Material Agregat Lokal Pilihan Untuk Pembuatan Beton Mutu Tinggi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)

Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

MATERIAL AGREGAT LOKAL PILIHAN UNTUK


PEMBUATAN BETON MUTU TINGGI
Yusti Yudiawati1, Ahmad Wahyuni Rasul2, Tria Karmila3
Politeknik Negeri Banjarmasin1
y.yudiawati@yahoo.co.id1
PT Kalimantan Concrete Engineering2
ahmadwahyuni70@gmail.com2
PT Kalimantan Soil Engineering3
triakarmila@gmail.com3

ABSTRACT
Selected materials which were used for high quality concrete production had to be
selected in accordance with quality standard of SNI. This research applied the K-600
concrete quality planning with standard deviation of 50 MPa. Coarse aggregate material
that had been used was from Katunun Mountain in Pelaihari. Local sand materials or
fine aggregates were Barito sand, Anjir sand and Palangka Raya sand. The main
requirement for coarse aggregate, for abrasion is <18%, maximum mud content is 1%.
The main requirement for fine aggregates, mud content maximum is 2% and the
roughness level in the zone gradation of 2. The cement type 1 was used and the additives
was used was superplasticizer. Job mix design were applied water cement factor of 0,31
with slump of 60 – 120 cm. The average test results on concrete samples at age 28 days
reached 542 kg/cm2 (Barito sand), 595 kg/cm2 (Anjir sand), and 531 kg/cm2 (Palangka
Raya sand).Composition of Katunun aggregate and Anjir sand produced the best
concrete quality.
Keywords: high quality concrete, coarse aggregates, sand, abration, gradation, water
cement factor
ABSTRAK
Material pilihan yang digunakan untuk pembuatan beton mutu tinggi harus diseleksi
sesuai dengan standard mutu. Penelitian ini menggunakan perencanaan mutu beton K-600
dengan standard deviasi 50 Mpa. Material agregat kasar yang digunakan berasal dari
gunung Katunun Pelaihari. Material pasir lokal atau agregat halus yaitu pasir Barito, pasir
Anjir dan pasir Palangka Raya. Syarat utama agregat kasar, abrasi < 18%, kadar lumpur
maksimal 1%. Agregat halus kadar lumpur maksimal 2% dan tingkat kekasaran pada
gradasi zona 2. Menggunakan semen tipe 1 dan additive jenis superplasticizer. Job mix
design yang digunakan dalam produksi dengan faktor air semen sebesar 0,31 dengan nilai
slump 60-120 cm. Hasil uji tekan beton rata-rata pada umur 28 hari, beton dengan pasir
Barito mencapai 542 kg/cm2, pasir Anjir 595 kg/cm2, dan pasir Palangka Raya
menghasilkan uji tekan rata-rata 531 kg/cm2. Komposisi batu split Katunun dengan pasir
Anjir menghasilkan mutu beton paling baik.
Kata Kunci: beton mutu tinggi, batu pecah, pasir, abrasi, gradasi, faktor air semen

D40 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin


Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)
Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini kebutuhan pembangunan infrastruktur di daerah sudah
sangat cepat dan memerlukan berbagai elemen struktur yang harus menggunakan
beton mutu tinggi. Beton mutu tinggi adalah beton dengan kekuatan hancur
minimum secara umum sebesar K-500 (41,5 Mpa). Dalam dekade terakhir ini
kebutuhan beton mutu tinggi di Kalimantan Selatan dan Tengah seperti produk
tiang pancang precast, box culvert, u-ditch, bata press sebagian besar disupply
dari luar Kalimantan khususnya dari Surabaya, Semarang dan Jakarta. Jauhnya
jarak dan lama waktu yang harus ditempuh menyebabkan adanya biaya transport
dan bongkar muat yang cukup besar serta banyaknya kehilangan waktu untuk
menunggu hingga seluruh bahan siap untuk dikapalkan. Kenyataan ini
memberikan peluang yang sangat besar bagi pengusaha lokal untuk dapat ikut
serta menyediakan beton mutu tinggi di Kalimantan Selatan dan Tengah pada
khususnya.
Selama ini berkembang paradigma dari berbagai kalangan bahwa material
agregat lokal dari Kalimantan Selatan tidak dapat memenuhi syarat untuk beton
mutu tinggi. Paradigma ini menimbulkan ketidakyakinan dan ketidakpercayaan
bahwa ada produk beton dengan bahan baku agregat lokal, mampu dibuat menjadi
beton mutu tinggi. Paradigma ini harus dibuktikan dengan berbagai penelitian dan
pengujian mutu bahan baku dan mutu bahan jadi serta perlu disosialisasikan
bahwa dengan penggunaan teknologi beton yang cukup baik dengan bahan baku
agregat lokal pilihan akan mampu didesain menjadi beton mutu tinggi dan
kualitas yang stabil.
Pengujian dan trial mix design dengan persyaratan yang ketat, baik persyaratan
material yang diseleksi dan dilakukan uji laboratorium secara terus menerus dan
perbaikan teknologi beton dan bahan untuk menjaga konsistensi bahan baku
produksi beton mutu tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jenis material agregat lokal
Kalimantan Selatan yang dapat digunakan sebagai beton mutu tinggi, untuk
menjawab keraguan dan kekurangyakinan terhadap kemampuan teknis dari bahan
baku lokal Kalimantan Selatan.

