Professional Documents
Culture Documents
Penguatan Peran Triple Helix Dalam Pariwisata Segitiga Emas Di Pulau Gili Labak Madura
Penguatan Peran Triple Helix Dalam Pariwisata Segitiga Emas Di Pulau Gili Labak Madura
1
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, Oktober 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
2
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, September 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
disana masih sangat minim. Pemerintah laut menuju pulau Gili Labak. Para
melalui birokrasinya memiliki kewajiban wisatawan yang berkunjung ke pulau tersebut
untuk menyediakan pelayanan bagi masih menggunakan perahu kecil milik
masyarakat. Masalah pelayanan publik nelayan sekitar yang kualitas keselamatannya
mempunyai peranan sangat besar karena masih sangat kurang. Kurangnya fasilitas
menyangkut kepentingan umum. layanan di Gili Labak akan membuat potensi
Sesuai dengan tupoksinya, maka besar yang dimiliki oleh obyek wisata ini
Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan menjadi mubazir dan tidak dapat
Olahraga Kabupaten Sumenep yang memberikan kontribusi yang maksimal bagi
berkewajiban membenahi permasalahan pendapatan daerah dan kesejahteraan
tersebut, akan tetapi bukan hanya kewajiban masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan
dari pemerintah saja untuk bisa suatu upaya yang maksimal (Rosita, 2017).
mengembangkan pariwisata pulau Gili Konsep Triple Helix dalam
Labak. Melainkan tugas dari beberapa pelaku pengembangan pariwisata merupakan konsep
wisata lainnya yakni swasta, kelompok sadar yang memadukan beberapa pelaku/aktor
wisata (pokdarwis), Masyarakat dan pihak wisata untuk bersama-sama dalam
lainnya. Peran dari mereka sangat diperlukan, pengembangan pariwisata. Kolaborasi yang
karena kerjasama yang baik dari para pelaku baik dengan membagi peran antara
wisata akan memberikan dampak yang Pemerintah, pihak swasta dan masyarakat
positif terutama dalam pengembangan akan membawa perubahan yang besar untuk
pariwisata pulau Gili Labak. perkembangan pariwisata disuatu daerah, hal
Peran dari pelaku wisata disini seperti ini disebabkan tiap-tiap aktor yang ikut dalam
pemerintah, swasta dan masyarakat andil dalam perkembangan pariwisata akan
diharapkan untuk bisa mengembangkan secara maksimal memberikan peran dan
pariwisata di pulau Gili Labak melalui tanggung jawabnya untuk mengembangkan
penyediaan berbagai fasilitas-fasilitas pariwisata yang ada. Hal ini sesuai dengan
akomodasi seperti tempat penginapan, yang dinyatakan oleh Sulistiyani (2017:97-
kebutuhan air bersih, tranportasi laut dan 99) yang menyatakan bahwa peran dari setiap
fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Karena aktor yang tergolong dalam Konsep Triple
sejauh ini pelayanan fasilitas masih minim Helix yaitu peran pemerintah, peran swasta
terutama dalam hal pelayanan transportasi dan peran masyarakat dapat menyukseskan
3
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, Oktober 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
4
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, September 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
yaitu membuat pernyataan atau kesimpulan pemerintah berperan sebagai regulator untuk
secara bulat tentang suatu permasalahan yang menciptakan dan membatasi kerjasama
diteliti dalam bahasa yang deskriptif dan antara pihak-pihak yang bersangkutan
bersifat interpretatif. dengan pengembangan wisata, dibutuhkan
perencanaan yang matang dari berbagai
HASIL DAN PEMBAHASAN
pihak-pihak yang lain seperti dukungan dari
Konsep Triple Helix merupakan
setiap Organisasi Pemerintah Daerah untuk
konsep pengembanga pariwisata yang
mendukung program pengembangan yang
melibatkan tiga aktor penting dalam
akan dilakukan. Dibutuhkan sistem yang
pengembangan yang akan dilakukan, aktor
mengatur untuk menciptakan wisata yang
penting tersebut yaitu Pemerintah, swasta
baru, sehingga dengan hal ini dibutuhkannya
dan masyarakat yang saling kerjasama dalam
kebijakan yang mengatur mengenai
pengembangan pariwisata khususnya wisata
pengembangan wisata khususnya untuk
Gili Labak. Tiga aktor ini memiliki peran
mengembangan sarana dan prasarana
masing-masing yang secara signifikan dapat
pariwisata yang akan dibangun dan
membangun dan mengembangkan wisata.
