Professional Documents
Culture Documents
4707 12973 1 PB
4707 12973 1 PB
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JEI
http://dx.doi.org/10.21111/iej.v6i2.4707
Abstract
This article aims to examine the concept of the market in Islamic literature
that had been practiced by the classical period. The method used in this study is
qualitative research with a literature study approach. The results of this study
proved that Islamic literature had provided the application of market concepts
which include pillars and characteristics as signs in market management, price
mechanism, and avoiding from usury, gharar, maisir. The well functioning of the
market has an important role in human life, yet that Islamic doctrine provided the
constructive rules as an effort to purify the process of transferring property and
goods from just and civilized public relations.
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji konsep pasar dalam literatur ajaran
Islam yang telah dipraktikkan oleh pada masa klasik. Metode yang digunakan
dalam kajian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
pustaka. Hasil kajian ini membuktikan bahwa ajaran Islam telah mengaplikasikan
konsep pasar yang meliputi pilar dan karakteristik sebagai rambu-rambu dalam
pengelolaan pasar, harga, dan terbebas dari riba, gharar, maisir. Kedudukan pasar
memiliki peran penting dalam hidup manusia, sehingga ajaran Islam memberikan
rambu-rambu yang konstruktif sebagai upaya penyucian proses perpindahan hak
milik dan barang dari hubungan masyarakat yang adil dan beradab.
Pendahuluan.
P
erniagaan membentuk sebuah ekosistem kehidupan yang
mempertemukan setiap individu untuk saling mengisi dan
bertukar barang. Keseninambungan ini, pada akhirnya
membentuk sebuah wadah tempat dimana manusia dapat
melakukan pertukaran barang yang dapat kita sebut dengan istilah
pasar.
Perkembangan pasar dewasa ini, mengalami peningkatan
yang sangat pesat. Hal ini didukung oleh pesatnya perkembangan
teknologi yang merubah sebahagian besar gaya hidup manusia.
Pelaku pasar dituntut untuk mengikuti fenomena zaman dan
gaya hidup masyarakat, hingga terciptanya suatu pasar virtual
atau digital, dan sering disebut dengan pasar online. Namun,
perkembangan yang dinamis ini tentu memunculkan permasalahan
baru, seperti: moral hazard, penipuan, penyelewangan komitmen,
dan lain-lain.
Kehadiran pasar-pasar modern telah mengancam pasar
tradisional dalam segmen tertentu. Terlebih, munculnya aneka pasar
modern dalam bentuk retail, seperti mart yang hadir di setiap kota,
bahkan desa. Kehadiran pasar modern ini tentunya meringankan
aksesibilitas masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhan hidup,
ditopang dengan fasilitas yang prima, pembayaran yang akuntabel,
tentunya semakin memanjakan para konsumen dalam memiliih
pasar modern sebagai pilihan utama dalam melakukan jual beli.
Namun, pada sisi lain, pedagang retail tradisional mengalami
penurunan transaksi dengan hadirnya pasar retail modern ini.
Para pedagang tradisional menyadari atas kelemahan dan
sikap para konsumen lebih memilih pasar modern. Akan tetapi,
keterbatasan dana dan maintanance yang cukup besar, memupuskan
harapan untuk berubah. Disamping itu, rendahnya pengetahuan,
aksesibilitas barang, dan lain-lain, membuat segalanya menjadi lebih
sulit. Fenomena ini tentu harus menjadi perhatian bagi pemerintah
untuk menata pasar dan membuat regulasi yang mengikat demi
terciptanya keseimbangan pasar.
Kita meyakini bahwa perkembangan zaman selalu memberi
nuansa baru bagi setiap orang dalam lingkup kehidupan. Setiap
individu dituntut untuk selalu dapat menyesuaikan perubahan
yang dinamis. Dalam hal ini, Agama Islam telah memberikan
rambu-rambu yang lengkap dan komprehensif melalui mukjizat
berupa Al-Quran yang dijelaskan dengan sunnah Rasulullah SAW,
Metodologi.
Jenis penelitian ini adalah library research, merupakan metode
yang menitikberatkan pada studi kepustakaan untuk memperoleh
data penelitiannya.1 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan pendekatan fenomenologis dan historis yang
dijelaskan secara kualitatif deskptif. Sumber data yang diperoleh
melalui studi pustaka dari berbagai macam literasi yang berkaitan
langsung maupun tidak langsung mengenai pasar dalam Islam.
ِإِ َّل أَنَّ ُه ْم لَيَأْكُلُ ْو َن الَّط َعا َم َو َ ْيشُ ْو َن ِيف اْألَ ْس َواق
“...melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar.”
Imam Qurtubi dalam tafsir al-Jami’ fi Aḥkāmi-l-Qur’an men-
jelaskan makna dari ayat di atas adalah para Nabi juga melakukan
perdagangan jual beli untuk menopang hidup di dunia.8 Wahbah
Zuhaili menerangkan turunnya ayat di atas bermula ketika kaum
kafir Quraisy mencerca dan merendahkan Nabi Muhammad SAW
dengan kerasulannya. Mereka menyindir dengan sifat basyariah
Nabi, mengoloknya dengan mengatakan “kenapa Rasul yang diutus
juga memiliki perilaku yang sama seperti kami? Memakan makanan
untuk menghidupi kebutuhannya, berjalan menyusuri pasar demi
menjalani kehidupan sebagaimana kami.” Padahal setiap Rasul yang
diutus berasal dari kaum umat yang akan diberikan dakwah Islam.
