Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

GENAP 2021-2022/APA 4 /TUGAS 1/ KELAS A-B 1

APLIKASI KONTRAS DALAM ARSITEKTUR


SEBAGAI NARASI KAMPUNG TUNJUNGAN
APA 4 – TUGAS 1
Haninati Kirana – APA4 kelas B
081119400000038- KELAS B ( PA4 )
e-mail: kiranahanibati@gmail.com

Abstrak—Kampung wisata merupakan bentuk integrasi antara atraksi,


akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat di mana terdapat sekelompok wisatawan yang
dapat tinggal atau berdekatan dengan lingkungan tradisional tersebut untuk
belajar mengenai kehidupan masyarakatnya. Perkembangan Kampung
Tunjungan di Surabaya merupakan hal yang unik; diantara maraknya
penggusuran kampung di kota-kota besar, keberadaannya di tengah
dareah yang merupakan distrik komersil terbesar di Surabaya, dapat
diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap norma pembongkaran
kampung dan poitik penggusuran. Pada konteks kampung tunjungan,
karena letak kampung tunjungan berada di dalam segiempat emas dan Gambar 1. Kontras antara bangunan perimeter dengan perkampungan
tertutup oleh perimeter komersial, ide desain adalah menyampaikan peran
dan identitas kampung terhadap kota untuk menambah eksposur dan
secara tidak lagsung mengurangi vulnerabilitas masyarakatnya, dengan kampung tidak bisa disamakan dengan slum tourism, beberapa
menitikberatkan di keberadaan dan kekontrasan yang sering terlewat untuk
menambah nilai wisata kampung. Value yang ditawarkan berbentuk kutipan dari analisis Kim Dovey yang mengangkat isu-isu tentang
kontemplatif, atas eksistensi dan kekontrasan kampung tunjungan dari daya tarik estetika daerah kumuh, visibilitas publik daerah kumuh
berbagai sudut pandang; pemerintah, pengunjung, dan penduduk yang dan pertanyaan tentang konteks politik dan ekonomi, paralel
berperan sebagai narasi bagi wisata kampung. dengan eksistensi kampung tunjungan sebagai kampung wisata:
“Keberadaan kawasan kumuh di kota memainkan peran penting
Kata Kunci—Kontras, Arsitektur Naratif, Kampung Wisata, Identitas, dalam politik penggusuran dan penggusuran serta pencarian
Surabaya
kepastian tenurial”[2]. keberadaan mereka dapat diartikan
ISU DAN KONTEKS
sebagai bentuk perlawanan terhadap norma pembongkaran

I Sosiokultur adalah suatu wadah atau proses yang menyangkut kampung, politik pengusuran yang marak terjadi di kota-kota besar
hubungan antara manusia dan kebudayaan (Soekanto 2004:3). di Indonesia. Kampung tunjungan merupakan gambaran kepedulian
Isu sosiokultur dalam arsitektur mencakupi bagaimana ruang dan pemerintah terhadap cagar budaya,
lingkungan dapar memengaruhi perilaku manusianya. Dengan
memahami isu sosiokultur, arsitek dapat merancang untuk memiliki Penjajaran antara formal dan informal mencerminkan
manfaat bagi orang-orang yang akan dilibatkan. Sub isu yang politik perlawanan yang nyata dan bagian dari perlawanan ini
penulis kembangkan merupakan bagaimana kebijakan pemerintah melibatkan tekad untuk mengecualikan turis.[2] perbedaan antara
surabaya masih belum efektif dalam menjawab isu sekuritas warga bangunan perimeter dengan perkampungan ini memantik bahasa
kampung tunjungan. Kesadaran akan isu ini dimulai dari wawancara visual dalam arsitektur yaitu kontras. Menurut Andrea Schmidt
yang penulis lakukan dengan penghuni kampung, ada rasa takut dalam bukunya The Language of Architecture, “dialog antara dua
yang dirasakan masyarakat atas ketidakpastian kepemilikan lahan bentuk yang kontras merupakan sarana relasional untuk
di kampung tujungan. Terdapat kepasrahan terhadap pemerintah, mendefinisikan suatu bentuk”[3]. Kontras tidak terlewat menjadi
ketika membahas tentang penggusuran. Meskipun berada di bagian dari identitas kampung tunjungan yang berhubungan
segiempat emas yang merupakan bagian cagar budaya dan dengan imaji kampung kota. Menurut Kim Dovey, merupakan
kampung wisata, tidak dipungkiri ada kemungkinan penggusuran atraksi utama dalam Slum Tourism: “Bagian dari potensi citra
akan terjadi jika memori masyarakat mengenai sejarahnya terhapus perkampungan kumuh adalah citra kontra distopik yang menembus
oleh waktu. Hal ini yag menyebabkan beberapa sumber setuju ingin mimpi modernitas.[2]” Paralel lainnya yang penulis temukan adalah
tinggal di tempat lain. Hal ini juga disebutkan sebagai ketakutan bagaimana mayoritas penghuni kampung bekerja untuk sektor
utama penghuni kampung-kampung lain di Surabaya, mengutip dari privat di sekitar tunjungan dan bangunan perimeter, mengkonfirmasi
hasil studi yang ditulis Tri Dani Widyastuti, keamanan bagi warga pandangan Dovey terhadap slum sebagai backstage of a city atau
kampung tepi sungai surabaya dimaknai jaminan terhindar dari belakang layar suatu kota.
penggusuran.[1]
Mengutip dari TEDxTuguPahlawan, Kota Surabaya adalah
Kampung yang di kelilingi kota, dan bukan sebaliknya. [4] Hal ini
KONTRAS DAN IDENTITAS-Eksistensi kampung di balik bangunan membuktikan bahwa eksistensi kampung bukan hanya sekadar
perimeter segiempat emas merupakan hal unik. Meskipun wisata wisata dan sejarah wilayah tunjungan, tapi juga berbicara tentang
identitas kota surabaya. Namun meskipun memiliki identitas
GENAP 2021-2022/APA 4 /TUGAS 1/ KELAS A-B 2