TINJAUAN PUSTAKA
a. Agregat Kasar
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami batu-
batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami.
Kandungan agregat dalam beton kira-kira mencapai 70% -75% dari volume beton.
Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan
menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara
alami atau buatan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran
agregat. Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20
mm, 30 mm dan 40 mm untuk kerikil.

Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin D41


Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)
Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

b. Agregat Halus
Agregat halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar sehingga
menjadikan ikatan lebih kuat yang mempunyai berat jenis 1400 kg/m. Agregat
halus yang baik tidak mengandung lumpur lebih besar 5% dari berat, tidak
mengandung bahan organik lebih banyak, terdiri dari butiran yang tajam dan keras
serta bervariasi. Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat
besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam, berdasarkan
ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir dengan partikel butir lebih kecil
dari 5 mm atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada saringan No.200. Untuk
lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm.

c. Semen
Merupakan perekat hidraulis bahan bangunan, artinya akan jadi perekat bila
bercampur dengan air. Bahan dasar semen pada umumnya ada 3 macam yaitu
klinker/terak (70% hingga 95%, merupakan hasil olahan pembakaran batu kapur,
pasir silika, pasir besi dan lempung), gypsum (sekitar 5%, sebagai zat pelambat
pengerasan) dan material ketiga seperti batu kapur, pozzolan, abu terbang, dan
lain-lain. Jika unsur ketiga tersebut tidak lebih dari sekitar 3% umumnya masih
memenuhi kualitas tipe1.

d. Additive
Zat kimia tambahan yang berupa cairan maupun serbuk yang secara kimiawi
langsung mempengaruhi kondisi campuran beton, penambahan zat kimia
diharapkan dapat merubah performa dan sifat campuran beton sehingga sesuai
dengan kondisi yang di inginkan, mempermudah pekerjaan, meningkatkan
workability dan tidak menurunkan mutu beton. Standar pemberian bahan
tambahan beton ini sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi
Bahan Tambahan pada Beton.

e. Mix Design
Secara umum dasar perencanaan untuk perhitungan mix design (Nugraha P.,
1980):
- Kekuatan rencana (Mpa)
- Ukuran agregat dan persen agregat
- Jumlah semen yang digunakan
- Slump yang diinginkan untuk pekerjaan
- Workability (kelecakan)
- Durability (ketahanan)
- Jenis Additive
- Faktor air semen
- Jumlah air maksimal
- Jumlah agregat

D42 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin


Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)
Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

Tabel 1. Komposisi material

No. Uraian Nilai

1 Kuat Tekan karakteristik 600 kg/cm²

2 Jenis Semen Semen Tipe 1

3 Jenis Agregat Kasar Batu Split Katunun

4 Jenis Agregat Halus Pasir Barito/ Anjir/ Palangka Raya

5 Faktor Air Semen 0,31

6 Slump 60 – 120 mm

Semen 445 Kg
Air 138 Liter
Komposisi produksi Pasir 576 Kg
7
per 1 m3 Split 1-2 672 Kg
Split 2-3 672 Kg
Additive 3 Liter

METODE PENELITIAN
Pada proses pekerjaan ini agregat yang digunakan berupa batu split dari
gunung katunun dan meterial pasir berasal dari daerah aliran sungai Barito, Anjir
dan Palangka Raya. Untuk trial mix dilakukan pembuatan benda uji sebanyak 30
buah. Perencanaan jobmix design dapat menggunakan metode percampuran beton
salah satunya dengan metode DOE (SK SNI-T-15-1990-03).
Syarat utama agregat kasar abrasi < 18% dengan kadar lumpur maksimal 1%.
Pada agregat halus dengan syarat kadar lumpur maksimal 5% dan tingkat
kekasaran berada pada gradasi zona 2. Semen yang digunakan merupakan semen
tipe 1, additive yang dipakai merupakan jenis superplasticizer. Air yang
digunakan merupakan air lokal dari sumber mata air sumur bor.
Diagram alir penelitian ditunjukan pada Gambar 1.

Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin D43


Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)
Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

Mulai

Persiapan

Pemeriksaan Bahan :
Agregat kasar
Agregat Halus
Semen dan Air
Superplasticizer

Perencanaan mix design

Trial Mix
dan Pembuatan Benda
Uji

Pemeliharaan Benda Uji

Pengujian Benda Uji

Kuat tekan
beton

Analisa Data

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 1 Diagram alir penelitian

D44 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin


Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)
Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

PEMERIKSAAN BAHAN
Bahan baku material untuk beton mutu tinggi adalah agregat kasar, agregat
halus, air bersih dan bahan additive. Bahan baku yang dibahas dalam penelitian
ini adalah agregat kasar dan halus, yaitu batu pecah/split dan pasir. Agregat kasar
berasal dari satu quarry yaitu dari Gunung Katunun Pelaihari kab. Tanah Laut.
Agregat halus digunakan pasir dari aliran Sungai Barito yang dikenal sebagai
pasir Barito, pasir Anjir dan pasir Palangka Raya. Semen menggunakan semen
type I PCC dan additive jenis superplasticizer. Untuk mengetahui mutu atau
karakteristik agregat terbaik yang akan digunakan sebagai bahan material
produksi atau trial mix yaitu dengan pemeriksaan material. Hal ini yang
dikerjakan adalah pengujian agregat kasar, agregat halus, semen dan air.

a. Pengujian Agregat Kasar


Bertujuan untuk mengetahui kadar air, kadar lumpur, garadasi analisa saringan,
keausan dengan mesin Los Angeles, berat volume, berat jenis dan penyerapan.

b. Pengujian Agregat Halus


Untuk mengeahui kadar air, kadar lumpur, gradasi analisa saringan, berat volume,
berat jenis dan penyerapan.

c. Pengujian Semen
Mengetahui berat jenis semen, konsistensi, waktu ikat semen, kehalusan,
kekekalan dan kuat tekan.

d. Pengujian Air
Mengetahui kandungan mineral dan zat kimia yang terdapat pada air seperti pH,
sulfat dan klorida.

e. Perencanaan Perhitungan Mix Design


Untuk mendapatkan mix design yang sesuai dengan mutu rencana diperlukan
ketelitian dalam perhitungan, pekerjaan, perawatan dan pengujian dari hasil mutu
beton yang telah dikerjakan.

f. Trial mix dan Pembuatan Benda Uji


Semua material yang digunakan dicampur dalam mixing dengan timbangan dan
komposisi yang telah ditentukan slump dengan nilai 12 ± 2 cm, FAS maksimal
0,3%, S/A 0,4%, dosis additive 0,8% dari berat semen. Setiap trial mix
menggunakan 12 buah sampel benda uji silinder 15/30 dengan setiap hari usia
pengujian menggunakan 3 sampel benda uji.

g. Pengujian Benda Uji Silinder Beton


Pengujian benda uji silinder dilakukan pada usia 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28
hari. Pengujian menggunakan mesin uji compressive strength tipe analog

Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin D45


Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)
Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

kapasitas 2000 kN dengan kalibrasi terakhir manometer test pada tanggal 12


Januari 2017.

h. Pemeliharaan dan Perawatan Benda Uji


Pemeliharaan dan perawatan dilakukan dengan melakukan perendaman agar beton
tidak terlalu cepat kehilangan air dan sebagai tindakan menjaga suhu dan
kelembaban beton sehingga beton dapat mencapai mutu beton yang diinginkan.
Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan dilakukan setelah beton memasuki fase
hardening pada permukaan terbuka. Tujuan dari pemeliharaan ini diantaranya :
- Menjaga beton dari kehilangan air semen pada saat setting time concrete
- Menjaga perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar
- Menstabilkan dimensi struktur
- Mendapatkan mutu beton rencana
- Menghindari beton kehilangan air akibat penguapan, minimal 7 hari perawatan
- Menghindari retakan pada beton

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 2. Hasil Uji Agregat Kasar

Agregat Gunung Katunun


Pengujian Rata-rata
1 2 3

Kadar Air (%) 0,33 0,58 0,31 0,41

Kadar Lumpur (%) 0,80 1,25 1,25 1,10

Abrasi (%) 12.48 12,04 14,68 13,07

Berat Volume (gr/cm3) 2,36 2,25 2,24 2,28

Berat Jenis 2,73 2,75 2,69 2,73

Penyerapan 1,44 1,41 1,19 1,35

Tingkat kekerasan batu pecah sangat dijaga karena kekuatan dari beton itu
sendiri 70% merupakan hasil dari kekerasan batu pecah sedangkan untuk 30% nya
adalah kekuatan dari pasir, semen, air dan additive. Material agregat kasar yang
paling kecil kadar airnya maka penyerapan terhadap air sangat kecil. Hal ini
berpengaruh pada pemakaian air di lapangan akan lebih sedikit sehingga faktor air
semennya menjadi kecil dan secara grafik untuk mutu betonnya akan meningkat
lebih tinggi. Seperti ditunjukkan pada Tabel 3, berat jenis agregat halus sangat
berpengaruh pada produksi beton mutu tinggi, karena semakin halus agregat yang
digunakan nilai modulus kehalusan semakin kecil dan semakin rendah berat
jenisnya. Hal ini berpengaruh pada berat jenis beton dan kepadatan dari beton itu