16 Amirus Sodiq, "Kajian Historis Tentang Dinar Dan Mata Uang Berstandar
Emas," Iqtishadia 8, no. 2 (2015): 1-31.
17 Ibid.
lebih rendah dari harga yang telah ditetapkan. Ketiga, harga jual
tertinggi, yaitu penetepan dengan mematok harga jual pada angka
yang paling tinggi.
Menurut hemat penulis, nilai tawar yang diberikan dalam
penetapan harga pada umumnya ditentukan oleh perhitungan cost
production, waktu, dan kondisi. Sifat dari harga yang dapat berubah
ini tentu dapat menimbulkan permasalahan di tengah masyarakat,
jika tidak mengikuti rambu-rambu yang bersifat mengikat.
Imam al-Ghazali dalam tulisan Siddiqi, berpendapat bahwa
keuntungan dalam penjualan merupakan sebuah kompensasi
dari pengeluaran modal, termasuk risiko yang diemban dalam
sebuah bisnis.32 Pendapatnya dapat diamini bahwa keuntungan
adalah sebuah hasil kompensasi dari modal dalam suatu bisnis.
Dengan demikian, penetapan dapat harga dapat saja berubah
berdasarkan supply dan demands. Maka, karakteristik pasar dalam
Islam mengikuti mekanisme alamiah dalam pasar itu sendiri,
selama terhindar dari intervensi maupun distorsi. Konsep ini
tentu memberikan kebebasan penuh kepada pedagang dalam
menentukan sikap untuk menetapkan harga. Sehingga, dalam
menerapkan konsep ini perlu dipagari dengan aspek moral. Aspek
moral menjadi variabel yang mempengaruhi keputusan pedagang
dalam menetapkan harga setelah mempertimbangkan aspek-aspek
cost production dan risiko.
Ajaran Islam telah mengatur segala hal yang berkaitan
dengan muamalah, terutama berkenaan dengan harga. Dalam
suatu peristiwa pernah terjadi kenaikan harga barang pada masa
Rasulullah SAW. Seketika itu para sahabat mendatangai Rasulullah
SAW sebagai pemimpin umat Islam. Mereka keberatan dengan
keadaan yang sangat sulit, harga barang naik, dan melonjak.
Sehingga mereka meminta kepada beliau sebagai pemimpin untuk
mengatur dan menetapkan harga bagi mereka. Namun, sikap
Rasulullah SAW dalam hal ini memilih untuk tidak menetapkan
harga tersebut.
Dari Anas bin Malik, Nabi bersabda: ”Sesungguhnya Allah lah yang
menentukan harga, menyempitkan, melapangkan, Dia Yang Maha
Pemberi rezeki...”33
Kesimpulan
Secara umum, akidah menjadi pilar utama dalam membentuk
pasar syariah. Keyakinan bahwa harta adalah milik Allah SWT
sifat harta harus berputar, bekerja memiliki nilai ibadah, dan
kewajiban zakat serta anjuran bersedeqah menjadi kekuatan
dalam mengeleminasi perilaku riba, gharar, dan maisir. Akidah
yang tertanam membuahkan akhlak yang mulia. Akhlak sendiri
memiliki komponen etika dan moral, yang menjadi dasar dalam
pembentukan harga dalam persaingan sempurna. Adapun
karakteristik pasar dalam Islam mencakup tiga aspek penting,
yaitu: pemurnian akhlak, pendirian pasar berdasarkan syari'at
Islam, dan penentuan harga berbasis persaingan sempurna. Ketiga
aspek ini menjadi dasar utama dalam membentuk pasar, baik secara
tradisional, maupun pasar modern.
Daftar Pustaka.
(P3EI), Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam.
Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2014.
Abdullah, Hisam. As-Sūq al-Islāmiyyah fi-l-Madīnah al-
Munawwarah Awwalu Sūq Yuassisuha Nabiy.” diakses
pada 4 Agustus, 2020. https://www.masjidsalahudin.
com/?p=1427.
Agustiati. “Sistem Ekonomi Kapitalisme.” Academica 1, no. 2 (2009).
Al-Khatib, Muhammad ‘Ajaj. Ushul Al-Hadits. Terj. M. Nur Ahmad
Musyaffiq. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2007.
al-Kuwaitiyah, Wizaratul Auqaf wa Syu’un Islamiyah. al-Mausu’ah
al-Fiqhiyah. 132/34. Mesir: Darul Shafwah Lithaba’ah wa al-
Nasyr. 1993.
al-Qurthubi, Abu 'Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakar
al-Ansari. Al-Jami' li Ahkāmi-l-Qur’an. Qahira: Mathba’ah
Darul Kutub. 1964.
Angipora, Marius P. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2002.
Hanafie, Rita. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit
ANDI. 2010.
Ibnu Hajar, Ahmad bin Ali al-Asqalani. Fathul Bari bi Syarhi Shahih
Bukhari. Juz 40. Kairo: Maktabah al-Shafa. 2003.