Oleh: Rizky Pradipta, Dra. Dyah Hariani, MM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

EFEKTIVITAS PROGRAM TERMINAL PARKIR ELEKTRONIK (TPE) DI

DKI JAKARTA (STUDI KASUS JALAN H. AGUS SALIM ATAU JALAN


SABANG JAKARTA PUSAT)

Oleh:
Rizky Pradipta, Dra. Dyah Hariani, MM.
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos. 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

Electronic parking terminal (TPE) is a meter-based parking system that works


electronically and is designed with a computerized system in real time. Electronic
parking terminal (TPE) in Jakarta is present as a program and a short-term solution
within the framework of the arrangement of roadside parking (on street parking). This
study uses many theories from experts relevant to the program effectiveness, that are
understanding of the program, socialization program, program's goals, real change,
and monitoring and control systems that are educational. The research uses qualitative
descriptive approach, data collection technique uses interviews, observation, and
documentation. Informants in this study are Parking Unit Management (Unit Pengelola
Perparkiran) Province of Jakarta, parking officers, and society. Electronic parking
terminal (TPE) in H. Agus Salim road, Central Jakarta can be quite effective, although
there are still obstacles such as lack of socialization directly to the public and the lack
of public interest to read the leaflet supplied by Parking Unit Management (Unit
Pengelola Perparkiran) Province of Jakarta. Supporting factor are the organizational
structure, areas of synergy and cooperation, external parties, policies related to the
implementation of the TPE, and financial resources. While the obstacles factors are the
lack of workers to supervise and practicing supervision management. Recommended to
Parking Unit Management (Unit Pengelola Perparkiran) Province of Jakarta to
increase socialization to society, raising public awareness to use the card electronic
money in the payment of parking, maintaining safety and comfort, making policy on the
supervision and control, add personnel to supervise, maintain cooperation between the
fields, improving management practices especially supervision.

Keyword: Program effectiveness, human resources, monitoring.

1
PENDAHULUAN kendaraan pada tahun 2013 mencapai angka
9, 52%, dengan rata-rata per tahun mencapai
A. LATAR BELAKANG angka 8,12%.
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan Ketidaksesuaian pertumbuhan jumlah
daerah di Indonesia yang memiliki status kendaraan bermotor di DKI Jakarta dengan
setingkat provinsi dan merupakan Ibukota negara pertumbuhan ruas jalan menyebabkan ruas
Indonesia. Jumlah penduduk DKI Jakarta jalan yang tersedia tidak mencukupi untuk
mencapai angka 10,08 juta orang dengan menampung jumlah kendaraan bermotor.
kepadatan penduduk 15.234 orang/km2, dan Sejalan dengan pertumbuhan jumlah
dibarengi dengan kebutuhan mobilitas kendaraan bermotor yang sangat tinggi di
masyarakat perkotaan yang semakin tinggi, Jakarta dalam beberapa tahun belakangan ini,
kondisi ini berimplikasi pada peningkatan arus
berdampak pada meningkatnya kebutuhan
transportasi baik kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum. Masyarakat DKI Jakarta
akan ketersediaan ruang parkir.
cenderung lebih banyak menggunakan kendaraan Penyediaan fasilitas parkir tentunya
pribadi daripada menggunakan angkutan umum. harus tercukupi agar mempermudah
Jumlah penduduk yang banyak dengan daya beli mobilitas masyarakat. Penyediaan tempat
yang tinggi berdampak pada pertumbuhan parkir ini dapat dilakukan di dalam ruang
kepemilikan kendaraan bermotor yang cukup milik jalan atau dikenal dengan parkir tepi
tinggi. jalan umum (on street) maupun parkir off
street di gedung, pelataran atau bangunan
Tabel 1.1 yang khusus disediakan untuk parkir.
Pengelolaan parkir yang dilakukan oleh Unit
Pertambahan Jumlah Kendaraan Pengelola Perparkiran Provinsi DKI Jakarta
Bermotor 6 Tahun Terakhir (2008-2013) di diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta DKI Jakarta Nomor 37 Tahun 2016 tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pengelola Perparkiran.
