Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

TOPIK WACANA PERCAKAPAN

1) PENGERTIAN TOPIK
Topic merupakan salah satu unsure yang penting dalam wacana percakapan. Menurut Howe opik
itu merupakan syarat erbebtuknya wacana percakapan.
Contoh : A = “Selamat pagi!”
B = “Selamat pagi!”
Contoh diatas bukan merupakn wacana percakapan karena keduanya merupakan awal terjadinya
percakapan.

 Istilah topic wacana (selanjutnya disebut topic) sering dikacaukan dengan konsep topik dalam
tata kalimat. Pada pembahasan ini, keduanya dibedakan secara tegas, dalam tata kalimat topik
mempunyai kaitan dengan struktur kalimat secara fungsional. Bahkan topic merupakan suatu
deskripsi struktur kalimat. Selain itu dalam konteks wacana topik merupakan suatu ide atau hal
yang dibicarakan dan dikembangkan sehingga membentuk sebuah wacana.

 Menurut Brow dan Yule, untuk menganalisis topik wacana diperlukan setidak-tidaknya satu
penggal wacana. Di dalam peristiwa percakapan itu, peserta berusaha mengembangkan topiknya
masing-masing. Contohnya :
(Nina, 3;3 dan Rama, 2;3 sedang belajar menggambar)
Nina : “Dik Lama (RAMA) nggak punya mobin (MOBIL) ya!”
Rama : “Punya, punya sepeda moton (MOTOR) (sambil tertawa)”
Rama : “Ini (sambil menunjukkan gambar) punyaku bagus.”
Pada contoh di atas tampak bahwa kedua peserta percakapan itu mepunyai topic yang berbeda.
Keduanya terlibat dalm suatu peristiwa percakapan, tetapi keduanya mempunyai toik yang
berbeda. Pada penggalan perckapan di atas, topik yang dibicarakan oleh pembicara pertama
adalah mobil sedangkan pembicara kedua membicarakan sepeda motor. Dengan demikian, jelas
bahwa topik yang dibicarakan dalam percakapan dapat lebih dari satu topk mekipun dalam
sebuah peristiwa percakapan.

 Menurut Richards da Schmidt, pemilihan topik yang dibicarakan dalam sebuah percakapan
lebih lanjut mempunyai kaitan erat dengan koherensi wacana. Topik yang sesuai dengan topik
sebelumnya merupakan salah satu upaya untuk menciptakan koherensi wacana.
 Topic berbeda dengan judul dan tema. Judul mengacu pada suatu nama atau identitas sebuah
wacana. Judul sebuah wacana kadang-kadang tidak mencerminkan isi yang terkandung dalam
wacana tersebut.

 Topic dapat menjadi bagian dari tema dan juga bagian dari judul, namun perbedaan tema dan
topik tidak dapat dijelskan secara tegas. Keduanya dapat berimpitan dan tidak mempunyai batas.

(2) TOPIK WACANA PERCAKAPAN


 Pemilihan topic yang dikembangkan dalam percakapan dalam dipengaruh oleh norma /
budaya yang berlaku dalam masyarakat. Selain ditentukan oleh norma / budaya, topic
percakapan yng dipilih juga ditentukan oleh faktor situasional. Situasi yang terjadi di sekitar
terjadinya percakapan itu mempunyai peranan penting dalam pemilihan topic. Oleh karena itu,
seorang analis harus memperhatikan hal-hal disekitar peristiwa percakapan (konteks) dan koteks
(Brown dan Yule).