dikembangkan. Pemerintah sebagai pembuat
Dalam hal ini peneliti melakukan studi
keputusan harus memiliki rambu-rambu
lapangan pada wisata pulau Gili Labak,
kebijakan dalam pengembangan sarana dan
melakukan wawancara dengan mengacu
prasarana pariwisata dengan memenuhi
pada beberapa informan terkait dengan
beberapa indikator sebagai berikut
pengembangan wisata selain itu peneliti juga
(http://digilib.unila.ac.id/3058/15/BAB%20I
melakukan dokumentasi terhadap situasi
I.pdf. diakses pada tanggal 03 Agustus 2018)
diwisata pulau Gili Labak.
:
Peran Pemerintah a) Penyiapan sistem perencanaan Tata
Pemerintah merupakan aktor penting Ruang Kawasan Wisata, dalam hal ini
menjembatani antara pihak swasta dan Gili Labak hal ini dapat dilihat dengan
5
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, Oktober 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
seperti yang terlihat banyak bantuan kita harus memesan perahu terlebih
yang diberikan oleh OPD seperti Dinas dahulu karena memang tidak ada
Kesehatan, Dinas Pariwisata, dermaga yang khusus transportasi Gili
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Labak , masih kurangnya akses ini
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas menyebabkan berkurangnya jumlah
Kelautan dan Perikanan provinsi, PU wisatawan, untuk tahun 2018 memang
Cipta Karya yang ikut serta dalam ada beberapa paket wisata yang
pengembangan wisata Kabupaten menawarkan untuk pergi ke Gili Labak
Sumenep selain itu juga melibatkan hal ini karena memang berkaitan
pihak swasta seperti BPRS, Santos dengan Program Pemerintah Daerah
Madura Off. Shore dan masyarakat sehingga para pemilik perahu atau
juga terlibat dalam partisipasi dalam transportasi laut menawarkan paket
mendukung pariwisata tersebut. wisata akan tetapi untuk melihat
Dengan hal tersebut maka pemerintah perkembangan wisata yang dilakukan
daerah telah menyiapkan sistem oleh pemerintah dapat dilihat pada
perencanaan tata ruang wisata hanya tahun 2019 yang memang wisatawan
saja wisatawan yang ingin ke pulau Gili kesulitan dalam menemukan paket
Labak masih bingung dengan wisata ke Gili Labak karena memang
penetapan dermaga, pemerintah pihak-pihak penyedia perahu yang dulu
daearah masih belum menetapkan sudah berhenti jadi untuk pergi ke Gili
Dermaga tertentu yang dapat dilalui Labak harus memesan perahu jauh hari
sebelum berkunjung ke Gili Labak. sebelum keberangkatan.
b) Meningkatkan aksesibilitas merupakan c) Pemenuhan fasilitas standar (fasilitas
bagian penting dari adanya kesehatan, keamanan, kebersihan,
pengembangan wisata Gili Labak , komonikasi) di kawasan wisata sesuai
dalam observasi yang dilakukan dengan kebutuhan. Dalam hal ini
aksesibilitas ke Pulau Gili Labak Pemerintah Daerah telah mampu
masih kurang memadai hal ini memberikan fasilitas standar seperti
dikarenakan dermaga yang ada masih dibangunnya fasilitas puskesmas
belum maksimal menyediakan pembantu dengan adanya cek up gratis,
transportasi ke Pulau Gili Labak , untuk untuk kebersihan sendiri Pemerintah
mengunjungi ke wisata Gili Labak saja Daerah menggandeng Dinas
6
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, September 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
7
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, Oktober 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
udara serta perlengkapan hotel dan biro dasar Pihak swasta memberikan investasi
perjalanan untuk menuju ke objek wisata di terhadap pembangunan dan pengembangan
Kabupaten Sumenep, akan tetapi untuk wisata yaitu faktor untung rugi dalam
wisata Gili Labak karena wisata tersebut memberikan investasi tersebut sehingga
menggunakan jalur laut sulit untuk dijangkau apabila peluang pembangunan yang dilihat
karena keterbatasan perahu yang tidak setiap dapat memberikan keuntungan maka pihak
hari beroperasi kepulau tersebut selain itu swasta akan memberikan investasi untuk
keamanan dijalur laut masih belum adanya pengembangan wisata tersebut begitupun
kepastian keamanan karena minimnya sebaliknya jika yang dilihat sebuah kerugian
perlengkapan jalur laut. Sedangkan untuk maka pihak swasta tidak akan memberikan
menyediaan air bersih telah disiapkan tandon investasi pembangunan. Sementara yang ikut
air tawar yang disediakan oleh dinas terkait, serta dalam melengkapi fasilitas wisata Gili
untuk hotel dan penginapan masyarakat telah Labak berdasarkan observasi yang ada
menyiapkan rumah dengan menyediakan hanyalah Pihak Santos, dengan memberikan
makanan dan minuman khas Pulau Gili bantuan fasilitas wisata seperti Gazebo, Kursi
Labak. Untuk penyediaan souvenir khas malas, sound, kursi karet, tikar, panggung
pulau Gili Labak masih belum adanya toko acara, dan energi tenaga surya/sinar matahari.