Bertambahnya jumlah kendaraan
bermotor di Jakarta berdampak pada
meningkatnya kebutuhan akan ketersediaan
ruang parkir. Hal ini menjadi masalah ketika
ruang parkir yang ada, tidak mampu
menampung tingginya kebutuhan kendaraan
untuk parkir. Menurut Abubakar (2011: 4)
ketidakmampuan fasilitas parkir, sering
Sumber: Dinas Perhubungan dan Transportasi menyebabkan terjadinya parkir di badan jalan
DKI Jakarta, 2013 atau on street parking.
Peraturan Provinsi DKI Jakarta Nomor 5
Tabel 1.1 menerangkan pertambahan Tahun 2012 tentang Perparkiran Pasal 11,
jumlah kendaraan bermotor enam tahun memperbolehkan penggunaan ruang milik
terakhir sejak tahun 2008 sampai dengan jalan atau yang selanjutnya disebut dengan
2013 di wilayah DKI Jakarta. Sejak tahun parkir on street, namun pada kenyataannya
2008 sampai dengan 2013 jumlah kendaraan kondisi parkir on street di Jakarta dari tahun
bermotor mengalami peningkatan yang ke tahun masih menimbulkan permasalahan.
sangat signifikan. Sampai tahun 2013 jumlah Ruas jalan di DKI Jakarta yang masih
motor dan mobil mencapai angka 804.958 digunakan sebagai tempat parkir on street
ribu, dengan rata-rata mencapai 1.579 dan masih bermasalah yaitu Jalan H. Agus
kendaraan per hari. Selain itu pertumbuhan Salim atau yang lebih dikenal dengan Jalan
2
Sabang, Jakarta Pusat. Jalan H. Agus Salim TPE. Program TPE juga merupakan
merupakan salah satu kawasan strategis di peralihan sistem parkir dari sistem parkir
Jakarta Pusat yang berkembang menjadi konvensional ke sistem parkir cahsless atau
salah satu kawasan destinasi wisata sebagai non tunai dimana sangat membutuhkan
kawasan kuliner dan penginapan di Jakarta kesadaran dari masyarakat, selain itu
Pusat. Jalan Sabang juga merupakan kawasan kawasan Jalan H. Agus Salim merupakan
perdagangan dan jasa yang terdiri dari lokasi pertama di DKI Jakarta yang terpasang
berbagai macam restoran, café, kuliner kaki mesin TPE dan pilot project bagi kawasan
lima, dan hotel. lainnya, rawan akan kebororan pendapatan
Banyaknya pengunjung yang datang ke parkir, praktek parkir liar, dan masih terdapat
kawasan Jalan H. Agus Salim dengan PKL yang berjualan di atas lahan parkir.
menggunakan kendaraan menyebabkan ruas
jalan menjadi macet, selain itu kemacetan
yang terjadi disebabkan oleh banyaknya B. TUJUAN
kendaraan bermotor yang keluar masuk
Tujuan penelitian mengenai efektivitas
untuk parkir. Hal ini diperparah dengan
program TPE di DKI Jakarta dengan studi
fasilitas parkir yang ada di Jalan H. Agus
kasus Jalan H. Agus Salim, Jakarta Pusat
Salim sangat tidak memadai untuk
adalah:
menampung kendaraan. Permasalahan parkir
on steet di kawasan H. Agus Salim bukan 1. Menganalisis efektivitas program
hanya tidak mampu untuk menampung Terminal Parkir Elektronik (TPE) di
kendaraan parkir tetapi banyaknya PKL yang Jalan H. Agus Salim.
menjual makanan dam minuman di lahan
parkir dan masih banyaknya praktek parkir 2. Menganalisis faktor pendorong dan
liar yang semakin hari kian merugikan bagi penghambat efektivitas program
masyarakat maupun Pemerintah Provinsi Terminal Parkir Elektronik (TPE) di
DKI Jakarta. Jalan H. Agus Salim.