D46 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin


Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)
Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

sendiri dan mutu yang dihasilkan. Pada produksi mutu beton tinggi, berat jenis
material agregat halus minimum sebesar 2,55.
Tabel 3. Uji Agregat Halus

Asal Sampel
Pengujian Rata-rata
Barito Anjir Palangka Raya

Kadar Air (%) 4,81 5,77 2,98 4,52

Kadar Lumpur (%) 0,40 0,60 1,20 0,73

Berat Volume (gr/cm3) 1,20 1,22 1,23 1,22

Berat Jenis 2,61 2,62 2,54 2,59

Penyerapan 1,21 1,63 1,42 1,42

Hasil penentuan zona daerah gradasi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Daerah Gradasi No. 2 100


100 90 100
90 90
80 75
% Lolos Ayakan

70 59
60 55
50
40 30
35
30
20 10
10 8
0 0

0.00 0.15 0.30 0.60 1.20 2.40 4.80 9.60


Ukuran Mata Ayakan (mm)
Batas Atas Batas Bawah Barito Anjir Palangka Raya

Gambar 2. Saringan agregat halus


Gambar 2 menunjukkan bahwa material pasir dari sungai Barito, Anjir dan
Palangka Raya masuk pada kategori gradasi no.2 yaitu pasir agak kasar dan
sangat baik untuk digunakan sebagai bahan baku produksi beton mutu tinggi.
Quality control pada hasil produksi beton mutu tinggi PT Kalimantan Concrete
Engineering ditunjukkan pada Gambar 3, 4 dan 5.

Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin D47


Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)
Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

Gambar 3. Hasil uji tekan beton (split Gunung Katunun dan Pasir Barito)

Gambar 4. Hasil uji tekan beton (split Gunung Katunun dan Pasir Anjir)

Gambar 5. Hasil uji tekan beton (split Gunung Katunun dan Pasir Palangka Raya)

Tabel 4. Hasil mutu beton rata-rata


Mutu Beton (Kg/cm2)
Quarry Pasir
3 Hari 7 Hari 14 Hari 28 Hari
Pasir Barito 421 489 541 542

Pasir Anjir 475 516 568 595

Pasir Palangka Raya 417 493 525 531

D48 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin


Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) ISSN 2341-5662 (Cetak)
Politeknik Negeri Banjarmasin, 9 November 2017 ISSN 2341-5670 (Online)

Dari ketiga quarry pasir yang diuji dan dikumpulkan hasil quality control
produksi, ketiga asal quarry dapat digunakan sebagai bahan beton mutu tinggi.
Pasir Barito dan pasir Palangka Raya menunjukkan hasil yang hampir serupa
sedangkan pasir Anjir menghasilkan rata-rata mutu beton lebih baik daripada pasir
Barito dan pasir Palangka Raya.
KESIMPULAN
1. Persyaratan mutu agregat kasar, abrasi < 18%, kadar lumpur maksimal 1%.
2. Gradasi agregat halus harus masuk zona 2, yaitu agak kasar dengan kandungan
kadar lumpur < 2%.
3. Hasil uji tekan beton pada umur 28 hari, komposisi batu split Gunung Katunun
dan pasir Barito rata-rata 542 kg/cm2.
4. Hasil uji tekan beton pada umur 28 hari, komposisi batu split dan pasir Anjir
rata-rata 595 kg/cm2.
5. Hasil uji tekan beton pada umur 28 hari, komposisi batu split Gunung Katunun
dan pasir Palangka Raya rata-rata 531 kg/cm2.
6. Komposisi batu split Gunung Katunun dengan Pasir Anjir menghasilkan mutu
beton paling baik.
7. Sumber material alam di Kalimantan Selatan dan Tengah dapat digunakan
sebagai agregat kasar dan halus untuk mutu beton tinggi.

SARAN
Salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan beton adalah meningkatkan
pemadatannya, yaitu meminimumkan pori atau rongga yang terbentuk di dalam
beton. Penggunaan bahan tambah (additive) dapat membantu memecahkan
permasalahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ir. Aman Subakti, MS. Ir. Mudji Irmawan, Ms. Bambang Piscesa, ST. MT., 1994,
Teknologi Beton Dalam Praktek 1, Divisi Percetakan Jurusan Sipil FTSP
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Nugraha, P., 1980, Concrete Technology, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin D49

You might also like