sebagai kampung wisata, hasil wawancara menyimpulkan .oleh I. DESIGN FRAMEWORK


wisatawan. Seolah-olah tersembunyi dibalik parameter. Kuatnya Framework yang digunakan adalah force-based framework.
unsur kontras patut dipertanyakan maknanya dari berbagai sudut Forces adalah faktor non-formal yang kemudian dapat digunakan
pandang; pemerintah, pengunjung dan penduduk. Mengutip Roger untuk membentuk aspek formal dan spasial dalam suatu karya
Scruton, dalam buku Theory and Manifestoes of Contemporary arsitektur. Menurut Professor Philip D. Plowright, forces dapat
Architecture,”Arsitektur memiliki peran penting dalam membentuk ditemukan dengan menganalisis 3 aspek yaitu context, culture,
wajah publik: sebuah ruang dimana kita dapat berasosiasi dengan needs. Force sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu :
keasingan.”Maka dari itu bentuk dan makna sangatlah berperan environmental, sensori-motor, ergonomic, social, dan cultural.
dalam arsitektur. Maka, arsitektur, menjadi salah satu mediator
pencapaian retrospeksi identitas kota. [4] Forces lalu diterjemahkan menjadi dua hal; assets dan
contraints. Assets merupakan elemen apa pun yang memungkinkan
sesuatu dalam situasi desain, menciptakan peluang untuk
NARASI- Narasi dalam arsitektur menurut Nigel Coates berperan mencapai hasil yang diinginkan, sedangkan constraints adalah
membentuk dan menyederhanakan peristiwa ke dalam urutan elemen pembatas apa pun dalam situasi desain. Keputusan
(sequence) yang dapat merangsang imajinasi, dan dengan didasarkan pada pertimbangan kualitas ruang yang diciptakan oleh
pemahamannya muncul kemungkinan cerita itu diceritakan kembali berbagai forces, dilakukan dengan merincikan bahasa arsitektur
– secara verbal, gambar atau spasial. [8] Menurutnya, narasi dalam yang ditranslasikan dari hasil asosiasi forces yang ada, yang
arsitektur terbagi menjadi tiga; binary narrative (identitas paralel kemudian menjadi kriteria rancang.
yang dapat di interpretasikan dengan banyak kebebasan) ,
sequence narrative (memiliki nterpretasi yang terbatas dan Salah satu alat divergent thinking yang penulis lakukan adalah
bergantung pada urutan pengalaman spatial / sequence bertanya. Pertanyaan saya berputar di isu kesenjangan; eksistensi
pengalaman berada di ruang arsitekturnya) dan biotopic narrative merupakan hal yang abstrak dan subjektif. Eksis untuk siapa? Untuk
(memiliki beberapa storyline dalam satu bangunan arsitektural).n