Upaya penertiban yang dilakukan oleh
Unit Pengelola Perparkiran dan Dinas
Perhubungan Provinsi DKI Jakarta adalah C. TEORI
memasang mesin Terminal Parkir Elektronik Paradigma Administrasi
(TPE). Penataan parkir on street dengan Administrasi Publik
menggunakan mesin TPE merupakan Publik
program Gubernur DKI Jakarta yang resmi
diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2015 Kebijakan
untuk menata parkir di tepi jalan. Mesin TPE Publik
yang terpasang di Jalan H. Agus Salim
berjumlah 11 unit dan dilengkapi dengan
CCTV yang dipasang untuk pengawasan Manajemen
yang lebih terpadu. Publik
Penerapan program TPE di Jalan H.
Agus Salim, Jakarta Pusat perlu dilihat ke
efektivitasannya.Pasalnya, program Terminal Efektivitas
TPE merupakan program baru di Provinsi
DKI Jakarta bahkan di Indonesia dimana
belum semua masyarakat DKI Jakarta Efektivitas Efektivitas
mengetahui dengan jelas apa itu program Program Organisasi
TPE dan bagaimana cara penggunaan mesin
3
narasumber teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan sistem purposive
C.1. EFEKTIVITAS PROGRAM sampling. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan meggunakan wawancara,
Menurut Rini dan Indah (2015) Efektivitas
observasi, dan dokumentasi. Kualitas data
program merupakan suatu cara untuk
pada penelitian ini menggunakan teknik
mengukur sejauhmana program tersebut
triangulasi sumber data.
berjalan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pada penelitian efektivitas programTPE, E. PEMBAHASAN
peneliti menggunakan beberapa teori yang Untuk mengetahui efektivitas program
dikemukakan oleh para ahli seperti Budiani, Terminal Parkir Elektronik (TPE) di Jl. H.
Sutrisno, dan Siagian, yaitu: Agus Salim, peneliti menggunakan teori
menurut Siagian, Sutrisno, dan Budiani.
1. Pemahaman Program, yaitu dilihat
Adapun penilaian efektivitas program TPE
sejauhmana masyarakat dapat memahami
diukur dengan menggunakan pemahaman
kegiatan program melalui sosialisasi
program, sosialisasi program, tujuan
tentang program
program, perubahan nyata, dan sistem
2. Sosialisasi Program, yaitu kemampuan
pengawasan dan pengendalian yang bersifat
penyelenggara program dalam melakukan
mendidik.
sosialisasi program sehingga informasi
E.1 EFEKTIVITAS PROGRAM TPE
mengenai pelaksanaan program dapat
1. Pemahaman Program
tersampaikan kepada masyarakat pada
Masyarakat memahami program TPE
umumnya.
sebagai program Gubernur DKI Jakarta,
3. Tujuan Program, yaitu sejauhmana
dimana TPE ini adalah mesin yang
kesesuaia antara hasil pelaksanaan
bekerja secara elektronik, berfungsi untuk
program dengan tujuan program yang
mengukur berapa lama kita parkir dan
telah ditetapkan sebelumnya.
jumlah uang yang harus dibayarkan.
4. Perubahan Nyata, yaitu diukur melalui
selain itu, TPE bertujuan untuk
sejauhmana kegiatan tersebut
menertibkan parkir di tepi jalan.
memberikan suatu efek atau dampak serta
Meskipun masyarakat sudah cukup
perubahan nyata bagi masyarakat
memahami mengenai program TPE,
ditempat.
sosialisasi langsung oleh Unit Pengelola
5. Sistem Pengawasan dan Pengendalian
Perparkiran kurang dirasakan oleh
yang Bersifat Mendidik, yaitu
masyarakat. Melalui observasi dan
mempunyai ciri-ciri lebih menekankan
wawancara yang dilakukan peneliti
pada usaha-usaha yang bersifat preventif
kepada masyarakat, masyarakat tidak
ketimbang yang bersifat represif, jika
mendapatkan bentuk-bentuk sosialisasi
memang terjadi penyimpangan, tindakan
secara langsung seperti leaflet maupun
korektif yang hendak dilakukan
penjelasan door to door. Masyarakat
seharusnya bersifat edukatif dan
hanya memahami program TPE melalui
sepanjang dapat dipertanggung jawabkan.
