenderaan bermotor di jalan raya akan semakin lokal dan dapat memberikan sumbangsih bagi
menambahkan polusi dan semakin jauh dari kekayaan Arsitektur Nusantara. Para arsitek
kota berwawasan lingkungan (sustainable khususnya yang berada di daerah Aceh harus
development). Pohon penghijauan yang berada mampu menerapkan inovasi dan teknologi

220
Edisi cetak
KONSERVASI ARSITEKTUR RUMOH ACEH Azhar Abdullah Arif

modern dengan kaidah-kaidah perancangan


arsitektur Rumoh Aceh.Khusus pada kawasan
Gampong Lubok sebagai kawasan entitas
budaya Islami yang masih terpelihara dengan
baik, perlu dipertimbangkan kebijakan
Penataan Lingkungan Gampong untuk
melestarikan melalui pendekatan konservasi
arsitektur Rumoh Aceh.

Daftar Pustaka

Arif, Kamal.A. (2015) Menghidupkan kembali


budaya tektonika Rumoh Aceh,
Workshop Inventarisasi dan
Dokumentasi Rumah tradisionaldi
Aceh, DinasKebudayaan dan Pariwisata
Aceh, Banda Aceh.

Azhar A. Arif, Husnus Sawab, Zainuddin


(2015) Green City Banda Aceh:
Pendekatan Perencanaan Kota
Berwawasan Lingkungan. Seminar
Nasional Jurusan Arsitektur, Universitas
Sumatera Utara.

Framton, Kenneth (1995) Studies in Tectonic


Culture; the poetics of Construction in
Nineteenth and Twentieth Century
Architecture. MIT Press, Cambridge.

Widodo, J, (2006) Modern Indonesian


Architecture-Transplantation,
Adaptation, Accommodation and
Hybridization. In The Past in the Present
- Architecture in Indonesia, ed. Peter
J.M. Nas. Rotterdam: NAi Publishers.

Laporan Penelitian (2016) Konservasi


Arsitektur Prodi Arsitektur Unsyiah,
Ketua Laboratorium Perencanaan Kota:
Azhar A. Arif.

221
Edisi cetak

You might also like