 Berdasarkan acuan yang dirujuknya, topic percakapan dibedakan atas :


a) Topic lama dan baru
• Dalam percakapan para penutur biasanya memperhatikan masalah urutan lama-baru tersebut.
Informasi atau topik yang telah dibicarakan merupakan topik yang dikeompokkan sebagai lama.
• Dalam percakapan sehari-hari, berdasarkan penelitian Keenan dan Schieffelin, pendengar
menuntut agar pembicara dalam percakapan menggunakan pola urtan topik lama-baru. Hal itu
sangat penting untuk mebentuk praduga (presupposition).
• Untuk mengetahui apakah pendengar telah memahami atau belum, pembicara dapat
mengetahuinya dengan berbagai macam cara, misalnya dengan melihat tanggapan pendengar
(contohnya sebagai tanda belum dapat memahami pendengar mengucapkan uh, tidak, atau
menggeleng kepala). Biasanya untuk memancing tanggapan yang positif dari pendengar,
sebelum memulai percakapan, seorang pembicara dapat menggunakan pertanyaan sebagai
penunda pancingan, seperti pertanyaan : “Apakah kau ingat?” dan sebagainya (Keenan dan
Schieffelin).

b) Topic nyata
Merupakan topik yang referensinya seperti yang dirujuk dengan kata-kata yang
digunakan dalam ujaran. Topik nyata itu seperti contoh berikut ini :
Ayah : “Bapak pergi dulu.”
Anak : “Rani suka dipangku.”
Ayah : “Sebentar saja. Bapak segera pulang.”
Anak : “Sekarang musim gelang yang ada namanya.”
Ayah : “Biar Bapak yang beli.”
Anak : “Rani bisa nulis Pak.”
Ayah : “Bagus, tapi bapak saja yang beli.”
Pada contoh di atas merupakan pertukaran yang membicarakan topik yang dibicarakan
adalah gelang yang ada namanya.

Berdasarkan Referensi, Topic Nyata Itu Dibedakan Menjadi Beberapa Kelompok, Yaitu :
1) Topik Yang Referensinya Ditunjuk
Topic ini membicarakan tentang hal-hal yang ditunjuk dan merupakan bahan atau topik
pembicaraan yan menarik. Contoh :
Konteks : Guru TK yang menunjukkan gambar pemandangan alam
kepada siswanya.
Guru : “Ini gambar apa, anak-anak?”
Siswa : “Pohon!”
Guru : “Siapa yang membuat?”
Siswa : “Gusti Allah.”
Topik yang dibicarakan pada penggalan percakapan di atas adalah gambar pohon. Topic
itu referensinya berupa barang / hal yang ditunjuk dengan jari.

2) Topik Yang Referensinya Dipegang


Pada saat melakukan percakapan, hal-hal yang dipegang sering diangkat menjadi pokok
pembicaraan dalam percakapan. Contohnya :
Al : “Pak Al mengantar suarat dulu, ya?”
El : “Ke mana pak?”
Al : “Ke Pusat, ke FS, terus ke Fakultas lain.”
El : “Sekarang?”
Al : “Sekarang ke Pusat dulu terus kembali lagi.”
Pada percakapan itu topiknya adalah surat yang akan diantarkan oleh pak Al. dengan
demikian, topic yang mereka percakapan mempunyai referensi yang dipegang.

3) Topik yang referensinya dilihat, tetapi tidak ditunjuk dan tidak dipegang benda-benda
yang dilihat sering diangkat menjadi pokok pembicaraan.
Hal-hal yang dilihat pada umumnya dapat menarik untuk dipercakapkan. Contohnya :
Konteks : Seseorang menawarkan barang baru kepada temannya.
Duta : “Ada antioksidan jenis baru yang efektif, Pak Fahri.”
Fahri : “Kita mungkin nggak bisa bayar, lagi krisis.”
Duta : “Lah, soal bayarkan bisa dirunding.”
Fahri : “Tidak begitu, lah wong RS ini nggak punya duit.”
Referensi topik yang dibicarakan pada contoh di atas adalah antioksidan jenis baru yang
diketahui oleh Duta yang coba ditawarkan kepada Fahri.

4) Topik yang referensinya didengar


Hal-hal yang didengar juga erupakan bahan pokok pembicaraan yang menarik. Contoh :
Konteks : Mendengar bunyi tokek pada malam hari waktu menjelang tidur.
Anak : “Itu suara apa, Bu?”
Ibu : “Itu tokek. Cept tidur!”
Anak : “Nggigit nggak, Bu?”
Ibu : “Ndak.”
Topik yang dibicarakan adalah tokek yang suaranya terdengar dari dalam kamar. Topic
itu muncul karena suara tokek tersebut terdengar oleh mereka. Dengan demikian, topic yang
dibicarakan itu bermula dari suara tokek yang didengar.