sosialisasi di berita-berita di televisi,
adanya juru parkir yang mengarahkan
D. METODE PENELITIAN penggunaan TPE, dan karena sering
melewati Jl. H. Agus Salim.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan desain
penelitian deskriptif. Untuk mendapatkan 2. Sosialisasi Program
4
Sosialisasi program TPE terus dilakukan dengan diterapkannya TPE pendapatan
oleh Unit Pengelola Perparkiran. parkir per harinya rata-rata mencapai Rp
Sosialisasi dilakukan melalui berbagai 12.000.000,-.
macam media seperti pemasangan Parkir di Jl. H. Agus Salim saat ini
spanduk di area Jl. H. Agus Salim, menjadi lebih tertata rapih karena adanya
leaflet, media cetak, media sosial, berita Satuan Ruang Parkir (SRP) yang
di televisi, dan seminar. Kendala dalam membatasi kendaraan agar tidak melebihi
sosialisasi yaitu leaflet yang dibagikan ke ruang yang telah ditentukan dan adanya
masyarakat secara langsung maupun juru parkir resmi yang mengarahkan
dengan cara menaruh di wiper mobil, kendaraan pada saat parkir. Meskipun
terkadang tidak dibaca oleh masyarakat. masih terdapat PKL di kawasan Jl. H.
Melalui observasi yang di lakukan Agus Salim, parkir masih tetap tertata
peneliti di lapangan, media sosialisasi rapih dan keberadaan PKL tidak
seperti spanduk saat ini sudah tidak mengganggu kendaraan yang hendak
terpasang di Jalan H. Agus Salim. keluar masuk untuk parkir.
Metode sosialisasi kepada masyarakat Adanya TPE memberikan rasa aman
salah satunya seperti memberikan leaflet dan nyaman kepada masyarakat
secara langsung maupun menaruh di pengguna parkir, karena adanya juru
wiper mobil jika dilihat di lapangan hal parkir resmi yang membantu mengawasi
tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan parkir dan CCTV yang terpasang di tiap-
oleh pihak Unit Pengelola Perparkiran, tiap mesin TPE dapat memantau kondisi
namun begitu masyarakat juga masih parkir di Jl. H. Agus Salim selama 24
diberikan sosialisasi setiap hari melalui jam.
arahan penggunaan mesin TPE yang TPE secara perlahan-lahan merubah
dilakukan oleh juru parkir yang di Jalan budaya masyarakat terkait kesadaran
H. Agus Salim. Sosialisasi secara transaksi perparkiran kurang sesuai
langsung memang belum sepenuhnya dengan realita di lapangan. Belum
dilakukan secara optimal, namun pihak banyak masyarakat yang sadar terkait
Unit Pengelola Perparkiran tetap pembayaran parkir pada mesin TPE
bergerak untuk memberikan sosialisasi dengan menggunakan kartu uang
melalui beragam media seperti media elektronik. Di lapangan masih ada
sosial, media cetak, dan berita di televisi. pembayaran dengan menggunakan uang
tunai. Hal ini dipicu dari berbagai macam
3. Tujuan Program alasan contohnya seperti adanya
Pemungutan parkir yang transparan yaitu masyarakat yang belum memiliki kartu
pembayaran parkir dengan menggunakan uang elektronik.
kartu e-money. Pertanggungjawaban
pungutan parkir yang akuntabel yaitu 4. Perubahan Nyata
pada saat rekonsiliasi setiap transaksi Perubahan nyata yang dirasakan
tercatat pada sistem dan dapat diberikan masyarakat atas diterapkannya program
secara real time dan bisa dilihat di TPE yaitu lebih aman, dan nyaman.
website secara online. Masyarakat merasa lebih aman karena
TPE dapat mengatasi kebocoran adanya juru parkir resmi yang membantu
pendapatan parkir di Jl. H. Agus Salim. mengawasi dan menjaga parkir di
Hal ini dibuktikan dengan naiknya kawasan Jl. H. Agus Salim serta CCTV
pendapatan parkir di Jl H. Agus Salim yang terpasang di tiap-tiap mesin TPE
yang semula per harinya hanya juga membantu untuk pengawasan parkir
mendapatkan Rp 500.000,-, saat ini yang lebih terpadu selama 24 jam.
