Professional Documents
Culture Documents
(Gabungkan) Kafer Makalah - 20220107 - 080003
(Gabungkan) Kafer Makalah - 20220107 - 080003
(Gabungkan) Kafer Makalah - 20220107 - 080003
TUGAS
KOMUNIKASI PARIWISATA
DISUSUN OLEH :
Oleh :
AMARUDDIN
C1D119133
KENDARI
2021
JURNAL
Disusun oleh:
ARUM SEJATI
D0210017
Arum Sejati
Sofiah
Abstract
Many soap opera teenager audiences believes that the characters in the soap opera is exist in the real life. To minimize
the occurrence of such an assumption would require a media literacy.This study aims to determine how media Literacy In
Watching Impressions of Ganteng-Ganteng Serigala Soap Opera on SCTV By Heavy Viewer Teens, Students of SMA
Colomadu, Karanganyar. Type of this research is descriptive qualitative. The sampling of this research was purposive
sampling. Informants of this research were students of SMA Colomadu Karanganyar specially heavy type of viewer of
Ganteng-Ganteng Serigala, where the informants watch the Ganteng-Ganteng Serigala soap opera every day. There are 6
informants included in those type of viewer this study.Media literacy that studied in this research is the ability to access,
analyze, evaluate, and communicate messages in a variety of forms.the informant is a heavy viewer type audience that had high
media literacy skills in terms of media access categoryThe informant was able to explain, identify and analyze the purpose of
the message. The ability to evaluate, each informant has a difference in that regard, because they are highly subjective
answers. As for communicating the messages they receive they did it through interpersonal communication, because there is a
environmental equation in terms of experience and understanding the Ganteng-Ganteng Serigala soap opera.
Keywords: Media Literacy, Teens, Soap Opera
3
Pendahuluan
Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap televisi masih sangat tinggi keberadaannya. Menurut data Nielsen pada Mei
2014, televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%), disusul oleh Internet (33%), Radio
(20%), Suratkabar (12%), Tabloid (6%) dan Majalah (5%). (Http://Www.Nielsen,Com/, diakses Pada Rabu, 29 Oktober 2014
Pukul 23.27 WIB). Menonton televisi pun kini bukan sekedar hanya menjadi aktivitas biasa, bahkan sepertinya sudah menjadi
rutinitas sehari-hari masyarakat Indonesia.Saat- saat menonton televisi kemudian dikemas sebagai bagian koheren dari jadwal
aktivitas sehari-hari, menjadi bagian dari agenda harian (Triwardani, 2011: 206).
Pertelevisian kita sedang dibanjiri dengan adanya tayangan hiburan dengan berbagai format pengemasannya, salah
satunya adalah sinetron yang memiliki banyak penggemar. Menurut riset audiens terhadap penonton sinetron remaja dalam
artikel Jumal Mimbar oleh Astuti (2010), remaja senang menonton sinetron, dan tidak ada batasan sinetron macam apa yang
ditonton. Mereka senang menonton sinetron apa saja, termasuk sinetron dewasa dan anak-anak, asal seru (Astuti, 2010: 28).
Sinetron yang banyak dikagumi oleh para remaja salah satunya Ganteng Ganteng Serigala.Namun, sinetron ini ternyata
menjadi polemik di masyarakat dan menjadi sorotan KPI. Pada Bulan Mei 2014, KPI mengeluarkan siaran pers mengenai 10
sinetron & FTV bermasalah dan tidak layak ditonton karena pelanggaran terhadap UU Penyiaran serta Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Dampak yang ditimbulkan dari menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
ini ternyata didapati teijadi pada anak- anak di Desa Cangkir Kecamatan Driyorejo, Gresik.Anak laki-laki memotong rambut
agar terlihat seperti Digo dan Tristan sedangkan anak perempuan memanjangkan rambut agar terlihat seperti Prilly dan Nayla.
Selain itu anak juga meminta kepada orangtua kaos, jaket kacamata, sepatu dan jam tangan seperti yang dipakai oleh idolanya.