Mengutip Nigel Coates dalam bukunya “Narrative Architecture”,


Memori terakumulasi pada bahasa dan pengalaman manusianya,
yang secara konstan ditantang oleh waktu untuk akhirnya
terlampaui.[5] Banyak dari seni avant-garde yang memanipulasi
fenomena ini, dengan mencari cara menintrepretasikan aspek
aspek tersembunyi di antara lingkungan kita, memori- memori yang
terlupakan dan bagaimana menceritakan kembali narasi-narasi Gambar 3. Divergent Thinking: eksplorasi ide dari aspek arsitektur kontras.
yang muncul atau terlupakan (kata yang digunakan adalah
‘recontextualizing’). apa? Apa arti eksistensi kampung bagi orang surabaya? Apa
bangunan perimeter ini bertujuan menyembunyikan kampung
Narasi yang muncul pada desain akan bersifat terbuka. Mengutip karena merupakan backstage kota, seperti menurut Kim Dovey?
Sophia Psarra mengenai narasi dalam arsitektur: Implikasinya Apakah era globalisasi memungkinkan eksposur lebih terhadap
adalah bahwa hubungan morfologis tidak bergantung pada apa arti gaya hidup di luar kampung sehingga generasi muda mulai
arsitektur, karena makna tidak dapat ditentukan dan diproduksi merasakan krisis identitas?
secara sosial, tunduk pada sejarah kontekstual, simbolisme Selain bertanya, penulis mulai brainstorm dan mengeksplorasi
nostalgia, identitas ganda, dan kebebasan. [6] ide dengan menguraikan aspek desain. Forces utama yang
menjadi bias untuk desain penulis selanjutnya pada desain adalah;
Pada isu Perancangan Arsitektur 4 ini, harapan luaran dari kontras. Alasannya merupakan fleksibilitas yang dimiliki dan
desain adalah ruang kontemplatif yang dapat memberi narasi kewakilan aspek tersebut terhadap isu yang diangkat. Forces-forces
pegantar sebelum memasuki wisata kampung dengan lain yang muncul berkaitan dengan context, culture dan needs dari
menitikberatkan aspek kontras sebagai refleksi Keadaan kota lahan yang dipilih, kebiasaan dan profil pengunjung dan penghuni
Surabaya masa kini dan di masa lalu. Ide desain diharapkan bisa kampung dan konteks kampung wisata, arsitektur naratif dan
mengatasi kekhawatiran yang dirasaan masyarakat kampung. kekontrasan. Setelah identifikasi forces, mulai muncul limitasi dan
restriksi yang disebut sebagai constraints. Constraints yang penulis
temukan diantaranya bagaimana desain tidak menganggap
menjustifikasi elitisme, bagaimana lahan berada di ujung jalan dan
tidak mencakupi seluruh kampung. Sedangkan Asset yang muncul
adalah adanya social memory yang dapat diakses melalui oral
history dan kekuatan narasi yang dimiliki arsitektur.

II. PESAN DALAM USULAN RANCANGAN

Narasi yang muncul pada desain akan bersifat terbuka. Mengutip


Gambar 2. Proses desain force-based framework. Sophia Psarra mengenai narasi dalam arsitektur: Implikasinya
adalah bahwa hubungan morfologis tidak bergantung pada apa arti
arsitektur, karena makna tidak dapat ditentukan dan diproduksi
GENAP 2021-2022/APA 4 /TUGAS 1/ KELAS A-B 3

secara sosial, tunduk pada sejarah kontekstual, simbolisme


nostalgia, identitas ganda, dan kebebasan. [6]

1) Bahasa arsitektur yang akan dimunculkan sebagai bagian dari


pengalaman spasial adalah kontras.
2) Pemunculan view langsung yang menunjukkan kesenjangan
antara kampung dan kota secara langsung
3) Jenis narasi yang digunakan adalah binary narrative untuk
memunculkan berbagai interpretasi.
4) Berperan sebagai pintu masuk (entrance) yang memberi
konteks pada kampung wisata.
5) Perasaan yang ingin dimunculkan: kontemplatif, rasa bersalah,
rasa bangga.

III. KESIMPULAN
Proses yang telah saya lakukan sebagian besar merupakan
eksplorasi dari isu sosio-kultur dan relasinya terhadap arsitektur.
Dalam tahap framework yang telah dilakukan adalah
mengidentifikasi forces. Hal ini tentunya penting untuk menjadi bias
desain selanjutnya, yaitu mulai mengajukan bentuk formal dari
gagasan desain.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Widyastuti, T. D., Santosa, H. R., & Soemarno, I. (2015). The Meaning of
Secure: A Case Study of Wonokromo Kampung, Surabaya. Psychology and
Behavioral Sciences, 3(6), 24.
[2] Dovey, K., & King, R. (2012). Informal urbanism and the taste for slums.
Tourism Geographies, 14(2), 275-293.
[3] Simitch, A., & Warke, V. (2014). The language of architecture: 26 principles
every architect should know. Rockport Pub.
[4] Dewi, A. I., & Jaya, A. M. (2016). Kampung Surabaya sebagai Elemen Kunci
Perancangan Ruang Identitas Kota. Jurnal Sains dan Seni ITS, 4(2)
[5] Coates, N. (2012). Narrative architecture. John Wiley & Sons.
[6] Psarra, S. (2009). Architecture and Narrative: The formation of space and
cultural meaning. Routledge.
GASAL 2020-2021/APA 3 /TUGAS 1/ KELAS A/B 4

You might also like