5
Kenyamanan masyarakat dinilai dari lalu apabila ada penambahan waktu
kurangnya kekhawatiran akan terjadinya parkir PJP membayar kembali
tindakan kriminal dan premanisme. penambahan waktu parkir pada mesin
5. Sistem Pengawasan dan Pengendalian TPE dirasa kurang efisien.
yang Bersifat Mendidik Tindakan represif seperti clamping
Pengawasan dan pengendalian preventif dan penderekan akan dilakukan apabila
dilakukan oleh Unit Pengelola tindakan preventif tidak dapat mencegah
Perparkiran dengan cara memonitoring pelanggaran TPE, hal ini dirasa dapat
pelaksanaan program TPE di lapangan memberi dampak edukatif kepada
khususnya di Jl. H. Agus Salim. Namun, masyarakat apabila diperlukan.
dalam pelaksanaan monitoring pihak Unit
Pengelola Perparkiran dibantu oleh juru E.2 FAKTOR PENDORONG DAN
parkir karena kurangnya personil dari PENGHAMBAT EFEKTIVITAS
bidang Satuan Pelaksana Pelayanan dan PROGRAM TPE
Penertiban. 1. Karakteristik Organisasi
Usaha preventif yang dilakukan Unit Struktur organisasi di Unit Pengelola
Pengelola Perparkiran adalah membina Perparkiran mempengaruhi pelaksanaan
juru parkir dengan memberikan program Terminal Parkir Elektronik
sosialisasi seperti menggunakan seragam (TPE). Semua bidang yang ada di dalam
resmi, menyapa Pengguna Jasa Parkir struktur Unit Pengelola Perparkiran
(PJP), mengarahkan PJP untuk mendekati saling terlibat dan bersinergi. Misalnya
mesin, dan mengingatkan jika ada bidang perencanaan dimana terlibat
penambahan jam parkir. Dengan dalam perencanaan kegiatan sejak awal
memberikan sosialisasi tersebut kepada sampai akhir, bidang sarana terlibat untuk
juru parkir, nantinya akan dipraktekan mengkalkulasi dan menyiapkan data-data
oleh juru parkir. tentang informasi alat-alat yang terpasang
Berbekal sosialisasi yang diberikan serta apapun yang berhubungan dengan
Unit Pengelola Perparkiran, juru parkir bidang sarana dan prasarana, bidang
melakukan pengawasan preventif keuagan menerima bagian hasil laporan
pelaksanaan TPE di lapangan, seperti pendapatan.
memberitahukan biaya parkir perjam Semua bidang sudah bekerja dan
untuk mobil sebesar Rp 5.000,- dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi
motor sebesar Rp 2.000. Selanjutnya, sebagaimana mestinya dalam rangka
juru parkir memberitahu apabila PJP penerapan TPE. Walaupun pelaksanan
memarkirkan kendaraannya lebih dari TPE ada di kegiatan atau pagu anggaran
satu jam maka diperbolehkan untuk bidang sarana dan prasarana, tetapi tetap
menambah waktu parkir dan membayar diperlukan keberhasilan atau kerjasama
kelebihan waktu parkir di mesin TPE. tim, karena tidak bisa bidang sarana dan
Selain itu, juru parkir juga mengkontrol prasarana bekerja sendiri kalau tidak ada
apabila ada PJP yang melebihi waktu dukungan dari bidang lain, bahkan juru
parkir yang sudah dibayarkan, maka juru parkir yang ada di lapangan.
parkir segera memberitahu kepada
pemilik kendaraan yang bersangkutan 2. Karakteristik Lingkungan
untuk menanyakan apakah jam parkir Lingkungan intern Unit Pengelola
mau ditambahkan atau tidak. Hal tersebut Perparkiran menghambat pelaksanaan
dirasakan oleh masyarakat pengguna program TPE karena kurangnya
parkir. Namun begitu cara yang personil dari bidang Satuan Pelaksana
dilakukan seperti membayar jam pertama Pelayanan dan Penertiban untuk
6
melakukan pengawasan TPE. Hal ini hambatan karena kurangnya sumber daya
disebabkan karena jumlah personil yang manusia internal Unit Pengelola
ada tidak sebanding dengan luas Perparkiran dalam melaksanakan
wilayah Jl. H. Agus Salim yang pengawasan TPE.
terpasang mesin TPE, sehingga
menghambat pelaksanaan pengawasan F. PENUTUP
TPE.