yang menyediakan tersebut sehingga untuk Bentuk bantuan ini sebagai bentuk dukungan
mendapatkan souvenir dari wisata ini masih yang diberikan oleh Santos Madura Off.
belum ada karena minimnya pengetahuan Shore dalam mendukung program
dan keterampilan dari masyarakat disana Pemerintah. Bantuan yang diberikan ini
terutama dalam menjamu wisatawan. sebagai bentuk CSR dari Santos.
Pembangunan icon Pulau Gili Labak
Peran Swasta
dibangun oleh BPRS Sumenep sebagai
Swasta memiliki peran untuk ikut
bentuk dukungan adanya pengembangan
dalam pembangunan dan pengembangan
wisata yang dikembangkan oleh Pemerintah
wisata yang akan dicanangkan oleh
Daerah.
Pemerintah, pihak swasta berperan
Dibutuhkan kerjasama antara
membantu penyediaan fasilitas yang tidak
Pemerintah dan Swasta dengan menunjuk
bisa dijangkau atau disediakan oleh
pemahaman yang jelas terkait dengan peran
Pemerintah. Swasta dapat memberikan
keduanya sehingga dengan memahami peran
investasi pembangunan wisata, yang menjadi
dari masing-masing maka akan dapat
8
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, September 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
9
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, Oktober 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
10
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, September 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
Untuk kebutuhan seperti travel agent, Labak menjadi daya tarik untuk wisata
perusahaan penerbangan, akomodasi hotel, pantai yang indah, selain itu, masyarakatnya
restoran, bank, shopping center dan terbuka terhadap perkembangan wisata, oleh
kebutuhan pengunjung terpenuhi di daratan sebab itu berdasarkan dengang potensi yang
sedangkan untuk wisata kepulauan masih ada wisata Gili Labak telah memenuhi syarat
sangat minim kebutuhan dari pengunjung dalam pengembangan wisata seperti yang
atau wisatawan yang datang, pihak swasta dinyatakan oleh Yoeti (2001 : 177), hal yang
telah mampu untuk melakukan promosi tour perlu diperhatikan dalam pengembangan
untuk kunjungan ke pulau Gili Labak akan suatu daerah menjadi suatu daerah tujuan
tetapi terkendala dengan perjalanan wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi
transportasi laut dan minimnya pemenuhan oleh wisatawan harus memenuhi tiga syarat
kebutuhan di pulau Gili Labak , sehingga yaitu :
kadang kala wisatawan sendiri yang Pertama, Daerah itu harus menpunyai
membatalkan untuk pergi ke Pulau Gili “something to see”, yaitu harus mempunyai
Labak . Dapat ditarik kesimpulan bahwa obyek wisata dan atraksi wisata, yang
apabila Pemerintah berkomitmen dengan berbeda dengan apa yang dimiliki oleh
pengembangan wisata yang ada maka pihak daerah lain. Wisata Gili Labak memiliki
swastapun akan ikut berpartisipasi dalam pantai yang indah dan bawah laut yang
setiap program yang dijalankan oleh memukau yang dapat menarik perhatian
pemerintah dan peran dari setiap aktor yang wisatawan dimana keindahan ini tidak
terlibat akan dipahami dan dilaksanakan dimiliki oleh daearah lain, pasir yang putih
dengan maksimal mungkin. dan air yang jernih merupakan daya tarik dari
wisata Gili Labak , hanya saja dibuthkan
Peran Masyarakat
peran masyarakat untuk membuat pulau Gili
Pulau Gili Labak memiliki pesona
Labak memiliki atraksi wisata yang unik
alam yang indah, dengan pesona ini Gili
khas wisata pulau dengan atraksi atau
11
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, Oktober 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
kegiatan semacam ini akan menambah usaha kemandirian dari masyarakat untuk
perhatian dari wisatawan, memiliki menyediakan beberapa fasilitas. Sedangkan
masyarakat yang terbuka merupakan hal untuk atrasksi atau kegiatan yang
yang positif untuk dilakukannya dilaksanakan tentunya dibutuhkan peran
pengembangan wisata hanya dibutuhkan Pemerintah untuk ikut serta memberikan
beberapa pendampingan dari Pemerintah andil dalam menciptakan kegiatan atau
supaya masyarakat mampu untuk mengelola atraksi wisata.