Memanggil orangtua dengan sebutan Papsky dan Mamsky. (Adwiyanti dan Listyaningsih, 2015: 694).
Jika dilihat dari kasus yang teijadi di atas, kemampuan audiens televisi dalam menyaring apa yang ditontonnya sangat
kurang. Penonton sangat mudah dalam menirukan dan menyerap pesan secara langsung dari apa yang ditayangkan di televisi.
Apalagi, temyata penonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala masih anak-anak maupun remaja.Mereka senantiasa masih
belum dapat memilih dan memilah yang mana baik maupun buruk dari apa yang mereka lihat.
Menilik pada uraian di atas, selanjutnya peneliti menarik untuk meneliti remaja sebagai penonton Sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala.Peneliti ingin melihat sejauh manakah daya kritis remaja menempatkan dirinya sebagai penonton program
televisi khususnya sinetron Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala (GGS). Peneliti memilih judul Studi Deskriptif Kualitatif
Literasi Media Dalam Menonton Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Di SCTV Oleh Remaja Heavy Viewer Di SMA
Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar untuk judul penelitian ini.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dikemukakan perumusan masalah yaitu,
“Bagaimana Literasi Media Dalam Menonton Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Di SCTV Oleh Remaja Heavy
Viewer Di SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar?”
Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah di atas yaitu, untuk mengetahui bagaimana Literasi Media Dalam
Menonton Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Di SCTV Oleh Remaja Heavy Viewer Di SMA Negeri Colomadu
Kabupaten Karanganyar.
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi Massa
Komunikasi massa tak ubahnya adalah kegiatan dalam mengomunikasikan pesan kepada khalayak. Komunikasi massa
pun memiliki fungsi, menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) dalam Nurudin (2007: 64) menjelaskan, fungsi
komunikasi massa antara lain: (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi hiburan), (3) to persuade
(membujuk), dan transmission of the culture (transmisi budaya). Sementara itu fungsi komunikasi massa menurut John
Vivian dalam bukunya The Media of Mass Communication (1991) disebutkan; (1) providinginformation, (2) providing
entertainment, (3) helping to persuade, dan (4) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).
4
b. Media Massa
Menurut Kuswandi media massa terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Media massa elektronik (televisi dan radio); 2. Media
massa cetak (koran, majalah dan sejenisnya). Masing-masing media massa mempunyai kekuatan masing- masing. Tetapi
pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi bertujuan untuk menyampaikan
informasi kepada khalayak agar well informed (tahu informasi). (Kuswandi, 1996: 98).
c. Televisi
Istilah televisi terdiri dari perkataan “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan.(Effendy,
1993: 22). Sedangkan dalam Baksin (2006: 16) didefinisikan bahwa: “Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-
tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang
sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu”.
5
d. Sinetron di Indonesia
Menurut Veven Sp. Wardhana, sinetron merupakan penggabungan dari kata “
sine met" dan ^eleklronik". Namun, elektronika disini tidak mengacu pada pita kaset
yang proses perekamannya tetap berdasarkan kaidah-kaidah elektronis itu. Elektronis
dalam sinetron mengacu pada medium penyiarannya, yaitu televisi, atau televisual,
yang memang merupakan medium elektronik.(Wardhana, 1994: 27).
Ada beberapa faktor yang membuat paket acara yang satu ini disukai pemirsa
yaitu:
1. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa
2. Isi pesannya mengandung cermin tradisi luhur budaya masyarakat (pemirsa)
3. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat (Kuswandi, 1996: 130).
f. Remaja
Sekiranya usia remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih
belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya.Ditinjau dari
segi tersebut mereka masih termasuk golongan kanak- kanak, mereka masih harus
menemukan tempat dalam masyarakat. Pada
Monks &dkk, juga menambahkan batasan usia masa remaja adalah masa
di antara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18
tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. (Monks,
dkk, 1999: 288).
Kategori
Literasi
N
Menurut Keterangan Indikator
o.