5) Topic yang referensinya berupa kegiatan atau tindakan.


Kegiatan yang hendak, sedang, dan telah dilakukan dapat diangkat menjadi topic
pembicaraan. Contohnya :
Konteks : Maria dan Aisya memetik gitar.
Maria : ”Kamu saja yang nyanyi!”
Aisya : (menyanyi Ayat-ayat Cinta) “Sudah, kamu, ayo nyanyi.”
Maria : “Emoh.”
Pada contoh di atas merupakan topik yang berupa tindakan yaitu menyanyi.

 Pada penjalasan di atas merupakan referensi yang nyata. Selain itu juga dibedakan
referensi atau topik yang tak nyata yaitu:
a) topik imajinasi
Topik ini merupakan topik pembicaraan sebagai hasil rekaan sehingga seolah-olah
menjadi benar-benar ada. Topik tersebut pada dasarnya merupakan hasil peniruan dari kenyataan
yang telah diketahui / dialami. Contoh:
Konteks : Anak-anak bermain kereta api mainan.
Diva : “Semuanya minggir! Nanti ketabrak, lho!”
Rama : “Minggir! Minggir! Situ ada lho, hitam-hitam!”
Yang dibicarakan pada contoh di atas yaitu naik kereta api-kereta apian. Topic yang
dibicarakan itu hanya merupakan hasil pengolahan imajinatif, sehingga seolah-olah mereka naik
kereta api sungguhan.

b) Topic tidak berkelanjutan


Topic Ini merupakan topik yang hanya dibicarkan dalam 2 ujaran.
Contoh
Konteks : Seorang anak yang sedang meminta-minta kepada seorang ibu.
Anak : “Bu, nyuwun paring!” (sambil menjulurkan tangannya)
Ibu : “Kecil-kecil sudah minta-minta. Prei dulu, sedang ada tamu.”
Dalam contoh tersebut, pertukara hanya belangsung dalam satu alih tutur. Namun topik
dalam contoh di atas hanya bisa dibicarakan dalam 2 ujaran, dengan demikian topik yang
dibicarakan di atas tergolong topik tidak berkelanjutan.

c) Topik berkelanjutan
Topik ini merupakan topik yang cukup banyak dikemukakan dalam percakapan sehari-
hari. Topik berkelanjutan itu dikembalikan lebih dari 2 ujaran.
Contoh 1 :
Konteks : Melihat gambar Candi Prambanan di kalender.
Nita : “Ini mana?”
Nurul : “Candi Prambanan.”
Nita : “Papanya pernah ke sini, dulu Mbak Ni kecil pernah ke sini.”
Nurul : “Ini Candi kecil.” (sambil menunjuk gambar)
Nita : “Ini Candi besar.” (menunjuk candi yang besar
Nurul : “Candi Borobudur mana?”
Nita : “Disobek Om Ivan.”
Dari cntoh di atas mempunyai topic yang berkaitan erat. Pertukaran itu mengandung
pokok pembicaraan yang berkenaan dengan candi. Meskipun mempunyai topic yang berbeda
namun kedua pertukaran itu terikat oleh satu pokok pembicaraan yang umum. Sehingga topic
tersebut disebut topic wacana bergabungan (incorporating discourse topic)
Contoh 2 :
Adik : “Kakak nanti malam tidur di mana?”
Kakak : (diam tidak menanggapi)
Adik : “Di hotel ya? Aku sudah besar ya, kak? Bisa tidur sendiri
kok.”
Kakak : “kan hanya semalam saja kakak tidur di hotel.”
Topiknya hanya satu yaitu tidur di hotel, yang dibicarakan dalam beberapa ujaran.

You might also like