wisata tersebut menjadi wisata yang unggul, Ketiga, Di daerah tersebut harus
dengan dibentuknya Pokdarwis selaku tersedia apa yang disebut dengan “something
kelompok pemuda yang mampu untuk to buy”, di tempat tersebut harus tersedia
membuat wisata Gili Labak menjadi wisata souvenir dan kerajian rakyat sebagian oleh-
yang menarik. oleh atau souvenir untuk dibawa pulang
Kedua, Di daerah tersebut harus ketempat asal masing-masing. Selain itu juga
mempunyai “something to do,” di tempat harus ada sarana-sarana lain, seperti money
tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan charger, bank, kantor pos, kontor telpon, dan
disaksikan, dan harus banyak disediakan lain sebagainya. Untuk penyediaan souvenir
fasilitas rekreasi yang dapat membuat dan kerajinan masyarakat Gili Labak masih
mereka betah di tempat itu. Untuk syarat belum ada kemandirian masyarakat yang
yang kedua Pemerintah Daerah, bersama seperti itu, meskipun dilakukannya
swasta dan masyarakat (Pokdarwis) berusaha pemberdayaan terhadap masyarakat dengan
untuk mengembangkan wisata Gili Labak melibatkan pokdarwis tetapi usaha tersebut
menjadi wisata yang memiliki fasilitas yang masih belum mampu untuk memandirikan
lengkap meskipun pada dasarnya telah masyarakat Gili Labak untuk melakukan
tersedianya kebutuhan yang disediakan oleh usaha kerajinan tangan berupa oleh-oleh
masyarakat disana seperti kebutuhan untuk wisatawan, meskipun begitu pelayanan
penginapan yang disediakan oleh masyarakat yang diberikan oleh masyarakat dapat
setempat, penyediaan makanan dan minuman dikatakan baik dalam melayani pengunjung
ciri khas Pulau Gili Labak msekipun sehingga apresiasi masyarakat dapat
penyediaan makanan dan minuman ini hanya diberikan perhatian khusus. Penyediaan
sebatas menyediaan warung tentunya untuk souvenir untuk pengunjung tidak dapat
wisatawan mancanegara belum cocok untuk dilakukan dalam waktu sesingkat itu,
diberikan fasilitas seperti ini akan tetapi ada dibutuhkan pemberdayaan yang bertahap
12
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, September 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
agar masyarakat Gili Labak mampu untuk pengembangan yang dilakukan oleh pihak
menciptakan produk lokal. pemerintah maupun pihak swasta.
Partisipasi masyarakat dalam Nurhidayati (2018) sebagaimana
pelaksanan pengembangan wisata dapat yang dikutip oleh Hadiwijoyo (2012:82)
dikatakan cukup tinggi hal ini dapat dilihat mendefinisikan pelibatan masyarakat dalam
dari pemeliharaan yang dilakukan dalam pengembangan pariwisata yang berbasis
menjaga lingkungan wisata tetap baik tanpa masyarakat. Dalam hal ini masyarakat
adanya pencemaran lingkungan. Timbulnya memiliki peran penting dalam mewujudkan
rasa kepunyaan terhadap wisata Gili Labak perkembangan yang dilakukan oleh
baik untuk pemeliharaan lingkungan Pulau Pemerintah dengan melibatkan masyarakat
Gili Labak. Peran lain masyarakat yang dapat sebagai aktor utama untuk mendukung
digali dan dikembangkan adalah pendanaan. terjadinya perkembangan khususnya
Antisipasi dalam pendanaan merupakan perkembangan wisata. Dalam teori yang
potensi internal yang dimilki oleh diungkapkan oleh Nurhidayati menempatkan
masyarakat. Kondisi potensi masyarakat masyarakat sebagai aktor utama dalam
yang akan diintervensi oleh kebijakan adalah pengembangan wisata, hal ini berarti
untuk pengerahan dana masyarakat atau yang masyarakat ikut serta dalam setiap kegiatan
sering disebut dengan swadaya masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah, berdasarkan
Peran masyarakat lain dan memiliki posisi dengan wawancara dan observasi yang
yang sangat penting adalah pada dilakukan memang pada dasarnya
pemeliharaan kontrol sosial dalam rangka masyarakat dilibatkan dalam acara
pelestarian dan pemeliharaan hasil kunjungan wisata dari mancanegara dengan
pembangunan. Diantara masyarakat sendiri menyediakan makanan dan minuman dari
hendaknya tumbuh dan mengembangkan khas pulau Gili Labak sehingga dengan
sistem kontrol yang sehat dalam masyarakat. pelibatan ini Pemerintah menganggap
Setiap orang akan melakukan aktivitas yang masyarakat sebagai subjek pembangunan
tidak merugikan misalnya, membuang yang harus berperan aktif dalam
sampah sembarang, justru masalah sampah pengembangan wisata yang akan dilakukan
harus dikelola dengan baik melalui kerjasama oleh pemerintah Daerah.