National
Leadership
1. Conference on
Mengakses Pemahaman dan •Media yang digunakan
pengetahuan menggunakan •Frekuensi penggunaan •
dan Tujuan penggunaan •Mengerti
Mengakses Media dan isi pesan
mampu memahami isi pesan
2. Menganalisa Mampu memahami tujuan •Kemampuan mengingat pesan
pesan media dan dapat yang diterima melalui media.
mengidentifikasi •Mampu menjelaskan maksud
pengirim pesan melalui dari pesan.
media dan apa isi pesan •Mampu mengidentifikasi
tersebut. pengirim pesan.
•Mampu menilai pesan media
yang dapat menarik
3. Mengevaluasi perhatian
Mampu menilai pesan yang • Sikap, perasaan atau reaksi
diterima kemudian yang dirasakan setelah
dibandingkan dengan menerima pesan dari media.
perspektif •Mengungkapkan informasi
h. Teori Kultivasi
Cultivation analysis pertama kali diperkenalkan oleh George Gerbner pada
1968.Menurutnya ada dua tipe penonton TV, yaitu ''Heavy-viewers” (orang yang
menghabiskan waktu cukup banyak untuk menonton TV) dan “Light-viewers” (orang
8
Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Pengumpulan data primer
diperol eh dari hasil wawancara dengan objek penelitian dengan pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.Informan yaitu siswa-siswi
SMA Negeri Colomadu, Kabupaten Karanganyar khususnya yang merupakan penonton
Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala di SCTV dengan tipe heavy viewer.Heavy viewer
yaitu dimana informan
yang melakukan kegiatan menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala setiap hari dan
informan dalam penelitian ini beijumlah 6 orang.
Dalam upaya mendapatkan validitas data, hasil temuan data dianalisis dengan
menggunakan trianggulasi teori, dimana dalam membahas permasalahan yang dikaji
menggunakan teori yang berhubungan dengan permasalahan.Data dikumpulkan
berdasarkan teori- teori yang sudah dijelaskan pada telaah pustaka yang dipergunakan
sebagai referensi dan seperangkat alat pertanyaan.Data yang sudah terkumpul dianalisis
dengan menggunakan model Interaktif Miles dan Huberman yang terdapat tiga
komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Sajian Data
1. Kegiatan Mengakses
Kegiatan mengakses media di dalam penelitian ini tertuju hanya pada media
televisi saja.Untuk mengakses televisi, masing- masing informan memiliki kebiasaan
setiap harinya menonton televisi dengan intensitas yang lama yaitu lebih dari 3
jam.Sedangkan untuk kegiatan menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala.Informan
9
“Harus ngikutin tiap episodenya ya biar tau isi dari sinetron itu.” (Wawancara
Erdina, 16 April 2015)
Perlakuan terhadap tayangan sinetron sepertinya sangat berbeda dengan
tayangan lain. Program acara lain kemungkinan ditayangkan hanya sekali atau dua
kali dalam seminggu. Sinetron tidak perlu menunggu lama untuk menonton cerita
kelanjutan yang disajikan.Cerita dari sinetron yang dibuat bersambung tiap
episodenya dan ditayangkan setiap hari membuat sinetron harus selalu ditonton agar
tidak ketinggalan alur ceritanya.
b. Mengidentifikasi Pengirim Pesan
Semua informan dalam penelitian ini mengetahui beberapa tokoh yang bermain
di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala.Selain itu para informan juga menyebutkan
dan menjelaskan karakter dari tokoh yang ada. Riska berujar bahwa ia tahu semua
akan tokoh- tokoh yang ada di Sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala. Seperti yang dijelaskan oleh Riska sebagai berikut:
“Iya tahu semua tokoh-tokohnya. Misal, Sissy karaktemya romantis kayak gitu,
Digo juga sama romantis. Tristan agak cuek tapi juga romantis. Nayla orangnya
10
tu kayak lembut kayak gitu, trus kalo Galang orangnya lucu banget sama Toby,
Mamsky, Papsky juga.” (Wawancara Riska, 17 April 2015).