Lingkungan ekstern meliputi Berdasarkan hasil penelitian yang telah
masyarakat, PT Mata Biru, dan juru dilakukan bahwa efektivitas program TPE
parkir mendorong pelaksanaan program masih belum efektif. Dari 5 alat ukur
TPE karena masyarakat merupakan efektivitas program yang digunakan, hanya
pengguna TPE, PT Mata Biru sebagai 3 alat ukur yang dapat dikatakan efektif, dan
penyedia mesin TPE dan juru parkir, 2 alat ukur lain dikatakan belum efektif. Hal
serta juru parkir sebagai pihak yang ini dapat dilihat pada uraian alat ukur
membantu khususnya bidang Satuan efektivitas program dan faktor pendorong
Pelaksana Pelayanan dan Penertiban serta penghambat efektivitas program TPE
dalam hal pengawasan TPE. di bawah ini:
1. Efektivitas Program TPE :
3. Karakteristik Pekerja
Peraturan Gubernur Nomor 37 tahun a) Pemahaman Program
2016 yang mengatur tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Masyarakat paham program TPE
Unit Pengelola Perparkiran memperjelas sebagai program Gubernur Provinsi
tugas pokok dan fungsi tiap-tiap DKI Jakarta, dimana TPE adalah
bidangnya. Selain itu pegawai Unit mesin yang bekerja secara elektronik,
Pengelola Perparkiran sudah menjalankan berfungsi untuk mengukur durasi
tugasnya sesuai dengan tugas pokok dan parkir, jumlah uang yang harus
fungsi yang telah ditentukan sebelumnya. dibayarkan dan bertujuan untuk
Disadari bahwa cara berpikir tiap-tiap menertibkan parkir di tepi jalan.
pegawai berbeda, namun hal ini tidak
menghambat berjalannya tugas masing- b) Sosialisasi Program
masing pegawai dalam pelaksanaan TPE. Unit Pengelola Perparkiran belum
optimal dalam memberikan sosialisasi
4. Karakteristik Kebijakan dan secara langsung. Sosialisasi TPE
Manajemen lebih banyak dilakukan melalui media
Adanya Peraturan Gubernur Nomor 188 cetak, media sosial, dan berita di
Tahun 2016 tentang Lokasi Parkir Umum televisi. Kendala sosialisasi yaitu
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah leaflet yang dibagikan ke masyarakat
dan Peraturan Gubernur Nomor 179 terkadang tidak dibaca.
Tahun 2013 tentang Tarif Layanan Parkir
dapat memperlancar dan menguatkan c) Tujuan Program
pelaksanaan program TPE di DKI Jakarta
khususnya di Jl. H. Agus Salim. Selain 1. Pemungutan parkir yang transparan
itu sumber daya finansial sudah cukup yaitu pembayaran parkir dengan
untuk membiayai pelaksanaan program menggunakan kartu uang elektronik.
TPE. Pertanggungjawabanpungutan parkir
Namun untuk manajemen yang akuntabel yaitu pada saat
pengawasan program TPE masih ditemui rekonsiliasi setiap transaksi tercatat
7
pada sistem dan dapat diberikan dinilai dapat memberi dampak
secara real time dan bisa dilihat di edukatif kepada masyarakat.
website secara online.