dengan Dinas Lingkungan Hidup, sehingga Menurut Nurhidayati (2008)
berkesinambungan pembangunan dan pengembangan pariwisata berbasis
13
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, Oktober 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
masyarakat dengan mendefinisikan sebagai Peran Triple Helix (Pemerintah, swasta dan
berikut Pertama, bentuk pengembangan Masyarakat) dalam pengembangan wisata
khususnya pariwisata yang memberikan Pulau Gili Labak Kabupaten Sumenep belum
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk terjalin kerjasama antar aktor pembangunan
mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pengembangan wisata seperti antara
dan pembangunan yang akan dilakukan. pemerintah dan swasta yang berjalan masing-
Kedua, memberikan keuntungan kepada masing dalam pengembangan wisata,
masyarakat yang tidak terlibat langsung meskipun masyarakat telah dilibatkan dalam
dalam usaha-usaha pariwisata. Ketiga, setiap proses pembangunan yang dilakukan
menuntut pemberdayaan secara politis dan akan tetapi dibutuhkan pembangunan yang
demokratisasi dengan distribusi keuntungan bertahap dan konsisten serta dibutuhkannya
kepada komunitas yang kurang beruntung. kerjasama yang terintegrasi dan terkoordinasi
Dalam hal ini masyarakat bukan hanya antar aktor pembangunan wisata sehingga
merasakan dampak negatifnya saja seperti pembangunan wisata akan berhasil. Hal ini
dampak kerusakan lingkungan dan dapat dilihat dari dasar-dasar yang dijadikan
sebagainya akan tetapi masyarakat juga ikut pertimbangan sebagai berikut :
merasakan manfaat dalam pembangunan 1. Peran Pemerintah dalam mengembangkan
wisata ini dengan dibangunnya warung- wisata Gili Labak masih belum maksimal,
warung yang dapat menambah keuangan bagi hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan yang
masyarakat itu sendiri. Dalam model ini dilakukan oleh pemerintah tanpa adanya
masyarakat bukan lagi sebagai obyek, evaluasi dan keberlangsungan tahapan
melainkan juga sebagai subyek yang terlibat pengembangan berikutnya. Pemerintah
aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan masih belum berkomitmen dalam
dan monitoring. Model pengembangan ini menjadikan wisata Gili Labak menjadi
sangat sesuai dengan karakter atau jenis wisata unggul, ketidakkomitmenan ini
obyek dan daya tarik wisata yang bertumpu dapat dilihat dari setelah berakhirnya
pada sumberdaya wisata yang berhubungan Program Visit 2018 berakhir maka
langsung dengan masyarakat lokal. berakhir pula pengembangan wisata
tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
2. Peran Swasta dalam pengembangan
Berdasarkan hasil penelitan maka
wisata hanya dapat dilihat dari segi
dapat disimpulkan bahwa upaya penguatan
promosi tanpa adanya dukungan yang
14
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, September 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
15
Journal of Governance Innovation
Volume 1, Number 2, Oktober 2019
(P-ISSN) 2656-6273, (E-ISSN) 2657-1714
DOI 10.36636/jogiv.v1i2.342
Sulistiyani, Ambar Teguh, 2017. Kemitraan Yoeti, Oka A, 2016. Perencanaan dan
dan Model-Model Pemberdayaan. Pengembangan Pariwisata. Jakarta:
Yogyakarta: Gava Media. Balai Pustaka.
16