Penilaian para informan terhadap pemeran dari tokoh- tokoh yang bermain di
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala terhadap peran masing- masing tokoh dianggap
sudah baik dalam memerankannya.Walaupun itu juga masih ada informan yang
menganggap bahwa ada juga aktor dan aktris yang belum bagus dalam memerankan
tokoh di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala.
Tidak lupa juga perebutan dan peperangan dari bangsa vampir dan serigala akan
perebutan darah suci menjadi sorotan informan.
d. Kemampuan Menilai Pesan yang Menarik
Ketertarikan informan menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala jika
dibandingkan dengan program acara lain nampaknya sangat tinggi. Seperti yang
menjadi alasan para informan, ketertarikan mereka menonton Sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala karena tokoh dan ceritanya yang menarik. Novita memberikan
alasannya menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala sebagai berikut:
“GGS itu ceritanya menarik, pemaine cantik-cantik sama ganteng- ganteng.”
(Wawancara Novita, 17 April 2015).
Selain dari wajah tampan dan cantik dari tokoh yang bermain di Sinetron
Ganteng- ganteng Serigala, ternyata tingkah laku dari tokoh juga menjadi daya
tarik tersendiri bagi Riska
e. Pengetahuan Tentang Adegan- Adegan di Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala
11
“Rasanya kecewa ya, karena terbiasa nonton setiap hari.” (Wawancara Yulia,
10 April 2015).
Rasa yang timbul selain kecewa apabila tidak menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala adalah rasa kekhawatiran akan ketinggalan cerita yang
disajikan pada episode yang tidak di tonton. Novita mengungkapkan, perasaan
yang biasa saja jika tidak menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng Serigala, akan tetapi rasa takut ketinggalan akan cerita tetap
ada.
“Gak nonton ya biasa aja, tapi takut ketinggalan ceritanya gitu.” (Wawancara
Novita, 17 April 2015).
2) Kesamaan kisah di sinetron dengan realita
Kisah cerita yang ada di cerita Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala diakui
informan ada yang sama dengan cerita di kehidupannya juga di lingkungan sekitar
informan. Ema mengungkapkan, bahwa cerita yang ada di Sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala sama dengan kejadian terhadap temannya.
“Iya itu ada, antara perebutan Nayla dengan Tristan dengan Galang itu, pada
teman saya juga.Perebutan teman saya dengan teman saya yang memperebutkan
seorang laki-laki.Tapi, pada akhirnya mereka ya gak jadi apa-apa cuma jadi
temen.” (Wawancara Ema, 2 April 2015) Akan tetapi informan lebih banyak
mengatakan bahwa tidak ada kesamaan cerita di Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala dengan cerita di kehidupan maupun lingkungan sekitarnya seperti Yulia,
Erdina, Novita, dan Riska
3) Keinginan menjadi seperti tokoh Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
Mempertanyakan apakah ada keinginan seperti tokoh yang ada di
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala, informan mengatakan bahwa tidak ada
keinginan seperti tokoh yang ada di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala.
Seperti yang diungkapkan oleh Erdina sebagai berikut:
“Nggak begitu pingin kayak tokoh-tokoh.Lebih pingin jadi diri sendiri
aja.’’(Wawancara Erdina, 16 April 2015)
Selain itu informan lain, Kara, juga mengungkapkan bahwa tidak ada
keinginan seperti tokoh, Kara menganggap bahwa keiinginan menjadi seperti
tokoh yang ada di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala tidak ada manfaatnya.
4) Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala belum sesuai umur
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala sebenarnya merupakan tayangan yang
13
diperuntukkan bagi remaja, karena dilihat dari ceritanya saja berlatar belakang
anak SMA.Akan tetapi temyata informan menganggap bahwa sinetron yang
mereka tonton yakni Ganteng- Ganteng Serigala belum sesuai dengan umur
mereka.Kara pun mengakui bahwa usianya yang masih di bawah umur dan belum
sesuai jika menonton Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala.