2. Kebocoran pendapatan parkir dapat 2. Faktor Pendorong dan Penghambat
teratasi karena pendapatan parkir per Efektivitas Program TPE
harinya rata-rata mencapai Rp a) Karakteristik Organisasi
12.000.000,-. Faktor Pendorong: Semua bidang
3. Kondisi parkir menjadi lebih tertata saling berpengaruh dalam
rapih karena adanya Satuan Ruang pelaksanaan program TPE, walaupun
Parkir dan juru parkir resmi yang pelaksanaan TPE ada di pagu
mengarahkan kendaraan saat parkir. anggaran bidang Sarana dan
Adanya PKL tidak mengganggu Prasarana. Semua bidang sudah
kendaraan yang hendak keluar masuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi
untuk parkir. yang telah ditentukan sebelumnya,
4. Masyarakat pengguna parkir merasa sehingga semua pegawai berorientasi
aman dan nyaman, karena adanya pada tugas.
juru parkir resmi yang membantu Faktor Penghambat: -
mengawasi parkir dan CCTV yang
terpasang di tiap-tiap mesin TPE b) Karakteristik Lingkungan
dapat memantau kondisi parkir Faktor Pendorong: Pihak esktern
selama 24 jam. Otomatis memberikan yaitu PT Mata Biru berpengaruh
rasa nyaman, sehingga tidak takut sebagai penyedia mesin dan juru
akan adanya tindakan kriminal. parkir, masyarakat sebagai pengguna
5. Belum banyak masyarakat yang sadar TPE, serta juru parkir sebagai pihak
terkait pembayaran parkir pada mesin yang membantu dalam pengawasan
TPE dengan menggunakan kartu uang TPE.
elektronik dan masih ada pembayaran Faktor Penghambat: Pihak intern Unit
menggunakan uang tunai. Pengelola Perparkiran, yaitu bidang
Satuan Pelaksana Pelayanan dan
d) Perubahan Nyata Penertiban kekurangan personil untuk
Masyarakat merasa lebih aman dan melakukan pengawasan program
nyaman karena ada juru parkir resmi TPE.
yang membantu mengawasi dan
menjaga parkir, serta adanya CCTV c) Karakteristik Pekerja
yang terpasang di tiap-tiap mesin Faktor Pendorong: Peraturan
TPE. Gubernur DKI Jakarta No. 37 Tahun
2016 tentang Pembentukan,
e) Sistem Pengawasan dan Pengendalian Organisasi dan Tata Kerja Unit
yang Bersifat Mendidik Pengelola Perparkiran memperjelas
Pelaksanaan monitoring Unit tugas pokok dan fungsi tiap-tiap
Pengelola Perparkiran dibantu oleh bidang. Cara berpikir tiap-tiap
juru parkir, karena kurangnya pegawai berbeda-beda, namun tidak
personil dari bidang Satuan Pelaksana menjadi hambatan jalannya tugas tiap
Pelayanan dan Penertiban. Tindakan pegawai dalam pelaksanaan program
represif seperti clamping dan TPE.
penderekkan akan dilakukan jika Faktor Penghambat: -
tindakan preventif tidak dapat
mencegah pelanggaran TPE, hal ini
8
d) Karakteristik Kebijakan dan
Manajemen c) Tujuan Program
Faktor Pendorong: Peraturan Meningkatkan kesadaran masyarakat
Gubernur No. 188 Tahun 2016 dalam menggunakan kartu uang
tentang Lokasi Parkir Umum yang elektronik untuk pembayaran parkir
dikelola oleh Pemerintah Daerah dan di mesin TPE, dan Unit Pengelola
Peraturan Gubernur No. 179 Tahun Perparkiran harus mengarahkan PKL
2013 tentang Tarif Layanan Parkir yang berjualan di kawasan parkir H.
memiliki dampak dan pengaruh besar Agus Salim, agar parkir lebih tertata
terhadap pelaksanaan TPE, serta rapih.
sumber daya finansial sudah
mencukupi pembiayaan pelaksanaan d) Perubahan Nyata
program TPE. Perubahan nyata yang sudah
Faktor Penghambat: Praktek dirasakan masyarakat seperti
manajemen pengawasan terhambat keamanan dan kenyamanan perlu
karena kurangnya sumber daya dipertahankan dan ditingkatkan agar
internal Unit Pengelola Perparkiran masyarakat terhindar dari tindakan
dalam melaksanaan pengawasan kriminalitas.
program TPE.