“Belum, karena saya juga masih di bawah umur. Karena sinetron itu yang
biasanya ditonton oleh anak remaja, karena ya saya masih apa„umur di
bawah umur yang masih untuk melaksanakan belajar.” (WawancaraKara, 14
Mei 2015)
Pengakuan akan usia yang belum dewasa juga diakui oleh Riska.
Walaupun Riska tahu umumya belum sesuai untuk menonton Sinetron
Ganteng- Ganteng, akan tetapi Riska tetap menonton Sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala tersebut.
b. Mengungkapkan Informasi Apa Saja Yang Menyarankan atau
Memberikan Informasi Yang Berguna Bagi Pengguna
1) Sinetron GGS mengandung hal negatif dan positif
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala yang ditonton oleh para informan
dianggap memiliki hal positif walaupun di sisi lain sinetron seringkali dianggap
banyak mengandung hal yang negatif. Hal positif yang didapatkan dari menonton
Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala menurut informan mengatakan bahwa
terhibur dengan program acara tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ema
seperti berikut ini,
“Hal positifnya kita dapat terhibur dengan ceritanya yang menarik.”
(WawancaraEma, 2 April 2015)
Benar adanya jika sinetron seringkali dianggap memiliki hal negatif, dari
adegan bahkan dampak yang ditimbulkan dengan menonton sinetron tersebut.
Selain itu adegan yang ada di Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala
juga masih ada yang dianggap negatif oleh para informan, dari adegan mesra
sampai ciuman.
“.......hal negatifnya adalah ketika ada adegan Digo dan Sissy saat pelukan
dan ciuman.” (Wawancara Yulia, 10 April 2015).
tokoh Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala di facebook. Seperti yang diutarakan Kara
sebagai berikut,
“Kalo fanpages sih ada di facebook. Saya nge-likes tokoh- tokohnya
GGS gitu.” (Wawancara Kara, 14 Mei 2015).
Berhubungan dengan fanpages atau halaman untuk para fans Sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala, Yulia juga mengikutinya di facebook. Bahkan
Yulia juga bergabung dengan obrolan admin di halaman Ganteng- Ganteng Serigala
Analisis Data
1. Kegiatan Mengakses
Informan dalam penelitian ini mengakses televisi setiap hari dengan intensitas
yang lebih dari 3 jam. Seperti Ema dan Novita yang mengakses televisi bahkan lebih dari
4 jam. Kegiatan mengakses televisi yang cukup tinggi itu, mereka bisa dikatakan
termasuk sebagai tipe penonton Heavy-viewers seperti yang diperkenalkan Gerbner
dalam Cultivation analysis, yaitu orang yang menghabiskan waktu cukup banyak untuk
menonton TV (Kriyantono, 2010: 285).Menurut informan dalam penelitian ini, mereka
sebernarnya tidak ada tujuan khusus dalam menonton Sinetron Ganteng- Ganteng
Serigala. Mereka hanya mencari hiburan dan menghilangkan rasa bosan dengan cara
menonton Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala. Hal ini seperti yang dikatakan Nurudin
poin penting yang bisa kita lekatkan pada sinetron Indonesia yaitu tujuannya yang
penting adalah menghibur. Ini Bahkan bisa dikatakan “kodrat sinetron itu menghihur”.
(https://www.academia.edu/5706785/Nurudin Kodrat Sinetron itu Menghibur Kata
Pengantar Buku TV Menghibur diri Sampai Mati , diakses pada Rabu, 23
Desember 2015, pkl 20.51 WIB).
Kesimpulan
Remaja dengan tipe Heavy Viewer dalam menonton Sinetron Ganteng -
Ganteng Serigala sudah memiliki kemampuan literasi media yang cukup untuk
mengkritisi tayangan televisi yaitu sinetron terutama Ganteng- Ganteng
Serigala.Literasi media dengan kategori mengakses media terutama televisi, oleh 6
informan terbilang sangat tinggi.Sedangkan dalam hal menonton Sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala oleh semua informan dalam penelitian ini memiliki frekuensi
yang tinggi pula.