e) Sistem Pengawasan dan Pengendalian
yang Bersifat Mendidik
REKOMENDASI Unit Pengelola Perparkiran harus
membuat regulasi yang mengatur
Berdasarkan kesimpulan yang
tentang pengawasan dan
didapatkan, maka saran yang dapat diberikan
pengendalian atas pelaksanaan
untuk menunjang peningkatan efektivitas
program TPE di DKI Jakarta, serta
program TPE di DKI Jakarta khususnya di Jl.
harus menambah personil untuk
H. Agus Salim, yaitu:
meningkatkan pengawasan
1. Efektivitas Program TPE
2. Faktor Penghambat Efektivitas Program
a) Pemahaman Program TPE
a) Karakteristik Lingkungan
Meningkatkan instensitas sosialisasi Menambah personil pada bidang
secara langsung oleh Unit Pengelola Satuan Pelaksana Pelayanan dan
Perparkiran dan memanfaatkan Penertiban untuk melakukan
berbagai macam media seperti media pengawasan program TPE di Jl. H.
sosial untuk menyebarluaskan Agus Salim.
informasi terkait program TPE.
b) Karakteristik Kebijakan dan
b) Sosialisasi Program Manajemen
Unit Pengelola Perparkiran harus 1. Menambah regulasi tentang TPE
berinovasi dan lebih interaktif dalam itu sendiri dan pengawasan
menyebarkan sosialisasi kepada pengendalian.
masyarakat, seperti membagikan 2. Praktek manajemen program TPE
leaflet secara langsung tanpa harus diperbaiki, khususnya
perantara dan menjelaskan secara praktek pengawasan.
rinci serta tidak menaruh leaflet pada
wiper mobil.

9
3. Sumberdaya intern untuk (Efektif, Efisien, dan Profesional).
melakukan pengawasan harus Bandung: Alfabeta
diperbanyak.
Soetopo, Hendyat. 2012. Perilaku Organisasi
DAFTAR PUSTAKA (Teori dan Praktik di Bidang
Pendidikan). Bandung: PT. Remaja
Abubakar, Iskandar. 2011. Parkir Rosdakarya:
(Pengantar Perencanaan dan
Penyelenggaraan Fasilitas Parkir). Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian
Jakarta: Transindo Gastama Media Kualitatif. Surakarta : UNS
Agustinova, Danu Eko.2015. Memahami Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. 1989.
Metode Penelitian Kualitatif; Teori Metode Penelitian Survei, Jakarta:
Dan Praktik. Yogyakarta: Calpulis LP3ES
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Cipta Bandung: Alfabeta
Creswell, John W. 2012. Research Design Torang, Syamsir. 2013.Organisasi dan
(Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Manajemen (Perilaku, Struktur,
dan Mixed. Yogyakarta: ). Pustaka Budaya, & Perubahan Organisasi).
Pelajar Bandung: Alfabeta
Hartono. 2011. Metodologi Penelitian. Uha, Ismail Nawawi. 2013. Budaya
Pekanbaru: Zanafa Organisasi Kepemimpinan & Kinerja
(Proses Terbentuk, Tumbuh
Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Kembang, Dinamika, dan Kinerja
Strategis Administrasi Publik Organisasi. Jakarta: Prenada Media
(Konsep, Teori, dan Isu). Yogyakarta: Grup
Gava Media
Dinas Perhubungan Dalam Angka. 2013
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Rini Puji, Indah Murti. (2015). Efektivitas
Penerbit PT Remaja Rosdakarya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Offset Mandiri (PNPM Mandiri) (Studi Kasus di
Desa Sedengan Mijen, Kecamatan Krian,
Pasolong Harbani. 2011.Teori Administrasi
Kabupaten Sidoarjo.
Publik. Bandung: Alfabeta
Wahyu Ishardino. (2011). Efektivitas
Pasolong Harbani. 2013.Teori Administrasi
Program Pemberdayaan Pemuda Pada
Publik. Bandung: Alfabeta
Organisasi Kepemudaan Al Fatih
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Ibadurrohman Kota Bekasi.
Kualitatif dalam Perspektif
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, No 5
Rancangan Penelitian. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Tahun 2012, tentang³3HUSDUNLUDQ´

Priansa, Donni Juni dan Garnida, Agus.


2013. Manajemen Perkantoran

10

You might also like