Kemampuan dalam menganalisis informan sudah mampu menjelaskan
maksud dari sinetron yang harus ditonton setiap hari. Pengidentifikasian dari tokoh-
tokoh yang ada di sinetron beserta karakteristiknya didapati bahwa sebagian besar
informan mengetahui dan mengenal semua tokoh yang ada,
akantetapi ada juga yang mengaku bahwa tidak mengenal semuanya. Sedangkan untuk
pengetahuan mengenai adegan- adegan yang disoroti oleh KPI di Sinetron Ganteng-
Ganteng Serigala yang kurang pantas, para informan berpendapat bahwa hanyalah suatu
peran yang dilakukan oleh para pemainnya saja.
Kemampuan dalam mengevaluasi, hal ini masing- masing dari 6 informan
19
memiliki perbedaan dalam hal tersebut, karena jawaban informan sangatlah subjektif.
Dengan kata lain bahwa informan sudah mampu menilai pesan yang diterima, kemudian
dibandingkan dengan perspektif sendiri
Kemampuan dalam mengkomunikasikan, informan mengkomunikasikan
pesan yang informan terima yaitu menceritakan kembali dan mengetahui akan
ketertinggalan informasi dari Sinetron Ganteng- Ganteng Serigala kepada orang
lain lewat komunikasi antar pribadi dengan orang lain.
Saran
1. Untuk remaja diharapkan lebih selektif dalam memilih tayangan- tayangan yang
berkualitas agar dapat membawa dirinya ke arah yang positif dan mendapatkan
informasi yang berguna pula bagi diri mereka.
2. Remaja juga harus mengedepankan betapa pentingnya literasi media dalam hal
membentengi diri untuk dampak dari tayangan- tayangan yang mereka tonton.
3. Untuk akademisi, pemerintah, maupun orang tua supaya dapat memberikan
pendidikan literasi media sejak dini kepada remaja maupun anak- anak dengan
kegiatan yang menunjang sehubungan dengan literasi media.
4. Untuk penelitian yang terkait dengan penelitian ini, peneliti harapkan dapat menjadi
sebuah sumbangan acuan untuk meneliti terkait penelitian literasi media selanjutnya.
20
Daftar Pustaka
Adwiyanti, Wifi., dan Listyaningsih. (2015). Perilaku Anak Dalam Keluarga Yang
Gemar Menonton Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Di Desa Cangkir
Kecamatan Driyorejo-Gresik.Ua/7a/7 Moral dan Kewarganegaraan.02 (03).681-
695.
Alkhajar, Eka Nada Shofa. (2009).“Televisi, Hiperealitas Remaja Dan Media Literacy”,
Dal am A nomi Media Massa, Eka Nada Shofa Alkhajar, Dkk. Solo : Katta.
Astuti, Santi Indra. (2010). Sinetron Remaja Dan Penonton Belia: Riset Audi ens
Terhadap Penonton Sinetron Remaja. JurnalMimbar Vol. Xxvi (1). 17- 29. Baksin,
Askurifai. (2006). Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Effendy, Onong Uchjana. (1993). Televisi Siaran Teori dan PraktekBandung: Mandar
Maju.
. (1994). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek , Cet. 8, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
.(2004). Dinamika Komunikasi.Bandvmg : Remaja Rosdakarya
Guntarto, B. (2011). Perkembangan Program Liter asi Media di
/Wrmc.s/a. Http ://indonesia-medi al iteracy.net/. Diakses pada Hari Selasa, 10
Februari 2015, Pukul 20.44 WIB.
Judhita, Christiany. (2013). Literasi Media Pada Anak Di Daerah Perbatasan Indonesia
Dan Timor Leste.Jwrwa/ IPTEK Komunikasi. 15 (1).47-62.
http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/bppkivogyakarta/files/2013/07/04 A
rtikelChristiany Juditha-Juni-2013.pdf. Diakses pada Jumat, 28 November 2014,
11:47 WIB
Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran. Jakarta: Kencana
Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta:
Rineka Cipta
Monks, F.J, A.M.P Knoers dan Siti Rahayu Haditono. (1999). Psikologi
21